Anda di halaman 1dari 11

Lex Et Societatis Vol. VII/No.

5/Mei/2019

PERAN NEGARA DALAM MENYELESAIKAN tata cara penyelesaian sengketa. Sistematik


SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL1 pengaturan penyelesaian sengketa GATT diatur
Oleh: George Lucky Kaparang2 dalam Pasal XXII dan Pasal XXIII. Pasal XXII
berjudul consultation dan Pasal XXIII berjudul
ABSTRAK nullification or impairment.3
Tujuan dilakukanya penelitian yakni untuk Mekanisme penyelesaian sengketa mulai
mengetahui bagaimana proses penyelesaian disempurnakan lagi pada perundingan Uruguay
sengketa perdagangan internasional menurut yang mencakup seluruh substansi dari sistem
GATT dan WTO dan bagaimana peranan GATT. Perjanjian mengenai penyelesaian
Indonesia dalam sengketa perdagangan sengketa disebut dengan Understanding on
internasional yang dengan metode penelitian Rules and Procedures Governing the Settlement
hukum normartif disimpulkan bahwa: 1. World of Disputes atau (DSU) yang merupakan
Trade Organization (WTO) merupakan suatu penyempurnaan dari aturan GATT. Berdasarkan
organisasi internasional yang mengatur tentang Pasal 3 DSU para anggota WTO menegaskan
perdagangan internasional. WTO dan GATT ketaatan mereka pada peraturan penyelesaian
memiliki tujuan yang sama untuk sengketa Penyelesaian sengketa dalam
menyelesaikan sengketa perdagangan perdagangan internasional sendiri juga tidak
internasional. Dalam menyelesaikan sengketa lepas dari peranan suatu negara yang ada di
terdapat dua kategori forum penyelesaian dalamnya, dimana negara sendiri merupakan
dalam GATT dan WTO, yaitu: Jalur Non-yudisial subyek hukum internasional. Negara sebagai
(Negosiasi dan Konsultasi, Good office, Mediasi, suatu subyek memiliki peranan atau fungsi
dan Konsiliasi), Jalur Yudisial penyelesaian secara garis besar yaitu membuat undang-
dalam bentuk formal yang melibatkan pihak undang (legislatif), menjalankan undang-
ketiga dapat berupa Arbitrase atau Juducial undang (eksekutif) dan mengawasi pemerintah
Settlement. 2. Peran Negara dalam kasus (yudikatif).
sengketa dagang internasional melalui World
Trade Organization adalah tugas diplomasi, B. Perumusan Masalah
yang mana diplomasi tersebut dilakukan 1. Bagaimana proses penyelesaian sengketa
sebelum dan sesudah dibuat, maka Indonesia perdagangan internasional menurut
berhak untuk tidak tunduk terhadap aturan GATT dan WTO?
yang dibuat dinegara lain. Prospek 2. Bagaimana peranan Indonesia dalam
penyelesaian sengketa dagang antara Indonesia sengketa perdagangan internasional ?
dengan negara lain adalah Indonesia dapat
memenangkan suatu sengketa dari negara yang C. Metode penulisan
melanggar hukum internasional melalui penelitian ini merupakan bagian dari
pelanggaran terhadap TRIPS, TBT, serta GATT. Penelitian Hukum kepustakaan.
Kata kunci: perdagangan internasional; peran
negara; PEMBAHASAN
A. Proses Penyelesaian Sengketa Perdagangan
PENDAHULUAN Internasional Menurut GATT dan WTO
A. Latar Belakang Sistem perdagangan internasional yang kini
Pada prakteknya, kerjasama antar negara berlaku dan yang sekarang dikelola oleh suatu
di bidang perdagangan internasional sering lembaga internasional baru, Wold Trade
tidak berjalan sesuai dengan ketentuan- Organization atau selanjutnya disingkat WTO,
ketentuan yang berlaku, dimana terdapat suatu yang berkedudukan di Jenewa, Switzerland
negara yang melakukan tindakan yang mempunyai sejarah yang cukup panjang.
melanggar peraturan WTO. Oleh karena itu, Sebagai sistem yang menyeluruh, aturan main
didalam GATT/WTO terdapat aturan tentang dalam WTO tidak dapat mudah dimengerti
tanpa menoleh lebih jauh pada dasar-dasar yag
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Harord Anis, SH,.
3
M.Si, MH; Thor Bangsaradja Sinaga, SH, MH H.S.Kartadjoemana, GATT dan WTO Sistem Forum dan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, Jakarta :
15071101227 Universitas Indonesia, 2002, hlm. 34.

