Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilaalamiin, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan salah satu
tugas pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III dengan judul makalah
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Otosklerosis”.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Bapak H. Sukanto, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes., selaku Ketua STIKes
Hutama Abdi Husada Tulungagung.
2. Ibu Leny Indrawati, S.Kep., Ners., M.Kes., selaku dosen pengajar pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III dan sekaligus sebagai dosen
pembimbing dalam tugas yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Otosklerosis ”.
3. Seluruh rekan angkatan 2017/2018 Ilmu Keperawatan STIKes Hutama Abdi
Husada Tulungagung yang telah banyak memberikan masukan dan diskusi-
diskusi yang sangat membantu.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan
masukan yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan baik dari segi isi
materi maupun sistematika penulisannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Tulungagung , 25 November 2019

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3
Latar Belakang..........................................................................................3
Rumusan Masalah.....................................................................................4
Tujuan.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................5
Definisi ....................................................................................................5
Etiologi.....................................................................................................5
Pathofisiologi............................................................................................6
Pathway ....................................................................................................8
Manifestasi Klinis.....................................................................................9
Pemeriksaan Penunjang............................................................................9
Penatalaksanaan .....................................................................................10
Komplikasi..............................................................................................12
BAB III PENUTUP.....................................................................................14
Kesimpulan.............................................................................................14
Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pendengaran ialah salah satu fungsi yang penting dalam kehidupan. Saat
ini banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar, salah
satunya adalah otosklerosis. Dalam penelitian, kelainan ini terdapat pada masyarakat
dalam jumlah yang signifikan.
Otosklerosis merupakan salah satu penyebab umum tuli konduktif pada orang
dewasa. Kelainan disebabkan karena gangguan autosomal dominan yang terjadi pada
wanita maupun pria. Pasien mengalami gejala-gejala pada akhir usia belasan atau
awal dua puluhan. Kelainan ini merupakan penyakit labirin tulang, dimana terbentuk
suatu daerah otospongiosis {tulang lunak} terutama di depan dan didekat kaki stapes
menjadi terfiksasi.
Otosklerosis cukup lazim terjadi yaitu pada hampir dari 10% populasi. Namun
hanya presentase kecil yang kemudian bermanifestasi secara klinis sebagai gangguan
pendengaran. Pasien perlu dinilai secara cermat, baik melalui pemeriksaan
audiologik maupun dengan pemeriksaan otologik
Pendengaran normal ialah suatu keadaan dimana orang tidak hanya dapat
mendengar tetapi juga dapat mengerti apa yang didengarnya, sedangkan kekurangan
pendengaran yaitu keadaan dimana orang kurang dapat mendengar dan mengerti
perkataan yang didengarnya.
Implantasi kokhlear telah menjadi pilihan dalam terapi tuli total, sedangkan
untuk gangguan pada telinga tengah seperi otosklerosis terapi pilihannya adalah
pembedahan dan belum ada pengobatan selain bedah bagi mereka yang mengalami
gangguan pendengaran sensorineural.
Pengetahuan akan genetik dalam ketulian memberi harapan bagi
berkembangnya pengobatan baru, ada anggapan bahwa sebagian kasus tuli pada anak
disebabkan oleh mutasi gen tunggal, sedangkan sisanya oleh lingkungannya.(Brunner
& Suddart, 2001)

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi tumor otosklerosis?
2. Apa klasifikasi otosklerosis?
3. Apa penyebab otosklerosis?
4. Apa saja tanda dan gejala otosklerosis?
5. Bagaimana proses terjadinya otosklerosis?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui definisi otosklerosis
2. Menjelaskan klasifikasi otosklerosis
3. Mengetahui penyebab otosklerosis
4. Mengetahui tanda dan gejala otosklerosis s
5. Menjelaskan proses terjadinya otosklerosis

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga tengah
khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru tulang spongiosus dan
sekitar jendela ovalis sehingga dapat mengakibakan fiksasi pada stapes. (Brunner &
Sudart, 2001)
Otosklerosis adalah suatu penyakit dimana tulang-tulang di sekitar telinga
tengah dan telinga dalam tumbuh secara berlebihan sehingga menghalangi
pergerakan tulang stapes (ulang telinga tengah yang menempel pada telinga dalam),
akibatnya tulang stapes tidak dapat menghantarkan suara sebagaimana mestinya.
(Mediastore.com, 2004)
Penyakit Otosklerosis adalah jenis gangguan pendengaran yang melibatkan
telinga tengah. Kondisi gangguan ini didapat dari adanya hasil dari pertumbuhan
tulang yang tidak normal pada tulang pendengaran telinga bagian dalam. Yang
merupakan salah satu dari 3 tulang telinga bagian dalam (tulang pendengaran) yang
terlibat dalam konduksi dan amplifikasi suara. Dalam keadaan normal, ketiga tulang
ini bergerak dan memiliki kemampuan memperkuat suara hingga 3 kali lipat.
Sedangkan dalam  kasus Otosklerosis tulang-tulang tersebut mengalami kemacetan
secara bersamaan. Sehingga mencegah gerakan yang tepat untuk memperoleh sebuah
pendengaran normal

