Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam keadaan normal kornea adalah transparan. Transparansi ini
disebabkan oleh tidak adanya pembuluh darah dan jaringan kornea yang
strukturnya seragam, serta berfungsinya mekanisme pompa endotel. Penyakit
kornea merupakan penyakit yang serius karena penanganan yang tidak
sempurna atau terlambat akan mengakibatkan gangguan penglihatan permanen
berupa penglihatan yang kabur ringan hingga kebutaan. Salah satu contoh
penyakit kornea yaitu keratitis. Keratitis adalah peradangan kornea yang
disebabkan oleh iritasi pada mata, kekurangan vit. A dan infeksi virus, bakteri,
jamur yang dapat mengakibatkan keruhnya kornea dan menurunkan ketajaman
penglihatan.
Dari uraian diatas maka kami menyusun makalah dengan judul “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keratitis”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi keratitis?
2. Apa etiologi keratitis?
3. Apa saja klasifikasi keratitis?
4. Bagaimana manifestasi keratitis?
5. Bagaimana patofisiologi keratitis?
6. Apa saja komplikasi keratitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik keratitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan keratitis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan keratitis?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan
makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Definisi keratitis.
2. Etiologi keratitis.
3. Klasifikasi keratitis.

1
4. Manifestasi klinis/ tanda dan gejala keratitis.
5. Patofisiologi keratitis.
6. Komplikasi keratitis.
7. Pemeriksaan diagnostik keratitis.
8. Penatalaksanaan keratitis.
9. Asuhan keperawatn keratitis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Keratitis adalah peradangan kornea yang disebabkan oleh iritasi pada
mata, kekurangan vit. A dan infeksi virus, bakteri, jamur yang dapat
mengakibatkan keruhnya kornea dan menurunkan ketajaman penglihatan.
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang dapat disebabkan karena infeksi
agen mikroba dan pemajanan yang menyebabkan iritasi pada mata. Keratitis
mikrobial terjadi diakibatkan adanya abrasi pada kornea mata yag menjadi
pintu masuk infeksi pada kornea oleh berbagai organisme bakteri, virus, jamur
atau parasit. Keratitis pemajanan terjadi apabila kornea mengalami kekeringan
disebabkan kurangnya kelembaban pada kornea dan penurunan fungsi kelopak
mata. Pemajanan kornea dapat disebabkan oleh kelumpuhan area wajah
(paresis saraf fasialis) dan pada klien koma atau dalam pengaruh anestesi.
Kekeringan kornea dapat menyebabkan ulkus pada kornea dan terjadi infeksi
sekunder.
2.2 ETIOLOGI
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya (Ilyas, 2004) :
a. Virus,
b. Bakteri,
c. Jamur,
d. Kekurangan vitamin A,
e. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari dan terkena paparan cahaya
kuat lain seperti pengelasan,
f. Iritasi pada mata yang disebabkan masuknya benda asing (corpus alienum)
atau penggunaan lensa kontak yang berlebihan,
g. Mata kering yang disebabkan gangguan pembentukan air mata atau adanya
robekan pada kelopak mata,
h. Reaksi akibat paparan debu, polusi, serbuk sari, atau penggunaan kosmetik
dan obat tetes mata,

3
i. Efek samping obat,
j. Gangguan nervus trigeminus,
k. Hipersensitivitas.
2.3 KLASIFIKASI
Menurut Biswell (2010), keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa hal:
a. Berdasarkan Lapisan yang Terkena
1. Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata adalah keratitis yang mengenai lapisan superfisial
dan subepitel pada kornea dan berbentuk infiltrat halus pada kornea
(Ilyas, 2004). Faktor penyebab Keratitis Pungtata tidak spesifik dan
dapat terjadi akibat infeksi Herpes simpleks, Herpes zoster, Blefaritis
neuroparalitik, vaksinasi, trakoma, mata kering (dry eye), trauma,
radiasi, keracunan obat seperti neomisin dan tobramisin

