Anda di halaman 1dari 25

TUGAS UAS RESUME CIVIC EDUCATION

Nama : Muhammad Zenajib Zulkarnaen


Kelas : E
Fakultas : Tarbiyah
Absen : 36

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN


TAHUN 2019/2020
1. MEMBANGUN NEGARA BERKEADABAN

1) KONSEP DASAR TENTANG NEGARA

A.      Pengertian Negara


Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing
state (Inggris), staat (Belanda dan Jerman) atau etat (Prancis). Kata-kata tersebut berasal dari
bahasa latin status atau  statum yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Secara terminologi, negara berarti organisasi tertinggi diantara satu kelompok
masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari
sebuah negara berdaulat yang pada dasarnya memiliki masyarakat, wilayah dan pemerintahan
yang berdaulat.
Menurut Harold J.Laski negara adalah perpaduan antara alat dan wewenang yang
mengatur dan mengendalikan persoalan-persoalan bersama, negara seperti yang diungkapkan
tokoh ini sering pula dipandang sebagai suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung dari individu
atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Sedangkan menurut Roger
H.Soltau negara identik dengan hak dan wewenang. Menurut Max weber negara merupakan
sebuah masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah
dalam suatu wilayah.Sejalan dengan pandangan ini, Robert M.Mac Iver mengungkapkan
bahwa negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban suatu masyarakat dalam
suatu wilayah melalui sebuah sistem hukum yang diselenggarakan oleh sebuah pemerintah
dengan maksud memberikan wewenang untuk memaksa.
Menurut kebanyakan ahli politik Islam modern, tidak ditemukan rumusan yang pasti
atau  qathi tentang konsep negara.Al-Qur’an dan Sunnah tidak secara tersurat mendefinisikan
model negara dalam Islam.
B.      Tujuan Negara
Sebagai suatu institusi yang menjadi wadah bagi kehidupan manusia, Negara harus
memiliki tujuan yang harus disepakati oleh seluruh warga negara. Adapun tujuan-tujuan
tersebut antara lain :
1.    Memperluas kekuasaan
2.    Menyelenggarakan ketertiban umum
3.    Mencapai kesejahteraan umum
Dalam konsep dan ajaran Plato tujuan adanya negara adalah untuk memajukan
kesusilaan manusia, sebagai perseorangan dan sebagai makhluk sosial. Sedangkan
menurut Thomas Aquinas dan Agustinus tujuan negara adalah untuk mencapai
penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan taat kepada dan dibawah
pimpinan Tuhan. Pemimpin negara menjalankan kekuasaannya hanya berdasarkan
kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya.
     Menurut Ibnu Arabi tujuan negara adalah agar manusia bisa menjalankan
kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing.Ibnu
Khaldun menjelaskan bahwa tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama
dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
     Dalam konsep negara hukum tujuan negara adalah menyelenggarakan ketertiban
hukum dengan berdasarkan dan berpedoman kepada aturan-aturan hukum yang ada. Segala
kekuasaan dari alat-alat pemerintahan dalam negara hukum didasarkan atas hukum, semua
orang harus patuh terhadap hukum karena hukumlah yang berkuasa dalam negara itu.
      Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara telah tercantum dalam pembukaan
undang-undang dasar 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.Selain itu, dalam penjelasannya ditetapkan bahwa negara Indonesia
berdasarkan atas hukum (rechtstaas), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat).
     Berdasarkan pembukaan dan penjelasan UUD 1945 tersebut, negara Indonesia
merupakan negara hukum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
membentuk suatu masyarakat adil dan makmur.Bangsa Indonesia harus bersama-sama
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, agar tercipta negara Indonesia yang aman dan
sejahtera.Dalam mewujudkan tujuan tersebut setiap elemen-elemen negara harus saling
mendukung agar tidak terjadi konflik yang dapat merusak keutuhan negara Indonesia sebagai
negara hukum.
C.       Unsur-unsur Negara
Menurut Oppenheimer dan Lautarpacht ada pun syarat terbentuknya negara adalah :
rakyat bersatu, daerah atau wilayah, pemerintahan yang berdaulat dan pengakuan negara lain.
Menurut Konvensi Montevideo 9Uruguay) tahun 1933, unsur terbentuknya suatu negara
adalah :
1.      Harus ada penghuni (rakyat, penduduk warga negara / bangsa)
2.      Harus ada wilayah atau lingkungan kekuasaan
3.      Harus ada kekuasaan tertinggi / pemerintahan berdaulat.
4.      Kesangguan berhubungan dengan negara-negara lain.
Ada beberapa unsur pokok dalam suatu negara,yaitu :
a)    Rakyat
Merupakan sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.
b)   Wilayah
Tidak mungkin ada negara tanpa adaanya batas-batas teritorial yang jelas. Oleh karena
itu wilayah merupakan unsur negara yang harus terpenuhi.Wilayah mencakup daratan,
perairan(samudera, laut dan sungai ) dan udara. Batas wilayah negara diatur dalam perjanjian
dan perundang-undangan Internasional.
c)    Pemerintah
Pemerintah merupakn alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi
negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara.
d)   Pengakuan negara lain
Ada dua macam pengakuan atas suatu negara yaitu:
(-) Pengakuan de facto
merupakan pengakuan atas fakta adanya negara. Pengakuan tersebut didasarkan adanya fakta
bahwa suatu masyarakat politik telah memenuhi 3 unsur negara
(-) Pengakuan de jure
Merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara atas dasar pertimbangan yuridis menurut
hukum.

2. TEORI TENTANG TERBENTUKNYA NEGARA

A.      Teori Kontrak sosial (social contract )


Menurut teori ini negara diletakkan untuk tidak berpotensi menjadi negara tiranik,
karena keberlangsungannya bersandar pada kontrak-kontrak sosial antara warga negara
dengan lembaga negara. Teori ini beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan
perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial masyarakat Barat. Penganut pemikiran
ini antara lain :
1.    Thomas Hobbes (1588-1679)
Menurutnya kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman yaitu keadaan sebelum ada
negara dan setelah ada negara. Hobbes berpendapat bahwa dibutuhkan kontrak individu-
individu yang hidup sebelum ada negara yang berjanji akan menyerahkan kodrat yang
dimilikinya kepada sebuah badan yang disebut negara. Bagi Hobbes hanya terdapat satu
macam perjanjian, yaitu pactum subjectionis atau suatu perjanjian untuk menyerahkan semua
hak-hak kodrat sekaligus pemberian kekuasaan secara penuh agar tidak dapat ditandingi oleh
kekuasaan apapun.
2.    John Locke (1632-1704)
Dalam pandangannya dasar pemikiran kontrak sosial antar negara dan warga negara
merupakan suatu peringatan bahwa kekuasaan pemimpin tidak pernah mutlak, tetapi selalu
terbatas. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan perjanjian warga negara tersebut tidak
menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka. Terdapat hak-hak alamiah yang merupakan
hak asasi manusia yang tidak dpat dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu.
3.    J.J Rousseau (1712-1778)
J.J Rousseau mengenal satu jenis perjanjian yaitu pactum unionis. Perjanjian ini
merupakan bentuk perjanjian masyarakat yang sebenarnya. Menurutnya pemerintah tidak
mempunyai dasar kontraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang dibentuk melalui
kontrak. Rousseau dikenal sebagai peletak dasar bentuk negara yang kedaulatannya berada di
tangan rakyat melalui perwakilan organisasi politik mereka. Ia juga sekaligus dikenal sebagai
penggagas paham negara demokrasi yang bersumberkan pada kedaulatan rakyat.[6]