139
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

telah diterapkan sejak didirikannya General CONTRACTING PARTIES (organ utama GATT yag
Agreement on Tariff and Trade atau selajutnya terdiri dari Negara-negara anggota yang
disingkat GATT pada tahun 1947.4 bertindak bersama-sama). Jika perselisihan
GATT adalah suatu sistem, suatu forum dan tidak dapat diselesaikan maka akan diserahkan
suatu lembaga internasional dibidang kepada CONTRACTING PARTIES sendiri yang
perdagangan. Sistem tersebut mulai kemudian akan melakukan penyelidikan, dan
diwujudkan tahun 1947 dan mulai beroperasi memberikan rekemondasi atau putusan bagi
tahun 1948. GATT berfungsi sebagai suatu pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam pratek
kontrak antara semua pihak peserta perjanjian CONTRACTING PARTIES dalam memutuskan
untuk memenuhi aturan main yang telah di perselisihan tersebut dibantu oleh sebuah
sepakati bersama. Walaupun GATT belum panel yang terdiri dari para ahli. Atas dasar
lengkap dan sempurna tetapi cakupannya temuan panel inilah CONTRACTING PARTIES
bersifat komprehensif. Sebagai suatu perjanjian memberikan rekemendasi atau putusan.7
yang dicapai melalui suatu negosiasi maka Perbaikan mekanisme penyelesaian
perjanjian GATT mengandung banyak sengketa merupakan salah satu aspek
kompromi yang mencerminkan keperntingan pembaharuan norma-norma GATT yakni aspek
yang berbeda diantara Negara peserta procedural. Aspek substantive yang erat
perundingan. kaitannya dengan aspek procedural, sehingga
Karena itu, maka sebagai suatu perjanjian perbaikan aspek yang satu harus diimbangi
yang diwujudkan melalui negosiasi dan dengan perbaikan aspek yang lainnya.
kompromi, perjanjian GATT merupakan hal Perbaikan aspek procedural harus tidak akan
yang kompleks.5 membangkitkan kepatuhan Negara anggota
Disepakatinya GATT didasarkan pada untuk menggunakan sarana penyelesaian
hubungan antar negara di bidang perdagangan sengketa GATT apabila dirasakan bahwa
dan ekonomi harus dijalankan dengan sasaran aturan-aturan substantifnya sudah tidak dapat
untuk meningkatkan standar hidup, menjamin diterima lagi. Demikian pula perbaikan aspek
lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan substantive tidak dengan sendirinya akan
dan penemuhan kebutuhan, pemanfaatan menjamin kepatuhan, apabila tidak ada
sumber daya dunia seutuhnya serta mekanisme penyelesaian sengketa yang baik
memperluas produksi serta pertukaran barang. dan efektif. Sistem penyelesaian sengketa yang
Cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini telah melembaga dan mengandung prosedur
adalah dengan mengadakan pengaturan timbal yang telah rinci menjadi bagian integral dari
balik dan saling menguntungkan untuk suatu lembaga internasional yang
mengurangi tariff dan hambatan perdagangan bertanggungjawab “mengadministrasikan”
lain, serta menghilangkan diskriminasi dalam perjanjian tersebut dan menjadi forum untuk
perdagangan internasional.6 pelaksanaan dan pengelolaan perjanjian itu.
Dalam tahun-tahun berikutnya berbagai Penguasaan yang lengkap dari GATT dan WTO
tambahan dan penyempurnaan telah dilakukan memerlukan pula penguasaan tentang
melalui berbagai perundingan (round). Delapan prosedur penyelesain sengketa. Namun untuk
putaran perundingan yang telah diselesaikan menguasai system penyelesaian sengketa GATT
yakni Jenewa (1947), Annecy (1949), Torquay dan WTO secara lengkap memerlukan pula
(1950-1951), Jenewa (1953-1956), The Dilon penguasaan aturan main yang berlaku dan
Round (1960-1961), The Kennedy Round (1964- identifikasi dari aspek aturan main tersebut
1967), Tokyo Round (1973-1979) dan terakhir yang mungkin dapat menjadi sumber
Uruguay Round (1986-1994) Dalam GATT, sengketa.8
perselisihan di antara pihak-pihak yang Dalam konteks masyarakat internasional
bersangkutan atau dengan perantara secara umumnya, masyarakat internasional
memberikan peluang untuk melakukan
4
Hatta, Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT
7
dan WTO : Aspek Hukum dan Non Hukum, Refika Aditama, Kartadjeomena HS, GATT dan WTO : Sistem, Forum dan
Bandung, 2006 hal. 89 Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, UI Press,
5
Ibid hal.97 Jakarta hal. 96
6 8
Ibid hal.134 Opcit, hal 126

140
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

penyelesaian sengketa antar negara melalui sangat informal dan tidak terlihat oleh
berbagai cara. Sengketa antar negara dapat pihak lain.
diatasi melalui proses politis- diplomatik yakni 2) Good Offices Good Offices merupakan
secara non-yudisial atau sebagai alternatif, cara penyelesaian sengketa dalam
dapat pula dilaksanakan dalam forum tribunal bentuk yang non-yudisial dengan
(hukum). Rincian dari kedua kategori forum dan bantuan pihak ketiga yang dianggap
variasi dari ciri dalam metode penyelesaian netral. Pihak ketiga yang melakukan
sengketa tersebut dapat dilihat dalam uraian kegiatan good offices bertindak
dibawah ini :9 sebagai pihak yang mendorong agar
A. Jalur Non-Yudisial pihak yang bersengketa mengambil
Peyelesaian sengketa melalui jalur non- langkah konkret kearah penyelesaian
yudisial adalah penyelesaian yang secara damai tetapi tidak turut dalam
dilakukan melalui proses politis- proses perundingan.
diplomatis. dalam bentuk yang lebih 3) Mediasi Dalam proses penyelesaian
fleksibel, serta dengan ketentuan sengketa melalui mediasi pihak ketiga
prosedural yang lebih luwes, juga turut dalam proses perundingan
penyelesaian sengketa dapat diselesaikan untuk penyelesaian sengketa tetapi
oleh pihak yang bersengketa sendiri pengambilan keputusan tentang
tanpa keterlibatan pihak lain yakni penyelesaian sengketa berada dalam
melalui proses negosiasi. Dengan proses pihak yang bersengeta.
maka sengketa diselesaikan melalaui 4) Konsiliasi Dalam hal konsiliasi, pihak
pendekatan non-yudisial yang ketiga merupakan pihak yang diminta
berdasarkan atas pertimbangan politis menjadi a commision of persons yang
antara pihak yang bersengeketa dengan tugasnya adalah untuk menjelaskan
menggunakan mekanisme diplomatik. fakta yang berkaitan dengan sengketa
Cara penyelesaian sengketa yang dan menyusun laporan yang isinya
diselesaikan antara pihak yang mencakup usulan mengenai
bersengketa sendiri, walaupun dubantu penyelesaian yang dianggap dapat
dengan pihak ketiga yang dapat berupa diterima walaupun usulan tersebut
good offices, mediasi atau konsiliasi. tidak mengikat.
1) Negosiasi dan Konsultasi Proses B. Jalur Yudisial
negosiasi dengan bentuk yang luwes Penyelesaian sengketa dalam bentuk
tersebut memang merupakan salah yang jauh lebih formal dan yang
satu aspek dari kegiatan sistem GATT secara langsung aktif melibatkan
dan WTO yang terpenting. Dalam pihak ketiga dapat berupa arbitrase
kenyataan sebenarnya, sebagai sistem
atau berupa juducial settlement.
GATT dan WTO merupakan forum
Dengan menggunakan jalur ini maka
negosiasi yang berfungsi setiap waktu.
Dalam prosedur GATT ada mekanisme hasil dari proses penyelesaian
konsultasi yang merupakan aspek sengketa yang ditempuh ditetapkan
khusus dari mekanisme negosiasi. oleh pihak ketiga dan berlaku secara
Dalam sistem GATT, konsultasi dalam mengikat. Dengan demikian maka
rangka proses penyelesaian sengketa jalur ini merupakan jalur yuridis.
mengandung arti formal karena Penyelesaian sengketa yang dpilih
secara eksplisit terdapat dalam Pasal melalui jalur arbitrase maupun jalur
XXII perjanjian GATT walaupun dalam judicial settlement merupakan jalur
pelaksanaannya proses konsultasi yudisial yang sifatnya suatu tribunal.
bentuknya dapat berupa proses yang
Kesimpulan Mekanisme penyelesaian
sengketa GATT dan WTO ditinjau dari
9
hukum ekonomi internasional dapat
Kartadjoemen HS, Substansi Perjanjian GATT/WTO dan
Mekanisme Penyelesaian Sengketa, UI Press, Jakarta, 2007
dilakukan melalui 2 cara yakni non-
hal. 85 yudisial dan yudisial. Non-yudisial