Gambar 1. Keratitis Pungtata

2. Keratitis Marginal
Keratitis Marginal merupakan keratitis dengan infiltrasi subtrat
terdapat pada bagian tepi kornea sejajar dengan limbus. Infeksi
konjungtiva dapat menyebabkan terjadinya keratitis marginal atau
keratitis kataral. Keratitis marginal biasanya terdapat pada pasien
paruh baya dengan adanya riwayat blefarokonjungtivitis (Ilyas, 2004).
Penyebabnya yaitu Strepcoccus pneumonie, Moraxella lacunata,
Hemophilus aegepty, dan Esrichia

4
.
Gambar 1. Keratitis Marginal

3. Keratitis Interstisial
Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana infeksi keratitis
diikuti oleh infiltrasi pembuluh darah ke dalam kornea yang dapat
menyebabkan transparansi kornea berkurang dan akhirnya menjadi
keruh. Keratitis interstitial dapat menyebabkan komplikasi kebutaan
pada. Keratitis Interstisial terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke
dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis (Ilyas, 2004).

Gtambar 3. Keratitis Interstisial


Faktor penyebab paling sering dari keratitis interstitial adalah sifilis
kongenital. Keratitis yang disebabkan oleh sifilis kongenital biasanya
ditandai dengan tanda trias Hutchinson yaitu terjadi keratitis interstisial
pada mata, tuli labirin pada telinga, dan gigi seri berbentuk obeng,
sadlenose, dan pemeriksaan serologis yang positif terhadap sifilis
(Hollwich, 1993).
b. Berdasarkan Penyebabnya
1. Keratitis Bakteri
Keratitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat menyebabkan
komplikasi yang mengancam penglihatan. Hal ini disebabkan proses
nyerinya terjadi cepat dan disertai dengan injeksio konjungtiva,

5
fotofobia dan adanya penurunan visus, inflamasi endotel, tanda reaksi
bilik mata depan, dan hipopion yang sering terjadi pada pasien dengan
ulkus kornea bakterial. Penggunaan lensa kontak, obat kortikosteroid
dan grafting kornea yang terinfeksi dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya infeksi bakteri.

Gambar 4. Keratitis Bakteri


Streptococcus pneumonia merupakan penyebab umum keratitis bakteri
di banyak bagian di dunia. Bakteri lain yang menjadi yaitu
Staphylococcus aureus, Streptococcus beta-hemolyticus, S.
epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Moraxella liquefaciens,
Mycobacterium fortuitum,., Haemophilus influenza, Neiseria sp,
Corynebacterium dhiptheriae, merupakan agen berbahaya karena
dapat berpenetrasi ke dalam epitel kornea yang terinfeksi. Manifestasi
klinis pada keratitis bakteri sulit untuk ditentukan jenis bakteri yang
menjadi penyebabnya, walaupun demikian sekret yang berwarna
kehijauan dan bersifat mukopurulen menjadi tanda khas untuk infeksi
yang disebabkan P. aerogenosa. Ulkus kornea pada keratitis bakteri
terletak di sentral, namun beberapa dapat terbentuk di area perifer.
2. Kreatitis Jamur
Keratitis jamur awalnya banyak terjadi di kalangan pekerja pertanian,
namun semenjak pemakaian secara luas obat kortikosteroid dalam
pengobatan mata, kasus ini juga banyak dijumpai diantara penduduk
perkotaan. Ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea
kemasukan sangat banyak organisme, yang masih mungkin timbul di
daerah pertanian.

6
Gambar 5. Keratitis jamur
Tanda pada keratitis jamur berupa adanya infiltrat kelabu, , peradangan
bola mata, hipopion, ulserasi superfisial dan lesi satelit (umumnya
infiltrat terjadi di tempat yang jauh dari daerah ulserasi utama).
3. Kreatitis Virus
Infeksi virus yang sering terjadi pada kornea disebabkan oleh infeksi
Herpes simpleks virus (HSV). Virus herpes merupakan parasit obligat
intraselular yang dapat ditemukan pada mukosa, rongga mulut, rongga
hidung, mata dan vagina. Penularan virus dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan cairan dan jaringan yang berasal dari mata, rongga
mulut, rongga hidung, dan alat kelamin yang mengandung virus (Ilyas,
2004). Pasien dengan HSV keratitis memiliki keluhan utama nyeri
pada mata, mata merah, mata berair, penglihatan kabur, fotofobia, dan
penurunan tajam penglihatan terutama jika terkena bagian pusat kornea
(Ilyas, 2004).