B.        Teori Ketuhanan (Teokrasi )


     Teori ini berpendapat bahwa hak memerintah yang dimiliki oleh para raja berasal dari
Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertahta sebagai penguasa dan mengklaim
sebagai wakil Tuhan di dunia yang mempertanggung jawabkan kekuasaannya hanya kepada
Tuhan, bukan kepada manusia.
C.        Teori Kekuatan
     Menurut teori ini kekuatan menjadi pembenaran dari terbentuknya sebuah negara,
dengan kata lain terbentuknya suatu negara karena pertarungan kekuatan dimana sang
pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah negara.

3. BENTUK-BENTUK NEGARA

1)        Negara kesatuan


Bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat dengan suatu pemerintahan pusat yang
berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya negara kesatuan ini dibagi ke
dalam 2 macam sistem pemerintahan, yaitu :
a.     Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Merupakan sistem pemerintahan yang langsung dipimpin oleh pemerintah pusat,
sementara pemerintah daerah hanya menjalankan kebijakan pemerintah pusat.
b.    Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Merupakan sistem yang memberikan kesempatan dan kewenangan kepada kepala daerah
untuk mengurus urusan pemerintah di wilayah nya sendiri
2)        Negara Serikat
Bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara
serikat.Bentuk negara ini dapat digolongkan kepada 3 kelompok :
a.     Monarki
Adalah bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.
Monarki terbagi 2 yaitu monarki absolut dan monarki konstitusional. Monarki absolut
adalah pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi ditangan satu orang raja atau ratu, contoh
negaranya adalah Arab Saudi. Monarki konstitusional adalah pemerintahan dengan
kekuasaan kepala negaranya dibatasi oleh ketentuan konstitusi negara,contohnya Inggris,
Jepang,dll.
b.    Oligarki
Adalah bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari
golongan atau kelompok tertentu.
c.     Demokrasi
Adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan
kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum yang
berlangsung secara langsung, umum, bebas, jujur, aman dan adil.
4. HUBUNGAN NEGARA DAN WARGA NEGARA
Negara Indonesia sesuai dengan konstitusi misalnya berkewajiban untuk menjamin
dan  melindungi seluruh warga negara Indonesia tanpa kecuali. Negara juga berkewajiban
untuk menjamin dan melindungi hak-hak warga negara dalam beragama sesuai dengan
keyakinannya, hak mendapatkan pendidikan, kebebasan berorganisasi dan berekspresi.
     Negara dan warga negara mempunyai hubungan timbal balik yang harus dijalankan
secara selaras. Dalam kodrat nya sebagai warga negara, seseorang harus menjalankan aturan-
aturan yang ada di negara agar tercipta suatu negara yang harmonis. Sebaliknya, negara
berkewajiban melindungi hak-hak warganya dan memenuhi segala kebutuhan warganya agar
warga negara dapat hidup layak dan sejahtera.
5. HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
Sebagai negara yang menganut ajaran Islam, hubungan agama dan negara dalam konteks
dunia Islam masih menjadi perdebatan dikalangan pakar muslim hingga saat ini. Perdebatan
Islam dan negara berangkat dari pandangan dominan Islam sebagai sebuah sistem kehidupan
yang menyeluruh yang mengatur semua kehidupan manusia termasuk persoalan politik.
Menyikapi realitas perbedaan tersebut, Ibn Taimiyah mengatakan bahwa walaupun ada
pemerintahan itu hanyalah sebuah alat untuk menyampaikan agama dan kekuasaan, bukanlah
agam itu sendiri, dengan ungkapan lain, poitik atau negara dalam Islam hanyalah sebagai alat
bagi agama bukan eksistensi dari agam Islam. Pendapat ini dipertegas dalam Q.S Al Hadid
ayat 25 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul kami yang disertai
keterangan-keterangan dan kami turunkan bersama mereka kitab dan timbangan agar
manusia berlaku adil dan kami turunkan besi padanya ada kekuatan yang hebat dan
manfaat-manfaat bagi manusia dan agar Allah mengetahui siapa yang menoling Nya dan
menolong Rasul Nya yang ghaib daripada Nya”.[7]
     Hubungan Islam dan negara-negara modern secara teoritis dalam 3 pandangan :
a.    Paradigma Integralistik
Paradigma ini menganuut paham dan konsep agama dan negara merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Paham ini juga memberikan penegasan bahwa negara
merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama.
b.    Paradigma Simbiotik
Menurut paradigma ini hubungan agama dan negara berada dalam posisi saling
membutuhkan dan bersifat timbal balik. Agama mebutuhkan negara sebagai instrumen dalam
melestarikan dan mengembangkan agama, sedangkan negara memerlukan agama karena
agama juga membantu negara dalam pembinaan moral, etika dan spiritualitas warga
negaranya.
c.    Paradigma Sekularistik
Menurut paradigma ini hubungan agama dan negara berada dalam posisi saling
membutuhkan dan bersifat timbal balik. Agama dan negara merupakan dua bentuk yang
berbeda dan satu sama lain memeiliki garapan masing-masing sehingga keberadaannya harus
dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan campur tangan. Negara adalah urusan
publik sementara merupakan wilayah pribadi masing-masing individu warga negara.

6. ISLAM DAN NEGARA


Hubungan antagonis antara Negara orde dengan orde baru dengan kelompok Islam dapat
dilihat dari kecurigaan yang berlebih dan pengekangan kekuatan Islam yang berlebihan yang
dilakukan Presiden Soeharto pada zaman orde baru. Sikap curiga dan kekhawatiran terhadap
kekuatan Islam membawa implikasi terhadap keinginan Negara untuk berusaha menghalangi
dan melakukan domestikasi (pendangkalan dan penyempitan) gerak politik Islam, baik
semasa orde lama maupun orde baru. Hasil dari kebijakan semacam ini, bukan saja para
pemimpin dan aktivis Islam gagal menjadikan ideology Islam sebagai ideology atau agama
Negara.Lebih dari itu, bahkan politik Islam menurut Bachtiar Efendi sering dicurigai sebagai
Negara anti ideology pancasila. Menurutnya akar antagonisme hubungan politik antara Islam
dan Negara tidak dapat dilepaskan dari kecendrungan pemahaman keagamaan umat Islam
yang berbeda. Kecendrungan menggunakan Islam sebagai symbol politik dikalangan aktivis
muslim di awal kekuasaan orde baru telah melahirkan kecurigaan dari pihak penguasa yang
berakibat pada peminggiran Islam dari arena politik nasional. Sejak awal berdirinya orde baru
hingga awal era 80-an Islam dianggap sebagai ancaman serius bagi kelangsungan kekuasaan
orde baru.
Perkembangan dari masa orde baru sampai pada paruh kedua 80-an menjadikan
perubahan sikap umat Islam yang mulai menerima pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bersinergi dengan sejumlah kebijakan orde baru yang
menguntungkan umat Islam pada masa selanjutnya.