2.2 Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya otosklerosis :
1. Idiopatik
2. Pendapat umumnya diturunkan secara autosom dominan
3. Bukti ilmiah yang menyatakan adanya virus measles yang mempengaruhi
otosklerosis

5
4. Beberapa pendapat bahwa infeksi kronik measles di tulang merupakan
presipitasi pasien untuk terkena otosklerosis. Materi virus dapat ditemukan di
osteoblas pada lesi sklerotik.

2.3 Patofisiologi
Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks. Kunci utama lesi dari
otosklerosis adalah adanya multifokal area sklerosis diantara tulang endokondral
temporal. Ada 2 fase patologik yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu :
1. Fase awal otospongiotic
Gambaran histologis: terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit yang
merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat tulang disekitar
pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran lumen pembuluh darah dan
dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat terlihat sebagai gambaran kemerahan
pada membran timpani. Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan
vascular dari lesi yang mencapai daerah permukaan periosteal.
Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah ini menjadi
kaya akan substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur
dan menghasilkan pembentukkan spongy bone. Penemuan histologik ini
dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles
of Manasse.
2. Fase akhir otosklerotik
Fase otosklerotik dimulai ketika osteoklas secara perlahan diganti oleh
osteoblas dan tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area resorpsi
sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan
fiksasi kaki stapes pada fenestra ovale sehingga pergerakan stapes terganggu
dan oleh sebab itu transmisi suara ke koklear terhalang. Hasil akhirnya adalah
terjadinya tuli konduktif
Jika otosklerosis hanya melibatkan kaki stapes, hanya sedikit fiksasi yang
terjadi. Hal seperti ini dinamakan biscuit footplate. Terjadinya tuli
sensorineural pada otosklerosis dihubungkan dengan kemungkinan
dilepaskannya hasil metabolisme yang toksik dari luka neuroepitel, pembuluh
darah yang terdekat, hubungan langsung dengan lesi otosklerotik ke telinga

6
dalam. Semuanya itu menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan
mekanisme dari membran basal.
Kebanyakan kasus dari otosklerosis menyebabkan tuli konduktif atau
campur. Untuk kasus dari sensorineural murni dari otosklerosis itu sendiri
masih kontroversial. Kasus sensorineural murni karena otosklerosis
dikemukakan oleh Shambaugh Sr. tahun 1903. Tahun 1967, Shambaugh Jr.
menyatakan 7 kriteria untuk mengidentifikasi pasien yang menderita tuli
sensorineural akibat koklear otosklerosis :
1. Tanda Schwartze yang positif pada salah satu/ke dua
telinga
2. Adanya keluarga yang mempunyai riwayat otosklerosis
3. Tuli sensorineural progressive pendengaran secara
simetris, dengan fiksasi stapes pada salah satu telinga
4. Secara tidak biasa adanya diskriminasi terhadap
ambang dengar untuk tuli sensorineural murni
5. Onset kehilangan pendengaran pada usia yang sama
terjadinya fiksasi stapes dan berjalan tanpa etiologi lain yang diketahui
6. CT-scan pada pasien dengan satu atau lebih kriteria
yang menunjukan demineralisasi dari kapsul koklear pada timpanometri
ada fenomena on-off.

7
2.4 Pathway

Herediter

Gen autosomal dominan monohibrid

Terbentuknya tulang
rawan abnormal

Terjadi fiksasi stapes


pada kokhlea

Gangguan hambatan Gangguan kokhlea


gelombang bunyi vestibularis

Tunitus, tuli
konduktif Dizziness
vestibular

-Gg. Persepsi sensori


pendengaran Serangan vertigo,
-Gg. Harga diri mual, muntah
-kurang pengetahuan

-Gg. Istirahat
tidur
Penatalaksanaan pembedahan -Gg pemenuhan
nutrisi
-Intoleransi
aktivitas
-Resti Cidera
Stapedektomi

