ACARA III
MENGHITUNG LUAS PETA
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2018
A. Judul Praktikum :
MENGHITUNG LUAS PETA
B. Tujuan Praktikum
1. Melatih ketelitian mahasiswa dalam menyalin peta RBI pada kertas kalkir
yang akan dihitung luasnya.
2. Mampu menghitung luas suatu wilayah pada peta RBI dengan
menggunakan metode Grid Square dan Cartesius.
D. Dasar Teori
1. Pengertian Kartografi
Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti
permukaan dan graft yang berarti gambaran atau bentuk, sehingga
kartografi dan diartikan sebagai gambaran permukaan bumi.
Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang
pembuatan peta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen ilmiah
dan hasil karya seni (ICA, 1974). Peta menurut ICA (1974) adalah suatu
interpretasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan
abstrak, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-
benda angkasa yang umumnya digambarkan. Karena teknik pembuatan
peta termasuk ke dalam kajian kartografi maka seorang kartografer
haruslah bisa membuat peta, merancang peta (map layout), isi peta (map
content), dan generalisasi (generaliation).
Arti istilah kartografi telah berubah secara fundamental sejak tahun
1960. Kartografi yang mulanya hanya didefinisikan sebagai pembuatan
peta, saat ini telah didefinisikan sebagai penyampaian informasi geospasial
dalam bentuk peta (Menno-Jan Kraak dan Ferjan Ormeling, 2007: 37).
Penyebab utama perubahan tersebut karena kartografi telah
dikelompokkan dalam ilmu pengetahuan komunikasi dan hadirnya
teknologi komputer yang selalu mengalami perkembangan dalam waktu ke
waktu. Cakupan bidang kartografi semakin meluas dan menghasilkan
pandangan bahwa kartografi tidak hanya dalam linngkup bidang
pembuatan peta saja, tetapi sampai mempelajari penggunaan dan analisis
peta. Hanya dengan menelaah penggunaan peta dan pengolahan informasi
yang dipetakan, maka memungkinkan untuk mengecek keberadaan peta
tersebut telah dipresentasikan dengan apik atau sebaliknya.
2. Sejarah Kartografi
Periode Awal/ Kuno
Pertama kali peta dibuat oleh bangsa Babilonia berupa
lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 SM.
Pemetaan di zaman Yunani Kuno cukup maju dan berkembang.
Pada saat itu onsep Aristoteles bahwa bentuk bumi berbentuk bola
bundar telah dikenal oleh para ahli filsafat sekitar 350 SM dan
mendapat kesepakatan dari semua ahli bumi. Pemetaannya
kemudian digunakan oleh bangsa Yunani dan Roma untuk
melakukan ekspansi (penaklukan).
Pemetaan masa Yunani dan Romawi mencapai
kejayaannya setelah Claudius Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar 85-165
M) menemukan adanya garis lintang. Peta dunia yang dihasilkan
menggambarkan dunia lama dengan pembagian garis lintang
(latitude) sekitar 60 derajat Lintang Utara (N) sampai dengan 30
derajat Lintang Selatan (S). Dia menulis sebuah karya besar Guide
to Geography. Ptolemy membuat risalahnya tentang kartografi
yang berjudul Geographia. Risalah ini mengandung peta dunia
Ptolemy yang membuat masyarakat Barat mengenal dunia. Sejak
abad ke-8 sarjana-sarjana dari Arab. menerjemahkan hasil kerja
geografer Yunani (Greek Geographers) ke dalam bahasa Arab.
Periode Pertengahan
Pada periode pertengahan, perkembangan kartografi mengalami
penurunan. Peta-peta di wilayah Eropa didominasi dengan cara
pandang agama yang dikenal dengan peta T-O. Pada bentuk peta
seperti ini, Jerusalem dilukiskan di tengah-tengah sebelah timur
yang diorientasikan menuju bagian atas peta. Penjelajahan bangsa
Viking pada abad 12 di utara Atlantik secara perlahan menyatukan
pemahaman mengenai bumi. Sementara itu ilmu kartografi terus
berkembang dengan lebih praktis dan realistik di wilayah Arab,
termasuk daerah Mediterania. Tentu saja pembuatan peta masih
dilukis dengan tangan, di mana penyebarannya masih sangat
dibatasi.
TO Map. Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006
Periode Renaisans
Sadar akan ketertinggalan, sehingga menemukan sebuah
Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai
pada abad ke-15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak
menggunakan diukir (lihat di atas). Di antara pembuat peta yang
paling penting pada masa ini adalah Sebastian Münster di Basel
(sekarang Swiss). Geographia, yang diterbitkan pada tahun 1540,
menjadi standar global baru untuk peta dunia.
