G1B017017 - Nabilah Annisa Rahmah - CS 1
G1B017017 - Nabilah Annisa Rahmah - CS 1
RESUME
CASE STUDY 1
PULP CAPPING
Tutor:
Disusun Oleh:
G1B017017
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2020
PULP CAPPING
I. Tinjauan Pustaka
Pulp capping merupakan prosedur perawatan endodontik yang bertujuan
untuk mempertahankan vitalitas pulpa, merangsang sel pulpa untuk membentuk
dentin tersier, menghentikan perkembangan karies, serta melindungi pulpa
(Alex, 2018).
A. Jenis Perawatan Pulp Capping
1. Indirect Pulp Capping
Perawatan indirect pulp capping diindikasikan pada pulpa gigi yang
masih tertutup oleh selapis tipis dentin, gigi masih vital, tidak ada
keluhan spontan, tidak ada perdangan yang persisten; sedangkan
kontraindikasi perawatan indirect pup capping adalah gigi vital dengan
keluhan spontan, gigi goyang, terdapat resorbsi akar interna/eksterna,
serta kalsifikasi pulpa (Kurniasari, 2017).
Prosedur kerja perawatan indirect pulp capping:
a. Kunjungan Pertama
• Melakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang
(radiologi)
• Melakukan isolasi menggunakan rubber dam
• Melakukan preparasi kavitas menngunakan fissure bur serta
dibersihkan dari jaringan karies menggunakan carbide bur
• Membersihkan permukaan preparasi
• Mengaplikasikan bahan pulp capping (sub-base) pada pulpal
wall terdalam
• Melapisi bahan pulp capping dengan dengan base setebal 1 – 2
mm
• Melakukan restorasi sementara
b. Kunjungan Kedua
• Kunjungan kedua dilakukan 4 – 6 minggu setelah perawatan
• Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, tidak ada
keluhan spontan dan tes vitalitas positif
• Melepaskan restorasi sementara
• Melakukan restorasi tetap
c. Evaluasi perawatan
• Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun
• Indikator keberhasilan dilihat dari: tidak ada keluhan spontan,
gejala klinis baik, pada radiografi terbentuk dentin tersier, serta
tidak ada kelainan pulpa dan periapikal.
2. Direct Pulp Capping
Perawatan direct pulp capping diindikasikan pada pulpa gigi yang
sudah terbuka tidak lebih dari 1 mm2, gigi masih vital, pulpa gigi terbuka
karena trauma atau karies profunda; sedangkan kontraindikasi
perawatan direct pulp capping adalah gigi vital dengan keluhan spontan,
gigi goyang, pendarahan yang berlebihan, terdapat eksudat, terdapat
resorbsi akar interna/eksterna, serta kalsifikasi pulpa (Kurniasari, 2017).
Prosedur kerja perawatan direct pulp capping:
a. Kunjungan pertama
• Melakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang
(radiologi)
• Melakukan isolasi menggunakan rubber dam
• Melakukan preparasi kavitas menngunakan fissure bur serta
dibersihkan dari jaringan karies menggunakan carbide bur
• Bila terjadi pendarahan letakkan cotton pellet yang sudah
dibasahi larutan saline selama 1 menit
• Membersihkan permukaan preparasi
• Mengaplikasikan bahan pulp capping (sub-base) pada pulpal
wall terdalam, namun jangan sampai masuk ke dalam pulpa
• Melapisi bahan pulp capping dengan dengan base setebal 1 – 2
mm
• Melakukan restorasi sementara
b. Kunjungan kedua
• Kunjungan kedua dilakukan 4 – 6 minggu setelah perawatan
• Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, tidak ada
keluhan spontan dan tes vitalitas positif
• Melepaskan restorasi sementara
• Melakukan restorasi tetap
c. Evaluasi perawatan
• Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun
• Indikator keberhasilan dilihat dari: tidak ada keluhan spontan,
gejala klinis baik, pada radiografi terbentuk dentin tersier, serta
tidak ada kelainan pulpa dan periapikal.
B. Bahan Pulp Capping
1. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)
Sebagai bahan pulp capping, ZOE mampu mengendalikan rasa nyeri,
bersifat antibakteri, dan membentuk segel biologi yang dapat
melindungi pulpa. ZOE tidak bisa digunakan untuk perawatan direct
pulp capping karena bersifat sitotoksik. Selain itu, ZOE sudah jarang
digunakan, karena menyebabkan resorpsi internal dan tingkat
kesuksesannya rendah (Kurniasari, 2017).
2. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)
Sebagai bahan pulp capping, Ca(OH)2 memiliki sifat antibakteri karena
pH tinggi, menginisisasi proses remineralisasi, merangsang
pembentukkan dentinal bridge, serta memelihara vitalitas pulpa.
Kekurangan dari Ca(OH)2, sifatn basanya menyebabkan terjadinya
nekrosis liquefaction pada lapisan superficial pulpa, yang membuat
pulpa teriritasi (Kurniasari, 2017).
3. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Komposisi bahan MTA terdiri atas tricalcium silicate, dicalcium
silicate, tricalcium aluminate, tetracalcium aluminoferrite, calcium
sulphate, dan bismuth oxide. Sebagai bahan pulp capping, MTA
menstimulasi pelepasan bakteri dalam pulpa, menstimulasi proliferasi
sel pulpa, menginisiasi remineralisasi, dan sintesis interface dangan
dentin. Kekurangannya, MTA membutuhkan presisi yang tinggi saat
pencampuran dan menyebabkan diskolorisasi gigi (Alex, 2018).
Alex, G. 2018. Direct and Indirect Pulp Capping: A Brief History, Material
Innovations, and Clinical Case Report. The Compendium of Continuing
Education in Dentistry. 39.
Kurniasari, A. 2017. Efektivitas Pasta Biji Kopi Robusta (Coffea robusta) sebagai
Bahan Direct Pulp Cupping terhadap Jumlah Sel Makrofag dan Sel Limfosit
Pulpa Gigi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember