3. BENTUK-BENTUK NEGARA
Terdapat dua istilah terkait dengan norma atau ketentuan dasar dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan. Kedua istilah ini adalah konstitusi dan Undang-Undang Dasar.
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis, constituer, yang berarti membentuk. Maksud dari
istilah ini ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan suatu Negara. Dalam bahasa
Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni cume, berarti “bersama
dengan,” dan statuere, berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau “mendirikan, menetapkan
sesuatu”. Adapun Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan dari istilah
Belanda, grondwet. Kata grond berarti tanah atau dasar, dan wet berarti undang-undang. Di
Jerman istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga berarti undang-
undang dasar.
Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris, memiliki makna yang lebih luas dari
pada Undang-Undang Dasar, yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang secara mengikat cara-cara bagaimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Konstitusi menurut Miriam Budiardjo adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa
dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.
Dari pengertian diatas, konstitusi dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sedangkan menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat steenbeck, menyatakan bahwa
terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
Sebagai Negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945. Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang
beranggotakan 62 orang, diketuai oleh Mr. Radjiman Wedyodiningrat. Tugas pokok badan ini
sebenarnya menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan
berkepanjangan, khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara. Di akhir sidang 1
BPUPKI berhasil membentuk panitia kecil yang di sebut dengan panitia Sembilan. Panitia ini
pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah
Mukaddimah UUD. Hasil panitia Sembilan ini kemudian diterima dalam sidang II BPUPKI
pada tanggal 11 Juli 1945. Setelah itu Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 Juli
1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan Undang-Undang Dasar
dan membentuk panitia untuk mempersiapkan kemerdekaan yaitu Pantia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Keanggotaan PPKI berjumlah 21 orang dengan ketua Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta sebagai wakilnya. Para anggota PPKI antara lain Mr. Radjiman
Wedyodinigrat, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soejohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs Yap
Tjwan Bing, Dr. Moh Amir (sumatera), Mr. Abdul Abbas (sumatera), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (bali), AH. Hamidan
(Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan MR. Moh. Hassan (sumatera).
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan,
baik nama maupun substansi materi yang dikandungnya. Perjalanan sejarah konstitusi
Indonesia yaitu:
Saat Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia yang baru ini
belum mempunyai UUD. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan UUD
disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami
beberapa proses.
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak
Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda
mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia
Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka
terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini
mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat.
Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku
untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.
2 Undang Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 (17 Agustus
1950 – 5 Juli 1959)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan
perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama
karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa
dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata
sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara
kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan
untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang
dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite
nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada
tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17
Agustus 1950.
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945.
Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-
1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu
dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
4) Amandemen 1945
adalah perubahan konstitusi yang apabila suatu konstitusi dirubah, konstitusi yang asli
tetap berlaku. Menurut Budiarjo, ada empat prosedur dalam perubahan konstitusi baik dalam
model renewal dan amandemen, yaitu :
1. Siding badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat. Misalnya dapat ditetapkan
kourum untuk siding yang mebicarakan usul perubahan UUD dan jumlah minimum anggota
badan legislative atau menerimanya.
2. Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak usulan
perubahan undang-undang.
3. Negara-negara bagian dalam Negara federal.
4. Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga
khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.
Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang cara perubahan undang-undang.
Bersandar pada pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa :
Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan atas UUD 1945.
Sejak proklamasi 1945, telah terjadi perubahan-perubahan atas UUD 1945, yaitu :
1. Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
3. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 – 5
Juli 1959)
4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999)
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000)
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan Perubahan II (18 Agustus 2000 –
9 November 2001)
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II,dan III (9 November 2001 – 10
Agustus 2002)
8. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II,III, dan IV (10 Agustus 2002)
adalah suatu jati diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri tersebut merupakan milik
suatu bangsa dan berbeda dengan banga lainnya. Dalam garis besarnya, identitas nasional
merupakan suatu jati diri yang tidak hanya mengacu pada individu tertentu, namun juga
berlaku untuk suatu kelompok/organisasi/negara.