Percetakan dengan pelat tembaga terukir muncul pada abad
16 dan terus menjadi standar hingga teknik fotografi
dikembangkan. Kemajuan besar dalam pemetaan terjadi pada
Zaman Eksplorasi di abad 15 dan 16.pembuat Peta menanggapi
dengan grafik navigasi, yang digambarkan garis pantai, pulau,
sungai, pelabuhan, dan fitur yang menarik berlayar. baris Kompas
dan bantuan navigasi lainnya termasuk, proyeksi peta baru dibuat,
dan bola dibangun. peta dan bola dunia tersebut diselenggarakan di
nilai besar untuk, militer, dan diplomatik tujuan ekonomi, dan
sebagainya sering dianggap sebagai atau komersial rahasia nasional
– atau kepemilikan peta rahasia.
Periode Modern
Peta menjadi semakin akurat dan faktual selama abad ke-17, 18
dan 19 dengan penerapan metode ilmiah. Banyak negara
melakukan program pemetaan nasional. Meskipun demikian,
sebagian besar dunia ini kurang diketahui sampai meluasnya
penggunaan foto udara berikut perang Dunia I. Kartografi Modern
didasarkan pada kombinasi pengamatan tanah dan penginderaan
jauh.
3. Pengertian Peta
Peta merupakan hasil pencerminan secara sistematis dari suatu
ruang geografis. Menurut Erwin Raisz (1962), peta adalah gambaran
konvensional permukaan bumi yang diperkecil dengan berbagai
kenampakan yang ditambah dengan tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal.
Berbeda denngan pengertian umum menurut Organisasi Kartografi
Internasional (International Cartographic Association) yang
mendefinisikan peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur
kenampakan abstrak permukaan bumi dan benda-benda angkasa yang
umumnya digambarkan pada suatu bidang datar yang diperkecil dan
diskalakan.
Peta memungkinkan manusia untuk melakukan pengamatan dalam
sudut pandang tentang hubungan keruangan (spatial relations) secara lebih
luas yang terdapat pada suatu daerah. Peta tidak hanya menggambarkan
pengecilan suatu fenomena tetapi lebih dari itu.
A. Klasifikasi Peta
1. Berdasarkan Sifat Peta
Peta Rupabumi, yaitu peta yang menampilkan kenampakan
permukaan bumi secara umum tanpa menonjolkan salah satu
informasi. Informasi yang ditampilkan atau disajikan dalam
peta rupabumi berupa kenampakan alam dan kenampakan
buatan manusia. Oleh karena itu, peta rupabumi sering
dijadikan dasar pembuatan peta tematik. Peta rupabumi juga
disebut peta topografi. Peta topografi adalah peta yang
tersusun atas garis-garis kontur.
Peta Tematik yaitu peta yang menampilkan kenampakan di
permukaan bumiberdasarkan tema dan tujuan tertentu.
2. Berdasarkan Skala Peta
Peta skala sangat kecil, yaitu peta yang berskala lebih kecil
dari 1:1.000.000. Peta ini umumnya digunakan untuk
menggambarkan wilayah dunia.
Peta skala kecil, yaitu peta yang berskala 1:500.000-
1:1.000.000. Peta ini umumnya digunakan untuk menggambar
wilayah negara.
Peta skala sedang, yaitu peta yang berskala 1:250.000-
1:500.000. Peta ini umumnya untuk menggambarkan wilayah
provinsi atau negara yang luas wilayahnya sempit.
Peta skala besar, yaitu peta yang berskala 1:5.000-1:250.000.
Peta ini umumnya digunakan untuk perencanaan wilayah.
Peta kadaster, yaitu peta yang berskala 1:100-1:5.000. Peta
kadaster biasanya berupa peta hak milik. Peta kadaster
menampilkan objek dengan sangat terperinci sehingga sering
digunakan untuk kepentingan teknis, misalnya perencanaan
jaringan jalan, dan jaringan air.
B. Fungsi Peta secara Umum
1. Menunjukkan lokasi suatu tempat atau kenampakan alam di
permukaan bumi.
2. Memberi gambaran mengenai luas dan kenampakan di permukaan
bumi.
3. Menunjukkan ketinggian tempat, misalnya ketinggian kota
Bandung adalah 700 meter di atas permukaan laut.
