Anda di halaman 1dari 31

MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Geografi Regional Indonesia


Diampu oleh: Drs. Marhadi Slamet Kristiyanto, M.Si

Disusun Oleh:
Cut Fitri Aidya Mukti 180721639097
Dianti Lintang Penatas 180721639069
Haldi Priya Ambargil 180721639090
Inaisya Putri Hartono 180721639082
Nabil Alvein Ahmad 180721639157
Nur Aini 180721639061
Nur Fitri Andarukmi 180721639102
Siti Janatul Naimi 180721639033
Unma Niimu Aryu B. 180721639159
Kelompok 4

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas anugerahNya
yang telah dilimpahkan bagi kita sehingga kami dapat merangkai kata dalam
menyajikan makalah dengan materi Masalah Kependudukan di Indonesia dapat
diselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini di latar belakangi oleh tugas
untuk memenuhi mata kuliah Geografi Regional Indonesia agar dapat
memberikan informasi seputar berbagai masalah kependudukan yang terdapat di
Indonesia kepada para pembaca. Penulisan makalah ini berdasarkan fakta yang
ada di sekitar kita yang mungkin tidak kita sadari. Kami berharap makalah ini
dapat membimbing para pembaca agar memahami dan berpatisipasi dalam
masalah kajian di negara ini.
Kami selaku penyusun makalah menyadari sepenuhnya bahwa makalah
yang disusun ini masih belum atau jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk kelanjutan penyempurnaan
penyusunan makalah berikutnya. Akhir kata, tidak lupa kami ucapkan terima
kasih atas segala bentuk dukungan data dari berbagai pihak dan buku demi
kelangsungan penyelesaian dalam penulisan makalah yang kami buat ini.

Malang, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
1. Fertilitas............................................................................................................5
2. Mortalitas..........................................................................................................6
3. Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk..............................................7
2.2. Kemiskinan.......................................................................................................8
1. Pengertian Kemiskinan....................................................................................8
2. Komponen Indeks Kemiskinan Manusia......................................................10
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan....................................................10
4. Perkembangan Tingkat Kemiskinan............................................................11
5. Aspek Penting Dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan....................12
2.3. Permasalahan Persebaran Penduduk...........................................................13
1. Dampak Persebaran Penduduk.....................................................................14
2. Solusi dari Masalah Persebaran Penduduk..................................................15
2.4. Kesehatan........................................................................................................16
1. Pengertian Kesehatan....................................................................................16
2. Masalah Kesehatan di Indonesia...................................................................17
3. Solusi Masalah Kesehatan di Indonesia........................................................21
2.5. Permasalahan Pendidikan.............................................................................21
1. Permasalahan Pendidikan di Indonesia........................................................21
2. Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia.............................................24
BAB III...........................................................................................................................26
PENUTUP.......................................................................................................................26
DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap negara memiliki masalah kependudukan yang berbeda-beda. Salah
satu faktor masalah ini dapat timbul akibat dari ketidakseimbangan antara jumlah
penduduk dari satu wilayah dengan wilayah yang lain. Selain itu masalah utama
yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah kurang seimbangnya
penyebaran dan struktur umur penduduk. Berbagai program kependudukan dan
keluarga berencana bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi dan
sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan
pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan
yang baik antara jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan
perkembangan produksi dan jasa. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat,
mendorong perkembangan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Dengan adanya pertumbuhan
aspek-aspek kehidupan tersebut, maka bertambahnya sistem mata pencaharian
hidup dari homogen menjadi kompleks.
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia
tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, terdiri atas 119,6 juta pria dan 118 juta
wanita dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun
sehingga merupakan jumlah penduduk terbesar keempat didunia setelah China,
India, dan Amerika Serikat. Pertumbuhan penduduk ini tentu saja berimplikasi
secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara.
Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya bisa dikatakan 99,9% disebabkan
oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1 -2 jiwa
(Irianto, 2014) dalam (Trianziani, 2016).
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang terus meningkat. Hal ini
dibuktikan dengan hasil sensus penduduk yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
penduduk Indonesia sudah melebihi dari proyeksi Badan Pusat Statistik Indonesia
(Indrayani, 2014) dalam (Trianziani, 2016). Perkembangan kependudukan dan

1
Pembangunan keluarga menyebutkan pentingnya pembangunan manusia
Indonesia yang seutuhnya, meliputi semua dimensi dan aspek kehidupan,
termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Upaya
tersebut ditujukan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merupakan prinsip dasar pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara kepulauan dan tidak
meratanya penduduk membuat Indonesia semakin banyak mengalami
permasalahan terkait dengan hal kependudukan. Selain itu, faktor geografi, tingkat
migrasi, struktur kependudukan di Indonesia dan lain-lain membuat masalah
kependudukan semakin kompleks dan juga menjadi hal yang perlu mendapatkan
perhatian khusus guna kepentingan pembangunan manusia Indonesia. Dalam
makalah ini membahas tentang permasalahan kependudukan yang ada di
Indonesia, dampak yang diakibatkan dari masalah kependudukan, dan solusi
terkait kerusakan yang diakibatkan dari masalah kependudukan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah kami sebagai berikut.
1. Apa saja dampak dan solusi yang diakibatkan dari permasalahan jumlah
penduduk di Indonesia?
2. Apa saja dampak dan solusi yang diakibatkan dari permasalahan
kemiskinan di Indonesia?
3. Bagaimana pola persebaran penduduk di Indonesia, serta apa saja dampak
dan solusi yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan tersebut?
4. Bagaimana kondisi kesehatan penduduk Indonesia?
5. Apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia serta bagaimana
solusinya?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan makalah
adalah sebagai berikut.