Gambar 6. Keratitis virus

4. Keratitis Acanthamoeba
Keratitis yang disebabkan infeksi Acanthamoeba biasanya terkait
dengan penggunaan lensa kontak (Dorland, 2002). Tanda gejala khas

7
pada keratitis jenis ini adalah terdapat cincin stroma, ulkus kornea
indolen, dan infiltrat perineural. Tanda gejala awal berupa hanya
terbatas perubahan-perubahan yang semakin banyak ditemukan pada
epitel kornea. Keratitis Acanthamoeba sering salah didiagnosis sebagai
keratitis herpes (Biswell, 2010).

Gambar 7. Keratitis Acanthamoeba


2.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang biasa terjadi adalah radang pada kelopak mata
(bengkak), mata berair, mata merah, nyeri, penurunan tajam penglihatan,
sensitif terhadap cahaya. Menurut Smaltzer dan Bare (2001) tanda gejala
yang timbul pada keratitis adalah adanya inflamasi bola mata yang jelas,
cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun, terasa
benda asing di mata, ulserasi epitel, fotofobia dan dapat terjadi perforasi
kornea.
Keratitis biasanya digolongkan berdasarkan lapisan kornea yang
terkena: yaitu keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma dan keratitis
superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bowman.keratitis
superfisialis dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan bentuk klinis yang
muncul, antara lain adalah (Ilyas, 2004):
a. Keratitis punctata superfisialis: ditandai dengan adanya bintik-bintik putih
pada permukaan kornea. Keratitis ini dapat disebabkan oleh blefaritis,
paparan sinar ultraviolet, keratopati logaftalmus, sindrom dry eye,
pemakaian lensa kontak, keracunan obat topical dan trauma kimia ringan.
b. Keratitis flikten : ditandai dengan adanya benjolan putih yang bermula di
area limbus tetapi mempunyai kecenderungan infiltrasi di area kornea.

8
c. Keratitis sika : keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar
lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva yang menyebabkan
kekeringan pada mata.
d. Keratitis lepra : biasa disebut keratitis neuroparalitik yaitu keratitis yang
diakibatkan karena adanya gangguan trofik saraf.
e. Keratitis nummularis : berbentuk bercak putih bulat multiple pada
permukaan kornea.
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :
1. Keratitis sklerotikans yaitu kekeruhan kornea dengan bentuk segi tiga
yang menyertai skleritis.
2. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital.

9
2.5 PATOFISIOLOGI
Penyebab: virus, bakteri, sinar uv, benda Hipersensitivitas, ganguan nervus
asing, efek samping obat, kosmetik trigeminus, kurang vit. A, mata kering

Mengenai lapisan kornea Gangguan sensibilitas dan


metabolisme kornea
Inflamasi
Kekeringan pada permukaan kornea
Terbentuknya infiltrasi, sel plasma, pada
konjungtiva dan kornea Abrasi pada lapisan kornea

Penimbunan infiltrat

Kerusakan epitel kornea

Ulserasi kornea
Mengganggu

Bradikinin KERATITIS kejernihan dan


kelengkungan kornea
Nosiseptor
Menganggu pembiasan
Cornu dorsalis medula spinalis cahaya ke retina

Thalamus Pandangan kabur

Korteks serebri Penurunan fungsi


MK: Resiko cedera
penglihatan
Interpretasi nyeri
Perubahan status MK: Gangguan persepsi
MK: Gangguuan rasa kesehatan sensori
nyaman nyeri