Nyeri Gangguan Resti Infeksi


komunikasi verbal

8
2.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala otosklerosis :
1. Pedengaran menurun secara progresif
2. Tinitus (telinga berdenging) adalah bunyi abnormal yang didengar
penderita yang berasal dari dalam kepala,biasanya disebut juga telinga
berdengung.Ini bisa karena berbagai keadaan,tinnitus merupakan gejala
medis yang agak membingungkan untuk di evaluasi,karena patologi
hanya dapat dideteksi pada sekitar 5%kesempatan.
3. Vertigo
4. Sulit mendengarsuara yang lembut dan nada rendah (tuli 30-40 db)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Otoskopik yaitu untuk menemukan membran timpani yang normal
2. Pemeriksaan Audiometri/ Audiologi yaitu untuk menguatkan adanya
kehilangan pendengaran kondusif atau campuran khususnya pada
frekuensi rendah.
3. CT scan atau roentgen yaitu untuk mengidentifikasi adanya kerusakan dan
keabnormalan pada struktur telinga.
4. Test Rine yaitu test yang menggunakan garputala, untuk mengetahui
perbedaan antara hantaran udara degan hantaran tulang
5. Test Weber yaitu test yang menggunakan garputala, untuk mengetahui
daya tangkap suara antara telinga kanan dengan teliga kiri.
6. Test Bisik, test ini digunakan untuk mendeteksi pendengaran pasien pada
jarak 5 meter dengan mendengarkan kata-kata yang dibisikkan yang
memiliki nada rendah sampai dengan yang yang memiliki nada tinggi.
7. Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi
(tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah. Timpanometri digunakan
untuk membantu menentukan penyebab dari tuli kondusif.
8. Tes dengan Impedance, tes ini paling obyektif dari tes-tes yang terdahulu.
Tes ini hanya memerlukan sedikit kooperasi dari penderita sehingga pada
anak-anak di bawah 5 tahun pun dapat dikerjakan dengan baik. Dengan
mengubah-ubah tekanan pada meatus akustikus ekterna (hang telinga

9
bagian luar) dapat diketahui banyak tentang keadaan telinga bagian
tengah(kavumtimpani).(Mediastore.com, 2004).

2.8Penatalaksanaan
90% pasien hanya dengan bukti histologis dari otosklerosis adalah simptomatik
karena lesi barlangsung tanpa fiksasi stapes atau gangguan koklear. Pada pasien yang
asimptomatik ini, penurunan pendengaran progressif secara konduktif dan
sensorineural biasanya dimulai pada usia 20. Penyakit akan berkembang lebih cepat
tergantung pada faktor lingkungan seperti kehamilan. Gangguan pendengaran akan
berhenti stabil maksimal pada 50-60 db.
 Amplifikasi
Alat Bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan terapi
yang efektif. Beberapa pasien yang bukan merupakan kandidat yang cocok
untuk operasi dapat menggunakan alat bantu dengar ini.
 Terapi Medikamentosa
Tahun 1923 Escot adalah orang pertama yang menemukan kalsium florida
untuk pengobatan otosklerosis. Hal ini diperkuat oleh Shambough yang
memprediksi stabilasi dari lesi otosklerotik dengan penggunaan sodium florida.
Ion florida membuat komplek flourapatit. Dosis dari sodium florida adalah 20-
120 mg/hari. Brooks menyarankan penggunaan florida yang dikombinasi
dengan 400 U vitamin D dan 10 mg Calcium Carbonate berdasar teori bahwa
vit D dan CaCO3 akan memperlambat lesi dari otosklerosis. Efek samping
dapat menimbulakan mual dan muntah tetapi dapat diatasi dengan menguarangi
dosis atau menggunakan enteric-coated tablets. Dengan menggunakan regimen
ini, sekitar 50 % menunjukan symptom yang tidak memburuk, sekitar 30 %
menunjukan perbaikan.
 Terapi Bedah
Pembedahan akan membutuhkan penggantian seluruh atau sebagian dari fiksasi
stapes. Seleksi pasien kandidat utama stapedectomy adalah yang mempunyai
kehilangan pendengaran dan menganggu secara sosial, yang dikonfirmasi
dengan garputala dan audiometric menunjukan tuli konduktif atau campur.

10
Speech discrimination harus baik. Secara umum, pasien dengan penurunan
pendengaran lebih dari 40 db dan Bone conduction lebih baik dari Air
Conduction pada pemeriksaan garputala akan memperoleh keuntungan paling
maksimal dari operasi. Pasien harus mempunyai resiko anaestesi yang minimal
dan tidak memiliki kontraindikasi.
 Indikasi bedah
1. Tipe otosklerosis oval window dengan berbagai variasi derajat fiksasi stapes
2. Otosklerosis atau fiksasi ligamen anularis oval window pada otitis media
kronis (sebagai tahapan prosedur)
3. Osteogenesis imperfekta
4. Beberapa keadaan anomali kongenital
5. Timpanosklerosis di mana pengangkatan stapes diindikasikan (sebagai
tahapan operasi)

