Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol.I/No.

3/Juli/2013

PENERAPAN PRINSIP SYARIAH Dl BIDANG tentang manusia, baik sebagai individu


KREDIT PERBANKAN DITINJAU DARI TEORI yang berakal maupun sebagai insan politik.
HUKUM KODRAT MENURUT THOMAS Beberapa pemikir hukum pada awalnya
AQUINAS adalah “filsuf”, dan menjadi ahli hukum
Oleh : Elia Gerungan1 demi lengkapnya sistem filsafat mereka.
Beberapa pemikir lainnya pada awalnya
ABSTRAK merupakan ahli politik, dan menjadi ahli
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji hukum karena mereka merasa perlu
hukum Indonesia dari aspek teori hukum mengutarakan pemikiran politik mereka
kodrat dari Thomas Aquinas. Kajian dalam bentuk hukum. Kelompok ketiga —
membawa pada kesimpulan bahwa teori terutama pada akhir-akhir ini — terdorong
hukum kodrat dari Thomas Aqunias sangat untuk mencurahkan pemikiran mereka
cocok untuk dipakai dalam upaya menata tentang tujuan akhir hukum melalui studi
kembali sistem hukum di Indonesia dewasa profesional dan praktek hukum. Dan
ini yang oleh banyak kalangan dinilai telah mereka ini terpaksa menerima salah satu
jauh menyimpang dart hakekat dari hukum pemikiran baik atas dasar filsafat maupun
itu sendiri. atas dasar politik.
Kata kunci: hukum kodrat, Thomas Aquinas Dalam formulasi Radbruch, tugas teori
hukum adalah untuk membuat jelas nilai-
A. Pengantar nilai hukum dan postulat-postulatnya
Seluruh pemikiran sistemik teori hukum hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling
pada satu sisi berkaitan dengan filsafat, dan dalam.
sisi yang lain dengan teori politik Sering kali Teori hukum mengambil kategori-
titik tolaknya filsafat, dan ideologi politik kategori intelektualnya dari filsafat, dan
berperan sebagai pelengkap — seperti cita-cita keadilannya dari politik. Kontribusi
pada teori-teori para ahli metafika klasik khas dari teori hukum adalah dalam
Jerman atau para pengikut aliran Neo — merumuskan cita-cita politik yang
Kant. Pada saat yang lain fokus kajiannya berkenaan dengan prinsip-prinsip hukum.
adalah ideologi politik, seperti dalam teori- Berdasarkan uraian di atas, nampak jelas
teori hukum sosialisme dan fascisme. Dan bahwa teori hukum, filsafat hukum dan
kadang-kadang Ilmu pengetahuan dan teori politik memiliki kaitan yang sangat
ideologi politik berbaur menjadi suatu erat sehingga ketiganya hanya dapat
sistem yang bulat, yang unsur-unsur dari dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
kedua bidang tersebut tidak mudah untuk
ditelusuri, seperti dalam sistem skolastik B. Alasan Penulis Untuk Memilih Teori
atau sistem filsafat Hegel. Tetapi semua Hukum yang Dinilai Paling Baik.
teori-teori harus memuat unsur filsafat — Secara sederhana “teori” diartikan
refleksi dari kedudukan manusia di muka sebagai pengetahuan yang telah teruji
bumi — dan memperoleh warna serta kebenarannya. Dan proses pengujian
isinya yang khas dari teori politik - dari tersebut dilakukan melalui cara-cara ilmiah
gagasan tentang bentuk masyarakat yang dengan menggunakan metodologi.
terbaik. Sebab semua pemikiran mengenai Berpijak pada pemahaman tersebut di
tujuan hukum didasarkan atas konsepsi atas, maka untuk memberikan penilaian
tentang teori hukum mana yang dipandang
baik dan mana yang kurang baik, tentu
1
bukan hal yang mudah, sebab setiap teori
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi,
(hukum) yang dikemukakan oleh para ahli
Manado.

