Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI

KELOMPOK I

Disusun Oleh :
Rifky Mokoginta (1801103)
Andhika Y. I. Masadappe (1801100)
Wanda Angelina Alulu (1801087)
Rahmawaty Sasaerilah (1801094)
Mariam Mohamad (1801096)
Rizky Paramani (1801089)

II C Keperawatan

Dosen :
Roy J. Laya, SH, MH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan nikmat sehat agar dapat menyelesaikan tugas ini dan diberikan
kesempatan untuk memperbaiki diri dari keselahan yang telah di perbuat.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita yakni nabi Muhammad saw
serta keluarga, para sahabat dan umatnya hingga yaumul akhir.

            Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ini, untuk memenuhi
upaya penulis dalam mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan
tentang materi yang sedang penulis pelajari.

Semoga tugas ini bermanfaat dan memberikan pengetahuan, khususnya


bagi penuyusun serta diterima oleh Roy J. Laya, SH, MH selaku dosen Mata
Kuliah Kewarganegaraan. Penyusun memohon maaf apa bila dalam penulisan
tugas ini banyak terdapat salah kata dan kekurang sempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun penyusun harapkan untuk jadi acuan dan tolak
ukur dalam pembuatan tugas selanjutnya agar lebih baik.
Wassalamualaikum wr. Wb.

Manado, 13 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2.RumusanMasalah 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konstitusi 3

2.1.1.Pengertian 3

2.1.2.Istilah 5

2.1.3. Sifat dan Fungsi 6

2.1.4. Tujuan 7

2.1.5. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara 8

2.1.6. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia 9

2.1.7. Sejarah Lahirnya Konstitusi di Indonesia 10

2.1.8. Klasifikasi 12

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah
kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD
1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai
upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju
apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar
(konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem
dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis
dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan
konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu
keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya
komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen
UUD 1945.

Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang


melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan
suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan
kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan
wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai
dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan
melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik
dan sempurna.

1.2 RumusanMasalah
1.  Apa pengertian konstitusi ?
2.  Apa saja istilah konstitusi ?
3.  Apa saja sifat dan fungsi konstitusi ?
4.  Apa tujuan konstitusi ?
5.  Bagaimana pentingnya konstitusi dalam negara ?
6.  Bagaimana perubahan konstitusi di Indonesia ?
7.  Bagaimana sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia ?
8.  Bagaimana klasifikasi konstitusi ?

15
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSTITUSI

2.1.1 Pengertian
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris)
– constitutie (Bhs. Belanda) –constituer (Bhs. Perancis), yang berarti
membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi
diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut
makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara.
Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara,
yaitu berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai
keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa
konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:

1)  Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang


berarti membentuk.

2)   Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu
“Cume” berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat
sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga
menjadi “constitution”.

3)  Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna


yang lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah
keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

4)  Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal


dengan sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang
mengatur dasar dan kerja sama antar sesame anggota masyarakat
dalam sebuah Negara.

5)  Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai


suatu kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan
dan melalui hokum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai
kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan,
hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya.
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:

Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi


berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti
halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen
tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut.
Sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum
dasar yang tidak tertulis / Konvensi.

Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara


dalam praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :

a.  Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek


penyelenggaaraan Negara

b.  Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang


Dasar dan bearjalan sejajar.

c.  Diterima oleh rakyat negara.Bersifat melengkapi sehingga


memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam
Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat
aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara,
yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu
dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.

Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti


piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-
peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.

sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang


Dasar, hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman
Heller. Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-
Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di
samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar
yang tidak tertulis.

Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian,


yaitu:

 Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu


konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik di dalam
masyarakat sebagai suatu kewajiban.
 Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur
hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk
dihadirkan sebagai suatu kaidah hukum.
 Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam
suatu naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi
derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.

2.1.2 Istilah
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang
membentuk mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.

Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata
Negara terjadi perbedaan pendapat:

1.      Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;


2.      Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.

Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih


luas dari undang-undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian
antara lain:

a.  Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat


sebagai suatu kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als
Gesellchaftliche)

b.  Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat


dijadikan sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-
unsur hukum ” Abstraksi ”.

c.  Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi


dan berlaku dalam suatu negara.

Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :

1.  Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-


haknya yang mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-
tindakan penguasa;

2.  Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah


dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan
bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
3.  Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk
menjamin tata cara penyelenggaraan ketatanegaraan;

4.  Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar


negara bagian.

2.1.3 Sifat dan Fungsi


Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan
jaman /dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara dikatakan
rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah


sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang. Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan
dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa kekuasaan yang
dipergunakan untuk memerintah itu tidak disalahgunakan. 

Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi.


Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang
diarti kan sebagai:

1)  Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;

2)  Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian


tersebut, konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu
negara dan menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh
sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan strategis dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi
tolok ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pendahulu sekaligus memuat ide-ide
dasar yang digariskan oleh pendiri negara     ( the founding fathers ).
Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa
dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.
2.1.4 Tujuan
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan
sewenang-wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah
(rakyat) dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga
pada hakekatnya tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusionalisme yang berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah
diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap
penduduk dipihak lain.

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang


pemerintah dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan
pelaksanaan kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk
di pihak lain.

Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat


Steenbeck, menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam
konstitusi, yaitu:

1.      Jaminan hak-hak manusia;


2.      Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3.      Pembagian dan pembatasan kekuasaan.

Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi


meliputi:

1.      Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.


2.      Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3.      Peradilan yang bebas dan mandiri.
4.      Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai
sendi utama dari asas kedaulatan rakyat.

Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari


suatu pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu
negara atau pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada
konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-
prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan
tata pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang
konstitusional atau menganut paham konstitusi demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu :

1.      Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan


sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik;

2.      Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari


penguasa sendiri;

3.      Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi


para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.

2.1.5 Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak
mungkin terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial
dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi
merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dr.
A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat tentang pentingnya
suatu konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus
dijalankan.

Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net


Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa
konstitusi merupakan barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang
sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus ide-ide dasar
yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada
generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan
dipimpin. Semua agenda penting kenegaraan ini tercover dalam konstitusi,
sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan cabang yang utama dalam
studi ilmu hukum tata negara.

Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G.


Pringgodigdo, baru riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:

1)      Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,


2)      Wilayah Tertentu
3)      Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4)      Pengakuan dari negara-negara lain.

Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup
menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada
hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah
konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi.


Pertama, dari segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari
struktur dan memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker)
oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau lembaga.
Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante
atau lembaga diktator.

Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan


pentingnya konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana
konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai ”wewenang hukum” yaitu
sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum pada
konstitusi.

2.1.6 Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan
caraperubahan UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:

 Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota


MPR harus hadir;
 Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
angggota yang hadir.

Pasal 37 tersebut mengandung tiga norma, yaitu:

 Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai


lembaga tertinggi negara;
 Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-
kurangnya adalh 2/3 dari sejumlah anggota MPR;
 Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare,


merupakan bentuk konstitusi bersifat “tegar”, karena selain tata cara
perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya prosedur khusus.
Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi
memilki motif-motif tersendiri yaitu:

1.    Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang


masak, tidak secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2.    Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan
pandangannya sebelum perubahan dilakukan;

3.    Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok


minoritas agama atau kebudayaanya mendapat jaminan.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-


undang Dasar 1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami
perubahan-perubahan dan masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan
rincian sebagai berikut:

1.    Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);

2.    Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17


Agustus 1950);

3.    Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17


Agustus 1950 - 5Juli 1959);

4.     Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);

5.     Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18


Agustus 2000);

6.     Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus


2000-9 Nopember 2001);

7.    Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9


Nopember 2001 - 10 Agustus 2002);

8.    Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10


Agustus 2002).

2.1.7 Sejarah Lahirnya Konstitusi di Indonesia


Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei
1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam
bahasa Jepang yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.Soekarno dan
Drs.Moh.Hatta sebagai wakil dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11
orang wakil dari Jawa,3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari
Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan
Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan ultah Tenno Heika pada
tanggal 29 April 1945.
BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh
perumusnya antara lain Dr.Rajman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo,
Oto Iskandardinata, Pangeran purboyo, Pangeran Soerjohamindjojo dan lain-
lain.

UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa


Indonesia di kemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan
sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera
harus dirumuskan sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara
yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar
kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan
sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai
berikut :

1.  Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang


bahannya diambil dari rancangan Undang – Undang yang disusun
oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945.

2.  Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir


seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang
UUD tanggal 16 Juni 1945.

3.  Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno


sebagai presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai
wakil presiden.

4.  Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia


Persiapan Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).

Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal


Indonesia sempurna menjadi sebuah Negara, sebab syarat – syarat yang lazim
diperlukan oleh setiap Negara telah ada, yaitu adanya :

1.  Rakyat .
2.  Wilayah.
3.  Kedaulatan.
4.  Pemerintahan
5.  Tujuan Negara.
6.  Bentuk Negara

Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal


yaitu sejak zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum
(semacam kitab hokum pada 624 – 404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum
Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah
dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas
pokok badan ini sebenarnya menyusun rancangan UUD. Namun dalam
praktik persidangannya berjalan berkepanjangan khususnya pada saat
membahas masalah dasar Negara.diakhir siding I BPUPKI berhasil
membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilang, panitia ini pada
tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah
naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II BPUPKI
tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada
tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun
rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
(PPKI) yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD atau konstitusi Negara
republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18
Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu
Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu
dalam UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami


beberapa kali pergantian baik nama maupun subtansi materi yang
dikandungnya, yaitu :

1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27


Desember 1949.

2)  Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan


sebutan konstitusi RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).

3)   UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).

4)   UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi


pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05
Juli 1959 – Sekarang.

2.1.8 Klasifikasi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis

1)    Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen


yang dapat dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi
atau dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan
untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses
undang-undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu
sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan.

2)    Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak


membutuhkan proses yang panjang misalnya dalam penentuan
Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.

b)   Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku

1)    Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu

a.   Elastic

b.   Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.

2)    Ciri-ciri konstitusi yang kaku

a.   Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan


peraturan undang-undang yang lain.

b.   Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan


persyaratan yang berat.

c)   Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi

1)    Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai


derajat kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada
diatas peraturan perundang-undang yang lain.

2)    Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak


mempunyai kedudukan serta derajat.

d)   Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan

1)    Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system


pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan
pemerintah Negara bagian.

2)    Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai


karena seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat
sebagaimana diatur dalam konstitusi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1.     Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis
atau undang-undang Dasar.

2.     Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi

3.     Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu


tertulis (undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga
dengan konvensi.

4.     Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang


demokratis bagi seluruh warga Negara.

5.     Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar


yang dibentuk dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga
Negara.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV.


Novindo Pustaka Mandiri.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kusnardi, Moh. et.ai., 2000. Ilmu Negara. Jakarta:Gaya Media Pratama.

Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.

Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT  Raja


Grafindo Persada.

Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education):


Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

Anda mungkin juga menyukai