2
1. Untuk mengetahui dampak dan solusi dari permasalahan penduduk di
Indonesia
2. Untuk mengetahui dampak dan solusi dari permasalahan kemiskinan di
Indonesia
3. Untuk mengetahui pola persebaran penduduk di Indonesia, serta dampak
dan solusi yang diakibatkan dari permasalahan tersebut
4. Untuk mengetahui kondisi kesehatan penduduk Indonesia
5. Untuk mengetahui permasalahan dan solusi dari pendidikan di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kepadatan Dan Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu mengalami
peningkatan, sementara itu laju pertumbuhan penduduk menurun. Laju
pertumbuhan penduduk turun dikarenakan adanya penurunan angka kelahiran dan
meningkatnya angka kematian. Namun, angka kelahiran lebih cepat daripada
penurunan angka kematian. Sementara itu, Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia (Devi et al., 2016). Hal ini terlihat
dalam hasil data Badan Pusat Statistik tahun 2019 bahwa jumlah penduduk
Indonesia mencapai 265.015.300.
Penduduk Indonesia sudah sejak lama hidup dalam hubungan yang serba
selaras dengan lingkungannya. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup di
daerah pedesaan yang masih memiliki rasa kekeluargaan antarsesama. Oleh
karena itu, penduduk di Indonesia hidup dengan samangat kekeluargaan dalam
lingkungan sosial. kependudukan di Indonesia memiliki ciri-ciri umum sebagai
berikut:
a. Jumlah penduduk yang makin bertambah. Jumlah penduduk yang makin
bertambah memerlukan sumber daya alam yang besar pula, tetapi sumber
daya alam ternyata terbatas. Oleh karena itu, laju pertumbuhan penduduk
harus ditekan.
b. Sebagian besar penduduk berusia muda. Golongan usia muda merupakan
golongan penduduk yang belum produktif, terutama bagi yang berusia kurang
dari 15 tahun. Selain itu, penduduk yang berusia muda akan menambah
jumlah tenaga kerja, sedangkan penyediaan lapangan pekerjaan merupakan
masalah yang sulit dipecahkan. Banyaknya penduduk usia muda menjadi
beban nasional.
c. Tidak tersebar merata di setiap pulau. Sebagian besar (60%) penduduk
Indonesia terkumpul di Pulau Jawa. Meskipun program transmigrasi telah
lama dijalankan, tetapi sampai saat ini persebaran penduduk belum dapat
merata hingga ke seluruh pulau.

4
d. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di bidang pertanian. Besarnya
penduduk yang bekerja di bidang pertanian akan menyebabkan tekanan
penduduk terhadap lahan pertanian. Oleh karena itu, agar tekanan terhadap
lahan pertanian kecil, penduduk yang bekerja di bidang pertanian perlu
dikurangi dengan cara dipindahkan ke bidang yang lain, misalnya industri.
Tingginya jumlah penduduk ini menjadi permasalahan yang selalu
menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan para pakar kependudukan di
Indonesia (Indraswari & Yuhan, 2017). Jumlah penduduk yang besar jika tidak
diikuti dengan kualitas SDM yang baik akan menjadi beban bagi pembangunan
suatu negara, sehingga upaya penurunan fertilitas. Berikut merupakai uraian
angka kelahiran,kematian, dan laju pertumbuhan pendudukan di Indonesia.
1. Fertilitas
Fertilitas merupakan istilah demografi untuk menggambarkan kelahiran.
Fertilas merupakan banyaknya bayi yang lahir hidup. Bayi yang lahir hidup
menurut WHO adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan
lamanya didalam kandungan, dimana bayi telah menunjukan tanda-tanda
kehidupan misalnya bernafas, denyut jantung, denyut tali pusar ataupun gerakan-
gerakan otot.
Indonesia pada tahun 1982, tingkat fertilitas kasar besarnya 34 kelahiran per
1000 penduduk. Pada periode tahun 1930-1970 taksiran mengenai besarnya
tingkat fertilitas kasar di Indonesia masih diatas 40 kelahiran per 1000 penduduk.
Pada tahun 1950an terjadilah ledakan penduduk (baby boom). Periode 1951-1956
ditandai dengan angka tingkat fertilitas kasar tertinggi, yaitu sebesar 48,9
kelahiran per 1000 penduduk, setelah tahun 1961 tingkat fertilitas kasar mulai
menurun.
Pengukuran fertilitas merupakan hal yang penting dilakukan dalam
mengatahui bagaimana keadaan demografi suatu daerah. Berdasarkan data BPS
tahun 2019, selama tahun 2018, Indonesia memiliki jumlah kelahiran ditinjau dari
jumlah penduduk berumur 0-4 tahun adalah 23.729.600 jiwa yang terdiri atas
12.107.100 jiwa laki-laki, dan 11.622.500 jiwa perempuan.
Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka kelahiran
yaitu pengimplementasian program Keluarga Berencana (KB). Program ini pada

5
awalnya difokuskan untuk diterapkan di Pulau Jawa dan Bali karena jumlah
penduduk yang sudah sulit terkendali. Tujuan diadakanya program ini selain
untuk menekan jumlah angka kelahiran, juga untuk mewujudkan keluarga
sejahtera.
Dengan adanya program tersebut angka kelahiran terus menurun. Periode
tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk menurun kecuali Kalimantan. Pada
periode tahun 1971-1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,3%,
pada periode tahun 1980-1990 dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk terus
menurun kisaran 1,3-1,9%.
2. Mortalitas
Salah satu komponen demografi adalah angka mortalitas atau kematian.
Mortalitas merupakan peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen yang bisa terjadi jika sudah terjadi kelahiran baru. Dengan
demikian keadaan mati selalu didahului oleh terjadinya kelahiran baru.
Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah bukan hanya
mempengaruhi pertumbuhan penduduk tetapi juga berpengaruh terhadap indikator
kesehatan penduduk di suatu daerah. Ketika suatu negara memiliki kesehatan
yang tinggi, maka angka harapan hidup juga akan memiliki nilai yang tinggi, hal
ini berarti angka kematian di negara tersebut rendah.
Indikator mortalitas di Indonesia terus mengalami tren positif sejak 1950
sampai sekarang. Hal ini menunjukkan derajat kesehatan di Indonesia mengalami
perbaikan dari waktu ke waktu. Berdasarkan parameternya angka kematian bayi,
angka kematian anak, dan harapan hidup menujukkan tren yang positif dimana
target dari ICPD dan WHO telah terpenuhi. Kurangnya tenaga fasilitas kesehatan,
keterbatasan sarana prasarana kesehatan dan kurangnya dukungan dana untuk
kesehatan menjadi penyebab beberapa provinsi tidak mampu memenuhi target
tersebut.
Kondisi mortalitas di Indonesia secara umum digambarkan melalui angka
kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR). Besarnya CDR mencerminkan
banyaknya kematian pada tahun tertentu setiap 1000 penduduk pada pertengahan
tahun. CDR memberikan informasi tentang keadaan kematian suatu Negara tanpa
mempertimbangkan umur, jenis kelamin, dan kriteria-kriteria tertentu melainkan