Dapat menularkan pada orang lain Kurang pengetahuan

MK: Resiko infeksi MK: Ansietas

10
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi keratitis yang perlu diwaspadai adalah penipisan kornea yang
dapat menyebabkan perforasi kornea dan mengakibatkan endophtalmitis
sampai hilangnya penglihatan (kebutaan). Beberapa komplikasi yang lain
diantaranya:
1) Ulkus kornea
2) Gangguan refraksi
3) Perforasi kornea
4) Glaukoma sekunder
5) Jaringan parut permanent
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan keratitis menurut
Ilyas (2004) adalah
1. Pemeriksaan visus/tajam penglihatan: Pemeriksaan visus dilakukan untuk
mengetahui tingkat fungsi penglihatan pada masing masing mata secara
terpisah.
2. Uji fluoresein: Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerusakan pada epitel
kornea yang diakibatkan erosi, keratitis epitelial. Hasil tes positif bila
terlihat warna hijau pada defek epitel kornea.
3. Uji dry eye: Pemeriksaan kekeringan mata termasuk penilaian terhadap
lapisan air mata (tear film), danau air mata (teak lake), dan uji break up
time untuk mengetahui fungsi fisiologik film air mata yang melindungi
kornea.
4. Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada kerokan kornea.
5. Uji sensibilitas kornea: Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea
yang berkaitan dengan penyakit mata akibat gangguan ujung saraf sensibel
kornea oleh infeksi herpes simpleks atau akibat kelainan saraf trigeminus
oleh herpes zoster.
6. Uji fistel: Untuk melihat adanya fistel atau kebocoran kornea akibat
adanya perforasi kornea.
7. Uji biakan dan sensitivitas: mengidentifikasi patogen penyebab keratitis.
8. Uji plasido: mengidentitifikasi kelainan permukaan kornea.

11
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan menurut (Roderick et al,
2009)
1. Tonometri digital palpasi: Cara ini dilakukan bila pemeriksaan mata
dengan tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai seperti pada kasus
infeksi kornea, sikatrik kornea dan kornea ireguler.
2. Ofthalmoskop: pemeriksaan ofthalmoskop dapat mengidentifikasi
kelainan serabut retina, serat yang atropi, dan tanda lain seperti perdarahan
peripapilar.
3. Keratometri: Keratometri bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelengkungan kornea, secara subjektif juga dapat dilihat tear lake yang
kering atau yang terisi air mata dengan cara mengalihkan fokus kearah
lateral bawah
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan keratitis adalah:
1. Pemberian antibiotik, air mata buatan.
2. Antivirus, anti inflamasi dan analgesik
3. Pada keratitis bakterial diberikan gentacimin 15 mg/ml, tobramisin 15
mg/ml, seturoksim 50 mg/ml.
4. Terapi pada keratitis jamur berupa pemberian ekanazol 1% yang
berspektum luas.
5. Pemberian sikloplegik untuk mengurangi nyeri akibat spasme siliar dan
menghindari terbentuknya sinekia posterior.
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN KERATITIS
1. Pengkajian
A. Pengkajian Umum
a) Identitas klien meliputi: nama, umur (keratitis dapat terjadi pada
semua usia), tanggal lahir, jenis kelamin (keratitis bisa terjadi pada
laki-laki dan perempuan), suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
status menikah, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab meliputi: nama, tanggal lahir, umur,
jenis kelamin, alamat.

12
c) Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya
keluhan seperti nyeri, mata merah, mata berair, silau dan sekret pada
mata.
d) Riwayat penyakit sekarang: Informasi yang dapat diperoleh
meliputi informasi mengenai riwayat trauma pada mata, penurunan
tajam penglihatan, gejala penyakit mata seperti nyeri meliputi
lokasi, kualitas, durasi, waktu terjadi, pusing dan silau.
e) Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien riwayat penyakit
yang pernah dialami klien seperti diabetes mellitus, herpes zooster,
herpes simpleks.
f) Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga
pasien ada yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan
pasien atau riwayat penyakit menular pada anggota keluarga.
B. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) TTV: Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu.
c) Tingkat kesadaran.
d) Rambut dan hygiene kepala: kaji kondisi kepala dan rambut
meliputi inspeksi warna rambut, jenis rambut, bentuk kepala, ada
tidaknya lesi dan ketombe, ada tidaknya memar, kondisi rambut
apakah kotor dan berbau. Palpasi apakah terdapat nyeri tekan,
apakah terdapat rambut rontok.
e) Mata
1) Ketajaman penglihatan: Uji formal ketajaman penglihatan
harus merupakan bagian dari setiap data dasar pasien. Tajam
penglihatan diuji dengan kartu mata (snellen card) yang
diletakkan 6 meter.
2) Palpebra superior: Merah, sakit jika ditekan
3) Palpebra inferior: Bengkak, merah, ditekan keluar secret
4) Konjungtiva tarsal superior dan inferior
Inspeksi adanya :