Kata identitas berasal dari “identity” yang berarti ciri – ciri, tanda – tanda, ciri khas, jati diri
pada perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakannya dengan orang lain
atau kelompok yang lainnya. Sedangkan kata “nasional” merupakan gambaran akan identitas
yang melekat pada diri seseorang atau suatu kelompok tertentu atau organisasi yang lebih
besar berdasarkan kesamaan fisik, budaya, ragam, bahasa, sejarah, cita – cita, serta
tujuan. Dari pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa identitas nasional adalah
suatu kumpulan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang pada macam – macam aspek
kehidupan, baik dari ratusan suku atau budaya yang ada dihimpun menjadi satu kesatuan,
seperti Indonesia. Di mana identitas nasional Indonesia sendiri mengacu pada Pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika.
2) Unsur-Unsur Pembentukan Identitas Nasional
1. Suku Bangsa
Sudah sangat jelas sekali bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang
teridiri dari beragam suku bangsa. Dan suku bangsa sendiri meruoakan salah satu
unsur majemuk pembentuk identitas Indonesia. Karena ada banyak sekali
keanekaragaman suku bangsa, hingga kadang penduduk asli Indonesia kadang
tidak akan hafal akan semua jenis suku bangsa yang ada di Indonesia. Pengertian
ari suku sendiri adalah kumpulan dari golongan sosial masyarakat yang
mempunyai sifat askritif. Sikap askriftif ini sendiri adalah sifat bawaan yang sudah ada
semenjak mereka dilahirkan, dimana ini merupakan salah satu jenis sifat yang akan
mendapatkan derajat dan golongan yang setara dengan jenis kelamin serta umur seseorang.
bahkan di indonesia sendiri terhitung memiliki lebih dari 300 bahasa daerah atau bahasa
dialek beragam kelompok dan etnis. Inilah yang nantinya menjadi pembentuk dari identitas
nasional bangsa Indonesia yang telah merdeka semenjak orde lama ini.
2. Agama
Ada banyak keberagaman seni dan budaya yang ada di Indonesia yang secara harfiah
mebentuk identitas dari nasionalisme Indonesia. keberagaman jenis budaya ini seharusnya
menjadi sebuah pengetahuan dan kekayaan tersendiri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Seni dan budaya merupakan salah satu harta warisan yang patut dibudidayakan tidak hanya
sebagai unsur pembentuk dari identitas nasional di Indonesia namun pemerintah dna
penduduk harus bisa menjaga dan melestarikan seni dan kebudayaan yang snagat melimpah
dan banyak tersebut untuk menjaga identitas dan citra dari bangsa kita.
4. Bahasa
Tidak dipungkiri lagi bahwa di Indonesia ada banyak sekali jenis bahasa daerah.
Bahasa sendiri merupakan salah satu unsur pembentuk identitas negara karena hanya dengan
bhasa seseorang bisa melakukan komunikasi dengan yang lainnya. bahasa ini adalah sebuah
sistem yang berupa unsur-unsur bunyi yang akan mebentuk pengucapan atau uacapan yang
akan digunakan leh manusia sebagai sarana dalam berinteraksi dengan makluk lain atau
dengan sesamanya. Hanya saja, bahasa Indonesia adalah satu-satunya jenis bahasa yang akan
dipakai oleh semua orang di Indonesia untuk melakukan interaksi secar umum dan menjadi
alat pemersatu bangsa.
Pembagian jenis dari identitas nasional negara Indonesia bisa menjadi 3 bagian.
Pembagian ini adalah tipe yang berdasarkan dari ke 4 unsur-unsur identitas
nasional Indonesia yang telah kita jabarkan diatas.
1. Identitas Fundamental : Ini merupakan identitas pembentuk yang terdiri dari beragam
faktor dasar yang bersifat pembangun atau sebuah pndasi dari identitas itu sendiri. nah, untuk
Indonesia, identitas fundamentalnya adalah Pnacasila. Dimana pancasila merupakan sebuah
simbolis dan lambang untuk ideologi bangsa Indonesia, dasar negara Indnesia serta
merupakan falsafah resmi bangsa Indonesia.
3. Identitas alamamiah : Ini merupakan salah satu jenis identitas negara indonesia yang ada
berdasarkan beberapa spesikulasi alamiah. beberapa diantaranya adalah adanya negara
kepulauan, adanya sifat pluralisme di dalam budaya, kepercayaan, agama dan juga suku
bangsa. Namun dengan saling menghormati maka semua keberagaman tersebut tidak akan
menimbulkan masalah. Demikianlah pembahasan mengenai beragam unsur-unsur dari
identitas nasional Indonesia yang bisa diliput berdasarkan dari keberagaman hal yang ada di
negara Indonesia. Mulai dari suku budaya, adat istiadat, keberagaman bahasa, kepercayaan
dan tradisi. Semua hal tersebut akan menghasilkan sebuah identitas yang baik dan harmonis.