155
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Jul-Sep/2013

tentu memiliki kelebihan dan hukum itu bertentangan dengan


kekurangannya masing-masing Hal ini eksistensinya seindir. Kelogisan hukum itu
dimaklumi, karena teori-teori hukum yang dapat diverifikasi dalam kalimat-kalimat
dikemukakan oleh para ahli tersebut, yang tertuang dalam perumusan suatu tata
masing-masing dilatarbelakangi oleh aturan.
sejarah kehidupan masyarakat, bangsa, Tujuan hukum tidak lain dari
negara dan pemerintah (penguasa) yang kesejahteraan umum. Rakyat dalam suatu
berbeda-beda. Sebab teori hukum yang negara haruslah menikmati kesejahteraan
dicetuskan para ahli (filsafat, politik dan umum itu. Pemerintah yang tidak
hukum) didasarkan pada situasi dan kondisi menjamin rakyatnya menikmati
nyata kehidupan masyarakat, bangsa, kesejahteraan umum adalah pemerintah
negara dan pemerintah (penguasa) pada yang menghianati mandat yang
saat itu serta menurut sudut pandang diembannya dan hal itu bertentangan
masing-masing ahli. dirinya sendiri. Sebab pemerintah haruslah
Dengan demikian semua teori hukum melaksanakan roda jalannya suatu negara
yang dianut oleh berbagai aliran/paham demi kesejahteraan umum antara lain
yang ada dewasa ini adalah merupakan melalui hukum-hukumnya yang adil dan
gambaran terhadap kehidupan yang bijaksana. Kesejahteraan selain merupakan
dialami oleh para ahli di masa yang lampau. tujuan adanya hukum, juga merupakan
Mengingat aliran-aliran teori hukum prasyarat adanya masyarakat atau negara
dengan berbagai pandangannya tersebut yang memperhatikan rakyatnya.
memiliki kelebihan dan kekurangannya Kesejahteraan umum itu meliputi antara
masing-masing, maka setiap orang lain keadilan, perdamaian, ketenteraman
mempunyai kebebasan untuk memberikan hidup, keamanan dan jaminan warganya.
penilaian tentang aliran teori hukum mana Thomas Aquinas menunjukkan betapa
yang dipandangnya masih tetap relevan pentingnya hukum sebagai salah satu
dan akurat dengan situasi serta kondisi sarananya. Bukan hanya hukum positif saja
perkembangan kehidupan masyarakat, yang penting, tetapi hukum kodrat juga
bangsa, negara dan pemerintah (penguasa) harus diperhatikan. Hukum kodrat berakar
dewasa ini. pada kodrat manusia, bergerak pada
Berpijak pada alasan tersebut di atas, hakikat manusia dan terarah demi
maka menurut hemat penulis, pandangan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu
Thomas Aquinas dengan aliran Teori sendiri. Dalam rangka itu, hukum haruslah
Hukum Kodratnya, adalah merupakan salah adil dan memperjuangkan keadilan. Hukum
satu dari sekian banyak aliran teori hukum yang tidak adil bertentangan dengan
yang masih sangat relevan dengan hakikat hukum, dan haruslah diubah agar
perkembangan zaman sekarang ini. mencapai sasarannya, yakni kesejahteraan
umum.
C. Teori Hukum Kodrat (Alam) Disadari bahwa setiap masyarakat pasti
Hukum adalah petintah yang masuk akal, mempunyai sistem hukumnya sendiri. Cita-
ditujukan untuk kesejahteraan umum cita untuk mewujudkan supremasi hukum
dibuat oleh mereka yang mengemban tugas tidak cukup jika hanya ditopang oleh
suatu masyarakat dan dipromulgasikan tersedianya materi hukum dan intitusi
(diumumkan), demikianlah definisi penegak hukum saja, melainkan juga
mengenai hukum dari Thomas Aquinas. mutlak perlu adanya kesadaran hukum dari
Hukum merupakan suatu perintah yang pihak masyarakat Dengan kata lain
logis. Kalau ada hukum tidak logis, maka