13
a) Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna
merah dengan pembuluh darah ditengahnya
b) Membran, sel radang di depan mukosa konjungtiva yang
bila diangkat akan berdarah, membran merupakan jaringan
nekrotik yang terkoagulasi dan bercampur dengan fibrin,
menembus jaringan yang lebih dalam dan berwarna abu –
abu.
c) Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan
berdarah
d) Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa
perkapuran yang terjadi pada konjungtivitis kronis
e) Sikatrik, terjadi pada trakoma.
5) Konjungtiva bulbi: sekresi, injeksi konjungtival, injeksi siliar,
edema konjungtiva berat, kemosis konjungtiva bulbi, flikten
peradangan disertai neovaskulrisasi
6) Kornea: erosi kornea, uji fluoresin positif, infiltrat,
tertimbunnya sel radang, pannus (terdapat sel radang dengan
adanya pembuluh darah yang membentuk tabir kornea), flikten,
ulkus, sikatrik
7) Bilik depan mata: hipopion (penimbunan sel radang dibagian
bawah bilik mata depan), hifema (perdarahan pada bilik mata
depan)
8) Iris: rubeosis (radang pada iris), gambaran kripti pada iris
9) Pupil: reaksi sinar, isokor, pemeriksaan fundus okuli dengan
optalmoskop untuk melihat, adanya kekeruhan pada media
penglihatan yang keruh seperti pada kornea, lensa dan badan
kaca.
f) Gigi dan mulut: meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi mukosa
bibir, warna lidah, peradangan pada tonsil.
g) Leher: inspeksi kondisi leher, palpasi adanya nyeri tekan.

14
h) Dada/thorax: lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Kaji jenis pernafasan dada atau perut, perubahan pola
nafas, biasanya RR pasien meningkat.
i) Cardiovaskuler: lakukan dengan cara inspeksi, palpasin, perkusi
dan auskultasi. biasanya terjadi peningkatan tekanan darah pada
pasien.
j) Pencernaan: lakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Kaji adanya keluhan mual muntah, bising usus.
k) Genetalia: kaji kondisi kebersihan dan keluhan lainnya.
l) Aktifitas sehari-hari: kaji apakah dengan berkurangnya fungsi
penglihatan pasien aktivitas sehari-harinya biasanya terganggu.
C. Data Sosial Ekonomi: menyangkut hubungan pasien dengan
lingkungan sosial dan hubungan dengan keluarga.
D. Data Psikologis: meliputi kesadaran dan emosional pasien
E. Data Spiritual: data apakah pasien atau keluarga memiliki kepercayaan
yang bertentangan dengan kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Keratitis adalah:
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan (b.d) reaksi
inflamasi pada kornea.
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori.
c. Ansietas b.d perubahan status kesehatan .
d. Resiko cedera b.d kerusakan fungsi sensori penglihatan.
e. Resiko infeksi b.d kontak sekret dengan mata sehat atau mata orang
lain.

