Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. TEORI - TEORI
1. IMPLEMENTASI
Impelementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan
pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky (Usman, 2004:7)
mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan”
Menurut Syaukani dkk (2004 : 295) implementasi merupakan
suatu rangkaian aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijakan
kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil
sebagaimana diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup,
Pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan
interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua, menyiapkan sumber daya
guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya
sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja penetapan
siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijaksanaan tersebut.
Ketiga, bagaimana mengahantarkan kebijaksanaan secara kongkrit ke
masyarakat.
Berdasarkan pandangan tersebut diketahui bahwa proses
implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut
prilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri
kelompok sasaran, melainkan menyangkut jaringan kekuatan politik,
ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi prilaku dari semua pihak yang terlibat untuk
menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan
sebagai hasil kegiatan pemerintah.
Sedangkan menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
dalam Wahab (2005 : 65) menjelaskan makna implementasi ini
dengan mengatakan bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan
merupakan fokus perhatian implemetasi kebijaksanaan, yakni
kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah
disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang
mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau
kejadian-kejadian.
Syukur dalam Surmayadi (2005 : 79) mengemukakan ada tiga
unsur penting dalam proses implementasi yaitu: (1) adanya program
atau kebijakan yang dilaksanakan (2) target group yaitu kelompok
masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan akan menerima
manfaat dari program, perubahan atau peningkatan (3) unsur
pelaksana (Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk
bertanggung jawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan
dari proses implementasi tersebut.
Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk
memengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats”
untuk memberikan pelayanan atau mengatur prilaku kelompok sasaran
(target group).

2. Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani
yang terdiri dari kata “Pais” artinya seseorang, dan “again”
diterjemahkan membimbing.1 Jadi pendidikan (paedogogie)
artinya bimbingan yang diberikan pada seseorang.

1 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta:
1991), hlm. 69
Sedangkan secara umum pendidikan merupakan
bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan
pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki
kepribadian yang utama.2

Dan di dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga


istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan,
yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah yang
sekarang berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah.3

Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata , raba yarbu


yang berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba
yang berarti tumbuh dan berkembang, yang ketiga rabba
yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin,
menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata
tarbiyah dan berarti mengantarkan pada sesuatu
kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu
menjadi sempurna secara berangsur-angsur.4

Jadi pengertian pendidikan secara harfiah berarti


membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga,
dan memelihara. Esensi dari pendidikan adalah adanya proses
transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua
kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup.
Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan agama
Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu: a) Mendidik

2 Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang:


UIN
Press, 2004), hlm.1
3 Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.3
4 Ibid..,hlm.4
peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau
akhlak Islam b) Mendidik peserta didik untuk mempelajari
materi ajaran agama Islam. 5

Sedangkan pengertian pendidikan jika ditinjau secara


definitive telah diartikan atau dikemukakan oleh para ahli
dalam rumusan yang beraneka ragam, diantaranya adalah:

1) Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan Pendidikan Agama


Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk
mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan kepada generasi muda agar menjadi
manusia bertakwa kepada Allah.6

2) Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar


untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian
peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya
hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya
kebahagiaan dunia akhirat.7

3) Muhaimin yang mengutip GBPP PAI, bahwa


Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami,
menghayati, mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

5 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan


Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
hlm.75-76
6 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),hlm. 130
7 Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN
Press, 2004), hlm. 11
Dengan demikian, maka pengertian Pendidikan Agama
Islam berdasarkan rumusan-rumusan di atas adalah
pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah
dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama
dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh,
melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan
menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan
ide pembentukan pribadi muslim. Untuk itu perlu adanya
usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang
menunjang keberhasilannya.8

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil unsur yang


merupakan karakteristik Pendidikan Agama Islam:

a) Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan,


latihan, pengajaran, secara sadar yang diberikan oleh
pendidik terhadap peserta didik.

b) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara


sistematis, kontinyu dan berjalan setahap demi setahap
sesuai dengan perkembangan kematangan peserta didik.

c) Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup


yang dijiwai oleh nilainilai Islam.

d) Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan tidak terlepas


dari pengawasan sebagai proses evaluasi.