2 .KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG – UNDANGAN INDONESIA

 1.)  Pengertian Konstitusi

Terdapat dua istilah terkait dengan norma atau ketentuan dasar dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan. Kedua istilah ini adalah konstitusi dan Undang-Undang Dasar.
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis, constituer, yang berarti membentuk. Maksud dari
istilah ini ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan suatu Negara. Dalam bahasa
Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni cume, berarti “bersama
dengan,” dan statuere, berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau “mendirikan, menetapkan
sesuatu”. Adapun Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan dari istilah
Belanda, grondwet. Kata grond berarti tanah atau dasar, dan wet berarti undang-undang. Di
Jerman istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga berarti undang-
undang dasar.
Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris, memiliki makna yang lebih luas dari
pada Undang-Undang Dasar, yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang secara mengikat cara-cara bagaimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Konstitusi menurut Miriam Budiardjo adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa
dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.
Dari pengertian diatas, konstitusi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan kekuasaan kepada penguasa.


2. Dokumen tentang pembagian tugas dan wewenangnya dari system politik yang
diterapkan.
3. Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia.

2) Tujuan dan Fungsi Konstitusi

Secara garis besar tujuan konstitusi adalah Membatasi tindakan sewenang-wenang


pemerintah, Menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan Menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.
Menurut Bagir Manan, hakikat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

Sedangkan menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat steenbeck, menyatakan bahwa
terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:

a. Jaminan hak-hak asasi manusia.


b. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar.
c. Pembagian dan pembatasan kekuasaan
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:

a) Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.


b) Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia
c) Peradilan yang bebas dan mandiri
d) Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari
asas kedaulatan rakyat.

Sedangkan fungsi Konstitusi atau UUD terbagi atas 2, yaitu :

a. Menentukan dan membatasi kekuasaan penguasa Negara.


b. Penjaminan hak hak asasi manusia.

Melalui pembagian kekuasaan negara, konstitusi menentukan dan membatasi kekuasaan


penguasa, sedangkan melalui aturan tentang hak asasi, konstitusi memberi perintah agar
penguasa negara melindungi hak-hak asasi manusia warga negara atau penduduknya.

3) .Sejarah dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia

Sebagai Negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945. Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai  yang
beranggotakan 62 orang, diketuai oleh Mr. Radjiman Wedyodiningrat. Tugas pokok badan ini
sebenarnya menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan
berkepanjangan, khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara. Di akhir sidang 1
BPUPKI berhasil membentuk panitia kecil yang di sebut dengan panitia Sembilan. Panitia ini
pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah
Mukaddimah UUD. Hasil panitia Sembilan ini kemudian diterima dalam sidang II BPUPKI
pada tanggal 11 Juli 1945. Setelah itu Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 Juli
1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan Undang-Undang Dasar
dan membentuk panitia untuk mempersiapkan kemerdekaan yaitu Pantia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Keanggotaan PPKI berjumlah 21 orang dengan ketua Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta sebagai wakilnya. Para anggota PPKI antara lain Mr. Radjiman
Wedyodinigrat, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soejohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs Yap
Tjwan Bing, Dr. Moh Amir (sumatera), Mr. Abdul Abbas (sumatera), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (bali), AH. Hamidan
(Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan MR. Moh. Hassan (sumatera).
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan,
baik nama maupun substansi materi yang dikandungnya. Perjalanan sejarah konstitusi
Indonesia yaitu:

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)

Saat Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia yang baru ini
belum mempunyai UUD. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan UUD
disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami
beberapa proses.

1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak
Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda
mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia
Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka
terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini
mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat.
Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku
untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

2 Undang Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 (17 Agustus
1950 – 5 Juli 1959)

Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan
perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama
karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa
dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata
sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara
kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan
untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang
dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite
nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada
tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17
Agustus 1950.

3 UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959 – sekarang)

Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945.
Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-
1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu
dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

4) Amandemen 1945
adalah perubahan konstitusi yang apabila suatu konstitusi dirubah, konstitusi yang asli
tetap berlaku. Menurut Budiarjo, ada empat prosedur dalam perubahan konstitusi baik dalam
model renewal dan amandemen, yaitu :

1. Siding badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat. Misalnya dapat ditetapkan
kourum untuk siding yang mebicarakan usul perubahan UUD dan jumlah minimum anggota
badan legislative atau menerimanya.
2. Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak usulan
perubahan undang-undang.
3. Negara-negara bagian dalam Negara federal.
4. Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga
khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang cara perubahan undang-undang.
Bersandar pada pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa :

 Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam siding Majelis


Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
 Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
 Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
 Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan atas UUD 1945.
Sejak proklamasi 1945, telah terjadi perubahan-perubahan atas UUD 1945, yaitu :
1. Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
3. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 – 5
Juli 1959)
4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999)
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000)
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan Perubahan II (18 Agustus 2000 –
9 November 2001)
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II,dan III (9 November 2001 – 10
Agustus 2002)
8. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II,III, dan IV (10 Agustus 2002)

3. IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

1) Pengertian Identitas Nasional 

adalah suatu jati diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri tersebut merupakan milik
suatu bangsa dan berbeda dengan banga lainnya. Dalam garis besarnya, identitas nasional
merupakan suatu jati diri yang tidak hanya mengacu pada individu tertentu, namun juga
berlaku untuk suatu kelompok/organisasi/negara.
Kata identitas berasal dari “identity” yang berarti ciri – ciri, tanda – tanda, ciri khas, jati diri
pada perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakannya dengan orang lain
atau kelompok yang lainnya. Sedangkan kata “nasional” merupakan gambaran akan identitas
yang melekat pada diri seseorang atau suatu kelompok tertentu atau organisasi yang lebih
besar berdasarkan kesamaan fisik, budaya, ragam, bahasa, sejarah, cita – cita, serta
tujuan. Dari pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa identitas nasional adalah
suatu kumpulan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang pada macam – macam aspek
kehidupan, baik dari ratusan suku atau budaya yang ada dihimpun menjadi satu kesatuan,
seperti Indonesia. Di mana identitas nasional Indonesia sendiri mengacu pada Pancasila dan
Bhineka Tunggal Ika.

Koenta Wibisono ( Anggota Dewan Riset Nasional, serta Pengurus Yayasan


Kebudayaan Indonesia Belanda Karta Pusaka) juga menuturkan pengertian
identitas nasional sebagai manifestasi akan nilai – nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri khusus sehingga
bangsa tersebut berbeda dengan bangsa lainnya.