141
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

meliputi negosiasi, mediasi, good Dalam Final Act telah disetujui bahwa
efficer, konsiliasi sedangkan yudisial negara-negara anggota WTO tidak akan
dapat dilaksanakan melalui arbitrase menerapkan “hukum rimba” dengan jalan
atau judicial settlement.10 mengambil tindakan unilateral terhadap negara
Mekanisme penyelesaian sengketa dalam yang dianggap telah melanggar aturan
perjanjian WTO sekarang ini pada intinya perdagangan multilateral. Setiap pelanggaran
mengacu pada ketentuan Pasal 22-23 harus diselesaikan melalui DSM, yang
GATT 1947. Dengan berdirinya WTO, ditetapkan pada bulan April 1994. Penyelesaian
ketentuan-ketentuan GATT 1947 sengketa dengan segera (promp) sangat
kemudian terlebur ke dalam aturan WTO. penting bagi efektifnya fungsi WTO.
Pengaturan penyelesaian sengketa dalam Dalam WTO hanya ada satu Dispute
Pasal 22 dan 23 GATT memuat ketentuan- Settlement Body (DSB) yang berperan untuk
ketentuan yang sederhana. Pasal 22 menyelesaikan segala sengketa yang timbul
menghendaki para pihak yang bersengketa dari setiap persetujuan yang terdapat
untuk menyelesaikan sengketanya melalui dalam Final Act. Lembaga ini memiliki
konsultasi bilateral (bilateral consultation) atas wewenang untuk membentuk panel-panel,
setiap persoalan yang mempengaruhi menyetujui panel dan perkara banding,
pelaksanaan perjanjian atau ketentuan- mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan
ketentuan GATT (with respect to any matter dan rekomendasi-rekomendasi, serta
menjatuhkan penghukuman dalam hal ada
affecting the operation of this agreement).
pihak yang tidak melaksanakan
Pasal 23 mengandung pengaturan yang lebih
rekomendasinya. Tahapan-tahapan yang harus
luas.11
dilalui dalam proses penyelesaian sengketa
Melalui Undang-Undang No.7 Tahun 1994
melalui DSM adalah sebagai berikut:
Tentang Ratifkasi Persetujuan Pembentukan
 Konsultasi
Organisasi Perdagangan Dunia, Indonesia
Sesuai dengan maksud utama DSM-WTO
secara resmi telah menjadi anggota The World
untuk mencapai penyelesaian yang positif,
Trade Organization (WTO). Berdasarkan kaedah
penyelesaian sengketa yang diterima oleh
hukum kebiasaan internasional, yang kemudian
kedua belah pihak sangat
dirumuskan secara tertulis dalam “Konvensi 12
diutamakan. Konsultasi merupakan
Wina, 1969”, ratifkasi ini menimbulkan akibat
langkah awal yang sangat dianjurkan dalam
hukum eksternal maupun internal bagi negara
DSU. Pada konsultasi ini diperbolehkan juga
yang melakukannya. Akibat hukum eksternal
untuk mengikutsertakan pihak ketiga. Untuk
adalah bahwa melalui tindakan tersebut berarti
mengefektifkan proses konsultasi, pihak yang
negara yang bersangkutan telah menerima
bersangkutan harus memberikan pertimbangan
segal kewajiban yang dibebankan. Sedangkan
yang layak dan juga kesempatan yang sama
akibat hukum internal adalah kewajiban bagi
untuk berkonsultasi kepada pihak lain.
negara yang bersangkutan untuk merubah
Konsultasi harus dilakukan dengan itikad baik
hukum nasionalnya agar sesuai dengan
dalam jangka waktu tidak lebih dari 30 hari dari
ketentuan-ketentuan dalam persetujuan
sejak tanggal permintaan.13
internasional yang bersangkutan.
Ada perkembangan dan pengaturan baru
Sebagai “gigi taring” World Trade
mengenai hal ini. Pertama, adalah diterimanya
Organization (WTO), Dispute Settlement
suatu prinsip yang dikenal dengan nama
Mechanism(DSM) diharapkan cukup membuat
negara-negara anggotanya takut melanggar
ketentuan yang telah disepakati. DSM 12
agus Brotosusilo, “Analisis Ekonomi Terhadap
merupakan unsur utama dalam mewujudkan Penyelesaian Sengketa Menurut WTO”, makalah
pengamanan dan keterdugaan (predictability) disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tentang Analisa
Ekonomi Terhadap Hukum Dalam Menyongsong Era
system perdagangan multilateral. Globalisasi diselenggarakan oleh Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 10 s/d
11 Desember 1996
13
Oka Pangestu, “Tahap Penyelesaian Sengketa WTO”,
10
Ibid dalam http://okapangestu.blogspot.com/2010/03/tahap-
11
Op Cit, hlm 132. penyelesaian-sengket-wto.html, diakses 10 mei 2019