6
keadaan kematian secara keseluruhan. Keadaan angka kematian kasar di
Indonesia dari periode 1950-1955 hingga 2005-2010 mengalami penurunan setiap
periodenya. Kematian kasar penduduk Indonesia pada periode 1950-1955 tercatat
sebesar 25. Hal itu berarti berarti terjadi 25 kematian setiap 1000 penduduk di
pertengahan tahun. Sedangkan pada 2010 tercatat angka kematian kasar di
Indonesia sebesar 7 per 1000 penduduk.
3. Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Secara absolut jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahunnya,
tetapi secara relatif laju pertumbuhan penduduk terus menurun. Selam periode
1980-2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia sudah berada di bawah 2%
setiap tahun. Periode 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk rata-rata mencapai
1,97% setiap tahun dengan jumlah penduduk 146,94 juta jiwa pada tahun 1980
dan meningkat 178,63 juta jiwa pada tahun 1990. Sepuluh tahun kemudian jumlah
penduduk Indonesia menjadi 205,84 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
anatara tahun 1990 dan 2000 adalah 1,49% setiap tahun. Laju pertumbuhan
penduduk antara tahun 2000-2010 juga 1,49% dengan jumlah penduduk 237,64
juta jiwa.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi kemudian akan
mengakibatkan masalah kependudukan semakin kompleks. Ditinjau dari angka
laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2010-2018 berdasarkan data
BPS tahun 2019 sebesar 1,33%. Jika laju pertumbuhan penduduk tidak segera
ditangani dengan baik oleh pemerintah, maka akan terjadi Population Bomb atau
ledakan penduduk (Paul R, dalam Suartha, 2016)
Ledakan penduduk adalah pertumbuhan penduduk di suatu negara secara
cepat dan tiba-tiba secara tidak terkendali. Di Indonesia sendiri, ledakan penduduk
terjadi pada akhir tahun 1960an. Hal ini terbukti berdasarkan data sensus
penduduk selama tahun 2000-2010 yang menunjukan peningkatan jumlah
penduduk secara signifikan. Walaupun angka jumlah penduduk di Indonesia
tinggi namun, memiliki pertumbuhan penduduk yang semakin menurun.
Beberapa faktor mempengaruhi ledakan penduduk adalah jumlah penduduk
yang besar, pertumbuhan penduduk yang cepat, penyeberan penduduk yang tidak
merata, banyak nya usia pernikahan yang dini, program KB yang belum

7
terlaksana dengan baik, menurunnya angka kematian yang disebabkan oleh
perkembangan dalam bidang kesehatan, dan banyaknya penduduk desa yang
melakukan urbanisasi.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk kemudian akan menyebabkan
permasalahan demografi yang komplek. Faktor-faktor demografi yang
menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk antara lain 1) Kelahiran 2)
Kematian 3) Migrasi. Selain angka laju pertumbuhan penduduk, permasalah lain
adalah kepadatan penduduk Indonesia yang sangat timpang antar daerahnya.
Berdasarkan data BPS 2019, total kepadatan penduduk di Indonesia adalah
138 per km2. Dengan angka kepadatan tertinggi terfokus pada Pulau Jawa
khusunya Provinsi DKI Jakarta yakni sebesar 15.764 km2. Disisi lain, kepadatan
penduduk di Provinsi Kalimantan Utara dan Papua Barat dengan jumlah
kepadatan terendah yaitu 9 km2. Tingginya ketimpangan kepadatan penduduk
yang terjadi di Indonesia ini juga mencerminkan pembangunan yang hanya
terpusat di satu wilayah saja.
2.2. Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah permasalahan global yang dihadapi dan menjadi perhatian
orang di dunia (Rini et al., 2016). Masalah kemiskinan merupakan masalah yang
kompleks dan bersifat multidimensional sehingga menjadi prioritas pembangunan.
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar, karena kemiskinan
menyangkut pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan dan
kemiskinan merupakan masalah global karena kemiskinan merupakan masalah
yang dihadapi banyak Negara. Secara garis besar, kemiskinan dapat dipilah
menjadi dua aspek, yaitu aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer berupa
miskin aset (harta), organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan.
Sementara aspek sekunder berupa miskin terhadap jaringan sosial, sumber-sumber
keuangan dan informasi (Arsyad, 2010: 299) dalam (Ferezagia, 2018).
Menurut Nugroho dan Dahuri (2012) dalam (Ferezagia, 2018), kemiskinan
merupakan suatu kondisi absolut atau relatif di suatu wilayah di mana seseorang
atau kelompok masyarakat tidak mampu mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai
tata nilai atau norma yang berlaku. Jika dipandang dari aspek ekonomi,

8
kemiskinan menunjuk pada gap antara lemahnya purchasing power dan keinginan
dalam memenuhi kebutuhan dasar. Secara konsep, kemiskinan dapat dibedakan
menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut
memandang kemiskinan dalam suatu ukuran yang besifat mutlak yang bermuara
atau berwujud sebagai garis, titik, atau batas kemiskinan. Sementara kemiskinan
relatif, memandang kemiskinan dalam suatu ukuran yang dipengaruhi ukuran-
ukuran lain yang berhubungan dengan proporsi atau distribusi (Nugroho dan
Dahuri, 2012: 184) dalam (Ferezagia, 2018).
Seseorang atau keluarga dapat dikatakan miskin atau hidup dalam kemiskinan
jika pendapatan mereka atau akses mereka terhadap barang dan jasa relatif rendah
dibandingkan kebanyakan orang dalam perekonomian. Kemiskinan memiliki
konsep yang beragam. World Bank mendefinisikan kemiskinan dengan
menggunakan ukuran kemampuan / daya beli, yaitu US $1 atau US $2 per kapita
per hari. Sementara itu, BPS mendefinisikan kemiskinan didasarkan pada garis
kemiskinan (poaerty line). Nilai garis kemiskinan yang digunakan untuk
menentukan kemiskinan mengacu pada kebutuhan minimum yang dibutuhkan
oleh seseorang yaitu 21,00 kalori per kapita per hari, ditambah dengan kebutuhan
minimum non-makan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi:
papan, sandang, sekolah, transportasi, serta kebutuhan rumah tangga dan individu
yang mendasari.
Menurut BPS, seseorang atau individu yang pengeluarannya lebih rendah dari
Garis Kemiskinan maka seseorang/individu tersebut dikatakan miskin.
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang laki dan
perempuan, yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak
dasar manusia tersebut meliputi: terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, penunahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak
kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik (Badan,
n.d.)
Dalam pandangan Friedman, kemiskinan juga berarti ketidaksamaan
kesempatan unfuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan

9
sosial ini meliputi: (1) Modal produktif seperti tanah, alat produksi, Perumahan,
kesehatan. (2) Sumber keuangan. (3) Organisasi sosial dan politik yang dapat
digunakan untuk kepentingan bersama seperti koperasi, partai potitik, organisasi
sosial,(4) |aringan sosial, (5) Pengetahuan dan kehampilan. (6) Informasi yang
berguna untuk kemajuan hidup.
2. Komponen Indeks Kemiskinan Manusia
Terlepas dari berbagai definisi atau konsep yang dikemukakan oleh para paiur
di atas, kondisi kemiskinan dapat digambarkan melalui bebeiapa indikator yang
disajikan melalui Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Menurut BPS (2003),
komponen-komponen Indeks Kemiskinan Manusia ada lima, yaitu: (1) persentase
penduduk yang meninggal sebelum usia 40 tahun, (2) persentase buta huruf, (3)
persentase penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih, (4) persgt tu.tj
penduduk yang jarak ke fasilitas kesehatan lebih dari 5 km, dan (5) persentrase
balita berstatus gizi kurang (Purwanto, 2007).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan
Menurut (World Bank, 2004) salah satu sebab kemiskinan adalah karena
kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, tingkat kesehatan dan
pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di samping itu kemiskinan juga
berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang
dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta
tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada umumnya tidak memadai.
Berdasarkan data BPS tahun 2020 beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan selama periode September 2019–Maret 2020 antara lain
adalah:
a. Pandemi Covid-19 yang berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas
ekonomi penduduk akan mendorong terjadinya peningkatan angka
kemiskinan.
b. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik
Bruto (PDB) Kuartal I 2020 mengalami pertumbuhan yang melambat.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,84% dibandingkan
periode yang sama tahun 2019 yang sebesar 5,02%.

10
c. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia Maret 2020 mengalami penurunan
sebesar 64,11 persen dibandingkan Maret 2019. Meskipun pemerintah secara
resmi mengumumkan kasus Covid-19 pada Maret 2020, namun sektor
pariwisata dan pendukungnya sudah mulai terdampak sejak bulan Februari
2020.
d. Pada periode September 2019–Maret 2020, secara nasional harga eceran
beberapa komoditas pokok mengalami kenaikan, antara lain beras (1,78%),
daging ayam ras (5,53%), minyak goreng (7,06%), gula pasir (13,35%), dan
telur ayam ras (11,10%).
e. Rata-rata pengeluaran per kapita pada Desil 1 periode September 2019–Maret
2020 mengalami peningkatan sebesar 1,67% namun peningkatannya lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan GK yang sebesar 3,20%.
f. Penduduk hampir miskin yang bekerja di sektor informal mencapai 12,15 juta
orang (Susenas, Maret 2019). Kelompok ini merupakan kelompok penduduk
yang rentan terhadap kemiskinan dan paling terdampak dengan adanya
pandemi Covid-19.
4. Perkembangan Tingkat Kemiskinan
Diketahui bahwa angka kemiskinan di Indonesia pada periode 2006–
Maret2020,tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan,dilihat dari sisi
jumlah maupun persentase, kecuali pada bulan September 2013, Maret 2015,dan
Maret 2020. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode
tersebut dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari
kenaikan harga bahan bakar minyak dan adanya pandemic Covid-19 pada Maret
2020 (Badan, n.d.). Perkembangan tingkat kemiskinan tahun 2006 sampai dengan
Maret 2020 seperti pada gambar dibawah ini:

11
Namun jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2020 mencapai
26,42 juta orang. Dibandingkan September 2019, jumlah penduduk miskin
meningkat 1,63 juta orang. Sementara jika dibandingkan dengan Maret 2019,
jumlah penduduk miskin meningkat sebanyak 1,28 juta orang. Persentase
penduduk miskin pada Maret 2020 tercatat sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56
persen poin terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 persen poin terhadap
Maret 2019. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2019–
Maret 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebesar 1,3 juta
orang, sedangkan di daerah perdesaan naik sebesar 333,9 ribu orang. Persentase
kemiskinan di perkotaan naik dari 6,56 persen menjadi 7,38 persen. Sementara
itu, di perdesaan naik dari 12,60 persen menjadi 12,82 persen.

Dilihat dari tabel diatas, menunjukkan bahwa persentase dan jumlah


penduduk miskin menurut pulau pada Maret 2020. Terlihat bahwa persentase
penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua, yaitu
sebesar 20,34 persen. Sementara itu, persentase penduduk miskin terendah berada
di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 5,81 persen. Dari sisi jumlah, sebagian besar
penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa (14,05 juta orang), sedangkan
jumlah penduduk miskin terendahberada di Pulau Kalimantan (0,97 juta orang).
5. Aspek Penting Dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan
kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat. Ketika data telah
tersedia, maka pemerintah dapat mengambil keputusan apa saja yang harus
dilakukan untuk penanggulangan tersebut. Selain itu, data yang tersedia dapat
mebuat pemerintah membandingkan angka kemiskinan dari tahun ke tahun.
Sejalan dengan penyajian data jumlah dan persentase penduduk miskin, informasi

12
yang tidak kalah pentingnya adalah profil kemiskinan. Informasi mengenai profil
kemiskinan sangat dibutuhkan oleh pengambil kebijakan untuk penangan masalah
kemiskinan. Dengan demikian, upaya pemberdayan masyarakat miskin dapat
berjalan efisien, efektif, dan juga tepat sasaran.
2.3. Permasalahan Persebaran Penduduk
Masalah kependudukan merupakan masalah sosial yang dapat terjadi
diberbagai negara tidak terkecuali Indonesia sebagai negara yang saat ini masih
berkembang. Masalah pokok perihal kependudukan yang ada di Indonesia adalah
kuantitas dan pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, kualitas penduduk,
dan penyebaran penduduk. Indonesia sendiri merupakan negara yang menempati
peringkat keempat dengan jumlah penduduk di dunia setelah China, India, dan
Amerika Serikat. Permasalahan yang terjadi yaitu jumlah penduduk yang tidak
diikuti persebaran penduduk yang merata di berbagai wilayah Indonesia.
Faktor yang berpengaruh dalam penyebaran dan kepadatan penduduk setiap
daerah dapat berupa faktor fisiografis, biologis, dan faktor kebudayaan dan
teknologi.
a. Faktor fisiografis, berkaitan dengan kondisi fisik tempat tinggal yang dimana
penduduk lebih cenderung memilih tempat tinggal yang strategis, subur,
cukup air, dan aman. Ketersediaan akses air bersih, kelayakan rumah yang
ditempati, serta tersedianya sumber penerangan yang memadai juga
mempengaruhi kenyaman penduduk menempati suatu daerah.
b. Faktor biologis, berkaitan tingkat pertumbuhan penduduk karena adanya
perbedaan tingkat kematian, kelahiran, dan perkawinan.
c. Faktor kebudayaaan dan tekhnologi, berhubungan dengan perkembangan
daerah maju, cara berfikir yang tanggap, dan keadaan pembangunan fisik yang
lebih maju akan tumbuh cepat dibanding dengan daerah terbelakang
Selain itu, penyebaran atau perubahan-perubahan jumlah penduduk biasanya
timbul karena natalitas (fertlitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi), dan
mobilitas sosial. Fertilitas komponen pertumbuhan1 penduduk yang sifatnya
menambah pertumbuhan penduduk. Sedangkan, mortalitas sebagai penurunan
pertumbuhan penduduk. Gerak territorial adalah perpindahan penduduk bertujuan
menetap dari satu daerah ke daerah lainnya. Selanjutnya, mobilitas sosial adalah