156
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013

terwujudnya supremasi hukum sangat siang hari. Akal budi manusia memiliki
bergantung pada masyarakat itu sendiri. kemampuan untuk mengidentifikasi hukum
Thomas Aquinas menyatakan bahwa abadi, yaitu sebagai asas yang
hukum, dalam arti yang sebenarnya, menggerakkan manusia menuju tujuan
pertama-tama dan terutama dimaksudkan akhirnya Dalam pengertian inilah hukum
untuk kebaikan umum meskipun soal memiliki makna sebagai hukum.
tercapai tidaknya kebaikan umum tersebut Sebagai konsekwensinya, semua
menjadi tanggung jawab baik warga makhluk diarahkan dan diatur oleh hukum
masyarakat secara individu maupun abadi. Jika hukum abadi merupakan “ide
masyarakat secara keseluruhan. Oleh pengaturan” penguasa alam semesta, maka
karenanya, pembuatan atau perumusan ide pengaturan penguasa manusia serta
sebuah peraturan perundang-undangan daya paksa pemberlakuannya berasal atau
pada prinsipnya menjadi tugas masyarakat diturunkan dari hukum ini. Oleh karenanya
seeara keseluruhan atau individu maupun hukum abadi memiliki posisi terpenting di
lembaga yang memiliki wewenang. atas jenis-jenis hukum yang lainnya.
Konsep Thomas Aquinas tentang hukum Menurut Thomas, hukum abadi yang
kodrat penulis ketengahkan sebagai pokok “bekerja” secara konstan pada akal budi
bahasan dalam paper ini, karena dinilai legislator”, melalui keberlakuan hukum
sangat relevan untuk mengkritisi kodrat, memberi bobot kualitas legislasi
perkembangan hukum di Indonesia pada dalam perumusan hukum.
zaman reformasi ini.
Thomas Aquinas menentukan posisi 2. Hukum Kodrat.
hukum kodrat dalam struktur hierarkis Dibawah hukum abadi adalah hukum
hukum sebagai berikut: kodrat, tidak kin adalah partisipasi mahluk
1. Hukum Abadi. rasional di dalam hukum abadi. Manusia
Puncak dari hierarkis adalah hukum berpartisipasi atas hukum abadi karena
abadi, yaitu pengaturan rasional atas segala sesuai dengan kodrat rasionalnya, manusia
sesuatu di mana Tuhan yang menjadi harus berperilaku rasional supaya kodrat
penguasa alam semesta : rasionalnya menjadi sempurna Partisipasi
Thomas menempatkan hukum abadi manusia atas Hukum Abadi ini merupakan
dalam peranan yang sangat besar pada manifestasi yang khas untuk hukum kodrat.
teorinya tentang filsafat hukum. Ia Hal ini dapat diartikan bahwa hukum abadif
berpendapat bahwa hukum abadi adalah dan hukum kodrat itu pada dasarnya adalah
sumber dari segala hukum yang berlaku. satu, meskipun bukan dalam arti kesatuan
Hukum abadi adalah sumber langsung dari mutlak Yang menjadi sumber langsung
hukum ilahi maupun hukum kodrat, serta tentang pengenalan dan pemahaman
merupakan sumber tidak langsung dari manusia atas hukum kodrat adalah “akal
hukum manusiawi atau hukum positif. praktis”.
Meskipun demikian, Thomas mengingatkan Jika setiap perbuatan manusia pada
bahwa hukum abadi hanya dapat diamati dasarnya memiliki tujuan tertentu yang
“cahaya”-nya melalui akibat-akibat yang hendak dicapainya, dan tujuan ini memuat
timbul bukan melalui wujudnya. Cahaya hakikat kebaikan, maka kebaikan
hukum abadi hanya dapat dimengerti merupakan inti dari akal praktis dan
melalui analogi dan kias. Sebagai contoh dipahami pada saat manusia berbuat
misalnya meski kita tidak dapat melihat sesuatu. Makna dan hakikat kebaikan, yaitu
matahari secara langsung, namun kita sesuatu yang diinginkan manusia sesuai
masih melihatnya melalui cahayanya di dengan kodrat rasionalnya, merupakan

