Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Tak pelak lagi, Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami suatu krisis secara fundamental dan
menyeluruh. Banyaknya masalah yang berupa Ancaman, Hambatan, Tantangan dan Gangguan
(AGHT) yang dihadapi Indonesia datang bertubi-tubi secara dengan derasnya. Ditambah lagi
masalah-masalah bencana alam yang memang sudah menjadi bagian dari alam Indonesia yang
memang akhir-akhir ini tak ramah dan mungkin yang terakhir yang cukup menganggu yakni
masalah internasional dengan negara-negara tetangga hingga berujung buruknya perseprsi
Indonesia di mata internasional.

Krisis yang dialami Indonesia ini menjadi sangat multidimensional yang saling mengaji. Mulai
dari krisis ekonomi yang tidak kunjung berhenti, sehingga berdampak pula pada krisis social dan
politik, yang pada perkembanganya justru menyulitkan upaya pemulihan ekonomi. Konflik
horizontal dan vertical yang terjadi dalam kehidupan social merupakan salah satu akibat dari
semua krisis yang terjadi, yang tentu akan melahirkan disintegrasi bangsa. Apalagi bila melihat
bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural seperti beragamnya suku, budaya
daerah, agama dan berbagai aspek politik lainnya, serta kondisi geografis Negara kepulauan
yang tersebar. Semua ini mengundang konflik yang dapat merugikan dan mengganggu
persatuan dan kesatuan bangsa.

Lalu ada apa dengan Indonesia sebenarnya. Masalah utama memang tampak berada di
permukaan tapi sebetulnya masalah yang benar-benar besar ada pada moral masyarakat
Indonesia yang begitu remuk. Hal ini diibartkan jika Indonesia adalah sebuah kapal besar yang
sedang mengarungi samudera nan luas, lalu kapal Indonesia bocor dan air laut masuk hingga
kapal terancam karam, tetapi sebagai awak kapal serta anak buah kapal yang mengetahui
kejadian ini malah tunggang langgang berlari dan keluar dari kapal bukannya saling membantu
gotong royong untuk memperbaiki kapal sehingga mampu melaju lagi diatas samudera. Hal
inilah yang menjadi hambatan besar yaitu yang berasal dari dalam Indonesia itu sendiri, bahkan
lebih dalam lagi yakni hati nurani setiap warga negara Indonesia.

Krisis moral yang sangat berpengaruh untuk perkembangan Indonesia kedepannya sekarang ini
malah terkesan dikesampingkan oleh aparatur pemerintahan. Hal ini akan mengakibatkan
bangsa indonesai akan semakin terpuruk dan dipandang rendah oleh bangsa lain. Karena dari
generasi penerusnya saja sudah tidak bermoral? Bagaimana bisa menjadi suatu bangsa yang
baik? Itulah yang menjadi permasalah sebenarnya bagi bangsa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat ditentukan beberapa rumusan
masalah, antara lain adalah:

1.       Apa itu moral dan etika?

2.       Apa permasalah yang terjadi saat ini pada generasi penerus?

3.       Faktor apa saja yang membuat mulai lunturnya moral dan etika generasi penerus?

4.       Bagaimana solusi untuk menindak lanjuti / mengatasi permasalahan ini?

C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat diambil beberapa penjelasan
tentang tujuan penulisan makalah ini, antara lain adalah:

1.       Mengetahui makna dan penjelasan tentang moral dan etika

2.       Dapat memberi pengetahuan tentang masalah yang ada di masyarakat atau kalangan
remaja saat ini.

3.       Dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadikan lunturnya moral generasi


penerus, serta agar orang tua dapat meminimalkan hal-hal yang dapat menjadikan lunturnya
moral dan etka generasi penerus.

4.       Mengerti bagaimana solusi / cara untuk menindak lanjuti masalah lunturnya moral dan
etika generasi penerus.

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian

1.      Pengertisn Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk
jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.
Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama
dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu
kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka
rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

Prinsip moral atau moral(dari bahasa Latin: moralitas) membawa pengertian ajaran atau


pegangan berkenaan dengan buruk baik sesuatu perbuatan (kelakuan,kewajipan,
dll), sikap atau cara berkelakuan yang berasaskan atau yang diukur dari segi baik buruk
sesuatu akhlak. Ia merujuk kepada konsep etika kemanusiaan yang digunakan dalam tiga
konteks, yaitu:

1.      hati nurani individu;

2.      sistem-sistem prinsip danpertimbangan — kekadang dipanggil nilai moral — yang dikongsi


dalam sesuatu komuniti kebudayaan,keagamaan, kesekularanatau kefalsafahan; dan

3.      tatalaku atau prinsip moraltingkah laku.

Moral peribadi mentakrifkan dan membezakan niat, motivasi, atau tindakan yang betul dan


yang salah, sebagaimana yang dibelajar, dilahirkan, atau dikembangkan di dalam setiap orang
perseorangan.

‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan
‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya
segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
2.      Pengertian Etika

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik serta suatu tanggung jawab. Menurut
Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performance
index or reference for our control system“. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan
“self control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok social (profesi) itu sendiri.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari
tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

 Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.

 Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan)
manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini, ditentukan oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma
sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma agama
berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun
berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika. Etika (ethics)
berarti moral sedangkan etiket (etiquette)berarti sopan santun.

Etika dibagi menjadi beberapa macam, antara lain adalah:

a)      Etika filososfis

b)      Etika teologis

c)      Etika sosiologis

d)      Etika normativ dan adaptif

Disini akan disebutkan fungsi atau guna dari etika, adalah:

1.      Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan moral yang
kita hadapi.

2.      Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya, sosial,
ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.

3.      Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di dalam
masyarakt secara kritis dan obeyktif.
4.      Etika membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman kepercayaan
sehingga tidak tertutyp dengan perubahan jaman.

B.     Permasalahan Pada Generasi Muda Saat Ini

Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia,
terutama yang tinggal diperkotaan dan khususnya kelakuan remaja Indonesia.
Sebagaimana  diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa
diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka,
sedangkan di sisi lain media merasa kaum remajalah yang tepat menjadi konsumen dari
berbagai produk yang ditawarkan.

Seperti diketahui bersama bahwa media, berperan besar dalam pembentukan budaya
masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa sekarang adanya
perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif, meskipun
pengaruh positifnya masih terasa. Kalau dapat diumpamakan remaja perkotaan sudah tertular
dengan gaya hidup barat. Hal ini terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode dunia,
mulai dari fashion, gaya rambut, casting HP yang berganti-ganti, pakaian dan sebagainya.
Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk hidup boros dan menjadi tidak kritis terhadap
persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat karena terbuai dengan perkembangan zaman.

Lebih jauh lagi,  dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya remaja perempuan cenderung
tertanam dalam pandangan mereka jika perempuan menarik adalah perempuan yang agresif
dan seksi. Selain itu, dengan semakin mudahnya remaja mendapatkan VCD porno dan internet
yang menampilkan gambar-gambar porno, membuat para remaja penasaran untuk
mencobanya, malalui kehidupan seks bebas atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat
melakukan pemerkosaan.

Di samping itu juga, terdapat juga pemilik warung kecil terlihat menjajakan “kondom”, pemilik
warung tersebut menegaskan bahwa yang menjadi pembeli utama adalah kaum remaja tidak
terlepas dari kalangan lain. Dalam pada itu, terdapat juga fenomena kehidupan remaja
diperkotaan sering terlihat terdapat berduan pasangan muda-mudi yang belum resmi
melakukan sikap tidak sesuai dengan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan
oleh pihak yang berwenang karena terdapat praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang
berjilbab pun patut dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan yang
kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini mulai merosot.

Berdasarkan penjelasan / hasil wawancara pada ketua RT atau lingkungan setempat,


didapatkan beberapa informasi, bahwa kecenderungan masalah pada generasi muda pada era
globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu
perkumpulan yang pada hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di
perkumpulan tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang
tidak baik.

Terjadinya penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas dari faktor internal
(keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang dapat menghambat atau
setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Misalnya saja dengan bimbingan dan arahan dari
orang tua, seorang anak diberi nasihat-nasihat yang baik tidak hanya pada saat berkumpul
bersama saja, namun di sela-sela waktu yang ada hendaknya diberi arahan yang baik.

Seorang anak juga harusnya dikontrol tentang pergaulannya kapan waktunya untuk main dan
mengerjakan pekerjaan ataupun tugas-tugasnya yang lain. Serta membatasi pergaulan remaja
agar tidak terbawa teman-temannya yang mungkin penghuni pergaulan bebas (negatif).

C.     Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi muda

Dalam hal ini ada beberapa hal yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika pada
generasi muda (penerus). Dari data yang diperoleh, baik dari wawancara terhadap narasumber
maupun dari sumber-sumber lain, hal yang mempengaruhi antara lain adalah:
1.      Longgarnya pegangan terhadap agama

Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan
ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan
tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan
longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang
ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang
dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan
masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat
itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan
mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-
peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang
melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan
mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang
teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak
perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya
dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang
dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-
pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.

2.      Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumahtangga, sekolah maupun
masyarakat.

Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semsetinya
atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak
anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum
mengerti mana uang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan
moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang
dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral
itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak
menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat
mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja,
tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada
pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil
peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar
sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak
didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan.
Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana
pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik.
Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah,
maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin
terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral.
Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri,
keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar
pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan
pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga,
sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan
lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.