142
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

“otomatisasi” (automaticity). Kedua, the persetujuan terkait. Dalam hal para pihak yang
understanding menetapkan waktu sepuluh hari berpekara setuju, panel dapat menjalankan
bagi negara termohon untuk menjawab tugasnya berdasarkan terms of reference lain.17
permohonan negara pemohon untuk Fungsi panel utamanya adalah membantu DSB
14
berkonsultasi. melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
 Jasa Baik, Konsiliasi, dan Mediasi badan penyelesaian sengketa WTO. Secara
Ini adalah cara penyelesaian sengketa secara spesifik fungsi panel tersebut adalah :
damai dengan melibatkan pihak ketiga, 1. Membuat penilaian terhadap suatu
prosedurnya dilaksanakan secara sukarela, sengketa secara objektif dan
dalam pelaksanaannya sifatnya rahasia. menguraikan apakah suatu pokok
Kemungkinan melalukan jasa baik, konsiliasi, sengketa bertentangan atau tidak dengan
dan mediasi: perjanjian-perjanjian WTO (covered
1. Apabila konsultasi atau negosiasi gagal, agreements).
dan apabila par pihak setuju maka 2. Merumuskan dan menyerahkan hasil-
sengketa mereka dapat di serahkan pada hasil temuannya yang akan dijadikan
Dirjen WTO. Dalam tahap ini Dirjen WTO bahan untuk membantu DBS dalam
akan memberikan cara penyelesaiannya merumuskan rekomendasi atau
melalui jasa baik, konsiliasi, atau mediasi. putusan.18
2. Apabila negara termohon tidak  Pemeriksaan Banding
memberikan jawaban positif terhadap DSM-WTO menyediakan kemungkinan
permohonan konsultasi dalam jangka untuk banding kepada pihak yang tidak dapat
waktu 10 hari, atau apabila negara menerima laporan panel. Namun keberatan
tersebut menerima permohonan yang dapat dikemukakan terbatas pada
konsultasi namun penyelesaiannya gagal masalah hukum yang dikemukakan dalam
dala jangka waktu 60 hari maka negara laporan, dan interprestasi hukum yang
pemohon dapat meminta DSB untuk diterapkan dalam panel.19 Banding tidak dapat
membuka suatu panel.15 diajukan untuk mengubah bukti-bukti yang ada
 Pembentukan Panel atau bukti baru yang muncul.20
Pembentukan suatu panel dianggap sebagai  Pelaksanaan Putusan dan Rekomendasi
upaya terakhir dan sifatnya otomatis dalam Implementasi putusan dan rekomendasi
mekanisme penyelesaian sengketa menurut dapat dianggap sebagai masalah yang sangat
WTO. Perjanjian WTO menyatakan bahwa DSB, penting di dalam proses penyelesaian sengketa.
dalam hal ini fungsi badan tersebut Isu ini akan menentukan kredibilitas WTO,
dilaksanakan oleh the WTO General Council, termasuk efektivitas dari penyelesaian sengketa
harus mendirikan suatu panel dalam jangka WTO itu sendiri. DSB dalam jangka waktu 30
waktu 30 hari setelah adanya permohonan,
kecuali ada konsensus para pihak untuk 17
Agus Brotosusilo, “Analisis Ekonomi Terhadap
membatalkannya. Penyelesaian Sengketa Menurut WTO”, makalah
Persyaratan-persyaratan pendirian panel dan disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tentang Analisa
wewenangnya diatur dalam the Ekonomi Terhadap Hukum Dalam Menyongsong Era
Globalisasi diselenggarakan oleh Badan Pembinaan
understanding.16 The Understanding telah
Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 10 s/d
merumuskan standard terms of reference yang 11 Desember 1996
member mandate kepada panel untuk 18
Oka Pangestu, “Tahap Penyelesaian Sengketa WTO”,
memeriksa gugatan berdasarkan persetujuan dalamhttp://okapangestu.blogspot.com/2010/03/tahap-
yang berkaitan, dan menghasilkan temuan yang penyelesaian-sengket-wto.html.diakses 10 mei 2019
19
Agus Brotosusilo, “Analisis Ekonomi Terhadap
akan membantu DSB menyusun rekomendasi Penyelesaian Sengketa Menurut WTO”, makalah
atau membuat keputusan sesuai dengan disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tentang Analisa
Ekonomi Terhadap Hukum Dalam Menyongsong Era
Globalisasi diselenggarakan oleh Badan Pembinaan
14
Op Cit, hlm 143. Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 10 s/d
15
Oka Pangestu, “Tahap Penyelesaian Sengketa WTO”, 11 Desember 1996
20
dalamhttp://okapangestu.blogspot.com/2010/03/tahap- Dian Triansjah Djani, Sekilas WTO (World Trade
penyelesaian-sengket-wto.html, diakses 10 mei 2019 Organization), Deplu-Ditjen Multilateral Ekonomi,
16
Op Cit, hlm 145. Keuangan dan Pembangunan, Jakarta, 2002, hlm 47.

