Paradigma
Paradigma
1
M.Yasir Said; 2 Yati Nurhayati
1
Fakultas Hukum, Universitas Lambung Mangkurat
Jl.Brigjen Hasan Basry, Kota Banjarmasin 70123
Email: yasirsaid93@gmail.com
Scopus ID: 57209336516
2
Fakultas Hukum, Universitas Islam Kalimantan MAB
Jl.Adhyaksa No.2, Kota Banjarmasin 70123
Email: yatinurhayati1904@yahoo.com
Scopus ID: 6507923727
Abstract
The idea of anthropocentric environmental is the main failure of values system that is still
puts the interests of humans above other creatures. Human concern for sustainable life and
nature which is reflected in the local culture that upholds the concept of environmental
harmony, also begins to fade with the increasing demands of human life. This legal research
and writing is focuses on: (1) Finding the philosophical framework for environmental ethics
to preserve the environments; (2) Examine how the paradigm of environmental ethics can be
used as the direction of Indonesian environmental-legal politics. This research uses the
doctrinal (normative) method in addition of conceptual and historical approach. The results
of this study show that the environment according to the ecosentrime is in line with the theory
of corrective justice by Aristotle, it can be interpreted as to gave 'rights' for the environment.
Whereas to determine the direction of the constituendum. It is necessary to focus on
improving the legal culture rather than merely increasing the law itself.
Abstrak
Tata nilai yang menyebabkan meningkatnya pencemaran dan perusakan lingkungan
adalah masih dianutnya etika lingkungan yang anthropocentric. Etika ini menempatkan
kepentingan manusia di atas kepentingan makhluk lainnya. Kepedulian manusia untuk
menjunjung keberlanjutan hidup dan alam yang tercermin dalam nilai-nilai kearifan lokal
yang menjunjung konsep pemeliharaan lingkungan, juga mulai pudar seiring dengan
meningkatnya tuntutan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun penelitian
dan penulisan hukum ini memusatkan pada permasalahan yakni: (1) Menemukan kerangka
pemikiran filsafat etika lingkungan (environmental ethics) dalam upaya menjaga kelestarian
lingkungan hidup; (2) Mengkaji bagaimana paradigma perkembangan etika lingkungan dapat
digunakan sebagi arah politik hukum lingkungan Indonesia. Penelitian ini menggunakan
39
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
2
“Pencemaran adalah suatu keadaan,
dalam mana suatu zat atau energy diintroduksikan
1
Merujuk pada pendapat R. Stewart dan J. ke dalam suatu lingkungan oleh kegiatan manusia
E. Krier bahwa masalah lingkungan umumnya tiga atau oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi
hal, yakni: (1) Pencemaran lingkungan (pollution); sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya
(2) Penggunaan atau pemanfaatan lahan yang salah perubahan dalam keadaan termaksud
(land misuse); dan (3) Pengerukan secara mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi
berlebihan yang menyebabkan habisnya sumber seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan
daya alam (natural resource depletion). Lihat dan keselamatan hayati”. Lihat Danusaputro,
Stewart, Richard and James E Krier. (1978). Munadjat. (1986). Hukum Lingkungan dalam
Environmental Law and Policy, New York: The Pencemaran Lingkungan Melandasi Sistem Hukum
Bobbs Merril Co. Indianapolis, hlm. 3-5. Pencemaran, Bandung: Bina Cipta, hlm. 77.