 
2) Unsur-Unsur Pembentukan Identitas Nasional

1. Suku Bangsa

Sudah sangat jelas sekali bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang
teridiri dari beragam suku bangsa. Dan suku bangsa sendiri meruoakan salah satu
unsur majemuk pembentuk identitas Indonesia. Karena ada banyak sekali
keanekaragaman suku bangsa, hingga kadang penduduk asli Indonesia kadang
tidak akan hafal akan semua jenis suku bangsa yang ada di Indonesia. Pengertian
ari suku sendiri adalah kumpulan dari golongan sosial masyarakat yang
mempunyai sifat askritif. Sikap askriftif ini sendiri adalah sifat bawaan yang sudah ada
semenjak mereka dilahirkan, dimana ini merupakan salah satu jenis sifat yang akan
mendapatkan derajat dan golongan yang setara dengan jenis kelamin serta umur seseorang.
bahkan di indonesia sendiri terhitung memiliki lebih dari 300 bahasa daerah atau bahasa
dialek beragam kelompok dan etnis. Inilah yang nantinya menjadi pembentuk dari identitas
nasional bangsa Indonesia yang telah merdeka semenjak orde lama ini.

2. Agama

Unsur pembentuk identitas nasional lainnya adalah maslaah agama.


Dimana disini ada banyak jenis agama yang diperbolehkan dan tidak dilarang untuk dianut di
Indonesia. Keaneka ragaman agama ini menjadi ciri khas bansa Indonesia yang menerapkan
penerapan pancasila dan bhinneka tunggal ika. Dimana disana dicantumkan bahwa ”
walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua”. Dan juga peraturan pemerintahan bahwa agama
adalah pilihan masing-masing individu tanpa ada paksaan apapun didalamnya. Agama-agama
yang beredar dan dikenali di Indonesia adalah : Islam, khatolik, hindu, budha, kristen dan
kong hu cu.

3. Seni dan Kebudayaan

Ada banyak keberagaman seni dan budaya yang ada di Indonesia yang secara harfiah
mebentuk identitas dari nasionalisme Indonesia. keberagaman jenis budaya ini seharusnya
menjadi sebuah pengetahuan dan kekayaan tersendiri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Seni dan budaya merupakan salah satu harta warisan yang patut dibudidayakan tidak hanya
sebagai unsur pembentuk dari identitas nasional di Indonesia namun pemerintah dna
penduduk harus bisa menjaga dan melestarikan seni dan kebudayaan yang snagat melimpah
dan banyak tersebut untuk menjaga identitas dan citra dari bangsa kita.

4. Bahasa

Tidak dipungkiri lagi bahwa di Indonesia ada banyak sekali jenis bahasa daerah.
Bahasa sendiri merupakan salah satu unsur pembentuk identitas negara karena hanya dengan
bhasa seseorang bisa melakukan komunikasi dengan yang lainnya. bahasa ini adalah sebuah
sistem yang berupa unsur-unsur bunyi yang akan mebentuk pengucapan atau uacapan yang
akan digunakan leh manusia sebagai sarana dalam berinteraksi dengan makluk lain atau
dengan sesamanya. Hanya saja, bahasa Indonesia adalah satu-satunya jenis bahasa yang akan
dipakai oleh semua orang di Indonesia untuk melakukan interaksi secar umum dan menjadi
alat pemersatu bangsa.

Jenis-Jenis Identitas Nasional Indonesia

Pembagian jenis dari identitas nasional negara Indonesia bisa menjadi 3 bagian.
Pembagian ini adalah tipe yang berdasarkan dari ke 4 unsur-unsur identitas
nasional Indonesia yang telah kita jabarkan diatas.

1. Identitas Fundamental : Ini merupakan identitas pembentuk yang terdiri dari beragam
faktor dasar yang bersifat pembangun atau sebuah pndasi dari identitas itu sendiri. nah, untuk
Indonesia, identitas fundamentalnya adalah Pnacasila. Dimana pancasila merupakan sebuah
simbolis dan lambang untuk ideologi bangsa Indonesia, dasar negara Indnesia serta
merupakan falsafah resmi bangsa Indonesia.

2. Identitas Instrumental : Sesuai dengan namanya, instrumen adalah perangkat yang


digunakan sebuah negara. Dimana di indonesia sendiri pembagian jenis identitas nasional
berupa instrumental adalah isi dari UUD 1945 yang telah di bentuk dan banyak direvisi dari
tahun ketahun. UUD 1945 menjadi sebuah patokan dan dasar perundang-undangan yang ada
di Indonesia. Indonesia juga memiliki lambang Pancasila yang disertai ooleh semboyan
penuh makna : Bhinneka Tunggal Ika dan memiliki bendera merah putih dimana merah
melambangkan keberanian dan putih melambangkan kesucian. Instrumen berikutnya adalah
salah satu lagu wajib yang merupakan lagu kebangsaan Indonesia yaitu indonesia Raya.

3. Identitas alamamiah : Ini merupakan salah satu jenis identitas negara indonesia yang ada
berdasarkan beberapa spesikulasi alamiah. beberapa diantaranya adalah adanya negara
kepulauan, adanya sifat pluralisme di dalam budaya, kepercayaan, agama dan juga suku
bangsa. Namun dengan saling menghormati maka semua keberagaman tersebut tidak akan
menimbulkan masalah. Demikianlah pembahasan mengenai beragam unsur-unsur dari
identitas nasional Indonesia yang bisa diliput berdasarkan dari keberagaman hal yang ada di
negara Indonesia. Mulai dari suku budaya, adat istiadat, keberagaman bahasa, kepercayaan
dan tradisi. Semua hal tersebut akan menghasilkan sebuah identitas yang baik dan harmonis.
Dimana keberagaman bukan salah satu faktor yang menghalangi terbentuknya identitas
negara yang baik dimata negara lain. Bahkan negara Inbdonesia dicap dna dihargai sebagai
sebuah negara yang besar serta berdaulat karena mampu mempersatukan segala jenis
keberagaman yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional dari negara tersebut.
Bukankah ini hal yang baik? berada dalam persatuan diatara sekian banyak perbedaan dan
tidak menjadikan perbedaan sebagai sebuah lasan pemecah bangsa melauinkan
pemersatunya.