143
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

hari sejak laporan tersebut dikeluarkan. Apabila Pada Juli 1996, pemerintah resmi meluncurkan
jangka waktu ini dianggap tidak mungkin proyek mobil nasional bernama Timor melalui
dipenuhi, maka para pihak diberi jangka waktu kerja sama dengan Kia Motors, produsen
yang lebih wajar (reasonable period of time) mobil asa Korea Selatan. Karena berlabel
untuk melaksanakannya. mobil nasional, bea masuk dan pajak barang
Tindakan kompensasi (ganti rugi) atau mewah pada penjualan mobil ini dipangkas
penangguhan konsesi atau kewajiban lainnya sehingga harganya menjadi separuh harga
tersebut sifatnya adalah sementara. Apabila rata-rata mobil saat itu. Kebijakan Indonesia
penangguhan ini dimintakan, pihak lainnya ini diprotes negara produsen mobil seperti
dapat menegosiasikannya dalam jangka waktu Jepang dan Uni Eropa. Mereka menyeret
yang pantas. Namun, apabila dalam jangka Indonesia ke badan penyelesaian sengketa
waktu yang pantas ini tidak tercapai WTO. Indonesia kalah dan WTO memutuskan
kesepakatan maka salah satu pihak dapat agar Indonesia mencabut kebijakan
meminta arbitrase untuk menyelesaikannya. diskriminatif tersebut. Selanjutnya, nasib
mobil nasional Timor bagai hilang ditelan
B. Peranan Indonesia Dalam Sengketa bumi.22
Perdagangan Internasional Dengan duduk perkara sebagai berikut :23
Undang-Undang No.7 tahun 1994 Pasal XIII Lahirnya mobil Timor sebagai mobil nasional
yang dimuat dalam lembaran Negara No. 57 menimbulkan polemik dan akibat hukum yang
thn. 1994, serta penjelasannya dalam sangat besar, khususnya di bidang ekonomi
Tambahan lembaran Negara No. 3564. Secara dunia. Timor memperoleh banyak kemudahan
makro, seluruh isi perjanjian WTO telah masuk dan perlakuan khusus/istimewa. Hal ini terlihat
dalam sistem hukum positif dan badan hukum dari sikap pemerintah yang memaksakan untuk
Indonesia yang berkecimpung di dunia bisnis mengeluarkan berbagai peraturan dan
wajib mentaati ketentuan hukrnn ekonomi. kebijakan yang sesungguhnya merusak tatanan
Untuk menentukan sumber sengketa GATT mekanisme pasar.
mensyaratkan adanya "multification" atau Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia
"impairment". dengan Korean International Automotive (KIA)
Penyebab terjadinya sengketa dagang dinilai sebagai bentuk diskriminasi hukum di
antara lain negara maju dengan berkembang bidang perekonomian dunia. Salah satu negara
adalah adanya kecenderungan dari negara pengekspor produk otomotif yaitu Jepang
berkembang dalam untuk mencari jalan pintas kemudian melakukan pengaduan/gugatan ke
yang didasarkan pada peningkatan ekonomi World Trade Organization (WTO).
nasional untuk kepentingan perdagangan Gugatan Jepang bermula dengan
internasional, sehingga beberapa dikeluarkannya Inpres No. 2 Tahun 1996 yang
aturan/perjanjian yang telah disepakati sering menunjuk PT Timor Putra Nasional sebagai
dilanggar. Ketentuan WTO mengenai sengketa pionir yang memproduksi Mobnas. Namun,
bagi Negara berkembang memungkinkan karena belum dapat memproduksi di dalam
meminta good offices kepada dengan negeri, maka keluarlah Keputusan Presiden No.
Prosedure khusus, konsultasi negara anggota 42 Tahun 1996 tentang Pembuatan Mobil
harus memberikan perhatian khusus, Nasional yang membolehkan PT Timor Putra
memasukkan sekurang-kurangnya satu panelis Nasional untuk mengimpor mobil nasional yang
dari negara berkembang.21 kemudian diberi merek “Timor” dalam bentuk
Peran Indonesia dalam sengketa jadi atau completely build up (CBU) dari Korea
perdagangan internasional, penulis Selatan.
mengangkat contoh kasus :
Kasus Mobil Nasional Timor dengan Jepang
22
dan Uni Eropa https://bisnis.tempo.co/read/1114737/tiga-kasus-
sengketa-dagang-indonesia-yang-berakhir-di-meja-
wto/full&view=ok diakes pada tanggal 24 Mei 2019 Pukul
21
13:44 WITA
23
http://marullohtekindustri.blogspot.com/2012/06/penyel http://arsyadshawir.blogspot.com/2013/02/analisis-
esaian-sengketa -secara.html diakses pada pukul 13:58 kasus-mobil-nasional-timor.html diakses pada tanggal 24
WITA tanggal 27/02/2019 Mei 2009 Pukul 13:55 WITA

