Anda di halaman 1dari 7

BLOK AESTHETIC DENTISTRY 1

RESUME

CASE STUDY 2

PERAWATAN SALURAN AKAR (KONVENSIONAL)

Tutor:

drg. Mahindra Awwaludin Romdlon, M.H.

Disusun Oleh:

Nabilah Annisa Rahmah

G1B017017

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2020
PERAWATAN SALURAN AKAR (KONVENSIONAL)

I. Tinjauan Pustaka
Perawatan saluran akar (PSA) merupakan perawatan yang dilakukan untuk
mempertahankan gigi yang mengalami kondisi patologis. PSA terdiri dari tiga
prinsip (triad endodontik), yaitu preparasi biomekanis meliputi cleaning and
shaping, sterilisasi meliputi irigasi dan disinfeksi, serta obturasi atau pengisian
saluran akar. PSA bertujuan untuk meringankan rasa sakit, mengontrol sepsis
dari pulpa dan jaringan periapikal serta mempertahan gigi di rongga mulut
(Bachtiar, 2016).
PSA pada gigi vital diindikasikan untuk gigi dengan enamel yang tidak
diduung oleh dentin, mahkota gigi masih bisa direstorasi, gigi tidak goyang dan
periodonsium normal, radiografi tidak menunjukkan resorpsi akar dan
granuloma, gigi yang perkembangan akarnya sudah sempurna, serta pasien
ingin mempertahankan giginya dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi
dan mulut. Sedangkan, kontraindikasi dari PSA pada gigi vital, yaitu gigi sudah
nekrosis (non-vital), pertumbuhan akar gigi belum sempurna, gigi tidak dapat
direstorasi, fraktur akar gigi vertikal, kerusakan jaringan periapikal, serta
penyakit sistemik pasien seperti diabetes melitus (Bachtiar, 2016).

II. Case Study


Skenario:
Seorang Pria (25 tahun) yang bekerja sebagai musisi, datang ke RSGMP
Unsoed dengan keluhan gigi depan atasnya berlubang dan sering sakit terutama
saat udara dingin. Rasa ngilu timbul sewaktu-waktu dan menetap cukup lama.
Saat ini gigi tidak terasa sakit. Pasien terakhir kali datang ke dokter gigi, 2 tahun
yang lalu untuk membersihkan karang gigi. Pada pemeriksaan intraoral terlihat
karies yang luas hingga menyisakan selapis tipis dentin pada sisi distal hingga
melibatkan permukaan insisal. Perabaan pada area mukosa gingiva gigi 12/22
tidak ditemukan adanya lesi inflamasi. Perkusi tidak terasa sakit. Pasien
merasakan ngilu saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Chlor Ethyl
(CE). Rasa ngilu menetap meski rangsang CE dihilangkan. Pasien ingin giginya
segera ditangani sebelum acara konsernya 2 minggu mendatang berlangsung.

A. Cara diagnosis pasien tersebut.


1. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesa)
a. Identitas pasien: Pria, 25 tahun
b. CC: Gigi depan atasnya berlubang dan sering sakit terutama saat
udara dingin
c. PI: Rasa ngilu timbul sewaktu-waktu dan menetap cukup lama. Saat
ini gigi tidak terasa sakit
d. PMH: Tidak ada dalam skenario
e. PDH: 2 tahun yang lalu untuk membersihkan karang gigi
f. FH: Tidak ada dalam skenario
g. SH: Musisi
2. Pemeriksaan Objektif
a. Visual: Karies yang luas pada gigi 12/22 hingga menyisakan selapis
tipis dentin pada sisi distal hingga melibatkan permukaan insisal
b. Palpasi: Tidak ditemukan lesi inflamasi (-)
c. Perkusi: Tidak terasa sakit (-)
d. Mobiltias: Tidak ada dalam skenario
e. Vitalitas: Pasien merasakan ngilu saat dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan CE. Rasa ngilu menetap meski rangsang CE
dihilangkan. (+)
3. Pemeriksaan Penunjang (Radiografi): Tidak ada dalam scenario

B. Diagnosis pasien tersebut.


Pulpitis irreversible; karena pasien mengeluhkan rasa ngilu timbul sewaktu-
waktu dan menetap cukup lama. Lalu, saat tes vitalitas pasien merasa ngilu
ketika diberi rangsangan (dingin) dan rasa ngilu menetap setelah
rangsangan dihilangkan serta hasil tes perkusi dan palpasi negatif
C. Klasifikasi karies pasien tersebut (dengan beberapa jenis klasifikasi)
1. GV. Black: Klas IV
2. GJ. Mount: Site 2, Size 3
3. Kedalaman: Karies Profunda
4. WHO: D3
5. ICDAS: 5

D. Rencana perawatan pasien tersebut apabila dilaksanakan PSA


Konvensional
Rencana perawatan pasien adalah perawatan saluran akar dengan teknik
konvensional. Teknik ini dipilih karena akar gigi 12/22 cenderung lurus.
Kelebihan teknik ini adalah panjang kerja tetap, sedangkan kekurangannya
hasil preparasi menjadi besar dan tidak bisa mempertahankan apical
konstriksi. Perawatan dilanjutkan dengan pembuatan crown yang
ditambahn dengan pasak.