3). Pancasila Sebagai Nilai Beragama, Berbangsa, dan Bernegara


sejatinya napas atau ruh dari Pancasila itu sendiri ialah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Agama (aturan Tuhan) telah hadir dimuka bumi menjadi satu paket dengan proses penciptaan
manusia itu sendiri, oleh karenanya ketika siapapun mempersoalkan eksistensi agama 
(dengan produk peradabannya) dan atau akan memisahkan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan agama sama halnya memisahkan ikan dengan air atau
memisahkan manusia (mahluk hidup) dengan oksigen. Dengan demikian Pancasila dan
Agama tidak sekedar dapat berdampingan justru lebih dari itu dalam konteks kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara Pancasila akan kehilangan makna jika tidak dijiwai
dan atau mengejawantahkan nilai-nilai kebenaran universal agama (Ketuhanan) itu sendiri.
Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan 72 tahun yang lalu
oleh founding  fathers negara kita dapat  dibaca pada pidato Ir Soekarno pada 1 Juni 1945,
ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag) yang menyatakan,
“Prinsip Ketuhanan!  Setiap warga negara boleh bahkan harus teguh dengan keimanannya
masing-masing  dengan tidak harus menanamkan rasa permusuhan baik secara invidual
maupun komunal. Yang diluar ummat Kristiani tidak perlu marah dan tersinggung ketika
dirinya disebut sebagai “domba-domba yang tersesat”, karena dengan keyakinan itulah
ummat Kristiani bersemangat dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama mereka kepada
seluruh umat manusia. Demikian juga halnya orang tidak boleh alergi dengan sebutan kafir
karena itu adalah ungkapan untuk menyebut seseorang yang tidak mengimani ajaran Tuhan
dalam keyakinan agama Islam. Meskipun demikian Rasulullah saw melarang memusuhi
orang kafir yang tidak memerangi ummat Islam, itulah praktik bernegara Nabi Muhammad
SAW yang di bingkai dengan suatu naskah monumental yaitu Piagam Madinah, dimana
naskah ini dapat disebut sebagai konstitusi pertama dimuka bumi yang menjamin dan
melindungi kebebasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam keragaman suku
dan keyakinan (agama). Dan juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak lepas dari
sebuah tatanan tingkah laku kehidupan yang sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu peranan pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam tatanan bangsa dan negara. 

Dewasa ini banyak sekali warga Indonesia belum benar-benar memahami pentingnya
pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Sejatinya mayoritas warga Indonesia telah
melupakan sedikit demi sedikit bahkan hilangnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh telah banyak terjadi kasus kekerasan serta
kejahatan yang tidak sesuai dengan peri kemanusiaan yang tidak mencerminkan nilai-nilai
pancasila. Sungguh miris  apabila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak sesuai
dengan pedoman bangsa Indonesia yakni pancasila. Sebagai warga negara Indonesia
tentunya kita perlu membina dan memupuk kepribadian kita sehingga bangkitlah kembali
pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Pancasila terlahir terbentunya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diperkenalkan


pada tanggal 01 Juni 1945 oleh Ir.Soekarno. Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yakni
Panca dan Sila.  Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang
tingkah laku dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai pedoman bangsa memiliki
kedudukan tertinggi di Negara Indonesia. Dalam sila-sila pancasila mengandung nilai-nilai
luhur yang merupakan cita-cita bangsa Indonesia sejak dulu. Setiap sila-sila pancasila saling
berhubungan. Misalnya apabila rakyat Indonesia menjiwai sila pertama yakni sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menjalankan perintah-Nya dalam
kehidupannya sehari-hari maka harkat dan martabat sebagai manusia akan dijunjung tinggi
sebagai pengamalan sila kedua pancasila yang mengandung nilai kesadaran sikap moral dan
perilaku yang berkemanusiaan. Sehingga Persatuan Indonesia akan terwujud apabila setiap
rakyat Indonesia saling menghargai sesama lain.Nilai yang terkandung dalam sila ke empat
pancasila didasari pada ketiga sila sebelumnya. Nilai yang terkandung dalam sila ke empat
yakni nilai kerakyatan. Apabila seluruh rakyat Indonesia telah mengamalkan sila ketuhanan,
sila kemanusiaan, sila persatuan serta sila kerakyatan, maka tujuan Bangsa Indonesia dalam
sila kelima yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia akan tercapai.

 Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan


perjanjian luhur bangsa Indonesia sejak dulu. Pancasila mengandung nilai-nilai yang terdapat
dalam setiap silanya yang menjadi pedoman dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia. Selain itu, pancasila menjadi sumber tatanan Negara Indonesia serta merupakan
kepribadian dan jiwa bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Setelah melihat penjabaran diatas
diharapkan kita semua memupuk dan menanamkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian maka karakter serta kepribadian Bangsa Indonesia akan tetap terjaga.
Selain itu, cita-cita serta tujuan Bangsa Indonesia akan tercapai dengan menjadikan pancasila
sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemudian, di era globalisasi
sekarang ini identitas dan kepribadian cenderung melebur atau luntur oleh sebab itu,
masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat menjaga jati diriya sebagai warga Indonesia yang
sesuangguhnya. Diberbagai daerah di seluruh Indonesia memiliki identitasnya masing-
masing, misalnya didaerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat
dipengaruhi oleh unsur-unsur asing seperti cara berpakaian dan bertingkah laku akhibat
berbaur atau berinteraksi dengan banyak orang, baik dengan warga Indonesia itu sendiri
maupun dari warga Asing.

4. DEMOKRASI DAN TEORI AKSI

1) Pengertian Demokrasi

Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sistem sosial-politik modern yang paling
baik dari sekian banyak sistem maupun ideologi yang ada dewasa ini. Menurut pakar hukum
Moh. Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya demokrasi dalam sistem bermasyarakat dan
bernegara. Pertama, hampir semua Negara di dunia menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental; kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan yang secara esensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat yang menyelenggarakan Negara sebagai
organisasi tertingginya. Karena itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar pada
masyarakat tentang demokrasi. Secara etimologis “demokrasi” terdiri atas dua kata “demos”
yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos” yang berarti
kekuasaan, kedaulatan atau pemerintahan. Gabungan dari kedua kata tersebut memiliki arti
suatu keadaan Negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat. Rakyat berkuasa,
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

Sedangkan pengertian demokrasi secara istilah atau terminologi adalah seperti yang di
nyatakan oleh para ahli sebagai berikut :
➢ Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi suatu perencanaan yang institusional untuk
mencapai keputusan politik dimana individu – individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
➢ Sidney Hook mengatakan demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan –
keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung di dasarkan kepada
mayoritas yang di berikan secara bebas dari rakyat dewasa.
➢ Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan – tindakan mereka
diwilayah publik oleh warga Negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi
dan kerjasama poara wakil mereka yang telah terpilih.
Sedikit berbeda denan para ahli di dunia, pakar politik Indonesia, Affan Gaffar memaknai
demokrasi dalam dua bentuk yaitu :
a) Normatif ( Demokrasi Normatif ) Adalah demokrasi yang secara ideal di lakukan
oleh sebuah Negara.
b) Empirik ( Demokrasi Empirik ) Adalah demokrasi yang dalam perwujudannya pada
dunia politik praktis.
Terdapat titik temu dari berbagai pengertian di atas yaitu bahwa sebagai landasan hidup
bermasyarakat dan bernegara, demokrasi meletakan rakyat sebagai komponen penting dalam
proses dan praktik-praktik berdemokrasi. Rakyatlah yang memiliki hak dan kewajiban untuk
melibatkan dan untuk tidak melibatkan diri dalam semua urusan sosial dan politik, termasuk
diantaranya menilai kebijakan Negara. Dengan demikian Negara yang meganut sistem
demokrasi adalah Negara yang di selenggarakan bedasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
Jika di lihat dari sudut pandang organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang
di lakukan oleh Rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di
tangan rakyat.
Tiga faktor yang merupakan tolak ukur umum dari suatu pemerintahan yang demokrasi
adalah :
a) Pemerintahan dari rakyat.
b) Pemerintahan oleh rakyat.
c) Pemerintahan untuk rakyat.