Dimana keberagaman bukan salah satu faktor yang menghalangi terbentuknya identitas
negara yang baik dimata negara lain. Bahkan negara Inbdonesia dicap dna dihargai sebagai
sebuah negara yang besar serta berdaulat karena mampu mempersatukan segala jenis
keberagaman yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional dari negara tersebut.
Bukankah ini hal yang baik? berada dalam persatuan diatara sekian banyak perbedaan dan
tidak menjadikan perbedaan sebagai sebuah lasan pemecah bangsa melauinkan
pemersatunya.
Dewasa ini banyak sekali warga Indonesia belum benar-benar memahami pentingnya
pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Sejatinya mayoritas warga Indonesia telah
melupakan sedikit demi sedikit bahkan hilangnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh telah banyak terjadi kasus kekerasan serta
kejahatan yang tidak sesuai dengan peri kemanusiaan yang tidak mencerminkan nilai-nilai
pancasila. Sungguh miris apabila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak sesuai
dengan pedoman bangsa Indonesia yakni pancasila. Sebagai warga negara Indonesia
tentunya kita perlu membina dan memupuk kepribadian kita sehingga bangkitlah kembali
pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1) Pengertian Demokrasi
Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sistem sosial-politik modern yang paling
baik dari sekian banyak sistem maupun ideologi yang ada dewasa ini. Menurut pakar hukum
Moh. Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi dalam sistem bermasyarakat dan
bernegara. Pertama, hampir semua Negara di dunia menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental; kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan yang secara esensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat yang menyelenggarakan Negara sebagai
organisasi tertingginya. Karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar pada
masyarakat tentang demokrasi. Secara etimologis “demokrasi” terdiri atas dua kata “demos”
yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos” yang berarti
kekuasaan, kedaulatan atau pemerintahan. Gabungan dari kedua kata tersebut memiliki arti
suatu keadaan Negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat. Rakyat berkuasa,
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah atau terminologi adalah seperti yang di
nyatakan oleh para ahli sebagai berikut :
➢ Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi suatu perencanaan yang institusional untuk
mencapai keputusan politik dimana individu – individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
➢ Sidney Hook mengatakan demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan –
keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung di dasarkan kepada
mayoritas yang di berikan secara bebas dari rakyat dewasa.
➢ Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan – tindakan mereka
diwilayah publik oleh warga Negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi
dan kerjasama poara wakil mereka yang telah terpilih.
Sedikit berbeda denan para ahli di dunia, pakar politik Indonesia, Affan Gaffar memaknai
demokrasi dalam dua bentuk yaitu :
a) Normatif ( Demokrasi Normatif ) Adalah demokrasi yang secara ideal di lakukan
oleh sebuah Negara.
b) Empirik ( Demokrasi Empirik ) Adalah demokrasi yang dalam perwujudannya pada
dunia politik praktis.
Terdapat titik temu dari berbagai pengertian di atas yaitu bahwa sebagai landasan hidup
bermasyarakat dan bernegara, demokrasi meletakan rakyat sebagai komponen penting dalam
proses dan praktik-praktik berdemokrasi. Rakyatlah yang memiliki hak dan kewajiban untuk
melibatkan dan untuk tidak melibatkan diri dalam semua urusan sosial dan politik, termasuk
diantaranya menilai kebijakan Negara. Dengan demikian Negara yang meganut sistem
demokrasi adalah Negara yang di selenggarakan bedasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
Jika di lihat dari sudut pandang organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang
di lakukan oleh Rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di
tangan rakyat.
Tiga faktor yang merupakan tolak ukur umum dari suatu pemerintahan yang demokrasi
adalah :
a) Pemerintahan dari rakyat.
b) Pemerintahan oleh rakyat.
c) Pemerintahan untuk rakyat.
Keberhasilan demokrasi ditunjukan oleh sejarah dimana demokrasi sebagai prinsip dan
acuan hidup bersama antar warganegara dan antar warganegara dengan Negara dijalankan
dan dipatuhi oleh kedua pihak. Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis
serta teoritis dari masyarakat yang telah maju dalam berdemokrasi.Setidaknya enam norma
atau unsur – unsur pokok yang di butuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis.