2.9-Komplikasi
1. Tuli kondusif
2. Glomus jugulare (tumor yang tumbuh dari bulbus jugularis)
3. Neuroma nervus fasialis (tumor yang berada pada nervus VII, nervus
fasialis)
4. Granuloma Kolesterin. Reaksi system imun terhadap produksi samping
darah (kristal kolesterol)
5. Timpanosklerosis. Timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah
yang dapat mengeras disekitar osikulus sebagai akibat infeksi berulang.
(Bruer & Suddart, 2001)

11
2.10 Intervensi
1. Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan
dengan penurunan atau hilang pendengaran
Intervensi :
o Gunakan bahasa non verbal ketika berkomunikasi dengan pasien
o Bertatap muka ketika berkomunikasi dengan paien
o Anjurkan untuk periksa telinga secara teratur
o Berikan penjelasan tentang proses perjalanan penyakit dan prosedur
pengobatan
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
penekanan massa pada tulang telinga
Intervensi :
o Observasi tanda-tanda vital
o Ajarkan teknik relaksasi
o Lakukan teknik distraksi
o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh
Intervensi :
o Kaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum
o Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaanya
o Berikan informasi mengenai penyakitnya
o Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian
4. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya vertigo
Intervensi :
o Bantu klien dalam memenuhi ADL
o Berikan penjelasan pada klien mengenai kondisinya
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya vertigo
Intervensi :
o Ajarkan mobilisasi pasif
o Bantu klien dalam memenuhi ADL

12
6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual dan muntah
Intervensi :
o Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering
o Sajikan makann dalam keadaan hangat dan menarik
o Kolaborasi medis untuk pemberian anti emesis
7. Kurang pegetahuan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif dan tidak mengenal informasi
Intervensi :
o Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
o Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tentang penyakit dan
kondisinya
o Diskusikan mengenai penyebab dari penyakitnya
o Minta klien dan keluarga untuk menjelaskan kembali tentang materi
yang sudah dijelaskan
8. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
luka post operasi
Intervensi :
o Observasi tanda-tanda vital
o Ajarkan teknik relaksasi
o Lakukan teknik distraksi
o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
kerusakan jaringan sekunder terhadap pembedahan telinga
Intervensi :
o Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik anti septik
o Observasi tanda-tanda infeksi

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyakit Otosklerosis adalah jenis gangguan pendengaran yang melibatkan
telinga tengah. Kondisi gangguan ini didapat dari adanya hasil dari pertumbuhan
tulang yang tidak normal pada tulang pendengaran telinga bagian dalam. Yang
merupakan salah satu dari 3 tulang telinga bagian dalam (tulang pendengaran) yang
terlibat dalam konduksi dan amplifikasi suara. Dalam keadaan normal, ketiga tulang
ini bergerak dan memiliki kemampuan memperkuat suara hingga 3 kali lipat.
Sedangkan dalam  kasus Otosklerosis tulang-tulang tersebut mengalami kemacetan
secara bersamaan. Sehingga mencegah gerakan yang tepat untuk memperoleh sebuah
pendengaran normal
Beberapa penyebab terjadinya otosklerosis :
5. Idiopatik
6. Pendapat umumnya diturunkan secara autosom dominan
7. Bukti ilmiah yang menyatakan adanya virus measles yang mempengaruhi
otosklerosis
8. Beberapa pendapat bahwa infeksi kronik measles di tulang merupakan
presipitasi pasien untuk terkena otosklerosis. Materi virus dapat ditemukan di
osteoblas pada lesi sklerotik.

3.2 SARAN
a. Bagi mahasiswa keperawatan
Sebelum dipraktekkan di Rumah Sakit hendaklah memahami teori agar
mahasiswa keperawatan bisa menerapkan asuhan keperawatan khususnya
Pada Pasien dengan penyakit sinusitis,dan tanggung jawab mahasiswa
keperawatan terhadap pasien
b. Bagi Perawat

14
Perawat hendaklah menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit sinusitis serta tanggung jawab kepada masing-masing pasien
tanpa membeda bedakan pangkat dan golongan suku

c. Bagi Institusi Pendidikan


Institusi Pendidikan hendaklah menyediakan buku-buku yang ada
kaitannya terhadap tugas mahasiswa sehingga tugas mahasiswa dapat
terealisasi dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta :


EGC, 2002.
2. Dongoes, Marilyan Eet all. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi III.
Jakarta : EGC, 1999.
3. Boies, L.R. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan ke III.
Jakarta : EGC, 1997.
4. Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala Leher. Edisi ke 5 Cetakan ke2.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002.

16

Anda mungkin juga menyukai