157
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Jul-Sep/2013

asas pertama bagi akal praktis. Dengan Seperti dikatakan Agustinus, tidak ada
demikian, aturan pertama hukum kodrat, hukum jika hukum itu tidak adil. Maka
yaitu “berbuatlah kebaikan dan hindarilah kebenaran hukum tergantung pada
kejahatan”, menjadi dasar dari semua keadilan yang terkandung di dalamnya.
aturan atau perintah hukum kodrat Namun, dalam perkara-perkara
Hukum kodrat memerintahkan manusia kemanusiaan sesuatu dikatan adil jika
untuk cinta kebaikan dan menjauhi sesuai dengan aturan akal budi Padahal
kejahatan, bahkan bila perlu dihayati seperti telah dikatakan sebelumnya,
melalui hati nurani. aturan pertama dari akal budi adalah
Dari sudut pandang ini, hukum kodrat hukum kodrat Jadi, semua hukum positif
merupakan pernyataan kecenderungan buatan manusia baru akan disebut
struktural atau kecenderungan kodrat yang rasional jika diturunkan dari hukum
melekat pada kodrat manusia. kodrat. Jadi jika ada hukum lain yang
Menurut Thomas, ada tiga, ternyata bertentangan dengan hukum
kecenderungan struktural di dalam kodrat kodrat, ini bukagx hukum, melainkan
manusia, dan ketiganya tersusun secara kemerosotan hukum.
hierarkhis : Hal ini dapat berarti bahwa manusia
1. Kecenderungan yang berlaku sama wajib taat kepada para penguasa negara
untuk semua makhluk hidup, yaitu demi tuntutan keadilan. Jika penguasa
kecenderungan kodrat untuk negara ternyata tidak adil dalam
mempertahankan diri dan menjalankan kekuasaannya, bahkan
keberadaannya. melecehkan nilai-nilai keadilan, atau jika
2. Kecenderungan; yang hanya berlaku mereka memerintahkan hal-hal yang tidak
untuk makhluk hidup yang berjiwa, adil supaya dikerjakan oleh setiap orang,
namun bukan makhluk rasional, yaitu maka warga negara tidak wajib menaati
kecenderungan kodrat untuk mereka. Adapun makna kutipan di atas,
mempertahankan jenis atau spesiesnya. ketidaktaatan warga negara pada penguasa
3. Kecenderungan yang khas manusiawi yang tidak adil bukan hanya merupakan
dan menjadi tanda partisipasi manusia sebuah melainkan sebuah kewajiban.
pada hukum abadi, yaitu
kecenderungan kodrat untuk 3. Hukum Buatan Manusia atau Hukum
berperilaku berdasatkan putusan akal Positif.
serta kecenderungan untuk Dibawah hukum kodrat adalah hukum
merealisasikan kemampuan positif atau hukum buatan manusia. Hukum
rasionalnya. kodrat kita pahami hanya melalui atauran-
Dalam perwujudannya, hukum kodrat aturan kodrat yang bersifat umum. Oleh
memiliki dua bentuk: pertama, karena itu, hukum kodrat memerlukan
kebijaksanaan atau kearifan yang perlu supplement dari hukum lain yang
untuk menjalani hidup dengan “akal diundangkan secara pasti dan terperinci,
praktis”; kedua, aequitas (equity), yaitu yaitu hukum positif.
kewenangan pemerintah untuk Ada dua bentuk hukum positif, yaitu :
meninggalkan ketentuan hukum jika hukum positif “deklaratif” dan hukum
penerapan harfiahnya justru positif “determinative”. Hukum positif
menghilangkan “semangat kalimat”- nya; deklaratif menyatakan atau menyimpulkan
Dalam Summa Theologiae, Thomas hal-hal yang diatur di dalam hukum kodrat,
Aquinas sebagai berikut: seperti misalnya : larangan membunuh,
mencuri, dan sebagainya. Hukum positif