2) Demokrasi dalam Pandangan dan Tatanan Kehidupan Bersama

Keberhasilan demokrasi ditunjukan oleh sejarah dimana demokrasi sebagai prinsip dan
acuan hidup bersama antar warganegara dan antar warganegara dengan Negara dijalankan
dan dipatuhi oleh kedua pihak. Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis
serta teoritis dari masyarakat yang telah maju dalam berdemokrasi.Setidaknya enam norma
atau unsur – unsur pokok yang di butuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis.
Keenam norma itu adalah :
➢ Kesadaran akan pluralisme
➢ Musyawarah
➢ Cara yang di lakukan harus sejalan dengan tujuan
➢ Kejujuran dalam permufakatan
➢ Kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban.
➢ Trial and Eror

Namun demikian, demokrasi juga membutuhkan ketegasan dan dukungan pemerintah


sebagai alat Negara yang memiliki kewajiban menjaga dan mengembangkan demokrasi.
Misalnya, pemerintah harus tegas menindak individu atau kelompok dan organisasi politik
yang melakukan tindakan anarkis dapat mengganggu ketertiban umum dengan dalih
kebebasan berekspresi dan berdemokrasi. Ketegasan juga harus di lakukan pemerintah pusat
manakala mendapatkan perda yang di buat oleh pemerintah di bawahnya bertentangan
dengan prinsip universal demokrasi dan semangat UUD 45 sarta dasar negara Pancasila.

3) Unsur-Unsur Tegaknya Demokrasi

Terdapat tiga unsur tegaknya demokrasi yaitu :

1.Negara Hukum ( rechtsstaat atau the rule of law)


Secara garis besar Negara hukum adalah sebuah Negara dengan gabungan rechtsstaat dan
the rule of law.
Konsep rechtsstaat mempunyai ciri-ciri berikut :
a) Adanya perlindungan HAM
b) Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga Negara untuk menjamin
perlindungan HAM
c) Pemerintahan berdasarkan peraturan
d) Adanya poeradilan administrasi

Sedangkan the rule of law di cirikan dengan adanya :


a) Supremasi aturan-aturan hukum
b) Kesamaan kedudukan di depan hukum ( equality before the law )
c) Jaminan perlindungan HAM

Menurut Moh. Mahfud MD, ciri-ciri Negara hukum adalah sebagai berikut :
➢ Adanya perlindungan konstitusional
➢ Adanya badan kehakiman
➢ Adanya Pemilu yang bebas
➢ Adanya kebebasan menyertakan pendapat
➢ Adanya kebebasan berserikat & berkumpul
➢ Adanya pendidikan Kewarganegaraan.

2. Masyarakat Madani ( Civil Society )


Masyarakat Madani adalah sebuah masyarakat yang terbuka, egaliter, bebas dari
dominasi dan tekanan Negara. Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan
dalam membangun demokrasi. Perwujudan masyarakat madani secara konkrit di lakukan
dengan adanya berbagai organisasi – organisasi di luar Negara ( non-government
organization ) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Peran dan fungsi masyarakat
madani dalam praktinya adalah sebagai mitra kerja lembaga-lembaga Negara maupun
melakukan fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah.

3. Aliansi Kelompok Strategis


Komponen berikunya yang mendukung adalah adanya kelompok aliansi strategis terdiri
dari Parpol, kelompok gerakan dan kelompok penekan atau kelompok kepentingan termasuk
di dalamnya Pers yang bebas dan bertanggung jawab.

Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya


mempunyai tujuan yang sama yang memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik dalam mewujudkan kkebijakan-kebijakannya.Sedangkan kelompok gerakan di
perankan oleh organisasi masyarakat merupakan sekumpulan orang – orang yang berhimpun
dalam suatu wadah organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan warganya. Kelompok
penekan atau kepentingan adalah sekelompok orang dalam sebuah wadah organisasi yang di
dasarkan pada kriteria profesionalitas. Hal yang merupakan indikator bagi tegaknya
demokrasi adalah keberadaan kalangan cendekiawan dan kebebasan Pers. Kaum
cendekiawan, kalangan civitas akademika kampus, dan kalangan pers merupakan kelompok
peenekan yang signifikan dalam mewujudkan sistem demokratis dalam penyelenggaraan
Negara dan pemerintahan.

Parameter Tatanan Kehidupan Demokratis


Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila mekanisme pemerintahannya
melaksanakan Prinsip-prinsip dasar Demokrasi, yang terdiri dari : Persamaan, Kebebasan,
dan Pluralisme.

Tiga aspek yang dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu
berjalan dalam suatu Negara. Ketiga aspek tersebut adalah :
1. Pemilihan Umum sebagai proses pembentukan Pemerintah.
2. Susunan kekuasaan Negara di jalankan secara distributif untuk menghindari
penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah.
3. Kontrol Rakyat, yaitu suatu relasi kuasa yang berjalan secara Simetris, Memiliki
Sambungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang memungkinkan kontrol dan
keseimbangan (check and balance) terhadap kekuasaan yang di jalankan oleh
eksekutif dan legislatif.

4) Islam dan Demokrasi

Wacana Islam dan Demokrasi dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok pemikiran :
1. Islam dan Demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam tidak bisa
disubordinatkan sebagai demokrasi. Islam merupakan sistem politik yang mandiri (self
sufficient). Hubungan keduanya bersifat saling menguntukan secara eksklusif.
2. Islam berbeda dengan demokrasi apabila didefinisikan secara procedural seperti di pahami
dan di praktekan di Negara-negara barat.
3. Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi
seperti yang praktekan di Negara maju.
Terdapat beberapa argumen teoritis yang bisa menjelaskan lambannya pertumbuhan dan
perkembangan demokrasi di dunia Islam. Pertama, pemahaman doktrinal menghambat
praktek demokrasi. Kedua, Kultur yang ada pada masyarakat muslim yang sudah tebiasa
dengan otokrasi dan ketaatan absolut kepada pemimpin. Ketiga, pertumbuhan yang lambat
demokrasi dalam dunia islam tak ada kaitanya dengan teologi maupun kultur, akan tetapi
lebih terkait sifat alamiah demokrasi itu sendiri.

5. OTONOMI DAERAH

1) Hakikat Otonomi Daerah

Hakikat otonomi daerah yaitu hak dan kewajiban untuk pemerintahan daerah untuk di beri
wewenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya di daerahnya sendiri yang masih
dalam sistem NKRI.
2) Implementasi Otonomi Daerah
Implementasi daerah adalah Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang
penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.

3) Pilkada Langsung

pilkada langsung memiliki maslahat yang lebih besar daripada pilkada tidak langsung.
Beberapa maslahat tersebut antara lain: 
a) menguatnya kedaulatan rakyat dan menghindari ketidakadilan di tengah masyarakat
luas sebagai bagian dari aspek pembelajaran politik dan pemerintahan.
b) membangun masyarakat sadar hukum dan penegak hukum  yang bertindak tegas dan
bersifat nonpartisan yang pada akhirnya menciptakan sikap hormat rakyat pada
pemimpin.

