Anda di halaman 1dari 7

BLOK AESTHETIC DENTISTRY 1

RESUME

CASE STUDY 6

PERAWATAN SALURAN AKAR (GIGI DESIDUI)

Tutor:

drg. Mahindra Awwaludin Romdlon, M.H.

Disusun Oleh:

Nabilah Annisa Rahmah

G1B017017

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2020
PERAWATAN SALURAN AKAR

I. Tinjauan Pustaka
Perawatan saluran akar (PSA) merupakan perawatan yang dilakukan untuk
mempertahankan gigi yang mengalami kondisi patologis. PSA terdiri dari tiga
prinsip (triad endodontik), yaitu preparasi biomekanis meliputi cleaning and
shaping, sterilisasi meliputi irigasi dan disinfeksi, serta obturasi atau pengisian
saluran akar. PSA bertujuan untuk meringankan rasa sakit, mengontrol sepsis
dari pulpa dan jaringan periapikal serta mempertahan gigi di rongga mulut
(Bachtiar, 2016).
Perawatan saluran akar pada gigi desidui bertujuan untuk mempertahankan
gigi desidui dengan pulpa terbuka sampai periode eksfoliasi normal dan erupsi
gigi permanen. Indikasi PSA gigi desidui: diagnosis pulpitis irreversible atau
nekrosis pulpa, terdapat abses periapikal, mahkota gigi dapat direstorasi,
jaringan periodontal sehat, serta pada radiografi rerdapat resorpsi akar luring
dari sepertiga apikal. Kontraindikasi PSA gigi desidui: resorpsi patologis akar
eksternal yang melibatkan lebih dari sepertiga apikal, gigi goyang 2°, serta
pasien mengalami penyakit sistemik (Ahmed, 2014)

II. Case Study


Skenario:
Seorang ibu datang ke RSGMP Unsoed bersama anak laki-lakinya (4,7
tahun) untuk memeriksakan gigi depan atas anaknya yang berlubang. Pasien
ingin gigi anaknya tersebut dilakukan penambalan. Saat datang gigi tidak terasa
sakit. Pada pemeriksaan intraoral terlihat gigi 51/61 terdapat karies di sisi distal
yang meluas hingga menghabiskan separuh lebar gigi dan tepi insisal dengan
kedalaman menyisakan selapis tipis dentin. Terdapat parulis pada mukosa
apical gigi tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan radiografi terdapat
gambaran radiolusen berbatas difuse pada apical gigi tersebut. Saat diperkusi
pasien tidak menangis. Pemeriksaan dengan menggunakan Chlor Etyl membuat
pasien menangis dan menjerit.

A. Cara diagnosis pasien tersebut.


1. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesa)
a. Identitas pasien: Laki-laki; 4,7 tahun
b. CC: Gigi depan atas berlubang
c. PI: Pasien ingin gigi tersebut dilakukan penambalan. Saat datang
gigi tidak terasa sakit.
d. PMH: Tidak ada dalam skenario
e. PDH: Tidak ada dalam skenario
f. FH: Tidak ada dalam skenario
g. SH: Tidak ada dalam skenario
2. Pemeriksaan Objektif
a. Visual: Gigi 51/61 terdapat karies di sisi distal yang meluas hingga
menghabiskan separuh lebar gigi dan tepi insisal dengan kedalaman
menyisakan selapis tipis dentin
b. Palpasi: Terdapat parulis pada mukosa apical gigi 51/61 (+)
c. Perkusi: Saat diperkusi pasien tidak menangis (-)
d. Mobiltias: Tidak ada dalam skenario
e. Vitalitas: Pemeriksaan dengan menggunakan Chlor Etyl membuat
pasien menangis dan menjerit (+)
3. Pemeriksaan Penunjang (Radiografi): Terdapat gambaran radiolusen
berbatas difuse pada apical gigi 51/61

B. Diagnosis pasien tersebut.


Abses periapikal pada gigi 51/61; karena pada saat tes palapasi terdapat
parulis pada mukosa periapikal gigi tersebut.
C. Klasifikasi karies pasien tersebut (dengan beberapa jenis klasifikasi)
1. GV. Black: Klas IV (karies terletak pada proksimal gigi anterior yang
meluas ke incisal)
2. GJ. Mount: Site 2, Size 3 (karies terletak pada proksimal gigi dan hanya
menyisakan sebatas tipis dentin)
3. Kedalaman: Karies Profunda (karies menyisakan sebatas tipis dentin)
4. Keparahan: Karies Parah (karies terletak pada gigi anterior)
5. WHO: D3 (karies telah mencapai dentin)
6. ICDAS: 5 (karies telah mencapai dentin)

D. Rencana perawatan pasien tersebut


Rencana perawatan pasien adalah drainase abses dan pemberian antibiotik.
Setelah abses sembuh, dilakukan perawatan saluran akar.