3.      Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.

Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak
sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-
gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat
tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun, gejala
penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan
materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap
tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan
sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-
siaran, pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu
didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan
memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan
moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya
dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.

4.      Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.

Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia
dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka
pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah
sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan
sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga
kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri
dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya
bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang
disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya
efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral
bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang
dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral
bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Beberapa faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika generasi muda saat ini
adalah:

a.       Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk
melakukan hal yang tidak baik

b.      Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kuran memperhatikan anaknya, bisa-
bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini bisa
menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
c.       Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren,
padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalu sudah mencoba merokok dia juga akan
mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.

d.      Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.

D.     Solusi untuk mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada
generasi penerus pada saat ini, diantaranya adalah:

1.       Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat.
Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.

2.       Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam
mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting.
Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk
pada sikap anak.

3.       Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh
buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap
bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi
kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun
pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga
orang-orang di sekelilingnya.
4.       Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral
dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang
negatif lagi.

5.      Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.

6.      Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan
remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni, serta olahraga, karena hal
tersebut juga dapat meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan0kegiatan yang
sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan tersebut bersifat positif
serta dapat juga untuk mengukir prestasi.

BAB III

PENUTUP

A.     Simpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.      Secara etimologis, pengertian moral dan etika pada hakikatnya adalah sama, kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan ,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa
Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin

2.      Permasalahan yang terjadi pada generasi penerus bangsa saat ini adalah menurunnya
moral, akhlak dan etika. Sehingga kehidupan yang mereka jalani tdak sesuai dengan tuntunan
yang ada, banyak diantara mereka yang terjerumus pada kehidupan atau pergaulan yang
bebas.

3.      Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya moral generasi muda antara lain adalah
Longgarnya pegangan terhadap agama, Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan
oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat, Dasarnya harus budaya materialistis,
hedonistis dan sekularistis, Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah, Salah pergaulan, Orang tua yang kurang perhatian, Ingin mengikuti trend,
Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.

4.      Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ( setidaknya meminimalkan) masalah


menurunnya moral dan etika generasi penerus adalah: Memilih teman pergaulan, orang tua
harus lebih mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta lebih memberi perhatian, diadakannya
pembekalah moral dan akhlak, meningkatkan keimanan dan ketakwaan, melakukan kegiatan
yang bersifat positif.

B.     Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain adalah:

1.      Hendaknya bimbingan moral, etika dan kepribadian dilakukan sejak dini melalui
pendekatan keluarga, sehingga seorang anak setelah menginjak dewasa, sudah mempunyai
bekal yang cukup. Seperti pembekalan bagaimana cara bersikap yang baik pada orang yang
lebih tua serat unggah-ungguh yang sesuai dengan norma yang berlaku.

2.      Seorang anak hendaknya dimaksukkan pada suatu tempat yang dalam lingkup
pembekalan rohani (seperti pengajian / TPQ) dan lain sebagainya agar lebih memantapkan
bekal ilmu agama.
3.      Orang tua hendaknya selalu mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta memilih mana
teman yang baik untuk pergaulan dan mana teman yang diidentifikasi akan merusak moral
buah hatinya.

4.      Pemerintah hendaknya mencanangkan program pendidikan nilai dan moral dalam sebuah
kurikulum pendidikan, sehingga di lngkungan sekolah tidak hanya mengenyam pendidikan-
pendidikan umum, namun juga mendapatkan pendidikan nilai dan moral.

5.      Hendaknya ada kerjasama baik antara keluarga, masyarakat dan pemerintah guna
mencetak generasi masa depan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://ms.wikipedia.org/wiki/Moral
http://massofa.wordpress.com/2008/11/17/pengertian-etika-moral-dan-etiket/

http://herman.just-forum.net/t182-pengertian-etika-jenis-jenis-etika

http://bunkslamet.wordpress.com/2011/05/16/pengertian-etika/

http://blog.tp.ac.id/faktor-faktor-penyebab-timbulnya-perilaku-menyimpang-pada-remaja

http://bhupalaka.files.wordpress.com/.../tugas-makalah-etika-dan-moral-tia-

ongiem blog di 20.18

Berbagi

9 komentar:

Lintang Agustin9 Januari 2013 13.47

maturnuwun ya mas, dadi olih materi nggo kegiatan diskusi ngesuk.... hi,,,hi,,,hi,,,

Balas

Sazrhi9 Oktober 2013 19.17


izin copas mas

Balas

Anonim2 Desember 2013 16.34

Thank's gan infonya !!!!

www.bisnistiket.co.id

Balas

Unknown16 April 2014 03.10

cofas yo mas

Balas

Unknown2 Februari 2015 02.37

mksh tas infonnya

Balas
Unknown13 Maret 2015 14.01

mkasih gan , bisa buat referensi tugas kwarganegaraan,,,,

Balas

Bee20 September 2015 20.14

Ijin sedot, kang mas

Balas

Unknown22 Desember 2016 16.26

izin copas kang mas

Balas

warg sehat12 April 2017 00.57

rukunseniorliving.com rumah jompo

Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

ongiem blog

Diberdayakan oleh Blogger.