8 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
hlm. 28
b. Materi Pendidikan Agama Islam
Materi Pendidikan Agama Islam pada sekolah atau

madrasah dasar, lanjutan tingkat pertama dan lanjutan atas

merupakan integral dari program pengajaran setiap jenjang

pendidikan. Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional ,

Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk membentuk

manusia Indonesia seutuhnya.

Adapun materi pokok Pendidikan Agama Islam dapat

diklasifikasikan menjadi lima aspek kajian, yaitu :

a. Aspek Al- Qur’an dan Hadist

Dalam aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Al-

Qur’an dan sekaligus juga menjelaskan beberapa hukum

bacaannya yang terkait dengan ilmu tajwid dan juga

menjelaskan beberapa hadist Nabi Muhammad Saw.

b. Aspek keimanan dan aqidah Islam

Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keimanan

yang meliputi enam rukun iman dalam Islam.

c. Aspek akhlak

Dalam aspek ini menjelaskan berbagai sifat- sifat terpuji

(akhlak karimah) yang harus diikuti dan sifat- sifat

tercela yang harus dijahui.

d. Aspek hukum Islam atau Syari’ah Islam


Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keagamaan

yang terkait dengan masalah ibadah dan mu’amalah.

e. Aspek tarikh Islam

Dalam aspek ini menjelaskan sejarah perkembangan atau

peradaban Islam yang bisa diambil manfaatnya untuk

diterapkan di masa sekarang. 9

3. MENCIPTAKAN

menciptakan menurut KBBI , menciptakan [men·cip·ta·kan]


Kata Verbia (kata kerja) Dari kata dasar: cipta.

a. menjadikan sesuatu yang baru tidak dengan bahan


b. membuat atau mengadakan sesuatu dengan kekuatan batin
c. membuat (mengadakan) sesuatu yang baru (belum pernah ada,
luar biasa, lain dari yang lain)
d. membuat suatu hasil kesenian (seperti mengarang lagu,
memahat patung)

4. BUDAYA (KEBIASAAN )
Menurut E.B. Tylor dalam bukunya yang berjudul “primitive
culture” bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang
didapat manusia sebagai angota masyarakat. Pada sisi yang agak
berbeda, Koentjaningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur
9 Depdiknas Jendral Direktorat Pendidika Dasar, Lanjutan Pertama Dan
Menengah, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi
Sekolah
Menengah Pertama,(Jakarta : 2004),hlm.18
oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat‖. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
untuk memenuhi kehidupanya dengan cara belajar yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Jadi, kebudayaan adalah
kebudayaan manusia. Hampir semua tindakan manusia adalah
kebudayaan.
Budaya berasal dari kata budi ― yang berupa cipta ,karsa dan
rasa,dengan ―kebudayaan‖ yang Kebudayaan =cultuur (bahasa
belanda) =culture (bahasa inggris)=tsaqafah” (bahasa arab ) dan
berasal dari bahasa latin yaitu ―colere”yang artinya mengelolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan,terutama
mengelolah tanah atau bertani dari segi arti ini berkembang sebagai
―daya dan aktivitas manusia untuk mengelolah dan mengubah alam.

5. KEBERSIHAN
Kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek
moral, dan karena itu sering juga dipakai kata “Thaharah” yang
artinya bersuci dan lepas dari kotoran.
Ajaran kebersihan dalam islam merupakan konsekuensi
daripada iman (ketaqwaan) kepada Allah, berupaya menjadikan
dirinya suci (bersih) supaya ia berpeluang mendekat kepada Allah
SWT. Rosulullah saw bersabda dalam hadistnya :

Artinya : “Kebersihan itu sebagaian dari Pada iman”.


Allah SWT mengingatkan manusia untuk menjaga kebersihan
karena bersih itu sangat penting bagi manusia. Hidup bersih menurut
Islam mencakup jasmaniah dan rohania, fisik dan mental yang sehat,
keimanan dan ketaqwaan yang mantab, prilaku yang terpuji serta
lingkungan yang nyaman dan menyenangkan.

