Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan berjalan sangat cepat, oleh

karenannya setiap daerah dituntut untuk dapat menyiapkan individu yang mempunyai kerakter,
kemandirian dan akhlak yang baik. Mempersiapkan individu yang berkualitas tentunya harus
dimulai pada perbaikan kualitas kurikulum pendidikannya. Pendidikan sebagai bagian dari aspek
kehidupan semestinya harus dipersiapkan sebaik mungkin, pemerintah terus berupaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menorbitkan kurikulum 2013, dimana pendidikan
berpusat pada siswa dan juga disiapkan buku pegangan siswa dan buku guru sebagai bahan ajar
untuk membantu mewujudkan tujuan pembelajaran di dalam kelas.

Namun adanya Buku Pegangan siswa dan Buku Pegangan Guru tidak terlepas dari berbagai
masalah yang muncul terkait bahan ajar dan buku teks pelajaran. Khusus untuk pelajaran
matematika, masih banyak buku teks yang bersifat mekanistis (ringkasan materi dan latihan soal).
Pembelajaran yang berfokus pada bahan ajar yang mekaniktis akan mengakibatkan pembelajaran
yang berpusat pada guru, dan itu bertolak belakang dengan tujuan dan citacita pendidikan nasional.

Guru sebagai pelaku pendidikan diberikan amanah untuk dapat membantu terwujudnya
cita-cita nasioanal. Untuk menjunjung keprofesiannya guru diharapkan mampu menciptakan
improvisasi dan inovasi dalam proses pembelajaran. Inovasi dalam pembelajaran salahsatunya
dapat dilakukan dengan cara mengmbangkan bahan ajar dengan model pembelajaran tertentu.

Posisi dan pentingnya Inovasi Penelitian

Banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengembangkan bahan
ajar, salahsatunya model Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran CPS merupakan
salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk membantu siswa menemukan konsep matematika
secara manadiri (Sulistyowati & Sugiman, 2014). CPS dinilai efektif dalam pembelajaran
matematika dibandingkan dengan pembelajaran konvensioanal, dalam pembelajaran CPS siswa
dapat menemukan ide dalam proses berpikir untuk menemukan solusi serta memberikdukungan
atas jawaban yang dipilih (Nopianti, 2015).

Pada proses perkembangannya CPS mengalami banyak penyempurnaan dari waktu ke


waktu namun CPS telah mengalami beberapa penyempurnaan. Akan tetapi penerapan CPS dalam
pembelajaran matematika tetap mempunyai kekurangan. ysitu tidak semua pokok bahasan dapat
diaplikasikan secara mudah menggunakan CPS, terutama untuk konsep matematika yang abstrak
serta materi yang memerlukan media pembelajaran, kemudian penerapan model pemebelajaran
CPS memerlukan waktu yang cukup banyak dalam pengaplikasiannya kekurangan lain adalah
bahwa keterampilan kreativitas siswa yang berbeda-beda terkadang membuat siswa mengalami
kebingungan dalam menentukan jawaban yang tepat. Oleh karena itu untuk membantu siswa
dalam menanamkan konsep berdasarkan kreativitas, maka penulis bermaksud untuk memodifikasi
CPS dengan berbasis Gaya Belajar dan mengembangan model pembelajarn tersebut melalui
perangkat pembelajaran

Gaya pembelajaran yang akan dikombinasikan adalah perpadauan dari aktivitas fisik, alat
indra serta kecerdasan intelektual atau yang kita kenal sebagai gaya Somatic, Auditory, Visual,
Intellectualyl. Telah dilakukan penelitian terdahulu menyangkut dengan pengembangan perangkat
pembelajaran mengacu pada model pembelajaran CPS (Hongwon, 2003) kemudian penelitian
tentang pengaruh gaya belajar Somatic, Auditory, Visual, dan Intelectually terhadapa pembelajaran
matematika (Yasin, dkk, 2020) namun Namun penelitian terdahulu belum ada yang melakukan
penelitian pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving
dan berbasis Gaya Belajar (Somatic, Auditory, Visual, Intellectually).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, keterbaruan dalam penelitian ini
terletak pada pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP, dan LKPD mengacu model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbasis Gaya Belajar (Somatic, Auditory,
Visualization, Intellectually) .

Anda mungkin juga menyukai