13
perpindahan kelas sosial baik itu berupa 1peningkatan atau penurunan dari segi
sosial dan juga termasuk pula segi penghasilan.
Banyak faktor yang mempengaruhi sehingga dibutuhkan suatu analisis yang
mampu melihat pengaruh faktor-faktor tersebut secara keseluruhan. Dari pejelasan
tersebut dapat dikatakan faktor-1faktor yang dapat mempengaruhi
ketidakmerataan jumlah penduduk meliputi faktor kependudukan dan
ketenagakerjaan seperti laju pertumbuhan penduduk dan tersedianya lapangan
kerja. Kemudian faktor pendidikan seperti fasilitas pendidikan yang tersedia dan
kesadaran pendidikan masyarakat. Faktor kesehatan seperti tersedianya sarana
kesehatan yang memadai. Kemudian faktor perumahan dan lingkungan hidup
seperti tersedianya hunian yang layak dan akses terhadap air bersih yang mudah.
Dimana antar variabel saling terkait (berhubungan).
1. Dampak Persebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di Indonesia terpaku pemusatan di kota besar seperti
Jakarta, Palembang Surabaya, dan kota besar lainnya yang bisa menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan hidup seperti permukiman kumuh, sungai
tercemar karena pembuangan sampah sembarangan masyarakat maupun dari
kegiatan industry maupun pabrik. Permasalahan seperti memiliki keterkaitan
dengan penyediaan sarana prasarana sosial seperti sarana pendidikan maupun
kesehatan. Kemudian kesempatan kerja di daerah tersebut termasuk lowongan
kerja, upah yang diterima, dan persaingan dalam memperoleh pekerjaan serta
stabilitas keamanan dan pemerataan pembangunan yang ikut mempengaruhi.
Berikut ini merupakan dampak yang timbul akibat ledakan penduduk adalah:
a. Persaingan Lapangan Pekerjaan, semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin banyak orang memperebutkan lapangan pekerjaan.
b. Persaingan untuk mendapat permukiman, kondisi ini biasanya terjadi di kota-
kota besar, mereka yang tidak mendapatkan pemukiman yang terjangkau
biasanya tinggal di kawasan kumuh.
c. Persaingan untuk mendapatkan kesempatan pendidikan, pertambahan
penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan
prasarana mengakibatkan tidak semua penduduk memiliki kesempatan
mendapatkan pendidikan yang layak.

14
d. Kebutuhan akan fasilitas sosial, kesehatan dan fasilitas pendukung lainnya
meningkat.
e. Meningkatnya angka kriminalitas, gelandangan, pengemis dan lain-lain
f. Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan
g. Tingkat kemiskinan semakin meningkat.
h. Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah.
Dari berbagai permasalahan kependudukan yang timbul akibat ledakan
penduduk adalah adanya penyebaran penduduk yang tidak merata serta tingginya
urbanisasi. Hal ini akan menyebabkan tingkat kepadatan penduduk daerah-daerah
tertentu atau daerah-daerah perkotaan menjadi tinggi.
2. Solusi dari Masalah Persebaran Penduduk
Daerah yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi biasanya
terjadi di daerahdaerah perkotaan dimana banyak para urban yang mendatangi
kota-kota tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan beberapa upaya untuk mencegah
atau mengurangi persebaran penduduk yang tidak merata di Indonesia. Berikut ini
merupakan upaya yang dapat dilaksanakan untuk pemerataan penduduk.
A. Merencanakan pernikahan pada usia ideal
Menurut BKKBN, batasan usia ideal untuk menikah bagi perempuan
adalah 21 tahun, sedangkan untuk laki-laki di atas 25 tahun. Salah satu faktor
meningkatnya jumlah penduduk adalah pernikahan dini. Remaja yang
menikah di usia dini sebenarnya belum memiliki kematangan secara fisik dan
psikologis untuk hamil, melahirkan ataupun menjadi orang tua, serta belum
memiliki bekal pengetahuan, perencanaan, tanggung jawab, pengendalian
emosi dan kemandirian secara ekonomi. Akibatnya muncul problematika
dalam pernikahan seperti belum memiliki pekerjaan, dan kurang bertanggung
jawab terhadap pasangan yang akhirnya menyebabkan perceraian di usia
muda.
B. Pelaksanaan program Transmigrasi
Pertambahan penduduk yang selalu meningkat Perubahan orientasi dalam
meingkatkan setiap tahun akan menimbulkan permasalahan terkait dengan
keterbatasan atau berkurangnya lahan serta meningkatnya kemiskinan.
Pemerintah telah berupaya untuk mengurangi tekanan jumlah penduduk di

15
wilayah padat melalui program transmigrasi (Prihatin 2012). Transmigrasi
merupakan progam pemerintah untuk perpindahan penduduk dari satu wilayah
yang padat penduduknya ke wilayah yang lebih jarang penduduknya dengan
tujuan untuk penyebaran penduduk yang lebih seimbang dan untuk
pembangunan ekonomi di daerah transmigrasi.
C. Meningkatkan pemerataan fasilitas pendidikan dan lapangan pekerjaan
Pada wilayah perkotaan memiliki peluang yang lebih banyak dalam
menyediakan lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan beberapa kota besar
menjadi tujuan dalam mencari pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik.
Ketatnya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan, menuntut penduduk
untuk memiliki pendidikan dan keterampilan yang cukup. Oleh karena itu
meningkatkan fasilitas pendidikan seperti sekolah di tempat terpencil menjadi
upaya yang penting dilakukan agar persebaran penduduk merata.
D. Membangun beberapa kawasan industri di pedesaan
Kebanyakan masyarakat desa memilih untuk pindah ke daerah perkotaan
dengan harapan dapat merubah nasib mereka. Hal ini dikarenakan banyak
macam-macam bencana alam diIndonesia dan daerah daerah pedesaan yang
memang masih kurang dalam industrinya, sehinggamembuat masyarakat
pedesaan memilih keluar dari desa. Untuk mengatasi hal ini pemerintah dapat
membangun industri skala kecil di daerah pedesaan sehingga mengurangi
jumlah penduduk desa yang lari ke kota. Sehingga masyarakat juga dapat
membangun desanya menjadilebih baik lagi.
2.4. Kesehatan
1. Pengertian Kesehatan
Kesehatan merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan
jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti
dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang
termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan (Kemenkes yang tertulis
dalam UU No. 23 tahun, 1992).
Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan jasmani,
rohani, sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Dikatakan sehat secara fisik adalah orang tersebut tidak memiliki gangguan