6. BUDAYA KEBERSIHAN
a. Pengertian Budaya Kebersihan

Manusia adalah salah satu makhluk tuhan di dunia yang


memiliki keistimewaan yaitu, memiliki sifat wujud, hidup,
dibekali nafsu, serta akal budi. Akal budi merupakan bagian dari
kata hati berupa panduan akal dan perasaan yang dapat
membedakan baikburuk sesuatu.10

Melalui akal budi inilah manusia mampu menciptakan,


berkreasi, mengembangkan, memperbarui, dan memperbaiki
sesuatu untuk meningkatkan kepentingan hidup manusia. Dari
sinilah, maka muncul budaya. Menurut Koentjaraningrat,
budaya adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi
pekertinya.11

Bersih secara bahasa berarti bebas dari kotoran, tidak


tercemar dari zat lain. Kebersihan adalah lambang kepribadian
seseorang, jika tempat tinggal, pakaian, tubuh, dan peralatan-
peralatan pribadi terlihat bersih maka orang tersebut mempunyai
kesan manusia elegan, beraura cerah, dan sehat. Bersih adalah
sesuatu yang mudah dan murah, namun jika diabaikan akan
berakibat buruk, seperti terjangkitnya suatu penyakit.
Kebersihan timbul dari pribadi dan watak yang bersih, sehingga
mampu mewujudkan tindakan menjaga kebersihan. Dan pada
akhirnya tercipta atmosfir lingkungan yang segar nyaman. Jika

10 Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,(Jakarta: Bumi Aksara,2008),


hlm. 18-19.
11 Ibid, hlm. 25.
kebersihan ini menjadi kebiasaan dan tabiat seseorang maka
terciptalah nuansa hidup bersih.

Sehingga dari teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa


budaya hidup bersih adalah keseluruhan gagasan berbentuk
tindakan atau aktifitas yang terpola dalam sebuah kelompok
masyarakat yang dibiasakan dengan belajar untuk menciptakan
kebiasaan dan tabiat kebersihan dalam hidup mereka.

b. Landasan Hidup Bersih dalam al-Qur‟an dan Sunah12

Islam adalah agama yang memberikan perhatian khusus


tentang budaya hidup bersih. Sebagaimana firman Allah
SWT.,”Innallãha yuḥibbu at-tawwãbîna wa yuḥibbu al-
mutațahhirîna” serta sabda Nabi Muhammad SAW., “Aț-
Țahûru syațru al-îmãni” adalah dasar utama dalam menjalankan
perintah tentang budaya hidup bersih.

Selain dalil di atas, Nabi Muhammad SAW menegaskan


kepada umat Islam untuk menjaga kebersihan dalam
menunaikan ibadah sholat yang notabene sebagai ibadah

mahdhah umat Islam.

Artinya, Dari Jabir bin Abdillãh bahwa Rasulullah SAW


bersabda,‟Kunci surga adalah sholat, dan kunci sholat adalah
suci”.13 Sehingga para sahabat pun mengimplementasikan

12 Air Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Menurut Ajaran


Islam, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1995), hlm. 44-52.
13 Aḥmad Bin Ḥanbal,Musnad Aḥmad Bin Ḥanbal Jilid 3, (Beirut:
„Ãlimu alKutub, 1998), hlm.340.
perintah beliau dan salah satunya adalah Bilal. Disebutkan
dalam sebuah ḥadiś bahwa Nabi Muhammad SAW. bertanya
kepada Bilal untuk mengabarkan sebuah amalan yang ia lakukan
karena Beliau mendengar suara sandal yang dipakai Bilal di
surga. Maka Bilal berkata bahwa tidak ada amalan yang menarik
dari Bilal kecuali tidak pernah (meninggalkan) bersuci diwaktu
malam maupun siang dan (disertai) sholat setelah bersuci.14

B. KERANGKA BERPIKIR

Beraspek
Pendidikan Agama Islam Pendidikan Akhlak

meliputi menciptakan

Akidah Akhlak
bermateri Budaya
Kebersihan
Ibadah

mencerminkan

14 Zakî al-Din, Ringkasan Shaḥîḥ Muslim, Syinqithy


Djamaluddin (pent), (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 963.

Anda mungkin juga menyukai