Anda di halaman 1dari 16

HASIL PENELUSURAN TENTANG IRIGASI

LAPORAN

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan


Mata Kuliah Rekayasa Irigasi Pada Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Palembang

Oleh :

Agus Hariyanto (112017144)


Bagus Pratama M.I (112019169P)
Edo Wiranto (112017198)
Fauzan Nabil (112020056P)
Muhammad Fauzan (112020149P)
Naufal Fadlurrohman (112020146P)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan mengucapkan Puji dan Syukur padaAllah SWT dan berkat rahmat dan
hidayah-Nya juga, maka hasil penelitian irigasi ini dapat diselesaikan dengan tepat pada
waktunya.
Maksud dan tujuan dalam menyelesaikan laporan praktikum ini adalah untuk
memenuhi syarat salah satu mata kuliah pada Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Dalam penyusunan hasil penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga segala kesulitan dapat terselesaikan dengan baik pada
kesempatan ini penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada :
- Bapak Ir. H. Jonizar, M.T. Selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah irigasi.
- Kak Dewo Hariyanto, Selaku asisten dosen dalam mata kuliah irigasi.
- Teman-teman seperjuangan yang telah membatu dalam penyelesaian tugas ini
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan laporan penelitian irigasi ini terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang
sifatnya membangun dan bisa digunakan sebagai masukan di kemudian hari.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Palembang, 23 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................4
1.3 Ruang Lingkup............................................................................4
1.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................5

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Irigasi ........................................................................6
2.2 Analisis Kebutuhan Irigasi..........................................................7
2.3 Jenis-jenis irigasi di Indonesia.....................................................7
2.4 Jenis-Jenis Irigasi.........................................................................8
2.5 Klasifikasi Jaringan Irigasi..........................................................8
2.6 Perencanaan saluran....................................................................10

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Pasang surut...............................................................12
3.2 Kelebihna dari tanah pasang surut ..............................................13
3.3 Macam macam saluran irigasi pasang ........................................13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan..................................................................................15
4.2 Saran............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Irigasi pada umumnya adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan-
bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-
bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang
air yang tidak diperlukannya lagi, setelah air itu digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu ilmu irigasi sangat penting untuk membuat petani atau rakyat sekitarnya dapat
memanfaatkan sumber air yang ada, sehingga petani dapat meningkatkan
kesejahteraannya.

Dengan adanya irigasi ini, tanah yang semula tidak produktif akan menjadi
produktif. Bila produktivitas lahan ini tinggi maka akan mengakibatkan terjadinya
produktivitas di bidang lainnya, tentu saja perkembangan daerah ini semakin baik. Dari
sini menuntut perencana, terutama Civil Engineering harus dapat merencana irigasi
khususnya jaringan irigasi dengan baik dan efisien, sehingga menguntungkan semua pihak.
Untuk mencapai hal tersebut maka para calon perencana mulai sejak dini (mahasiswa)
harus mengetahui ilmunya, dan untuk aplikasinya maka mahasiswa diberikan tugas
struktur perencanaan peta-petak daerah irigasi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari tugas besar ini adalah :
1. Mengetahui tentang proses penentuan lahan pertanian dan pengairannya hingga
menghasilkan suatu area pertanian yang dapat berfungsi;

2. Merencanakan lokasi lahan pertanian lengkap dengan system pengairannya; dan

3. Menyelesaikan berbagai masalah yang biasa ditemukan di lokasi daerah pertanian.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penyusunan karya tulis ini adalah survei bangunan irigasi dan
sistem irigasi di suatu wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan. Teori-teori yang berkaitan
yaitu Teori Irigasi disini digunakan dalam penentuan sistem irigasi secara keseluruhan

4
pada wilayah studi dan Teori Bangunan Air yang digunakan dalam penentuan jaringan
irigasi secara keseluruhan pada wilayah studi.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan irigasi ini yaitu :

1. Pengumpulan Data Primer


Data primer yaitu data-data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan
pengambilan data langsung di lapangan. Pengumpulan data primer yaitu berupa :
a. Melakukan observasi atau tinjauan langsung pada bangunan irigasi.
b. Data lapangan seperti foto situasi pelaksanaan survei secara langsung.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari arsip perusahaan
berupa data teknis.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Irigasi


Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan usaha untuk
mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat meliputi :
perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari
sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan
membuangnya melalui saluran drainasi. Secara garis besar, tujuan irigasi dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai
tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam
tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi
mempunyai tujuan yang meliputi : mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang
mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada,
menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan
air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya (Ardi, 2013).
Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah ataupun buatan
kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna bagi pertumbuhan
tanaman.Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air hujan. Seara alamiah
lainnya, adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai, yang akan menggenangi
suatu daerah selama musim hujan, sehingga tanah yang ada dapat siap ditanami pada
musim kemarau. Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik dalam
skala yang cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan. Irigasi buatan secara
umum dapat dibagi dalam bagian Irigasi Pompa, dimana air diangkat dari sumber air yang
rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual. Irigasi Aliran,
dimana air dialirkan ke lahan pertanian secara gravitasi dari sumber pengambilan air.
Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya
rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi

6
pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis
dan sistematis.

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :


1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya
kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu
pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur & zat –
zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan
lumpur yang dikandung oleh air irigasi (Rachmad, 2009).

2.2. Analisis Kebutuhan Irigasi


Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat
mengalirnya air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi.
Adanya kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu aliran air. Saluran air
juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu (Wirawan,1991).
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam
perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai
jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan
produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi
evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus
seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian.
(Sudjarwadi 1990).

2.3. Jenis-jenis irigasi di Indonesia


Jenis irigasi yang ada diindonesia
1. Irigasi permukaan : Mengambil air dari sumber-sumber yang ada, lalu membuat
bangunan penangkapnya, kemudian mengalirkannya melalui saluran primer dan sekunder
ke petak-petak sawah.

7
2. Irigasi tambak : Mengatur tata air dari sumber irigasi yang sudah ada melalui system
drainase (menahan dan mengairi padi)
3. Irigasi air tanah : Mengambil air tanah kemudian memompa dan mendistribusikannya ke
petak-petak sawah.
4. Irigasi pompa : Diutamakan untuk areal persawahan di dataran tinggi (Kholid, 2009).
2.4. Jenis-Jenis Irigasi

Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan memindahkan air dari
sumbernya ke lahan-lahan pertanian, adapun pemberiannya dapat dilakukan secara
gravitasi atau dengan bantuan pompa air.Pada prakteknya ada 4 jenis irigasi ditinjau dari
cara pemberian airnya (Hansen, 1986):
1. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk mengalirkan
air dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi ini banyak
digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi menjadi: irigasi genangan liar, irigasi genangan
dari saluran, irigasi alur dan gelombang.
2. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah perakaran
tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air tanah.Dengan demikian tanaman yang
diberi air lewat permukaan tetapi dari bawah permukaan dengan mengatur muka air tanah.
3. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana
penyiramannya dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6
Atm) sehingga dapat membasahi areal yang cukup luas. Pemberian air dengan cara ini
dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan pengairan ini tidak
diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini dapat mengurangi
kehilangan air disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup.
4. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
Irigasi tetesan adalah irigasi yang prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi pipa
tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya menetes
saja. Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran permukaan.

2.5. Klasifikasi Jaringan Irigasi

8
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan
irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu (Dumairy, 1992):
1. Irigasi sederhana (Non Teknis)
2. Irigasi semi teknis
3. Irigasi teknis
Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan fasilitas, jaringan irigasi yaitu:
1. Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani
pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur
masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan
yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan
irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar
belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan
antara lain, terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang
tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap
bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
2. Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi
permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil
dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun
sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum
mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih
rumit. Sistem pembagian airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan
dipakai untuk mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.
3. Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta
bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Di samping itu terdapat pemisahan antara
saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan
irigasi teknis. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian,
disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier,
petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.

9
Tabel klasifikasi jaringan irigasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007, jaringan irigasi dibagi


menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap,
bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter
dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

2.6. Perencanaan saluran


Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air ke dan dari petak sawah dibutuhkan suatu
saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan fungsinya, saluran

10
pembawa yang membawa air masuk ke petak sawah dan saluran pembuang yang akan
mengalirkan kelebihan air dari petak-petak sawah.
1. Saluran pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah yang disadap.
Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Saluran primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari sumbernya. Dan
selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder yang ada. Saluran ini dapat menyadap dari
sungai, waduk, atau waduk. Bangunan sadap terakhir yang terdapat di saluran ini
menunjukan batas akhir dari saluran ini
b. Saluran sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran sekunder nantinya
akan memberikan air kepada saluran tersier. Akan sangat baik jika saluran sekunder dibuat
memotong atau melintang terhadap garis tinggi tanah. Sehingga air dapat dibagikan ke
kedua sisi dari saluran.
c. Saluran tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan air yang disadap dari saluran
sekunder ke petak-petak sawah. Saluran ini dapat mengairi kurang lebih 75-125 ha.
2. Saluran pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang terjadi pada petak
sawah. Umumnya saluran ini menggunakan saluran lembah. Saluran lembah tersebut
memotong garis tinggi sampai ketitik terendah daerah sekitar.
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok
yaitu:
a. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya,
umumnya sungai atau waduk.
b. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak
tersier.
c. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif,
air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.