16
apapun secara klinis. Fungsi organ tubuhnya berfungsi secara baik, dan dia
memang tidak sakit. Sehat secara mental/psikis adalah sehatnya pikiran,
emosional, maupun spiritual dari seseorang. Terdapat empat pilar yang
mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, diantaranya adalah keturunan,
lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku.
2. Masalah Kesehatan di Indonesia
Kondisi kesehatan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehtan secara umum yaitu gaya hidup, lingkungan,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Masalah kesehatan adalah masalah
kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat
alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak
bisa dihindari, meskipun kadang bisa dicegah. Masalah kesehatan masyarakat
sampai saat ini masih menjadi perhatian bagi pemerintah.
Saat ini terdapat lima fokus masalah kesehatan di Indonesia, yaitu Masalah
kesehatan tersebut antara lain Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
(AKI/AKB), pengendalian Stunting, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Germas, dan Tata Kelola Sistem Kesehatan. Bahasan 5 masalah kesehatan
tersebut di arahkan pada konteks pendekatan promotif dan preventif
(Rakerkesnas, 2020)
a. Masalah Gaya Hidup
Gaya Hidup merupakan kebiasaan seseoranga dalam menjalankan aktivitas
kehidupan. Gaya hidup dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang
melekat pada dirinya. Gaya hidup seseorang dipengaruhi umumnya juga
dipengaruhi oleh lingkungan dari aspek fisik (air, sampah, udara, tanah, iklim)
dan sosial (interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi,
dan sebagainya). Gaya hidup akan mempengaruhi derajat kesehatan tidak
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sekitar.
b. Masalah kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya kesehatan masyarakat
yang optimum. Masalah kesehatan lingkungan meliputi Lingkungan

17
pemukiman, kurangnya ketersediaan air bersih, pengelolaan limbah dan
sampah serta pengelolaan tempat – tempat umum dan pengolahan makanan.
c. Lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman sangat eratkaitannya dengan pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk akan memnyebabkan bertambahnya
pemukiman/tempat tinggal jika pertumbuhan jumlah penduduk tidak diikuti
dengan pertambahan luas lahan akan cenderung menimbulkan masalah
kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan
berbagai penyakit serta masalah kesehatan.
1) Kurangnya ketersediaan air bersih
UNICEF memperkirakan, bahwa saat ini terdapat 1.6 juta anak
meninggal karena tidak mendapat akses untuk air bersih. Kebutuhan air bersih
terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan mencuci. Syarat air minum
yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air
minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
suhu dibawah suhu udara sekitar, bebas dari bakteri patogen, dan mengandung
zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan. Di Indonesia sumber-
sumber air minum dapat dari air hujan, air danau, air sungai, mata air, air
sumur dangkal dan air sumur dalam. Di Indonesia wilayah yang sanagt sering
mengalami kekurangan air bersih adalah Indonesia bagian timur, seperti NTT,
NTB, Papua dan lain sebagainya.
2) Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan manusia yang berasal dari rumah
tangga, industri atau tempat lainnya. Sampah merupakan benda padat yang
dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan
limbah dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap
kesehatan lingkungan. Pengolahan pembuangan seperti kotoran manusia
membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan polusi.
Tempat pengolahan pembuangan limbah kotoran harus memenuhi standart
kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran.
Di Indonesia pengelolaan limbah dan sampah masih belum efisien
dalam pemanfaatnnya. Dilihat dari data pada tahun 2015 pengelolaan limbah

18
dan sampah di Indonesia 69% ditimbun di TPA, 10% dikubur, 7% dikompor
dan didaur ulang, 7% tidak dikelola, dan 5% di bakar. Limbah domestik
menjadi penyumbang terbesar sekitar 60-90% pencemaran air sungai di Pulau
Jawa dan Sumatera. Berdasarkan data tersebut dapat dipastikan pengelolaan
sampah di Indonesia belum efisien.
d. Masalah pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas akan menghasilkan
derajat kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai
standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur
pelayanan. Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta
membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang
profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana
pendukung) serta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).
Pada tahun 2019 di Indonesia tercatat terdapat 10.134 puskesmas, 2.877
rumah sakit umum/swasta, 1.293 laboratorium kesehatan yang tersebar di
Indonesia. Jumlah tenaga medis di Indonesia meliputi tenaga medis di
puskesmas sebesar 7.875 orang dan di rumah sakit 6.142 orang (Rakerkesnas,
2020).
1) Petugas kesehatan yang profesional
Petugas kesehatan atau tenaga medis merupakan orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengatahuan dan
ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, Menurut
peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi karena
kurangnya tenaga yang sesuai dengan kompetensi dan persebaran yang tidak
terdistribusi secara merata.
Kurangnya pengetahuan dan ekonomi sering menjadikan standar
pelayanan sehingga tidak dikerjakan secara maksimal. Masyarakat cenderung
menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan.
Pemerintah telah banyak melakukan perbaikan untuk meningkat mutu

19
pelyanan kesehatan di Indonesia, namun perilaku petugas kesehatan yang
masih banyak yang menyimpang dari tujuan awal keberadaannya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih
memimpin sedangkan aspek preventif dan promotif dalam pelayanan
kesehatan belum dominan.
2) Sarana bangunan dan pendukung fasilitas kesehatan
Kekurangan dan keterbatasan sarana dan prasarana pendukung
pelayanan kesehatan terlebih pada daerah yang sulit diakses/daerah terpencil.
Upaya pemerintah selain dari dana APBN dan APBD, namun melalui program
Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) untuk puskesmas dan program
pengembangan sarana pelayanan kesehatan rujukan. Hal ini sudah banyak
meningkatkan mutu sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia.
3) Pembiayaan kesehatan
Biaya kesehatan sering menjadi penghambat masyarakat mendapatkan
akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pemerintah telah melakukan
berbagai upaya seperti adanya kartu Indonesia pintar. Namun tetap saja
masalah pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan
kesehatan yang bermutu terkait kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Hal
ini disebabkan karena diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi
Paradigma Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan secara
terus menerus.
d. Masalah genetik
Masalah genetik atau keturunan merupakan masalah kesehatan yang
ditularkan secara turun temurun. Beberapa masalah kesehatan yang
disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti
hemophilia, diabetes mellitus, infertilitas dan lain-lain. Masalah kesehatan dan
penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan
kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang kesehatan terhadap penyebab
genetik. Agar masyarakat dapat berperilaku sehat diperlukan intervensi
pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan
seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan penguasa wilayah.