158
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013

determinative menentukan atau ketaatan moral jika hukum itu


membatasi cara-cara berbuat yang sesuai dipromulgasikan oleh sebuah otoritas yang
dengan ketentuan hukum kodrat, meskipun legitim yang sesuai dengan perintah hukum
ketentuan tentang cara-cara berbuat kodrat.
tersebut tidak diturunkan dari hukum
kodrat. Misalnya tata-tertib lalu lintas, D. Penerapan Prinsip Syariah Dalam
peraturan perpajakan, peraturan dan Sistem Perbankan di Indonesia Ditinjau
undang-undang tentang pemilu, penentuan dari Teori Hukum Kodrat.
persyaratan kontrak, dan sebagainya. Sejak dikeluarkannya UU No. 10 Tahun
Ketiga jenis hukum tersebut tidak berdiri 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7
sendiri-sendiri, melainkan merupakan satu Tahun 1992 tentang Perbankan, kemudian
kesatuan sistem hukum yang di dalam disusul pula dengan adanya UU No. 23
pengembangannya masing-masing jenis Tahun 2003 tentang Bank Indonesia untuk
memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Di menggantikan UU No 13 Tahun 1968, dan
antara ketiganya terdapat hubungan timbal terakhir dibaharui dengan UU No. 3 Tahun
balik satu sama lain. 2004, Perbankan nasional mengalami
Menurut Thomas Aquinas, semua banyak perubahan mendasar. Dan mulai
hukum positif memperoleh kekuatan saat itu di Indonesia berlaku dua sistem
mengikat dari hukum kodrat. Ada tiga perbankan, yaitu:
alasan manusia menaati hukum yaitu : a. Sistem Kovensional, dan
1. Hukum memerintahkan sesuatu yang b. sistem Syariafi.
berguna bagi manusia; Corak perbankan Indonesia dengan
2. Ada ancaman sanksi hukum jika sistem konvensional sama dengan yang
manusia melanggar atau melawan berlaku menyeluruh dibelahan dunia
hukum yang berlaku; dan manapun, hanya Indonesia mempunyai
3. Orang menaati hukum karena ia merasa kekhasan, yaitu karena perbankan nasional
wajib secara moral: dipengaruhi oleh ideologi negara Pancasila,
Alasan yang pertama dan kedua tidak dan tujuan negara sebagaimana tercantum
dapat menjamin ketaatan subjek pada dalam UUD 1945, yang kemudian
hukum. Jika orang hanya akan taat pada dijabarkan lebih lanjutnya dalam Keputusan
hukum karena diperintahkan atau diancam. Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang
Oleh adanya sanksi hukuman, maka Garis-Garis Besar Haluan Negara.
ketaatan itu tidak akan sampai pada Letak perbedaan kedua sistem tersebut
kesadarannya. Ketaatan itu bukan hersasal adalah bahwa pada sistem syariah,
dari hukum yang berlaku, melainkan dari operasional perbankan didasarkan pada
apa yang diperintahkan oleh hukum atau hukum Islam yang mengharamkan adanya
dari perasaan takut pada ancaman bunga (riba) sehingga yang diterapkan
hukuman. Oleh karena itu, sebuah hukum adalah prinsip bagi hasil. Sedangkan pada
baru dapat mengikat subjeknya jika hukum sistem konvensional, operasional
itu menyentuh perasaan moralnya. perbankan didasarkan pada prinsip-prinsip
Jika hukum positif tidak dapat bisnis perbankan internasional yang
mengarahkan manusia pada tujuan menawarkan bunga sebagai imbalan pada
akhirnya, atau tidak dapat menyediakan berbagai kegiatan usahanya (produk).
sarana untuk mencapai tujuan akhir Di dalam UU No. 14 Tahun 1967 tentang
tersebut, maka semua bentuk hukum Perbankan yang kemudian dicabut
positif tidak dapat menuntut ketaatan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992, tidak
moral. Hukum positif baru dapat menuntut terdapat satu pasalpun yang mengatur