144
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

Hak istimewa atas pajak dan bea terhadap sesuai dengan pelanggaran Pasal 3
PT Timor Putra Nasional diberikan dengan ayat (1) GATT dan Pasal 3
syarat menggunakan komponen lokal hingga Kesepakatan perdagangan
60% dalam tiga tahun sejak mobil nasional Multilateral.
pertama dibuat. Namun, bila mana penggunaan Pada 4 Oktober 1996, Pemerintah Jepang
komponen lokal yang ditentukan secara resmi mengadukan Indonesia ke WTO yang
bertahap yaitu 20% pada tahun pertama dan didasarkan pada Pasal 22 ayat (1) GATT. Inti
60% pada tahun ketiga tidak terpenuhi, maka dari pengaduan Jepang adalah ingin agar
PT Timor Putra Nasional harus menanggung masalah sengketa dagangnya dengan Indonesia
beban pajak banrang mewah dan bea masuk diselesaikan sesuai dengan kesepakatan
barang impor. Namun, mengenai komponen perdagangan multilateral sesuai dengan
yang menjadi syarat utama agaknya diabaikan, ketentuan yang tercantum dalam WTO bahwa
sebab pada faktanya Timor masuk ke jika dalam tempo lima sampai dengan enam
Indonesoa dalam bentuk jadi dari Korea Selatan bulan setelah pengaduan ke WTO belum dapat
tanpa bea masuk apa pun termasuk biaya diselesaikan, maka Jepang akan membawa
pelabuhan dan lainnya. perkara tersebut ke tingkat yang lebih tinggi.
Hal ini mendatangkan reaksi dari beberapa Setelah enam bulan tidak ada penyelesaian
pihak yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan sejak Jepang secara resmi mengadukan
beberapa negara Eropa. Namun, Jepanglah Indonesia ke WTO melalui pembentukan
yang paling berusaha keras karena mempunyai Dispute Settlement Body (DSB) atau sidang
kepentingan kuat dalam idustri otomotifnya bulanan pada penyelesaian sengketa.
yang telah menguasai hampir 90% pangsa Pembentukan panel pun dilakukan, setelah
mobil di Indonesia. Reaksi lain dari Amerika dan upaya penyelesaian mengalami jalan buntu.
beberapa negara Eropa gelisah karena mereka Panel yang beranggotakan 3-5 orang inilah yang
berencana menanamkan investasi dalam akan memeriksa pengaduan dan saksi-saksi.
industri otomotif di Indonesia. Dan dalam tempo enam bulan, panel akan
Akhirnya terjadi dialog antara Jepang menyerahkan rekomendasi yang akan
dengan Pemerintah Indonesia namun tidak diserahkan kepada DSB yang pada akhirnya
menghasilkan kesepakatan apa pun. Kemudian, keputusan hasil panel akan disahkan oleh DSB
tindakan lanjutan dari Jepang yaitu melalui satu tahun kemudian.
Wakil Menteri Perdagangan Internasional dan Setiap negara anggota WTO sesungguhnya
Industri menyatakan bahwa mereka akan dalam menyelenggarakan perdagangan
membawa masalah ini ke WTO. internasional harus berdasarkan prinsip-prinsip
Gugatan Jepang ke WTO atas Indonesia terdiri WTO. Perdagangan bebas menuntut semua
dari tiga poin, yaitu: pihak untuk memahami persetujuan
1. Perlakuan khusus impor mobil dari KIA perdagangan internasional dengan segala
Motor Korea yang hanya memberi implikasinya terhadap perkembangan ekonomi
keuntungan pada satu negara. Kebijakan nasional secara menyeluruh. Persetujuan-
ini melanggar Pasal 10 General persetujuan yang ada dalam kerangka WTO
Agreement on Traffis and Trade (GATT) bertujuan untuk menciptakan sistem
mengenai perlakuan bebas tarif masuk perdagangan dunia yang mengatur masalah-
barang impor. masalah perdagangan agar lebh bersaing secara
2. Perlakuan bebas pajak atas barang terbuka, adil (fair), dan sehat.
mewah yang diberikan kepada produsen Hal-hal tersebut terkandung dalam prinsip-
mobil nasional selama dua tahun. prinsip WTO, antara lain:
Kebijakan ini melanggar Pasal 3 ayat (2) 1. Perlakuan yang sama untuk semua
GATT. anggota atau asas non diskriminasi (Most
3. Menghendaki perimbangan muatan lokal Favoured Nations Treatment). Prinsip ini
seperti intensif. diatur dalam Pasal I GATT 1994 yang
 Mengizinkan pembebasan tarif impor, mensyaratkan segala komitmen yang
 Membebaskan pajak barang mewah telah dibuat dan ditandatangani dalam
di bawah program mobil nasional rangka GATT harus diperlakukan secara

