Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RIZAELANI RIZKI RAMADHANI

NPM :2010301042

STRUKTURALISME GENETIK

Strukturalisme genetik adalah cabang penelitian sastra struktural yang tak murni. Penelitian
strukturalisme genetik memandang karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Karya
sastra tidak hanya sekedar imajinatif dan pribadi, melainkan merupakan cerminan atau rekaan
budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu saat karya dilahirkan. Studi awal dari kajian unsur
intrinsik sebagai data dasarnya. Selanjutnya peneliti akan menghubungkan berbagai unsur tersebut
dengan realitas masyarakat. Secara definitif strukturalisme-genetik adalah analisis struktur dengan
memberikan perhatian terhadap asal usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme-
genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsik dan ekstrinsik (Ratna,2008: 123).

Karya yang dipandang sebagai sebuah refleksi zaman, dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan
langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra. Strukturalisme genetik merupakan gabungan
antara strukturalisme dengan marxisme. Sebagaimana strukturalisme, strukturalisme genetik,
memahami segala sesuatu di dunia ini, termasuk karya sastra, sebagai sebuah struktur (Faruk,
2012:158). Strukturalisme-genetik adalah analisis yang menyatukan aspek struktur dengan unsur
historis yang dialektik, sehingga karya sastra pun harus dipahami sebagai totalitas yang bermakna.
Karya sastra memiliki kepaduan total yang unsur-unsur pembentuk teksnya mengandung arti
(Goldman dalam Kurniawan, 2012:104). Arti karya sastra dapat dipahami dalam konteks sosial
masyarakat yang melatarbelakanginya. Di sinilah strukturalisme genetik berkaitan dengan sosiologi
karena pemaknaan struktur karya sastra ditempatkan dalam struktur masyarakat (Kurniawan,
2012:104).

Goldmann dalam Faruk (2010:56) menyebutkan teorinya sebagai struturalisme genetik. Artinya, ia
percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu
yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses
strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang
bersangkutan, sehingga struktur sosial yang ada di masyarakat mengalami destrukturasi pada karya
sastra melalui pengarang. Teori strukturalisme genetik bermula dari tiga fundamental perilaku
manusia yang merupakan hakikat hubungan manusia dengan lingkungannya. Tiga ciri itu adalah (1)
adanya kecenderungan manusia menyesuaikan diri terhadap realitas lingkungannya sehingga sifat
hubungan tersebut rasional dan bermakna; (2) adanya kecenderungan terhadap konsistensi
menyeluruh, dan penciptaan bentuk-bentuk struktural; (3) adanya sifat dinamik, misalnya adanya
kecenderungan mengubah dan mengembangkan struktur tersebut (Yasa, 2012:28). Sebagai sebuah
teori, strukturalisme genetik merupakan sebuah pernyataan yang dianggap sahih mengenai
kenyataan. Konsep dasar yang mencakup teori tersebut yaitu:

a. Fakta kemanusiaan: fakta kemanusiaan merupakan landasan ontologis dari strukturalisme


genetik. Adapun yang dimaksud dengan fakta tersebut adalah segala hasil aktivitas atau perilaku
manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan.
Goldmann dalam Faruk (2010:57) menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur
yang berarti. Yang dimaksudkannya adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur dan
arti tertentu.
b. Subjek kolektif: dalam hal ini perlu diperhatikan adanya perbedaan antara subjek individual dan
subjek kolektif. Perbedaan itu sesuai dengan perbedaan jenis fakta kemanusiaan. Subjek individual
merupakan subjek fakta individual (Libidinal), sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta
sosial (historis).

c. Pandangan dunia: homologi, strukturasi dan struktur: Goldmann dalam Faruk (2010:64) percaya
pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat, sebab keduanya
merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Konsep homologi ini berbeda dari konsep
refleksi. Memahami karya sastra sebagai refleksi atau cerminan masyarakat berarti menganggap
bahwa bangunan dunia imajiner yang tercitrakan dalam karya sastra identik dengan bangunan dunia
yang terdapat di dalam kenyataan.

d. Pemahaman dan penjelasan.: pengetahuan mengenai karya sastra dengan kodrat keberadaan
(ontologi) semacam itu Goldmann kemudian mengembangkan sebuah metode yang disebutkannya
metode dialek. Prinsip dasar metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah
koherensi adalah pengetahuan mengenai fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak
dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan (Goldmann dalam Faruk,
2010:76-77).

Anda mungkin juga menyukai