159
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Jul-Sep/2013

tentang Prinsip Syariah dalam praktek Ayat (1) : Dalam memberikan kredit
perbankan di Indonesia. Penerapan prinsip atau pembiayaan berdasarkan
syariah dalam bidang perkreditan dan prinsip syariah, Bank Umum
pembiayaan baru muncul setelah wajib mempunyai keyakinan
dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 berdasarkan analisis yang
tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun mendalam atas itikad baik dan
1992. kemampuan serta
Di dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 kesanggupan nasabah debitur
butir 12 dan 13 berbunyi sebagai berikut: untuk melunasi utangnya atau
Butir 12 : Pembiayaan berdasarkan mengembalikan pembiayaan
Prinsip Syariah adalah dimaksud sesuai dengan yang
penyediaan uang atau tagihan diperjanjikan
yang dipersamakan dengan itu Ayat (2) : Bank Umum wajib memiliki
berdasarkan persetujuan atau dan menerapkan pedoman
kesepakatan antara bank perkreditan dan pembiayaan
dengan pihak lain yang berdasarkan prinsip syariah,
mewajibkan pihak yang sesuai dengan ketentuan yang
dibiayai untuk mengembalikan ditetapkan oleh Bank
uang atau tagihan tersebut Indonesia.
setelah jangka waktu tertentu Perkreditan merupakan salah satu
dengan imbalan atau bagi bidang usaha yang paling potensial untuk
hasil. mendatangkan profit bagi perbankan, jika
Butir 13 : Prinsip Syariah adalah aturan dibandingkan dengan bidang usaha lainnya.
perjanjian berdasarkan hukum Itulah sebabnya perkreditan selalu menjadi
Islam antara bank dengan bidang usaha unggulan oleh kalangan
pihak lain untuk menyimpan perbankan. Sekalipun tidak dapat disangkal
dana dan/atau pembiayaan bahwa kredit juga memiliki tingkat risiko
kegiatan usaha atau kegiatan yang cukup tinggi jika dalam penyalurannya
lainnya yang dinyatakan sesuai tidak dilakukan penilaian dan analisis yang
dengan syariah, antara lain akurat serta mengabaikan prinsip-prinsip
pembiayaan berdasarkan perkreditan yang sehat, sehingga
prinsip bagi hasil menyebabkan terjadi kemacetan.
(mudharabah), pembiayan Bahwa penerapan Prinsip Syariah dalam
berdasarkan prinsip usaha perbankan di Indonesia saat ini tidak
penyertaan modal terlalu menguntungkan pihak nasabah
(musharakah), atau maupun lembaga perbankan sendiri,
pembiayaan barang modal apabila ditinjau dari prinsip-prinsip hukum
berdasarkan prinsip sewa bisnis. Oleh karena bank adalah merupakan
murni tanpa pilihan (ijarah) badan usaha yang pendiriannya semata-
atau dengan adanya pilihan mata untuk mencari laba. Sebagian besar
pemindahan kepemilikan atas laba bank justru diperoleh dan bersumber
barang yang disewa dari pihak dari bunga kredit dan sebagian lain lagi dari
bank oleh pihak lain (ijarah wa hasil kegiatan pembiayaan lainnya, di
iqtina). samping jasa-jasa.
Selanjutnya di dalam Pasal 8 ayat (1) dan Mengingat lembaga perbankan
(2) UU No. 10 Tahun 1998 menyebutkan : merupakan urat nadi pembangunan
ekonomi bangsa maka seyogianya