ETIKA KEILMUAN Ilmu merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam kehidupan,
karena tanpa ilmu manusia akan buta tentang pengetahuan dan tidak dapat membedakan antara
mana yang baik dan mana yang salah.ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana
adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan
manusia. Hasil-hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk memberikan keputusan
politik dengan berkiblat pada pertimbangan moral.ilmiuan memiliki tanggung jawab profesional,
khususnya di dunia ilmu dan dalam masyarakat ilmuan itu sendiri serta mengenai metodologi
yang dipakainya. Ilmuan juga memikul tanggung jawab sosial yang bisa dibedakan atas
tanggung jawab legal yang formal sifatnya, dan tanggung jawab moral yang lebih luas
cakupannya.agar mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kaitan antara ilmu dan moral,
maka kajiannya harus didekati dari ketiga komponen tiang penyangga tubuh pengetahuan, yakni
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Namun sebelum sampai pada ketiga pendekatan tersebut,
dibahas dahulu mengenai etika, moral, norma, dan kesusilaan, kemudian pengertian dan ciri-ciri
ilmu. A. ANTARA ETIKA, MORAL, NORMA DAN KESUSILAAN 1. Etika a. Pengertian
Etika Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat.secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang mebicarakan tingkah laku
atauperbuatanmanusia dalam hubungannya dengan baik buruk.yang dapat dinilai baik buruk
adalah sikap manusia yaang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, katakata, dan
sebagainya. Adapun motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan atau tingkah laku yang
dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak
sadar tidak dapat dinilai baik buruk.menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi etika
deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan
apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat.
Contohnya sejarah etika.adapun etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang
buruk, yang harus di kerjakan dan yang tidak.etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum
dan etika khusus.etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motifasi
suatu perbuatan, suara hati dan sebagainya.etika khusus adalah prinsip-prinsip umum, seperti
etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesi
(KBBI) edisi ketiga (2005:309), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yng buruk serta
tentang hak dan kewajibanmoral. Moral yang dimaksukan disini adalah akhlak, yakni budi
pekertiatau kelakuan makhluk hidup itu dengan kata lain sebutanbahwa etikaitu membahas
tentang perilku menuju kehidupan yang lebih baib, yang di dalamnya ada aspek kebenaran,
tanggung jawab,peran dan lain sebagainya. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai
perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis
dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari
sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. a. Jenis Jenis Etika 1. Etika Filosofis Etika
berasal dari kegiatan berfilsafat atau berfikir, yang dimiliki oleh manusia. Etika termasuk dalam
filsafat, karena itu etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Terdapat dua sifat etika, yaitu: 1

2 Non-empiris Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun
filsafat tidak demikian, filsafat berusaha melampui yang kongkret dengan seolah-olah
menayakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya
berhenti pada yang kongkret yang secara faktual dilakukan, akan tetapi bertanya tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara
mengenai sesuatu yang ada. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum.akan tetapi
etika tidak terbatas itu, melainkan bertanya apa yang harus dilakukan. Dengan demikian etika
sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. Tetapi etika bukan praktis dalam arti menyajikan
resep-resep siap pakai.etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan,
hak dan kewajiban. 2. Etika Teologis Ada dua hal yang berkaitan dengan teologis, yaitu: Etika
teologis bukan milik agama tertentu, melainkan setiap agama mempunyai teologisnya masing-
masing. Teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena banyak unsur-unsur etika
secara umum, dan dapat dimengerti secara umum. Secara umum, etika teologis dapat
didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi
tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. 2. Moral a. Pengertian
Moral (Sunoto, 1982, hlm. 6) Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang berarti adat
atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai.adapun etika
dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.frans Magnis Suseno (1987) membedakan ajaran
moral dan etika. Ajaran moral adalah ajaran, wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan
tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang yang baik.
Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti
orang tua dan guru, para pemuka masyarakat, dan agama dan tulisan para bijak.etika bukan
sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral.etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan
ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup,
bukan etika melainkan ajaran moral.etika mau mengerti ajaran moral tertentu, atau bagaimana
kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengangan berbagai ajaran
moral. Moral (bahasa latin moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia lain atau
orang lainnya dalam tindakan yang memilikinilai positif. Manusia yang tidak memiliki nilai
mora disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positifdi mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara
explisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai
implisitkarena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan disekolah. Manusia harus memiliki moral jika ia mau
dihargai. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan 2

Anda mungkin juga menyukai