145
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

sama kepada semua negara anggota WTO dengan meratifikasi Konvensi WTO
WTO. melalui Undang-Undang No. 7 Tahun 1994
2. Pengikatan tarif (Tariff Binding), Prinsip secara hukum terikat dengan ketentuan-
ini diatur dalam Pasal II GATT 1994 yang ketentuan GATT termasuk prinsip-prinsip:
mana setiap negara anggota GATT/WTO 1. Prinsip penghapusan hambatan
harus memiliki daftar produk yang kuatitatid (non tariff barriers/non tarif
tingkat bea masuk atau tarifnya harus measures) berdasarkan Artikel XI
diikat (legally bound). Pengikatan atas Paragraf 1 GATT 1994.
tarif ini dimaksudkan untuk menciptakan 2. Pada prinsipnya GATT hanya
“prediktibilitas” dalam hal bisnis memperkenankan tindakan proteksi
perdagangan internasional/ekspor. terhadap industri domestik melalui tarif
Artinya, negara tidak diperkenankan dan tidak melalui upaya perdagangan
untuk sewenang-wenang mengubah atau lainnya. Perlindungan melalui tarif ini
menaikkan tingkat tarif bea masuk. menunjukkan dengan jelas mengenai
3. Perlakuan Nasional (National Treatment), tingkat perlindungan yang diberikan dan
Prinsip ini diatur dalam Pasal III GATT masih dimungkinkan adanya kompetisi
1994 yang mensyaratkan bahwa suatu yang sehat. Prinsip ini dilakukan untuk
negara tidak diperkenankan untuk mencegah terjadinya proteksi
memperlakukan secara diskriminasi perdagangan yang bersifat non-tarif
antara produk impor dengan produk karena dapat merusak tatanan
dalam negeri (produk yang sama) dengan perekonomian dunia.
tujuan untuk melakukan proteksi. Jenis- 3. Prinsip National Treatment yang diatur
jenis tindakan yang dilarang berdasarkan dalam Artikel III paragraf 4 GATT 1994.
ketentuan ini, yaitu: Berdasarkan prinsip ini, produk yang
 pungutan dalam negeri; diimpor ke dalam suatu negara harus
 undang-undang; diperlakukan sama seperti halnya produk
 peraturan dan persyaratan yang dalam negeri. Dengan prinsip ini pula
mempengaruhi penjualan; dimaksudkan bahwa negara yang
 penawaran penjualan; tergabung ke dalam WTO tidak boleh
 pembelian; membeda-bedakan perlakuan terhadap
 transportasi; pelaku bisnis domestik/lokal dan pelaku
 distribusi atau penggunaan produk; bisnis asing, terlebih terhadap sesama
 pengaturan tentang jumlah yang anggota WTO. Prinsip ini berlaku luas dan
mensyaratkan campuran; berlaku terhadap semua macam pajak
 pemrosesan atau penggunaan dan pungutan-pungutan lainnya. Prinsip
produk-produk dalam negeri. ini juga memberikan suatu perlindungan
4. Perlindungan hanya melalui tarif. Prinsip terhadap proteksionisme sebagai akibat
ini diatur dalam Pasal XI dan upaya-upaya atau kebijakan administratif
mensyaratkan bahwa perlindungan atas atau legislatif.
industri dalam negeri hanya 4. WTO memutuskan bahwa Indonesia
diperkenankan melalui tarif. telah melanggar Prinsip-Prinsip GATT
5. Perlakuan khusus dan berbeda bagi yaitu National Treatment dan menilai
negara-negara berkembang (Special and kebijakan mobil nasional tidak sesuai
Differential Treatment for Developing dengan spirit perdagangan bebas yang
Countries). diusung WTO. Oleh karena itu, WTO
Permasalahan mobil nasional yang diadukan ke menjatuhkan putusan kepada Indonesia
WTO oleh Jepang terhadap Indonesia untuk menghilangkan subsidi serta segala
berdasarkan penilaian bahawa kebijakan kemudahan yang diberikan kepada PT
Pemerintah Indonesia sebagai bentuk Timor Putra Nasional selaku produsen
diskriminasi dan oleh karenanya telah mobil timor dengan menimbang bahwa:
melanggar prinsip-prinsip perdagangan bebas. 1) Penghapusan bea masuk dan
Indonesia yang secara resmi bergabung dengan pernghapusan pajak barang mewah

146
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

yang oleh pemerintah hanya internasional yang mengatur tentang


diberlakukan pada PT. Mobil Timor perdagangan internasional. WTO dan
nasional merupakan suatu perlakuan GATT memiliki tujuan yang sama untuk
yang diskriminatif dan tentu saja akan menyelesaikan sengketa perdagangan
sangat merugikan para investor yang internasional. Dalam menyelesaikan
telah terlebih dahulu menanamkan sengketa terdapat dua kategori forum
modalnya dan menjalankan usahanya penyelesaian dalam GATT dan WTO,
di Indonesia. Dengan diberlakukannya yaitu: Jalur Non-yudisial (Negosiasi dan
penghapusan bea masuk dan pajak Konsultasi, Good office, Mediasi, dan
barang mewah terhadap mobil timor, Konsiliasi), Jalur Yudisial penyelesaian
hal ini dapat menekan biaya produksi dalam bentuk formal yang melibatkan
sehingga membuat harga mobil timor pihak ketiga dapat berupa Arbitrase atau
di pasaran menjadi lebih murah, hal Juducial Settlement.
tersebut akan mengancam posisi 2. Peran Negara dalam kasus sengketa
investor asing yang tidak dapat dagang internasional melalui World
menrunkan harga jual produknya, Trade Organization adalah tugas
dalam persaingan pasar yang tidak diplomasi, yang mana diplomasi tersebut
sehat seperti itu, investor asing pasti dilakukan sebelum dan sesudah dibuat,
akan sangat dirugikan. maka Indonesia berhak untuk tidak
2) Untuk menciptakan suatu tunduk terhadap aturan yang dibuat
perdagangan bebas yang efektif dan dinegara lain. Prospek penyelesaian
efisien, GATT dalam aturan aturannya sengketa dagang antara Indonesia
telah berusaha menghapuskan segala dengan negara lain adalah Indonesia
hambatan dalam perdagangan dapat memenangkan suatu sengketa dari
internasional, antara lain adalah negara yang melanggar hukum
hambatan-hambatan perdagangan internasional melalui pelanggaran
Non Tarif, oleh karena itu kebijakan terhadap TRIPS, TBT, serta GATT.
Pemerintah Indonesia yang
menetapkan keharusan aturan B. Saran
persyaratan kandungan local terhadap 1. WTO dan GATT sebagai lembaga atau
investor asing dinilai sebagai upaya organisasi internasional yang menangani
pemerintah dalam menciptakan suatu tentang sengketa perdagangan
hambatan peragangan non tarif guna internasional diharapkan untuk bisa lebih
memproteksi pasar dalam negeri dari efektif dalam menangani permasalahan-
tekanan pasar asing. Kebijakan permasalahan atau sengkata dagang tiap-
tersebut merupakan salah satu tiap negara yang terlibat didalamnya.
strategi pemerintah untuk 2. Pemerintah Indonesia diharapkan lebih
memproteksi pasar Mobil Timor agar menyuarakan Charter of Economic Rights
tidak kalah bersaing dengan produsen and Duties of State, dimana sebuah
mobil dari luar negeri. Instrumen negara memiliki hak dan kewajiban
kebijakan tersebut tentunya sangat terhadap perekonominya, yang mana
merugikan pihak produsen mobil dari negara lain tidak boleh menghambat
luar negeri, dan dapat menciptakan perekonomian negara yang lainnya.
suatu iklim persaingan yang tidak
sehat.24 DAFTAR PUSTAKA
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional
PENUTUP : Prinsip-Prinsip dan Konsepsi Dasar,
A. Kesimpulan Jakarta PT. Raja Grafindo Persada,
1. World Trade Organization (WTO) 2005.
merupakan suatu organisasi H.S.Kartadjoemana, GATT dan WTO Sistem
Forum dan Lembaga Internasional di
24
Ibid