160
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013

pengaturan hukum perbankan di Indonesia kegiatan perkreditan. Itu berarti


wajib memperhatikan bahkan pemberlakuan prinsip syariah bagi kegiatan
menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip perkreditan di lingkungan perbankan
perbankan internasional. nasional sesuai ketentuan Pasal 1 butir 12
Dengan memperhatikan keragaman dan 13 serta Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU No.
suku bangsa terutama agama yang ada di 10 Tahun 1998 telah kehilangan nilai
Indonesia, apabila pemerintah hendak normatif dan daya ikatnya.
menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan Di samping itu Thomas Aquinas pun
kredit perbankan di tanah air, maka berkata bahwa : Seperti yang dikatakan
sungguh bijak dan adalah adil jika hal Agustinus, tidak ada hukum jika hukum itu
tersebut dilakukan dengan membuat tidak adil. Maka kebenaran hukum
undang-undang khusus yang diberlakukan tergantung pada keadilan yang terkandung
terhadap lembaga perbankan dengan di dalamnya. Namun dalam perkara-
sistem syariah atau dengan kata lain perkara kemanusiaan sesuatu dikatakan
alangkah baik apabila pemerintah ada jika sesuai dengan aturan akal budi.
membuat Undang-undang tentang Bank Hal ini berarti bahwa manusia wajib taat
Syariah yang terpisah dari Undang-Undang kepada para penguasa negara demi
tentang bank dengan sistem konvensional. tuntutan keadilan. Jika penguasa negara
Sebab dengan menerapkan prinsip syariah ternyata tidak adil dalam menjalankan
bagi kegiatan usaha perkreditan pada kekuasaannya, bahkan melecehkan nilai-
seluruh perbankan nasional, hal ini berarti nilai keadilan, atau jika mereka
secara tidak langsung pemerintah hendak memerintahkan hal-hal yang tidak adil
memaksakan agar nasabah bank yang non supaya dikerjakan oleh setiap orang, maka
muslim harus tunduk pada aturan-aturan warga negara tidak wajib menaati mereka.
agama islam yang mengatur tentang bisnis Adapun makna kutipan di atas,
perbankan. Hal tersebut tentu dirasakan ketidaktaatan warga negara pada penguasa
tidak adil. Di sisi yang lain, bagi nasabah yang tidak adil bukan hanya merupakan
bank yang beragama muslim tentu mereka kemungkinan, melainkan sebuah
bebas untuk memilih bank yang dinilai kewajiban.
cocok dan dapat membantu
mengembangkan kegiatan bisnis mereka E. Penutup
dengan tanpa mengabaikan dasar-dasar Bahwa teori hukum kodrat dari Thomas
ajaran agama yang mereka yakint Aqunias, menurut hemat penulis sangat
kebenarannya. cocok untuk dipakai dalam upaya menata
Berkenan dengan hal tersebut, Thomas kembali sistem hukum di Indonesia dewasa
Aquinas betkata : Jika hukum yang berlaku ini yang oleh banyak kalangan dinilai telah
bersifat kontraris terhadap kebaikan jauh menyimpang dart hakekat dari hukum
umum, maka hukum tersebut pada itu sendiri.
dasarnya telah kehilangan nilai normatif Hukum (baca undang-undang) yang
dan daya ikatnya. adalah merupakan produk politik
Apa yang dikatakan Thomas Aquinas pemerintah dalam pembuatannya banyak
adalah sangat tepat, karena sekalipun yang telah diselewengkan. Karena pada
untuk bidang usaha kredit perbankan kenyataannya hukum dibuat bukan untuk
berlaku prinsip syariah bagi semua bank, kepentingan dan demi kesejahteraan rakyat
akan tetapi sampai saat ini bank-bank yang banyak melainkan hukum dibuat demi
menganut sistem konvensional masih tetap kepentingan penguasa dan untuk
menerapkan bunga sebagai imbalan dalam kelanggengan kekuasaan semata. Itulah

161
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Jul-Sep/2013

sebabnya banyak produk hukum yang tidak


efektif daya lakunya dalam masyarakat oleh
karena bertentangan dengan keinginan
masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian, dalam menata hukum
di Indonesia ke depan,
pemerintah/penguasa bersama dengan
lembaga-lembaga terkait diharapkan
mempedomani teori hukum kodrat dari
Thomas Aquinas.

DAFTAR PUSTAKA.
Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum
(Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Cetakan I, Chandra Pratama, Jakarta.
E. Sumaryono, 2002, Etika & Hukum,
Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas
Aquinas, Kanisius, Yogyakarta.
Hans Kelsen, 1995, Teori Hukum Murni,
Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Empirik-Deskriptif,
Alih Bahasa oleh Drs Somardi, Cetakan I,
Rimdi Press, Jakarta.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2002,
Pengantar Filsafat Hukum, Cetakan ke III,
Mandar Maju, Bandung.
Muhammad Djumhana., Hukum Perbankan
di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1993.
O. P. Simorangkir., Pengantar Lembaga
Keuangan Bank & Nonbank, cetakan ke-
2, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004.
Rahmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum
Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2001
W. Friedmenn, 1996, Teori & Filsafat
Hukum, Telaah Kritis Atas Teori-Teori
Hukum, Diterjemahkan oleh Mohammad
Arifin, Cetakan ketiga, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

162

Anda mungkin juga menyukai