E. Tahapan kerja pasien tersebut (sebutkan alat yang digunakan pada tiap
tahapan kerja)
1. Kunjungan pertama
a. Melakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang
(radiologi)
b. Melakukan anastesi menggunakan pehacain
c. Melakukan isolasi menggunakan rubber dam
d. Melakukan open access menggunakan round bur dan tapered fissure
bur. Pertama bur diposisikan tegak lurus dengan sumbu gigi. Setelah
dibur sedalam ± 3 mm, posisi bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi
dan dibur hingga menembus atap pulpa. Jika sudah menembus atap
pulpa saluran akar bisa di cari menggunakan root canal explorer.
e. Mengambil jaringan pulpa menggunakan jarum eksterpasi/barber
broach dengan gerakan memutar 180° searah jarum jam. Tahapan
ini diulang sampai jaringan pulpa terambil.
f. Melakukan negosiasi saluran akan yang bertujuan untuk mengetahui
bentuk saluran akar dan menjaga bentuk anatomis akar. Tahapan ini
dilakukan menggunakan K-file no. 6/8/10
g. Mengukur panjang kerja menggunakan (Nisha dan Amit, 2010):
• Diagnostic Wire Photo (DWP) langsung:
Panjang kerja = Panjang gigi – 1 mm
• Diagnostic Wire Photo (DWP) perbandingan:
𝑃𝐺𝑆 𝑃𝐴𝑆
𝑃𝐺𝐹
= 𝑃𝐴𝐹
𝑃𝐴𝑆 𝑥 𝑃𝐺𝐹
𝑃𝐺𝑆 =
𝑃𝐴𝐹
Panjang kerja = PGS – 1 mm

Keterangan:
PGS: Panjang Gigi Sebenarnya PAS: Panjang Alat Sebenarnya
PGF: Panjang Gigi pada Foto PAF: Panjang Alat pada Foto
• Elektrik menggunakan apex locator
h. Melakukan preparasi saluran akar menggunakan K-file secara
berurutan dari yang terkecil sampai terbesar. Setiap mengganti
ukuran file lakukan irigasi menggunakan sodium hypochlorite dan
saline. Pada PSA Konvensional panjang kerja tidak berubah.
Preparasi dilakukan sampai muncul white dentin, saluran akar halus
dan tidak ada hambatan, serta sesuai dengan panjang kerja. Hasil
preparasi dikeringkan dengan paper point.
i. Melakukan trial gutta point menggunakan gutta percha point dengan
nomor yang sama dengan K-file yang terakhir dipakai. Gutta percha
point diukur sesuai dengan panjang kerja dan diberi tanda. Lalu
dimasukkan kedalam saluran akar menggunakan pinset dengan
tekanan kecil dan jangan sampai bengkok. Setelah itu gutta percha
point dipotong 1 mm dibawah orifice. Lakukan pemeriksaan
radiografi untuk mengevaluasi penempatan gutta percha point
(Bachtiar, 2016).
j. Memberikan interkanal medikamen berupa CHKM yang berfungsi
untuk membunuh dan mencegah pertumbuhan bakteri, mengurangi
rasa sakit, mengurangi peradangan periradikular, serta mencegah
reinfeksi akar (Karimah, 2016)
k. Melakukan restorasi sementara menggunakan cavit
2. Kunjungan kedua
a. Kunjungan kedua dilakukan 1 minggu setelah perawatan
b. Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Apabila tidak ada
keluhan spontan, tes palpasi negatif, tes perkusi negatif, dan tes
vitalitas positif bisa dilakukan obturasi
c. Melakukan isolasi menggunakan rubber dam
d. Membuka restorasi sementara
e. Melakukan obturasi atau pengisian saluran akar yang bertujuan
untuk menutup jalan masuk saluran akar sehingga tidak terjadi
infeksi ulang. Pengisian saluran akar menggunakan gutta percha dan
sealer (endomethason)
f. Melakukan restorasi sementara menggunakan cavit
3. Kunjungan ketiga
a. Kunjungan ketiga dilakukan 1 minggu setelah perawatan
b. Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Apabila tidak ada
keluhan spontan, tes palpasi negatif, tes perkusi negatif, dan tes
vitalitas positif bisa dilakukan restorasi tetap (Bachtiar, 2016).
4. Evaluasi perawatan
a. Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 4 tahun
b. Indikator keberhasilan dilihat dari: pada pemeriksaan subjektif tidak
ada pembengakkan atau ngilu; pada pemeriksaan objektif tes palpasi
negatif, tes perkusi negatif, dan tes mobilitas negatif; serta pada
pemeriksaan radiografi tidak ditemukan lesi radiolusen atau lesi
yang sebelumnya ada sudah sembuh minimal satu tahun (Bachtiar,
2016).
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Z. A. 2016. Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan
bahan gutta percha. Jurnal PDGI. 65(2): 60-67

Karimah. 2016. Jenis-Jenis Bahan Dressing dan Irigasi Saluran Akar. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang

Nisha, G. Amit, G. 2010. Textbook of Endodontics. Jaypee Brothers. New Delhi

Anda mungkin juga menyukai