6. KORUPSI DALAM UU DAN HUKUM ISLAM

1)Pengertian Korupsi

Dalam Ensiklopedia Indonesia di sebut “korupsi” (dari bahasa Latin: corruptio  =


penyuapan dan corruptore =  merusak) gejala di mana para pejabat, badan-badan negara
menyalah gunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidak beresan
lainnya. Adapun arti harfiah dari korupsi dapat berupa:
a.       Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran (S.
Wojowasito-W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-
Inggris, Penerbit: Hasta, Bandung)
b.      Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya.
(W.J.S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit: Balai Pustaka, 1976)
c.        Korup (busuk; suka menerima uang suap/uang sogok; memakai kekuasaan untk kepentingan
sendiri dan sebagainya).
1.      Korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan unag sogok, dan
sebagainya).
2.      Koruptor (orang yang korupsi).
(Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Penerbit Pustaka Amani
Jakarta).
Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Jika
membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena
korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk jabatan dalam instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor
ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatanya.

Dengan demikian, secara harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah
korupsi memiliki arti yang sangat luas.
1.      Korupsi: penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan sebagainya)
untuk kepentingan pribadi dan orang lain.
2.      Korupsi: busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya dapat
disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).

2. PRINSIP-PRINSIP DAN TUJUAN ANTI KORUPSI

Terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip anti korupsi yang meliputi
akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk mencegah
faktor eksternal penyebab korupsi.

1.      AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya. Sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto)  maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga (Bappenas:2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam
sektor bisnis, masyarakat, publik maupun interaksi antara ketiga sektor.
Akuntabilitas publik secara tradiisional difahami sebagai alat yangdigunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan prilaku administtrasi dengan cara memberikn kewajiban untuk
dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal
(Dubnik:2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang paling fundemental dan
memerujuk pada kemampuan menjawab kepada seseororng terkait dengan kinerja yang
diharapkan (Pirre: 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang
memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prajoso:
2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya. Antara lain
adalah akuntabilitas progam, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan,
akuntabilitas outcome. akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggung jawabkan melalui
mekanisme pelaporan dan pertanggugjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan.
Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik sacara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah
kegiatan.
Terkait dengan penjelasan tersebut maka mata kuliyah ini memiliki peran penting
dalam penegakan akuntabilitas, terutama dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.
Oleh karena itu mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademik pemilik masa depan
merupakan target pelaku penegakan akuntabikitas masa kini dan masa depan, dengan harapan
bahwa integritas atau keseuaian antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa
dapat semakin ditingkatkan.

2.      TRANSPARASI
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan dengan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh public (prajoso : 2007). Selain itu
transparasi menjadi pintu masuk sekaligus control bagi seluruh proses dinamika structural
kelembagaan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, transparasi mengacu pada keterbukaan dan
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para
mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggung jawabnya pada  masa kini dan masa
mendatang (kurniawan : 2010).
Dalam prosesnya, transparasi dibagi menjadi lima yaitu proses penganggaran, proses
penyusunan kegiatan, proses pengawasan , dan proses evaluasi.
Proses peganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggung jawabaan dan penilaian (evaluasi ) terhadap kinerja anggaran. Didalam proses
penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses pembahasan tentang
sumber-sumber pendanaan  (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan
dengans trategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelola proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan financial dan pertanggung jawaban secara
teknis. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan berkaitan
dengan kepentingan public dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan
oleh masyarakat sendiri. Proses lainnya yang penting adalah proses evaluasi. Proses evaluasi
ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya
pertanggung jawaban secara administrative, tapi juga secarat eknis dan fisik dari setiap out
put kerja-kerja pembangunan.
Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi mahasiswa untuk dapat melaksanakan
kegiatannya agar lebih baik. Setelah pembahasan prinsip ini, mahasiswa sebagai individu dan
juga bagian dari masyarakat/ organisasi/ institusi diharapkan dapat mengimplementasikan
prinsip transparansi didalam kehidupan keseharian mahasiswa.

3.      KEWAJARAN
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau  kewajaran
ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi(ketikwajaran) dalam penggaran, baik
dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini
terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibitas, terprediksi,
kejujuran, dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budged), sedangkan fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar
asas value for money untuk menghadiri defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran
yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness  di dalam proses
perencanaan pembangunan. Selain itu, sifat penting lainnya adalah kejujuran. Kejujuran
tersebut mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang
disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan
bagian pokok dari prinsip fairness. Sifat yang terakhir dalm prinsip kewajaran adalah
informatif. Tujuan dari sifat ini adalah dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang
teratur informatif. Sifat informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kujujuran,
dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
Dalam penerapannya pada mahasiswa, prinsip ini dapat dijadikan rambu-rambu agar
dapat bersikap lebih waspada dalam mengatur beberapa aspek kehidupan mahasiswa seperti
penganggaran, perkuliahan, sistem belajar maupun dalam organisasi. Selain itu, setelah
pembahasan ini, mahasiswa juga diharapkan memiliki kualitas moral yang lebih baik dimana
kujujuran merupakan bagian pokok dalam prinsip ini.

4.      KEBIJAKAN
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan mengenai
prinsip ini ditunjukkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kebijakan anti
korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi  ini
tidak selalu identik dengan  undang undang anti korupsi, namun bisa berupa undang undang
kebebasan mengakses informasi, undang undang desentralisasi, undang undang anti
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.
Aspek aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila di dalamnya
terkandung unsur unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan
tergantung pada  kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat
berfungsi apabila didukung oleh aktor aktor penengak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, pengacara, dan lembaga permasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut
terkait dengan nilai  nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum atau undang undang anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan
menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5.      KONTROL KEBIJAKAN
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan merupakan
upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk
korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di
indonesia,  self-evaluating organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia,
Problematika pengawasan di Indonesia. Bentuk Kontrol Kebijakan berupa partisipasi, evolusi
dan reformasi.
Kontrol Kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa
oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih
layak. Setelah memahami prinsip yang terakhir ini, mahasiswa kemudian diarahkan agar
dapat berperan aktif dalam melakukan tindakan kontrol kebijakan baik berupa partisipasi,
evolusi maupun reformasi pada kebijakan-kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran
mahasiswa adalah sebagai individu dan juga sebagai bagian dari masyarakat, organisasi,
maupun institusi.
7. HAK ASASI MANUSIA

1) Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang
manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun,
sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut.

