LAPORAN
Oleh :
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................4
1.3 Ruang Lingkup............................................................................4
1.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................5
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan adanya irigasi ini, tanah yang semula tidak produktif akan menjadi
produktif. Bila produktivitas lahan ini tinggi maka akan mengakibatkan terjadinya
produktivitas di bidang lainnya, tentu saja perkembangan daerah ini semakin baik. Dari
sini menuntut perencana, terutama Civil Engineering harus dapat merencana irigasi
khususnya jaringan irigasi dengan baik dan efisien, sehingga menguntungkan semua pihak.
Untuk mencapai hal tersebut maka para calon perencana mulai sejak dini (mahasiswa)
harus mengetahui ilmunya, dan untuk aplikasinya maka mahasiswa diberikan tugas
struktur perencanaan peta-petak daerah irigasi.
4
pada wilayah studi dan Teori Bangunan Air yang digunakan dalam penentuan jaringan
irigasi secara keseluruhan pada wilayah studi.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan irigasi ini yaitu :
Data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari arsip perusahaan
berupa data teknis.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis
dan sistematis.
7
2. Irigasi tambak : Mengatur tata air dari sumber irigasi yang sudah ada melalui system
drainase (menahan dan mengairi padi)
3. Irigasi air tanah : Mengambil air tanah kemudian memompa dan mendistribusikannya ke
petak-petak sawah.
4. Irigasi pompa : Diutamakan untuk areal persawahan di dataran tinggi (Kholid, 2009).
2.4. Jenis-Jenis Irigasi
Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan memindahkan air dari
sumbernya ke lahan-lahan pertanian, adapun pemberiannya dapat dilakukan secara
gravitasi atau dengan bantuan pompa air.Pada prakteknya ada 4 jenis irigasi ditinjau dari
cara pemberian airnya (Hansen, 1986):
1. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk mengalirkan
air dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi ini banyak
digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi menjadi: irigasi genangan liar, irigasi genangan
dari saluran, irigasi alur dan gelombang.
2. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah perakaran
tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air tanah.Dengan demikian tanaman yang
diberi air lewat permukaan tetapi dari bawah permukaan dengan mengatur muka air tanah.
3. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana
penyiramannya dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6
Atm) sehingga dapat membasahi areal yang cukup luas. Pemberian air dengan cara ini
dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan pengairan ini tidak
diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini dapat mengurangi
kehilangan air disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup.
4. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
Irigasi tetesan adalah irigasi yang prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi pipa
tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya menetes
saja. Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran permukaan.
8
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan
irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu (Dumairy, 1992):
1. Irigasi sederhana (Non Teknis)
2. Irigasi semi teknis
3. Irigasi teknis
Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan fasilitas, jaringan irigasi yaitu:
1. Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani
pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur
masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan
yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan
irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar
belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan
antara lain, terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang
tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap
bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
2. Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi
permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil
dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun
sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum
mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih
rumit. Sistem pembagian airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan
dipakai untuk mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.
3. Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta
bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Di samping itu terdapat pemisahan antara
saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan
irigasi teknis. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian,
disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier,
petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.
9
Tabel klasifikasi jaringan irigasi
10
pembawa yang membawa air masuk ke petak sawah dan saluran pembuang yang akan
mengalirkan kelebihan air dari petak-petak sawah.
1. Saluran pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah yang disadap.
Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Saluran primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari sumbernya. Dan
selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder yang ada. Saluran ini dapat menyadap dari
sungai, waduk, atau waduk. Bangunan sadap terakhir yang terdapat di saluran ini
menunjukan batas akhir dari saluran ini
b. Saluran sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran sekunder nantinya
akan memberikan air kepada saluran tersier. Akan sangat baik jika saluran sekunder dibuat
memotong atau melintang terhadap garis tinggi tanah. Sehingga air dapat dibagikan ke
kedua sisi dari saluran.
c. Saluran tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan air yang disadap dari saluran
sekunder ke petak-petak sawah. Saluran ini dapat mengairi kurang lebih 75-125 ha.
2. Saluran pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang terjadi pada petak
sawah. Umumnya saluran ini menggunakan saluran lembah. Saluran lembah tersebut
memotong garis tinggi sampai ketitik terendah daerah sekitar.
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok
yaitu:
a. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya,
umumnya sungai atau waduk.
b. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak
tersier.
c. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif,
air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
11
d. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Memanfaatkan lahan yang diperkirakan lahan yang tidak dapat di gunakan oleh
lahan pertanian
12
b. Pencucian unsur hara dan kegiatan pemupukan yang menyebabkan eutrofikasi.
Akibat pemupukan 300 Sittadewi, E. H. 2008 anorganik, menimbulkan adanya
kekhawatiran bahwa pada saat air pasang, unsur – unsur terlarut masuk dalam
lingkungan perairan. Hal ini dapat menimbulkan suburnya berbagai species
tumbuhan aquatik maupun semi aquatik seperti eceng gondok, jenis rumput dll. Hal
inilah yang dapat menyebabkan eutrofikasi.
d. Penggarapan lahan pasang surut menjadikan lahan subur bagi berbagai jenis
tumbuhan liar, selain tanaman budidaya. Jika lahan tersebut kemudian dibiarkan
menjadi bero, dengan cepat akan tumbuh berbagai jenis tumbuhan liar. Hadirnya
species tumbuhan terjadi secara bergantian melalui proses adaptasi dan suksesi,
dapat merubah lahan
e. secara perlahan.
terhadap erosi. Bila hal ini terjadi, erosi tersebut akan mempercepat proses
3.3. Macam macam saluran irigasi pasang surut hasil dari tinjaun di lapangan
a. Saluran Sekunder
13
b. Saluran tersier
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Irigasi memang sangan penting bagi lahan yang kurang ketersediaan airnya.
2.Program percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur sumber daya air
irigasi kecil(P4-ISDA-IK) adalah solusi atas jawaban permasalahn kurangnya minat
petani menanam padi karena ketersediaan air sawah.
3.System irigasi di indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan irigasi
di negaranegara maju.
4.Pertanian di indonesia khususnya di kota palembang sendiri masih kurang
mendapat perhatian pemerintah.
4.2. Saran
15
System irigasi diindonesia ini memang sudah mulai diusahakan,namun masih
sangat jarang dan minim sekali aplikasinya baik dari pemerintah maupun petani itu
sendiri,padahal indonesiaadalah negara agraris dengan makanan pokok adalah beras.
Situasi dan fakta seperti itulah yang seharusnya menumbuhkan dan menyadarkan
betapa pentingnya sytem irigasi yang baik di sawah ataupun lahan pertanian
kemajuan dengan program-program untuk mewujudkan pertanian yang
berkelanjutan dari pemerintah yang menjadi harapan terbesarr para petani di negeri
yang kaya ini.
16