Keenam norma itu adalah :
➢ Kesadaran akan pluralisme
➢ Musyawarah
➢ Cara yang di lakukan harus sejalan dengan tujuan
➢ Kejujuran dalam permufakatan
➢ Kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban.
➢ Trial and Eror
Menurut Moh. Mahfud MD, ciri-ciri Negara hukum adalah sebagai berikut :
➢ Adanya perlindungan konstitusional
➢ Adanya badan kehakiman
➢ Adanya Pemilu yang bebas
➢ Adanya kebebasan menyertakan pendapat
➢ Adanya kebebasan berserikat & berkumpul
➢ Adanya pendidikan Kewarganegaraan.
Tiga aspek yang dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu
berjalan dalam suatu Negara. Ketiga aspek tersebut adalah :
1. Pemilihan Umum sebagai proses pembentukan Pemerintah.
2. Susunan kekuasaan Negara di jalankan secara distributif untuk menghindari
penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah.
3. Kontrol Rakyat, yaitu suatu relasi kuasa yang berjalan secara Simetris, Memiliki
Sambungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang memungkinkan kontrol dan
keseimbangan (check and balance) terhadap kekuasaan yang di jalankan oleh
eksekutif dan legislatif.
Wacana Islam dan Demokrasi dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok pemikiran :
1. Islam dan Demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam tidak bisa
disubordinatkan sebagai demokrasi. Islam merupakan sistem politik yang mandiri (self
sufficient). Hubungan keduanya bersifat saling menguntukan secara eksklusif.
2. Islam berbeda dengan demokrasi apabila didefinisikan secara procedural seperti di pahami
dan di praktekan di Negara-negara barat.
3. Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi
seperti yang praktekan di Negara maju.
Terdapat beberapa argumen teoritis yang bisa menjelaskan lambannya pertumbuhan dan
perkembangan demokrasi di dunia Islam. Pertama, pemahaman doktrinal menghambat
praktek demokrasi. Kedua, Kultur yang ada pada masyarakat muslim yang sudah tebiasa
dengan otokrasi dan ketaatan absolut kepada pemimpin. Ketiga, pertumbuhan yang lambat
demokrasi dalam dunia islam tak ada kaitanya dengan teologi maupun kultur, akan tetapi
lebih terkait sifat alamiah demokrasi itu sendiri.
5. OTONOMI DAERAH
Hakikat otonomi daerah yaitu hak dan kewajiban untuk pemerintahan daerah untuk di beri
wewenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya di daerahnya sendiri yang masih
dalam sistem NKRI.
2) Implementasi Otonomi Daerah
Implementasi daerah adalah Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang
penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.
3) Pilkada Langsung
pilkada langsung memiliki maslahat yang lebih besar daripada pilkada tidak langsung.
Beberapa maslahat tersebut antara lain:
a) menguatnya kedaulatan rakyat dan menghindari ketidakadilan di tengah masyarakat
luas sebagai bagian dari aspek pembelajaran politik dan pemerintahan.
b) membangun masyarakat sadar hukum dan penegak hukum yang bertindak tegas dan
bersifat nonpartisan yang pada akhirnya menciptakan sikap hormat rakyat pada
pemimpin.
1)Pengertian Korupsi
Dengan demikian, secara harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah
korupsi memiliki arti yang sangat luas.
1. Korupsi: penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan sebagainya)
untuk kepentingan pribadi dan orang lain.
2. Korupsi: busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya dapat
disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).
Terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip anti korupsi yang meliputi
akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk mencegah
faktor eksternal penyebab korupsi.
1. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya. Sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga (Bappenas:2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam
sektor bisnis, masyarakat, publik maupun interaksi antara ketiga sektor.
Akuntabilitas publik secara tradiisional difahami sebagai alat yangdigunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan prilaku administtrasi dengan cara memberikn kewajiban untuk
dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal
(Dubnik:2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang paling fundemental dan
memerujuk pada kemampuan menjawab kepada seseororng terkait dengan kinerja yang
diharapkan (Pirre: 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang
memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prajoso:
2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya. Antara lain
adalah akuntabilitas progam, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan,
akuntabilitas outcome. akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggung jawabkan melalui
mekanisme pelaporan dan pertanggugjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan.
Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik sacara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah
kegiatan.
Terkait dengan penjelasan tersebut maka mata kuliyah ini memiliki peran penting
dalam penegakan akuntabilitas, terutama dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.
Oleh karena itu mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademik pemilik masa depan
merupakan target pelaku penegakan akuntabikitas masa kini dan masa depan, dengan harapan
bahwa integritas atau keseuaian antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa
dapat semakin ditingkatkan.
2. TRANSPARASI
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan dengan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh public (prajoso : 2007). Selain itu
transparasi menjadi pintu masuk sekaligus control bagi seluruh proses dinamika structural
kelembagaan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, transparasi mengacu pada keterbukaan dan
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para
mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggung jawabnya pada masa kini dan masa
mendatang (kurniawan : 2010).
Dalam prosesnya, transparasi dibagi menjadi lima yaitu proses penganggaran, proses
penyusunan kegiatan, proses pengawasan , dan proses evaluasi.
Proses peganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggung jawabaan dan penilaian (evaluasi ) terhadap kinerja anggaran. Didalam proses
penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses pembahasan tentang
sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan
dengans trategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelola proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan financial dan pertanggung jawaban secara
teknis. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan berkaitan
dengan kepentingan public dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan
oleh masyarakat sendiri. Proses lainnya yang penting adalah proses evaluasi. Proses evaluasi
ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya
pertanggung jawaban secara administrative, tapi juga secarat eknis dan fisik dari setiap out
put kerja-kerja pembangunan.
Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi mahasiswa untuk dapat melaksanakan
kegiatannya agar lebih baik. Setelah pembahasan prinsip ini, mahasiswa sebagai individu dan
juga bagian dari masyarakat/ organisasi/ institusi diharapkan dapat mengimplementasikan
prinsip transparansi didalam kehidupan keseharian mahasiswa.
3. KEWAJARAN
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau kewajaran
ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi(ketikwajaran) dalam penggaran, baik
dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini
terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibitas, terprediksi,
kejujuran, dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budged), sedangkan fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar
asas value for money untuk menghadiri defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran
yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan. Selain itu, sifat penting lainnya adalah kejujuran. Kejujuran
tersebut mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang
disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan
bagian pokok dari prinsip fairness. Sifat yang terakhir dalm prinsip kewajaran adalah
informatif. Tujuan dari sifat ini adalah dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang
teratur informatif. Sifat informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kujujuran,
dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
Dalam penerapannya pada mahasiswa, prinsip ini dapat dijadikan rambu-rambu agar
dapat bersikap lebih waspada dalam mengatur beberapa aspek kehidupan mahasiswa seperti
penganggaran, perkuliahan, sistem belajar maupun dalam organisasi. Selain itu, setelah
pembahasan ini, mahasiswa juga diharapkan memiliki kualitas moral yang lebih baik dimana
kujujuran merupakan bagian pokok dalam prinsip ini.
4. KEBIJAKAN
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan mengenai
prinsip ini ditunjukkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kebijakan anti
korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini
tidak selalu identik dengan undang undang anti korupsi, namun bisa berupa undang undang
kebebasan mengakses informasi, undang undang desentralisasi, undang undang anti
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.
Aspek aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila di dalamnya
terkandung unsur unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan
tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor aktor penengak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, pengacara, dan lembaga permasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut
terkait dengan nilai nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum atau undang undang anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan
menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
5. KONTROL KEBIJAKAN
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan merupakan
upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk
korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di
indonesia, self-evaluating organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia,
Problematika pengawasan di Indonesia. Bentuk Kontrol Kebijakan berupa partisipasi, evolusi
dan reformasi.
Kontrol Kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa
oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih
layak. Setelah memahami prinsip yang terakhir ini, mahasiswa kemudian diarahkan agar
dapat berperan aktif dalam melakukan tindakan kontrol kebijakan baik berupa partisipasi,
evolusi maupun reformasi pada kebijakan-kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran
mahasiswa adalah sebagai individu dan juga sebagai bagian dari masyarakat, organisasi,
maupun institusi.
7. HAK ASASI MANUSIA
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang
manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun,
sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut.