15
3. Rencana Tindakan

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL I NTERVENSI RASIONAL


1. Gangguan rasa Nyeri berkurang NOC: NIC: Manajemen Nyeri 1. Tingkatan nyeri dapat
nyaman nyeri b.d dan teratasi 1. Mampu 1. Kaji nyeri secara memberikan gambaran
reaksi inflamasi mengenali nyeri yaitu komperhensif meliputi untuk intervensi
pada kornea. pemicu, kualitas, pemicu timbulnya nyeri, selanjutnya sesuai
lokasi, skala, waktu kualitas, lokasi, skala, kebutuhan.
dan durasi nyeri). waktu, dan durasi nyeri. 2. Ketidaksesuaian antara
2. Mampu 2. Observasi pernyataan petunjuk verbal/non-
mengontrol nyeri verbal dan non verbal verbal dapat memberikan
mengggunakan tehnik ketidaknyamanan. petunjuk derajat nyeri,
non farmakologi atau 3. Ajarkan pasien tehnik kebutuhan/ keefektifan
farmakologi). distraksi seperti bercakap- intervensi.
3. Melaporkan cakap, bercerita atau tehnik 3. Teknik distraksi dapat
bahwa nyeri relaksasi nafas dalam untuk mengalihkan perhatian
menghilang. mengurangi nyeri. terhadap nyeri dan teknik
4. Mampu 4. Anjurkan pasien untuk relaksasi dapat
mempraktekkan mempraktekkan tehnik mengurangi nyeri.
teknik distraksi/ tersebut jika nyeri timbul. 4. Berguna untuk

16
teknik relaksasi. 5. Kolaborasi untuk mengurangi nyeri.
pemberian analgesic. 5. Analgesik dapat menekan
impuls nyeri sehingga
rangsangan nyeri tidak
diteruskan.
2. Gangguan persepsi Klien memiliki NOC: NIC:
sensori penglihatan penggunaan 1. Pasien akan 1. Tentukan ketajaman 1. Kebutuhan individu dan
b.d gangguan penglihatan yang berpartisipasi dalam penglihatan, catat apakah pilihan intervensi
penerimaan sensori. optimal. program pengobatan. satu atau kedua mata bervariasi sebab
2. Pasien akan terlibat. kehilangan penglihatan
mempertahankan 2. Orientasikan pasien terjadi lambat dan
lapang ketajaman terhadap lingkungan, staf, progesif, bila bilateral, tiap
penglihatan tanpa orang lain di areanya. mata dapat berlanjut pada
kehilangan lebih 3. Lakukan tindakan untuk laju yang berbeda tetapi,
lanjut. membantu pasien biasanya hanya satu mata
menangani keterbatasan diperbaiki per prosedur.
penglihatan seperti kurangi 2. Memberikan peningkatan
kekacauan, ingatkan kenyamanan dan
memutar kepala ke subjek kekeluargaan menurunkan

17
yang terlihat dan perbaiki cemas dan disorientasi.
sinar suram 3. Membantu untuk
4. Perhatikan tentang memandirikan pasien.
suram atau penglihatan 4. Tetes mata dapat menjadi
kabur dan iritasi mata salah satu penyebab
dimana dapat terjadi bila terjadinya keratitis.
menggunakan tetes mata.
3. Ansietas b.d Ansietas berkurang NOC NIC: Anxiety Reduction
perubahan status dan teratasi. 1. Pasien tampak 1. Identifikasi persepsi pasien 1. Membantu pengenalan
kesehatan . rileks dan terhadap ancaman yang ada ansietas/ takut dan
melaporkan ansietas oleh situasi. membantu dalam
menurun sampai 2. Dorong pasien untuk melakukan intervensi.
tingkat dapat diatasi. mengakui dan menyatakan 2. Langkah awal dalam
2. Pasien perasaannya. mengatasi perasaan adalah
menunjukkan 3. Berikan lingkungan tenang. identifikasi dan ekspresi,
ketrampilan 4. Dorong pasien/ orang sehingga mendorong
pemecahan masalah terdekat untuk menyatakan penerimaan situasi dan
3. Pasien perhatian. kemampuan diri untuk
menggunakan 5. Berikan informasi yang mengatasi.

18
sumber informasi akurat dan jujur. 3. Memindahkan pasien dari
secara efektif 6. Bantu pasien untuk stress luar meningkatkan
mengidentifikasi perilaku relaksasi dan membantu
koping dan sumber koping. menurunkan ansietas.
4. Dukungan dapat membantu
pasien merasa diperhatikan
sehingga tidak merasa
sendiri dalam menghadapi
masalah.
5. Menurunkan ansietas
sehubungan dengan
ketidaktahuan dan
memberikan dasar untuk
pilihan informasi tentang
pengobatan.
6. Perilaku yang berhasil dapat
dikuatkan pada penerimaan
masalah/ stres saat ini
sehingga meningkatkan rasa