147
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

Bidang perdagangan, Jakarta : Huala Adolf. 2004. Hukum Perdagangan


Universitas Indonesia, 2002. Internasional Prinsip-prinsip dan Konesepsi
Syahmin, AK, Hukum Dagang Internasional 1, Dasar. Jakarta. Rajawali Pers.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Hatta. 2006. Perdagangan Internasional Dalam
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Sistem GATT dan WTO-Aspek-Aspek
Hukum, cet.3, Jakarta, Badan Penerbit Hukum dan Non Hukum. Bandung. Refika
Universitas Indonesia, 1986. Aditama
Tim Pengajar. Metode Penelitian dan Penulisan Olivier Long. 1987. Law and Its Limitations in
Hukum. Fakultas Hukum Universitas Sam the GATT Multilateral Trade System.
Ratulangi, Manado: 2007. Martinus Nijhoff Publishers.
Sri Mamudji. 2005. Metode Penelitian dan Kartadjeomena HS, GATT dan WTO : Sistem,
Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Forum dan Lembaga Internasional di
Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Bidang Perdagangan, UI Press, Jakarta
Setiawan, Lestari, Perdagangan Internasional , Kartadjoemen HS, Substansi Perjanjian
Raja Grafindo, Jakarta, 2008 GATT/WTO dan Mekanisme Penyelesaian
Sukirno, Sadono, Perdagangan Internasional, Sengketa, UI Press, Jakarta, 2007
Pustaka Nusantara, Yogyakarta, 2007 Agus Brotosusilo, “Analisis Ekonomi Terhadap
Salvatore, Dominick, Ekonomi Internasional, Penyelesaian Sengketa Menurut WTO”,
Salemba Empat, Jakarta, 2014 makalah disampaikan dalam Pertemuan
CFG Sunaryati Hartono, Opcit. Lihat juga Ilmiah Tentang Analisa Ekonomi
Zulherman Idris, Pembangunan Hukum Terhadap Hukum Dalam Menyongsong
Ekonomi Di Indonesia, Jurnal Mahkamah, Era Globalisasi diselenggarakan oleh Badan
Pekanbaru, Oktober, 2002 Pembinaan Hukum Nasional
Gerald Cooke, Disputes Resolution in Departemen Kehakiman, Jakarta, 10 s/d 11
International Trading, in Jonathan Reuvid, Desember 1996
The Strategic to International Trade,
London, Kogan Page, 1997 Dian Triansjah Djani, Sekilas WTO (World Trade
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Organization), Deplu-Ditjen Multilateral
Rajawali Press, Jakarta, 2006 Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan,
D.J. Harris, Cases and Materials on Jakarta, 2002
International IMW, London: Sweet and
Maxwell, 5.ed., 1998 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Undang-undang Dasar Negara Republik
Internasional, Rajawali Press, Jakarta, Indonesia Tahun 1945
2002 Undang-undang no 7 Tentang Perdagangan
David J. Bederman, The Hague Peace Piagam PBB
Conference of 1899 and 1907, dalam Mark Konvensi Den Haag Pasal 37 Tahun 1907
W. Janis et. Al., 1992, International Undang-Undang No.7 tahun 1994 Pasal XIII
Court for Twenty First Century, Dordrecht, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
Martinus Nijhoff. 2003
Adolf, Huala, Aspek-Aspek Negara Dalam Ketentuan GATT dan WTO
Hukum Internasional, Jakarta: Rajawali Pasal 1338 KUH Perdata Indonesia
Pers, 1991. Pasal 7 UNCITRAL Model Law on International
Anonimous, Hukum Penyelesaian Sengketa Commercial Arbitration
Internasional, Bandung: Sinar Grafika, Pasal 38:2 Statuta Mahkamah Internasional:
2004. “This provision shall not prejudice the
Brierly, J.L., Hukum Bangsa-Bangsa: Suatu power of the Court to decide a case ex
Pengantar Hukum Internasional, aequo et bono, if the parties agree
diterjemahkan oleh Moh. Radjah, Jakarta: hereon.”
Bhratara, 1996.

148
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 5/Mei/2019

WEBSITE
http://business-
law.binus.ac.id/2017/04/27/penyelesaian-
sengketa-dalam-perdagangan-
internasional
https://www.researchgate.net/publication/332
225981_ANALISIS_YURIDIS_MEKANISME_P
ENYELESAIAN_SENGKETA_PERDAGANGAN
_INTERNASIONAL_DALAM_KERANGKA_GA
TT-WTO/download
WTO, Understanding The WTO: Basics, What is
the World Trade Organization. Dalam
http://www.wto.org
http://okapangestu.blogspot.com/2010/03/tah
ap-penyelesaian-sengket-wto.html
http://marullohtekindustri.blogspot.com/2012/
06/penyelesaian-sengketa-secara.html
https://bisnis.tempo.co/read/1114737/tiga-
kasus-sengketa-dagang-indonesia-yang-
berakhir-di-meja-wto/full&view=ok
http://arsyadshawir.blogspot.com/2013/02/an
alisis-kasus-mobil-nasional-timor.html
https://www.researchgate.net/publication/332
225981_ANALISIS_YURIDIS_MEKANISME_P
ENYELESAIAN_SENGKETA_PERDAGANGAN
_INTERNASIONAL_DALAM_KERANGKA_GA
TT-WTO/download

149

Anda mungkin juga menyukai