2) Islam Dan Hak Asasi Manusia

. Menurut Jumana Shehata, ada dua pandangan mengenai HAM dalam Islam,
pandangan kaum relativis dan kaum universalis. Kaum relativis mengatakan bahwa HAM
dan Islam adalah perdebatan kultural yang tak pernah berhenti. Sebagian ilmuwan
mengatakan bahwa Hak Asasi Manusia lahir dari peradaban Barat yang dipengaruhi
keinginan menghapus imperialisme era Imperium Kristen saat itu. Oleh karena lahir dari
Barat yang sekarang dominan dengan asas liberalisme dan individualisme inilah beberapa
orang menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia tidak bisa diberlakukan di negara-negara Islam
dimana kepatuhan seseorang kepada aturan dan nilai-nilai keluarganya menjadi barometer
yang sangat penting bagi penilaian di mata masyarakat sekitarnya. Ini jelas berbeda dengan
asas liberalisme dan individualisme yang membebaskan seseorang untuk memilih jalan
hidupnya, sekalipun itu bertentangan dengan prinsip-prinsip yang sakral dalam keluarganya.

Pendapat relativis yang lain disampaikan oleh Fred Halliday yang mengatakan
bahwanilai-nilai Islam tidak bisa masuk dalam nilai-nilai HAM. Islam tidak memberikan
kebebasan yang mutlak kepada setiap individu dan Islam tidak menerima sekulerisasi yang
mana itu merupakan ciri dari HAM. Tapi pendapat ini kemudian dinyatakan Sebaliknya,
kaum universalis mengatakan bahwa Islam seharusnya menjadi bagian yang aktif dalam
perdebatan mengenai penerapan nilai-nilai HAM ini karena HAM bukanlah dibentuk
berdasarkan hasil pemikiran Barat saja, untuk kalangan khusus saja (non-muslim), tapi juga
untuk seluruh penghuni bumi ini, termasuk didalamnya adalah umat Islam. Universalitas
nilai-nilai HAM ini sebenarnya telah menjadi penyataan resmi dalam Deklarasi Universal
tentang HAM (Universal Declaration of Human Rights) yang mengatakan: “a common
standard of achievement for all peoples and all nations”. Dalam artikel I dalam deklarasi juga
disebutkan bahwa “all human beings are born free and equal in dignity and in rights”.

8. MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI

1) Pengertian Masyarakat Madani

 Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris : civil society) dapat diartikan sebagai suatu


masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang demokratis. Istilah ”madani” berasal dari
kata ”madaniah” yang berarti peradaban. Istilah ini secara historis merujuk pada ”kota
Nabi” di Arab yang bernama Yatsrib, yang kemudian menjadi Madinah. Karakteristik
kehidupan sosial di Madinah pada masa Nabi yang dianggap ideal menginspirasi
pengorganisasian sosial modern yang ideal pula dengan nama ”masyarakat madani”.

2) Karakteristik Masyarakat Madani

Masyarakat madani (civil society) dicirikan dengan masyarakat terbuka, bebas dari
pengaruh kekuasaan dan tekanan negara kritis dan berpartisipasi aktif serta egaliter.Pada
dasarnya, masyarakat madani berkaitan dengan peradaban universal.Penyebutan
karakteristik civil society sendiri dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa dalam
merealisasikan wacana civil society diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai
universal dalam penegakan civil society. Prasyarat ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lain atau hanya mengambil salah satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang
integral yang menjadi dasar dan nilai bagi eksistensi civil society. Karakteristik tersebut
antara lain :
1.      Free Public Sphere
Yang dimaksud dengan Free Public Sphere adalah adanya ruang publik yang bebas
sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik
secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara
memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik.Waraga negara berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasi kepada publik. Free Public Sphere menjadi salah satu bagian
yang harus diperhatikan untuk mengembangkan dan mewujudkan civil society, maka akan
memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan
aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan
otoriter.
2.      Demokratis
Demokratis adalah salah satu entitas yang menjadi penegak wacana civil society,
dimanadalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk
menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.Demokratis  berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan
interaksi dengan masyarakat sekiatarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras, dan
agama. Demokrasi atau demokratis merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan
civil society. Penekanan demokrasi atau demokratis dapat mencakup sebagai  bentuk
aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

3.      Toleran
Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society untuk mewujudkan
sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda. Azyumardi Azra menyebutkan bahwa masyarakat madani
atau civil society lebih dari sekedar gerakan-gerakan prodemokrasi.Masyarakat madani
juga mengacu ke kehidupan yang berkualitas dan tamaddun (civility), yakni kesediaan
individu-individu untuk menerima pandanagn-pandangan politik dan sikap sosial yang
berbeda.

4.     Pluralisme
Seabagai sebuah prasyarat penegakan civil society, maka pluralisme harus dipahami
secara mengakar. Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat
bagi tegaknya civil society. Pluralisme menutunya adalaha pertalian kebhinekaan dalam
ikatan-ikatan keadaban. Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi
keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanismepengawasan dan
pengimbangan (check and balance). Lebih lanjut, Nurcholis mengatakan bahwa sikap
penuh pengertian kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk,
yakni masyarakat yang tidak monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan
masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi
tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama dan sebangun dalam segala segi.

5.      Keadaan Sosial ( social justice)


Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh
aspek kehidupan.Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah
satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat
memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah (penguasa).

3) Tipologi Sosial Dalam Gerakan Masyarakat Madani


Untuk mengubah sebagian perilaku orang, seperti tidak merokok. Sementara
Redemptive Movements mencoba mengubah perilaku perorangan secara menyeluruh,
seperti dalam bidang keagamaan. Revormative Movements mencoba mengubah
masyarakat namun dengan ruang lingkup terbatas, seperti gerakan persamaan hak
kaum perempuan. Transformative Moments adalah garakan yang mencoba mengubah
masyarakat secara menyeluruh seperti gerakan komunis di kamboja.
Berdasarkan tipologi di atas maka dapat dikatakan bahwa sebagai gerakan
transformative di indonesia terutama yang mendasar tidaklah banyak seperti revolusi
kemerdekaan 1945 atau upaya revolusi partai komunis indonesia (PKI) tahun 1963-
1965. Dalam peristiwa tersebut, terlihat bahwa organisasi yang terlibat bukan hanya di
ranah sosial saja melainkan di politik dan ekonomi.
Sementara itu, gerakan yang reformative yang sering dianggap berada di ranah
civil society, misalnya KB (keluarga berencana), merupakan mobilisasi oleh negara.
Demikian juga gerakan anti Soeharto yang dipelopori oleh mahasiswa yang gagal
pada tahun 1974 namun berhasil pada tahun 1998 dapat dikatakan merupakan
“gerakan moral”, terutama berkaitan dengan pemberantasan korupsi kolusi dan
nepotisme (KKN) namun dalam kenyataannya melibatkan berbagai kelompok dan
organisasi civil society dengan negara sebagai pembonceng.
Pada tataran empiris, gerakan sosial sering kali tidak homogen dimana ada satu
pihak ynag menginginkan perubahan dan ada pihak lain yang menentang. Kasusu
RUU anti pornografi dan pornoaksi (APP) yang merupakan kebijakan politik namun
pertarungan di arena ranah sosial lebih ramai dibandingkan dengan arena politik resmi
di DPR.

Anda mungkin juga menyukai