20
3. Solusi Masalah Kesehatan di Indonesia
Berbagai polemik permasalah kesehatan di Indonesia telah terjadi. Dalam hal
ini tentu diperlukannya solusi. Berikut merupakan beberapa solusi yang
ditawarkan untuk mengurangi permasalah kesehatan, sebagaimana yang telah
disampaikan diatas:
1) Peningkatan mutu kesehatan
Mutu kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi. Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui
peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Meningkatakan mutu
kesehatan ditujukan untuk pemerintah Indonesia. Keterjangkauan dan
pemerataan layanan yang meliputi fasilitas kesehatan dan tenagan medis
terutaman bagi keluarga miskin, orang renta, dan warga di daerah terpencil,
perbatasan, rawan bencana dan konflik.
2) Peningkatan promosi kesehatan
Promosi kesehatan dilakuan sebagai pemberdayaan penduduk dalam
tingkah laku hidup bersih dan sehat. Promosi atau kampanye yang memiliki
tuuan unutk mengajak masyarakat memperhatikan kesehatan. Hal ini akan
membuat menurunnya angak kematian karena masayarakat telah mengenal
bagaimana menjaga kesehatan.
3) Meningkatan upaya pemeliharaan Kesehatan
Upaya pemeliharaan kesehatan merupakan upaya menjaga dan
memperbaiki dunia kesehatan. Upaya pemeliharaan ini akan menekan angka
penyebaran penyakit baik menular ataupun tak menular. Pemeliharaan ini juga
meliputi keamanan dan khasiat berbagai macam produk seperti obat,
kosmetik, produk komplemen dan produk pangan yang beredar.
2.5. Permasalahan Pendidikan
1. Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan pendidikan di Indonesia memang begitu beragam. Tidak hanya
terbatas pada permasalahan konsep pendidikan, peraturan, dan anggaran saja,
namun persoalan pelaksanakan pendidikan di berbagai sistem di Indonesia juga

21
menambah kompleksya permasalahan pendidikan di Indonesia (Mutiara, 2015)
Menurut (Al-Jawwawi, 2006) masalah mendasar terkait pendidikan adalah
kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keeluruhan penyelenggaraan
sistem pendidikan. Masalah menjadi bercabang lagi seperti masalah yang
menyangkut teknis penyelenggaraan pendidikan, misanya biaya pendidikan yang
terlalu mahal, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik, dan sebagainya.
Berikut akan diuraikan masalah pendidikan di Indonesia.
2. Rendahnya Kualitas Sarana-Prasarana Pendidikan
Tidak hanya satu sekolah saja yang kualitas sarana-prasarana
pendidikannya kurang baik. Banyak sekali sekolah-sekolah yang memiliki
gedun yang rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar yang rendah,
serta buku-buku di perpusatakan yang menunjang kebutuhan siswa di sekolah
juga tidak lengkap. Padahal sarana dan prasarana memiliki peran yang penting
dalam menunjang proses pendidikan.
Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan
mempengaruhi proses belajar mengajar yang dilaksanakan yaitu menghambat
proses belajar mengajar. Guru akan kesulitas dalam memberikan serta
menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Begitu pula dengan
siswa yang akan kesulitan memahami apa yang djelaskan oleh guru. Oleh
karena itu proses belajar mengajar akan berjalan tidak efektif dan tidak
efesien.
Masalah sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai juga
disebabka oleh ketidakpedulian sekolah terhadap perawatan fasilitas yang ada
yang menjadikan buruknya sarana dan prasarana. Hal ini akan menimbulkan
ketidaknyamanan dalam menggunakan fasilitas yang ada karena sarana dan
prasarana yang kurang memadai dan rsak. Dengan adana ketidaknyamanan
maka proses pelaksanaan pembelajaran akan kurang baik.
3. Rendahnya Kualitas Guru
Selain keadaan kualitas sarana dan prasarana yang kurang mendukung
proses pendidikan, rendahnya kualitas guru juga amat memprihatinkan.
Beberapa guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk
menjalankan tugasnya sebagaimana yang disebut dalam UU No 20 tahun

22
2003 pasal 39. Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memperlukan keahlian khusus sebagai guru, dan tida dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidanng pendidikan. Maka dari itu seorang guru
harus mempunyai kompetensi dalam bidangnya.
Walaupun guru bukan satu-satunya faktor yang menantukan
keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran merupakan titik sentral yang
pendidikan yang mencerminkan kualitas. Seorang guru tentu saja harus
memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan pekerjaannya (Afifah,
2015)
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Sebab rendahnya sarana dan prasarana, juga rendahnya kulitas guru
turut menyebabkan pencapaian prestasi siswa. Padahal prestasi siswa
merupakan cerminan dari berhasil tidaknya suatu pendidikan. Menurut (Al-
Jawwawi, 2006) siswa di Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30%
dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memperlukan penalaran. Hal ini bisa terjadi karena
siswa di Indonesia lebih terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan
ganda.
Masalah yang menyebabkan prestasi siswa menjadi rendah seperti
sarana pembelajaran yang kurang memadai, minimnya pengetahuan
pendidikan seorang guru tentu harus ada solusinya agar pendidikan di
Indonesia semakin terpuruk namun justru siswa-siswa di Indonesia harus
mampu bersaing dengan kualitas dan kapasitas yang dimilikinya.
5. Kurangnya Pemerataan Pendidikan
Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata. Misalnya
saja di kota-kota besar sarana dan prasarana sudah sangat memadai
sedangkan di desa sarana dan prasarananya hanya seadanya. Bukan hanya
masyrakat di desa-desa saja yang tertenggal pendidikannya. Daerah-daerah di
timur Indonesia bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang tetapi juga
kurangnya tenaga pengajar sehingga membutuhkan guru-guru dari daerah
lain.