4. Menentukan arah dan jarak berbagai tempat.
5. Menyajikan persebaran gejala sosial di permukaan bumi, misalnya
persebaran industri tekstil di Jawa Tengah dan persebaran
penduduk di suatu daerah.
6. Memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang
karakteristik suatu wilayah.
4. Menghitung luas wilayah menggunakan metode grid square.
Sebuah peta memiliki informasi jarak yang dapat kita baca pada skala.
Gambar pada suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan
area (poligon). Poligon merupakan garis tertutup yang kedua ujungnya
saling bertemu dan membentuk area. Area yang terbentuk ini akan
membentuk luasan yang dapat kita ukur atau hitung berapa besarnya.
Menghitung luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara
manual dengan menggunakan Sistem Grid.
Contoh Soal :
Menghitung Luas wilayah dengan ukuran sisi (grid) 1 cm.
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 50.000,
hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!
Jawab :
L = (6 x (1 cm x 1 cm)) x (50.000)²
L = 15.000.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
L = 150.000.000 dm²
L = 1.500.000 m²
L = 15.000 dkm²
L = 150 hm²
L = 1,5 km²
Menghitung Luas wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid)
lebih dari 1 cm (misal pada soal berikut : 3cm)
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 25.000,
hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!
Jawab :
L = 50.625.000.000 cm²
E. Cara Kerja
1. Menghitung luas wilayah menggunakan metode grid square.
Siapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan termasuk peta
acuan (guide map) yang akan disalin.
Letakkan peta acuan (guide map) di atas meja atau papan yang datar.
Kemudian letakkan kertas kalkir yang akan digunakan untuk menyalin
di atas peta acuan (guide map). Jepit keduanya menggunakan binder
clips atau isolasi supaya posisinya tidak bergeser.
Mulailah menyalin peta dengan teliti.
Kemudian, buat kotak-kotak pada wilayah yang telah disalin pada
kertas kalkir dengan ketentuan panjang sisi masing-masing kotak yaitu
1 cm.
F. Hasil Praktikum
1. Perhitungan luas wilayah menggunakan metode grid square (terlampir).
2. Perhitungan luas wilayah menggunakan metode cartesius (terlampir).
G. Pembahasan
1. Menghitung luas wilayah menggunakan metode grid square.
Dalam pengukuran luas suatu wilayah, dapat menggunakan
beberapa metode, yaitu dengan pembuatan kisi atau kotak, pembuatan
garis potong, menggunakan cara segitiga, atau pun menggunakan alat
pengukur luas.
Namun pada praktikum ini yaitu mencari luasan, hanya
menggunakan metode atau cara dengan pembuatan kisi atau kotak.
Menggunakan metode ini sebab selain mudah untuk membuat dan
menghitung luasnya, dengan pembuatan kotak alat – alat yang digunakan
juga sederhana.
Pada pengukuran luas wilayah langkah awal yang dilakukan adalah
menentukan tempat atau wilayah yang akan dihitung luasnya. Setelah
menemukan daerah atau wilayah, kemudian langkah selanjutnya adalah
menjiplaknya dengan menggunakan kertas kalkir atau kertas transparan.
Tujuan menggunakan kertas kalkir adalah agar lebih mudah dalam
menjiplak dan memindahkannya. Wilayah yang telah ada di kertas kalkir,
kemudian dibuatkan kotak – kotak atau grid dengan ukuran 1 cm x 1 cm.
Setelah pembuatan kotak – kotak selesai, kemudian dihitung kotak yang
penuh dan kotak yang hanya ½, dengan catatan bahwa jika kotaknya 1
atau lebih dari ½ berarti jumlah kotak tersebut kita hitung 1, sedangkan
jika ukuran kotaknya kurang dari ½ maka kotak tersebut kita abaikan.
Untuk menghitung luas wilayah kita menggunakan rumus yaitu jumlah
kotak dikali luas grid dan kali lagi dengan penyebut skala pangkat dua.
Secara matematis dapat dituliskan (jumlah kotak x luas grid x (penyebut
skala2) . Sehingga dapat diketahui hasil luas wilayah di lapangannya
(terlampir).
H. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses perhitungan luas
menggunakan metode grid square dan cartesius, keduanya memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menggunakan metode grid square
lebih mudah karena ukuran setiap kotak memiliki panjang sisi yang sama.
Sehingga proses perhitungannya pun juga mudah. Sedangkan menggunakan
metode cartesius lebih rumit. Namun hasil perhitungan luas wilayahnya lebih
detail dan akurat metode cartesius karena perhitungannya di dasarkan pada
banyaknya titik.
I. Daftar Pustaka