Anda di halaman 1dari 3

Nama : Trilty Windy

NIM : PO713251191048

Tingkat/kelas: II/A

RESUME JURNAL KARAKTERISASI EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L.) DC) DENGAN
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

A. METODE EKSTRAKSI
Pembuatan Ekstrak Daun Dewa: Ekstrak daun dewa dibuat dengan cara maserasi
dengan menggunakan etanol 70% (15). Sebanyak 100 g daun dewa kering dimasukkan ke dalam
maserator, ditambah dengan 1.000 mL etanol 70%, direndam selama 6 jam sambil sekali-sekali
diaduk, kemudian didiamkan selama 18 jam. Maserat dipisahkan dan prose diulangi dua kali
dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan
penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan
dicatat.
B. KARAKTERISASI EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L.) DC) DENGAN KCKT
Penentuan Kesesuaian Sistem KCKT: Karakterisasi ekstrak daun dewa dilakukan dengan
menggunakan peralatan KCKT Shimadzu LC 10AP yang dilengkapi dengan sistem controller
Shimadzu SCL-10A, UV-VIS detector SPD-10A dan kolom liquid chromatography LC-10AT RP-18
(250 x 4,6 mm, 5 µm), alat untuk menghilangkan gas yang terlarut dalam larutan (2210 Branion
Sonics), penyaring membrane milipore 0,22 mm, kertas saring polypropylene (Whatman).
Dari beberapa perbandingan fase gerak yang digunakan diperoleh hasil terbaik dengan
menggunakan fase gerak metanol : asam asetat 1% pada perbandingan 70 : 30 dan sistem KCKT
partisi fase terbalik RP 18 (250 x 4,6 mm, 5 µm), detektor UV pada panjang gelombang 360 nm
dan kecepatan alir 1 mL/menit. Dari kromatogram dapat dilihat bahwa senyawa rutin terlihat
pada waktu retensi 3,225 menit, sedangkan pada kromatogram pembanding kuersetin terdapat
dua puncak yaitu isokuersitrin terlihat pada waktu retensi 4,450 menit dan kuersetin terlihat
pada waktu retensi 5,683 menit (Gambar 2A dan 2B). Kromatogram campuran kedua senyawa
pembanding tersebut menunjukkan tiga puncak pada waktu retensi 3,250, 4,533 dan 5,808
menit (Gambar 2C). Pada pengukuran KCKT senyawa pembanding secara berulang diperoleh
waktu retensi seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Waktu Retensi Senyawa Pembanding Rutin, Isokuersitrin dan Kuersetin yang
Diukur Berulang Kali.

Senyawa Waktu Resensi rata-rata Minimum maksimum


Pembanding (menit) (menit) (menit) (menit)

Rutin 3,225 3,235 3,225 3,250


3,250
3,242
3,225
3,233
Isokuersitrin 4,450 4,493 4,450 4,525
4,525
4,508
4,467
4,517
Kuersetin 5,808 5,767 5,683 5,817
5,817
5,800
5,683
5,725

Dari kromatogram hasil pengukuran ekstrak daun dewa (Gambar 3) dapat dilihat bahwa
pada fraksi etil asetat, butanol dan air dapat terdeteksi beberapa senyawa. Karakteristik
kromatogram itu diringkaskan dalam Tabel 2. Pelarut yang digunakan pada proses fraksinasi ini
adalah heksan (non polar), etil asetat (semi polar) dan butanol (polar) dan air (paling polar). Dari
fraksinasi ekstrak daun dewa didapat 4 fraksi yaitu fraksi heksan, fraksi etil asetat, fraksi butanol
dan fraksi air. Dari keempat fraksi ini, fraksi heksan tidak dikarakterisasi dengan KCKT karena
dikhawatirkan fraksi heksan yang bersifat non polar akan terikat kuat dalam kolom. Fraksi-fraksi
etil asetat, butanol dan air

Tabel 2. Karakteristik Kromatogram Fraksi Etil Asetat, Fraksi Butanol dan Fraksi Air dari Ekstrak
Daun Dewa

Fraksi Jumlah P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7


Puncak (menit ) (menit ) (menit ) (menit ) (menit ) (menit ) menit)
Etil 5 3,358 4,833 6,350 11,867 12,317
Asetat
Butanol 7 2,742 2,942 3,275 3,625 4,592 5,000 6,150
Air 6 2,442 2,675 3,192 7,500 7,842 9,950
Gambar 3. Kromatogram KCKT Fraksi Etil Asetat (A), Fraksi Butanol (B) dan Fraksi Air (C) dari
Ekstrak Daun Dewa dengan Fase Gerak Metanol-Asam Asetat 1% (70 : 30)

Dari penelitian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa KCKT RP 18 (250
mm x 4,6 mm, 5 µm) menghasilkan puncak kromatogram yang baik untuk karakterisasi ekstrak
daun dewa dengan fase gerak campuran metanol-asam asetat 1% pada perbandingan 70:30,
laju alir 1 mL/menit dan detektor UV pada panjang gelombang 360 nm. Pola KCKT fraksi etil
asetat ekstrak daun dewa menunjukkan lima puncak, pola KCKT fraksi butanol menunjukkan
tujuh puncak dan pola KCKT fraksi air ekstrak daun dewa menunjukkan enam puncak. Dari hasil
penelitian ini dapat dilihat bahwa ekstrak daun dewa memiliki kandungan kimia flavonoid,
terutama rutin, isokuersitrin dan kuersetin. Hal ini ditunjukkan dari puncak rutin yang terdapat
pada fraksi etil asetat, butanol dan air yang lebih dominan sehingga dapat dijadikan sebagai
senyawa penanda untuk penentuan mutu ekstrak daun dewa. Dengan demikian pola KCKT ini
dapat dipakai untuk identifikasi dan pemastian mutu ekstrak daun dewa.

Anda mungkin juga menyukai