11
d. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian pengairan pasang surut


Pasang surut adalah suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarikmenarik antara benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan
bulan.Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan
aruspusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang
sangatdiperlukan dalam navigasi pantai.

3.2. Kelebihan dari tanah pasang surut


a. Kelebihan Dari Tanah Pasang Surut:

a. Memanfaatkan lahan yang diperkirakan lahan yang tidak dapat di gunakan oleh
lahan pertanian

b. Memaksimalkan lahan yang terdapat disuatu daerah

c. Mungurangi tingkat penggangguran di daerah yang memiliki lahan pasang


surut

b. Kekurangan dari tanah pasang surut

Adanya perluasan wilayah pasang surut yang disebabkan karena pendangkalan di


tepian rawa, sehingga wilayah rawa menyempit. Hal ini dapat dipercepat dengan
kebiasaan membuang limbah sisa panen (jerami) ke dalam rawa.

12
b. Pencucian unsur hara dan kegiatan pemupukan yang menyebabkan eutrofikasi.
Akibat pemupukan 300 Sittadewi, E. H. 2008 anorganik, menimbulkan adanya
kekhawatiran bahwa pada saat air pasang, unsur – unsur terlarut masuk dalam
lingkungan perairan. Hal ini dapat menimbulkan suburnya berbagai species
tumbuhan aquatik maupun semi aquatik seperti eceng gondok, jenis rumput dll. Hal
inilah yang dapat menyebabkan eutrofikasi.

c. Peningkatan kadar keasaman lahan karena pelapukan bahan organik dan


kelarutan zat tertentu serta pencucian zat kimia dan penyemprotan pestisida,
herbisida, zat pengatur tumbuh yang dipergunakan oleh petani. Jika residu atau
senyawa yang ikut terlarut dalam air irigasi dan masuk dalam lingkungan perairan
rawa akan mempengaruhi kualitas air rawa dan kehidupan di dalamnya termasuk
populasi ikan.

d. Penggarapan lahan pasang surut menjadikan lahan subur bagi berbagai jenis
tumbuhan liar, selain tanaman budidaya. Jika lahan tersebut kemudian dibiarkan
menjadi bero, dengan cepat akan tumbuh berbagai jenis tumbuhan liar. Hadirnya
species tumbuhan terjadi secara bergantian melalui proses adaptasi dan suksesi,
dapat merubah lahan

e. secara perlahan.

f. Pengolahan lahan, pada dasarnya menyebabkan partikel tanah lepas sehingga


rawan

terhadap erosi. Bila hal ini terjadi, erosi tersebut akan mempercepat proses

penambahan sedimen ke dasar perairan rawa. ( Hanggari,2008)

3.3. Macam macam saluran irigasi pasang surut hasil dari tinjaun di lapangan
a. Saluran Sekunder

13
b. Saluran tersier

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Adapun yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Irigasi memang sangan penting bagi lahan yang kurang ketersediaan airnya.
2.Program percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur sumber daya air
irigasi kecil(P4-ISDA-IK) adalah solusi atas jawaban permasalahn kurangnya minat
petani menanam padi karena ketersediaan air sawah.
3.System irigasi di indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan irigasi
di negaranegara maju.
4.Pertanian di indonesia khususnya di kota palembang sendiri masih kurang
mendapat perhatian pemerintah.
4.2. Saran

15
System irigasi diindonesia ini memang sudah mulai diusahakan,namun masih
sangat jarang dan minim sekali aplikasinya baik dari pemerintah maupun petani itu
sendiri,padahal indonesiaadalah negara agraris dengan makanan pokok adalah beras.
Situasi dan fakta seperti itulah yang seharusnya menumbuhkan dan menyadarkan
betapa pentingnya sytem irigasi yang baik di sawah ataupun lahan pertanian
kemajuan dengan program-program untuk mewujudkan pertanian yang
berkelanjutan dari pemerintah yang menjadi harapan terbesarr para petani di negeri
yang kaya ini.

16

Anda mungkin juga menyukai