23
Di kota-kota besar memang sarana dan prasarana pendidikannya lebih
memadai, namun ada juga anak-anak di bawah umur yang terpaksa bekerja
membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal anak-
anak di bawah umursangatlah membutuhkan pendidikan minimal sekali
adalah seolah dasar, sebab jika anak-anak suai sekolah memperoleh
kesempatan belajar di SD maka mereka memiliki kemampuan dasar yakni
membaca, menulis dan berhitung.
6. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan adalah hak seluruh rakyat Indonesia seperti yang terdapat
dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi salah satu tujuan Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pernyataan tersebut mempunyai
konsekuensi yakni negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh
rakyat Indonesia untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan yang layak.
Maka pemerintah tentu harus mengusahakan agar pendidikan dapat dinikmati
oleh seluruh rakyat Indonesia. Namun yang jadi permasalahan adalah biaya
pendidikan yang tidak murah. Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya di
Perguruan Tinggi (PT) melainkan juga biaya pendidikan di SD.
Semakin mahalanya biaya pendidikan tidak terlepas dari kebijakan
pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Pada
realitanya MBS di sekolah lebih dimaknai untuk melakukan upaya mobilisasi
dana. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya,
tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya
membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk
menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses
masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu.
2. Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di Indonesia tentu harus diselesaikan. Terakiat
dengan sarana dan prasarana, untuk sekolah-sekolah yang telah memadai sarana
dan prasarananya maka diperlukan kesadaran untuk menjaga fasilitas yang ada
agar dapat tetap digunakan untuk menunjang pendidikan. Sedangkan bagi
sekolah-sekolah yang kurang memedadi sarana dan prasarananya tentu
memperlukan bantuan dana dari pemerintah untuk pengadaan sarana dan

24
prasarana yang diperlukan. Dalam hal pengadaan sarana dan prasarana dan
menyangkut dana tentu diperlukan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas agar tidak terjadi penyalahgnaan.
Selanjutnya terkait masalah rendahnya kualitas guru dapat diatasi dengan
memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Guru-guru
yang memiliki kualitas tentu akan berpengaruh dengan prestasi siswa. Guru yang
berkualitas akan memberikan pembelajaran dengan efektif dan efisien sehingga
tujuan dan prestasi belajar siswa dapat tercapai. Lebih lanjut lagi, untuk masalah
pemerataan pendidikan pemerintah telah mengupayakan pemerataan pendidikan
seperti wajib belajar 12 tahun, serta menyebar lulusan-lulusan guru ke daerah-
daerah yang minim tenaga pendidiknya melalui program SMT3 sebagai upaya
untuk memeratakan pendidikan.
Dalam mengatasi permasalahan mahalnya biaya pendidikan, pemerintah
juga banyak menggulirkan dana dalam bentuk beasiswa. Contohnya Banyuwangi.
Sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan biaya pendidikan, Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi menyediakan program beasiswa Gempita Perpus
( Gerakan Pemberantasan Tributa dan Pengangkatan Murid Putus Sekolah), Garda
Ampuh ( Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah) sebagai upaya
untuk mengentaskan anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Selain itu,
Pemrintah Banyuwangi juga menyediakan beasiswa Banyuwangi Cerdas untuk
siswa yang berprestasi agar melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Ada
pula Bidikmisi yang diberikan oleh pemerintah bagi lulusan SMA atau sederajat
yang memiliki potensi akademik namun memiliki keterbatsan secara ekonomi.

25
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setiap negara tentunya akan mengalami masalah mengenai kependudukan,
begitu juga di Indonesia. Pertambahan penduduk yang semakin tidak terkendali
akan memperparah permasalah mengenai kependudukan. Di Indonesia sendiri
pada saat ini mengalami masalah mengenai kependudukan, yaitu: 1) jumlah
penduduk yang tidak terkendali; 2) kemiskinan; 3) persebaran penduduk yang
tidak merata; 4) kesehatan; dan 5) pendidikan. Terdapat beberapa solusi untuk
menangani masalah-masalah tersebut. Dalam bidang kesehatan, dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan promosi mengenai kesehatan. Untuk bidang
pendidikan, dapat dilakukan dengan cara memperbaiki fasilitas-fasilitas
pendidikan di Indonesia

3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan saran mengenai solusi
masalah kependudukan di Indonesia. Masalah kependudukan di Indonesia dapat
teratasi apabila pemerintah dengan rakyat dapat bekerja sama dengan baik untuk
membangun Indonesia. Penduduk diharapkan dapat mengikuti perkembangan
IPTEK supaya tidak tertinggal oleh perkembangan zaman dan pemerintah
diharapkan dapat lebih memperhatikan wilayah-wilayah di pinggiran Indonesia.

26
DAFTAR RUJUKAN

Bagoes Ida Mantra. 2015. Demografi Umum. Pustaka Pelajra: Yogyakarta


Samadi. 2013. Geografi untuk SMA Kelas XI Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.
Quadra: Bogor.
Afifah, N. (2015). Problematika Pendidikan Indonesia. Elementary, 1(1).
Al-Jawwawi. (2006). Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Solusinya. Jurnal
Pendidikan, 12.
Badan, P. S. (n.d.). Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2020.
Christiani, C., & Masalah, L. B. (2014). ANALISIS DAMPAK KEPADATAN
PENDUDUK TERHADAP KUALITAS HIDUP MASYARAKAT
PROVINSI JAWA TENGAH. Jurnal Ilmiah Serat Acitya, 102–114.
Devi, S., Fatchiya, A., & Susanto, D. (2016). Cadre Capacity in Family Planning
Counseling in Palembang City, South Sumatra Province. Jurnal Penyuluhan,
12(2), 12.
Ferezagia, D. V. (2018). Jurnal Sosial Humaniora Terapan Analisis Tingkat
Kemiskinan di Indonesia Jurnal Sosial Humaniora Terapan. 1, 1–6.
Indraswari, R. R., & Yuhan, R. J. (2017). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Penundaan Kelahiran Anak Pertama Di Wilayah Perdesaan Indonesia:
Analisis Data Sdki 2012. Jurnal Kependudukan Indonesia, 12(1), 1.
https://doi.org/10.14203/jki.v12i1.274
Legiani, W. H., Lestari, R. Y., & Haryono. (2018). Transmigrasi dan
Pembangunan di Indonesia (Studi Deskriptif Sosiologi Kependudukan dan
Pembangunan). Jurnal Hermeneutika, 4(1), 37–46.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Hermeneutika
Mutiara, A. I. (2015). Masalah Pendidikan di Indonesia.
Purwanto, E. A. (2007). Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
untuk Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, 10, 295–324.
Rakerkesnas. (2020). Profil Kesehatan Indonesia.
Rini, A. S., Sugiharti, L., & Airlangga, U. (2016). Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan.
01(2), 17–33.

27
Suartha, N. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Laju
Pertumbuhan dan Implementasi Kebijakan Penduduk di Provinsi Bali. Jurnal
Piramida, 12(1), 1–7.
Trianziani, S. (2016). Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Oleh Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (Plkb) Di Desa Karangjaladri Kecamatan
Parigi Kabupaten Pangandaran. Jurnal Moderat, 4(4), 131–149.

28

Anda mungkin juga menyukai