19
kontrol diri.
4. Resiko cedera b.d Klien tidak NOC: NIC: Enviromental Safety
kerusakan fungsi mengalami cedera. 1. Beradaptasi dengan 1. Tentukan tajam penglihatan 1. Kebutuhan individu dan
sensori penglihatan. lingkungan. pada kedua mata. pilihan intervensi
2. Menciptakan 2. Pertahankan posisi tempat bervariasi sebab
lingkungan yang tidur rendah, pagar tempat kehilangan penglihatan
nyaman dan aman. tidur tinggi dan bel di terjadi lambat dan
3. Menggunakan alat- samping tempat tidur. progresif.
alat dengan aman. 3. Singkirkan benda-benda 2. Memberikan kenyamanan
yang dapat menimbulkan dan memungkinkan pasien
cedera. melihat objek lebih mudah
4. Anjurkan anggota keluarga dan memudahkan
untuk menemani pasien saat panggilan untuk petugas
berada di lingkungan yang bila diperlukan.
asing. 3. Memberikan perlindungan
5. Dorong penggunaaan kaca diri terhadap cedera.
mata hitam pada cahaya 4. Untuk membantu pasien
kuat. mengenali lingkungan
yang baru.

20
5. Cahaya yang kuat
meyebabkan rasa tak
nyaman.
5. Resiko infeksi b.d Klien tidak NOC: NIC: Infection Protection
kontak sekret menunjukkan 1. Meningkatkan 1. Lakukan tehnik steril. 1. Mencegah infeksi silang.
dengan mata sehat tanda-tanda infeksi. penyembuhan luka 2. Monitor TTV (TD, Nadi, 2. Tanda infeksi salah
atau mata orang tepat waktu, bebas Suhu, RR). satunya ialah peningkatan
lain. drainase purulen, 3. Gunakan/ tunjukkan teknik TTV.
eritema, dan demam. yang tepat untuk 3. Tehnik yang tepat dalam
2. Mengidentifikasi membersihkan mata dari membersihkan mata dapat
intervensi untuk dalam keluar dengan bola menurunkan resiko
mencegah/ kapas untuk tiap usapan, infeksi.
menurunkan resiko ganti balutan. 4. Dapat menularkan infeksi.
infeksi. 4. Tekankan pentingnya tidak 5. Mencegah penularan
3. Pasien mampu menyentuh/ menggaruk infeksi.
menyebutkan mata yang sakit kemudian 6. Istirahat dapat membantu
tindakan pencegahan yang sehat. proses penyembuhan.
infeksi di rumah. 5. Anjurkan untuk 7. Mencuci tangan dapat
memisahkan handuk, lap mencegah infeksi.

21
atau sapu tangan. 8. Memberikan pengetahuan
6. Anjurkan pasien istirahat dasar bagaimana cara
untuk mengurangi gerakan memproteksi diri.
mata. 9. Mencegah komplikasi.
7. Diskusikan pentingnya
mencuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan.
8. Lakukan penkes tentang
pencegahan dan penularan.
9. Kolaborasi dan Monitor
pemberian antibiotik dan
kaji efek sampingnya.

4. Implementasi
Dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan.
5. Evaluasi
Dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keratitis adalah peradangan kornea yang disebabkan oleh iritasi pada
mata, kekurangan vit. A dan infeksi virus, bakteri, jamur yang dapat
mengakibatkan keruhnya kornea dan menurunkan ketajaman penglihatan.
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang dapat disebabkan karena infeksi
agen mikroba dan pemajanan yang menyebabkan iritasi pada mata. Keratitis
mikrobial terjadi diakibatkan adanya abrasi pada kornea mata yag menjadi
pintu masuk infeksi pada kornea oleh berbagai organisme bakteri, virus, jamur
atau parasit. Keratitis pemajanan terjadi apabila kornea mengalami kekeringan
disebabkan kurangnya kelembaban pada kornea dan penurunan fungsi kelopak
mata.
3.2 SARAN
Adapun saran kami kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Keratitis”. Selain dari pada itu, kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan karena kami masih dalam proses belajar. Kami berharap dengan
adanya makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir
pembaca.

23

Anda mungkin juga menyukai