E. Tahapan kerja pasien tersebut (sebutkan alat yang digunakan pada tiap
tahapan kerja)
1. Kunjungan pertama
a. Melakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan penunjang
(radiografi periapikal)
b. Melakukan anastesi menggunakan pehacain
c. Melakukan isolasi menggunakan rubber dam
d. Melakukan open access menggunakan round bur dan tapered fissure
bur hingga menembus atap pulpa. Jika sudah menembus atap pulpa
saluran akar bisa di cari menggunakan root canal explorer.
e. Mengambil jaringan pulpa menggunakan jarum eksterpasi/barber
broach dengan gerakan memutar 180° searah jarum jam. Tahapan
ini diulang sampai jaringan pulpa terambil.
f. Melakukan negosiasi saluran akan yang bertujuan untuk mengetahui
bentuk saluran akar dan menjaga bentuk anatomis akar. Tahapan ini
dilakukan menggunakan K-file no. 6/8/10
g. Mengukur panjang kerja menggunakan teknik DWP. Panjang kerja
didapatkan dengan cara: panjang gigi – 2 mm
h. Menentukan initial file, yaitu file terbesar yang bisa masuk tanpa
hambatan
i. Melakukan preparasi saluran akar dengan teknik konvensional. Pada
gigi desidui preparasi dilakukan sampai terlihat white dentin atau
maksimal pada file no. 40
j. Hasil preparasi dihaluskan menggunakan head strum dengan nomor
yang sama seperti file terakhir.
k. Setiap mengganti ukuran file lakukan irigasi menggunakan sodium
hypochlorite dan EDTA. Hasil preparasi dikeringkan dengan paper
point.
l. Melakukan trial gutta point menggunakan gutta percha point dengan
nomor yang sama dengan file yang terakhir dipakai. Gutta percha
point diukur sesuai dengan panjang kerja dan diberi tanda. Lakukan
pemeriksaan radiografi untuk mengevaluasi penempatan gutta
percha point (Bachtiar, 2016).
m. Memberikan interkanal medikamen berupa CHKM yang berfungsi
untuk membunuh dan mencegah pertumbuhan bakteri, mengurangi
rasa sakit, mengurangi peradangan periradikular, serta mencegah
reinfeksi akar (Karimah, 2016)
2. Kunjungan kedua
a. Kunjungan kedua dilakukan 1 minggu setelah perawatan
b. Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Apabila tidak ada
keluhan spontan, tes palpasi negatif, tes perkusi negatif, dan tes
vitalitas positif bisa dilakukan obturasi
c. Melakukan isolasi menggunakan rubber dam
d. Membuka restorasi sementara
e. Melakukan obturasi atau pengisian saluran akar yang bertujuan
untuk menutup jalan masuk saluran akar sehingga tidak terjadi
infeksi ulang. Bahan isi saluran akar untuk gigi desidui harus
memenuhi kriteria berikut: dapat diresorpsi, tidak merusak jaringan
periapikal dan benih gigi permanen, bersifat antiseptik, tidak
mengerut, tidak hermetic, mudah dikeluarkan jika diperlukan, tidak
menyebabkan perubahan warna gigi, serta radiopak. Pengisian
saluran akar menggunakan zinc oxide eugenol, karena ZOE akan
dilepaskan pada zona periapikal segera setelah pengisian, dari 10-4
menjadi 10-6 setelah 24 jam serta mencapai 0 setelah 1 bulan
(Savekar dkk., 2011).
f. Melakukan restorasi sementara menggunakan cavit
3. Kunjungan ketiga
a. Kunjungan ketiga dilakukan 1 minggu setelah perawatan
b. Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Apabila tidak ada
keluhan spontan, tes palpasi negatif, tes perkusi negatif, dan tes
vitalitas positif bisa dilakukan restorasi tetap (Bachtiar, 2016).
4. Evaluasi perawatan
a. Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 4 tahun
b. Indikator keberhasilan dilihat dari: pada pemeriksaan subjektif tidak
ada pembengakkan atau ngilu; pada pemeriksaan objektif tes palpasi
negatif, tes perkusi negatif, dan tes mobilitas negatif; serta pada
pemeriksaan radiografi tidak ditemukan lesi radiolusen atau lesi
yang sebelumnya ada sudah sembuh minimal satu tahun (Bachtiar,
2016).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, H. M. A. 2014. Pullpectomy procedures in primary molar teeth. European


Journal of General Dentistry. 3(1): 3-10

Bachtiar, Z. A. 2016. Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan
bahan gutta percha. Jurnal PDGI. 65(2): 60-67

Karimah. 2016. Jenis-Jenis Bahan Dressing dan Irigasi Saluran Akar. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang

Savekar, S., Shingare, P., Jogani V., Jha, M., Patil, S. 2011. Pediatric obturating
materials and techniques. Journal of Contemporary Dentistry. 1(2): 27-32

Anda mungkin juga menyukai