. Menurut Jumana Shehata, ada dua pandangan mengenai HAM dalam Islam,
pandangan kaum relativis dan kaum universalis. Kaum relativis mengatakan bahwa HAM
dan Islam adalah perdebatan kultural yang tak pernah berhenti. Sebagian ilmuwan
mengatakan bahwa Hak Asasi Manusia lahir dari peradaban Barat yang dipengaruhi
keinginan menghapus imperialisme era Imperium Kristen saat itu. Oleh karena lahir dari
Barat yang sekarang dominan dengan asas liberalisme dan individualisme inilah beberapa
orang menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia tidak bisa diberlakukan di negara-negara Islam
dimana kepatuhan seseorang kepada aturan dan nilai-nilai keluarganya menjadi barometer
yang sangat penting bagi penilaian di mata masyarakat sekitarnya. Ini jelas berbeda dengan
asas liberalisme dan individualisme yang membebaskan seseorang untuk memilih jalan
hidupnya, sekalipun itu bertentangan dengan prinsip-prinsip yang sakral dalam keluarganya.
Pendapat relativis yang lain disampaikan oleh Fred Halliday yang mengatakan
bahwanilai-nilai Islam tidak bisa masuk dalam nilai-nilai HAM. Islam tidak memberikan
kebebasan yang mutlak kepada setiap individu dan Islam tidak menerima sekulerisasi yang
mana itu merupakan ciri dari HAM. Tapi pendapat ini kemudian dinyatakan Sebaliknya,
kaum universalis mengatakan bahwa Islam seharusnya menjadi bagian yang aktif dalam
perdebatan mengenai penerapan nilai-nilai HAM ini karena HAM bukanlah dibentuk
berdasarkan hasil pemikiran Barat saja, untuk kalangan khusus saja (non-muslim), tapi juga
untuk seluruh penghuni bumi ini, termasuk didalamnya adalah umat Islam. Universalitas
nilai-nilai HAM ini sebenarnya telah menjadi penyataan resmi dalam Deklarasi Universal
tentang HAM (Universal Declaration of Human Rights) yang mengatakan: “a common
standard of achievement for all peoples and all nations”. Dalam artikel I dalam deklarasi juga
disebutkan bahwa “all human beings are born free and equal in dignity and in rights”.
Masyarakat madani (civil society) dicirikan dengan masyarakat terbuka, bebas dari
pengaruh kekuasaan dan tekanan negara kritis dan berpartisipasi aktif serta egaliter.Pada
dasarnya, masyarakat madani berkaitan dengan peradaban universal.Penyebutan
karakteristik civil society sendiri dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa dalam
merealisasikan wacana civil society diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai
universal dalam penegakan civil society. Prasyarat ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lain atau hanya mengambil salah satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang
integral yang menjadi dasar dan nilai bagi eksistensi civil society. Karakteristik tersebut
antara lain :
1. Free Public Sphere
Yang dimaksud dengan Free Public Sphere adalah adanya ruang publik yang bebas
sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik
secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara
memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik.Waraga negara berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasi kepada publik. Free Public Sphere menjadi salah satu bagian
yang harus diperhatikan untuk mengembangkan dan mewujudkan civil society, maka akan
memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan
aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan
otoriter.
2. Demokratis
Demokratis adalah salah satu entitas yang menjadi penegak wacana civil society,
dimanadalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk
menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan
interaksi dengan masyarakat sekiatarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras, dan
agama. Demokrasi atau demokratis merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan
civil society. Penekanan demokrasi atau demokratis dapat mencakup sebagai bentuk
aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
3. Toleran
Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society untuk mewujudkan
sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda. Azyumardi Azra menyebutkan bahwa masyarakat madani
atau civil society lebih dari sekedar gerakan-gerakan prodemokrasi.Masyarakat madani
juga mengacu ke kehidupan yang berkualitas dan tamaddun (civility), yakni kesediaan
individu-individu untuk menerima pandanagn-pandangan politik dan sikap sosial yang
berbeda.
4. Pluralisme
Seabagai sebuah prasyarat penegakan civil society, maka pluralisme harus dipahami
secara mengakar. Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat
bagi tegaknya civil society. Pluralisme menutunya adalaha pertalian kebhinekaan dalam
ikatan-ikatan keadaban. Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi
keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanismepengawasan dan
pengimbangan (check and balance). Lebih lanjut, Nurcholis mengatakan bahwa sikap
penuh pengertian kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk,
yakni masyarakat yang tidak monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan
masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi
tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama dan sebangun dalam segala segi.