40
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
lingkungan hidup.3 Hal ini dapat dilihat manusia. Ada sejumlah kebiasaan dan nilai
pada kasus kebocoran pabrik pestisida di Indonesia dan negara lain yang memiliki
milik Union Carbide di Kota Bhopal, India tata nilai yang sangat bersahabat dengan
dan meledaknya reaktor nuklir di lingkungan. Ajaran agama juga selalu
Chernobyl, Uni Soviet. mengajarkan nilai untuk menghormati dan
Adapun faktor ekonomi juga sangat tidak merusak alam dan lingkungan.
berpengaruh. Keinginan untuk mengeruk Jika dilihat dari penjelasan di atas,
keuntungan dengan memanfaatkan maka dapat dikatakan tata nilai yang
sebesar-besarnya sumber daya alam, menyebabkan meningkatnya pencemaran
memacu negara-negara di dunia untuk dan perusakan lingkungan adalah masih
mengeksploitasi sumber daya alam yang dianutnya etika lingkungan yang
dimiliki, yang secara kumulatif anthropocentric. Etika ini menempatkan
mengakibatkan penurunan kualitas dan kepentingan manusia di atas kepentingan
kuantitas sumber daya tersebut. Selain itu makhluk lainnya. Oleh karena itu, segala
ada pula faktor politik. Pada faktor ini sesuatu yang ada di alam dimanfaatkan
masih erat kaitannya dengan kepentingan- sebesar-besarnya untuk memenuhi
kepentingan yang ada antara negara-negara kebutuhan dan kepentingan manusia
maju dan negara berkembang dan negara semata. Dalam pendekatan
miskin. Menjadi masalah apabila sistem antroposentrisme, seringkali dianggap
politik dari negara-negara tersebut tidak posisi manusia berada di luar dan terpisah
mendukung terhadap rehabilitasi dari lingkungannya. Oleh karena
lingkungan, di mana masalah utama dari menganggap bahwa keberadaan
negara berkembang dan negara miskin lingkungan tersebut diperuntukkan semata-
adalah keterbatasan anggaran/ kurangnya mata untuk kepentingan manusia, kita
dana rehabilitasi lingkungan. sering kali lupa memeliharanya.4
Faktor terakhir adalah tata nilai. Selain nilai anthropocentric,
Kehidupan manusia selalu bertalian kepedulian manusia untuk menjunjung
dengan tata nilai yang dianggap baik serta
4
dipahami sebagai cara berpikir yang Erri Megantara, “Pendekatan
Pembangunan Antroposentris Vs Ekosentris”,
diwujudkan dalam etika dan tindakan Koran Republika, 11 Januari 1997, dalam
Supariadi. (2008). Hukum Lingkungan Indonesia
Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 40.
Untuk memahami sejarah pergeseran nilai ini, baca
3
Daniel Callahan dalam Ginting. (2012). lebih lanjut dalam Roderick Nash, Frazier. (1989).
Teori Etika Lingkungan, Bali: Udayana University The Rights of Nature: A History of Environmental
Press, hlm. 13. Ethics, terbitan University of Wisconsin Press.
41
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
RUMUSAN MASALAH
METODE PENELITIAN
Adapun berdasarkan latar belakang
Secara hakekat, ilmu hukum
sebagaimana dijelaskan sebelumnya maka
berusaha untuk menampilkan hukum
penelitian dan penulisan hukum ini
secara integral sesuai dengan kebutuhan
memusatkan pada permasalahan yakni:
kajian ilmu hukum itu sendiri.5 Penelitian
1. Bagaimana kerangka pemikiran
hukum yang digunakan dalam penelitian
filsafat etika lingkungan
ini adalah penelitian hukum normatif
(environmental ethics) dalam upaya
(normative legal research). Metode ini
menjaga kelestarian lingkungan
dipilih karena obyek kajian penelitian
hidup?
adalah mengenai asas dan prinsip hukum,
2. Bagaimana kajian dari paradigma
kaidah hukum, teori dan doktrin hukum
perkembangan etika lingkungan
dari para ahli hukum.6 Peter Mahmud
dapat digunakan sebagai arah
politik hukum lingkungan 5
Yati Nurhayati, “Perdebatan Antara
Indonesia? Metode Normatif Dengan Metode Empirik Dalam
Penelitian Ilmu Hukum Ditinjau Dari Karakter,
Fungsi, dan Tujuan Ilmu Hukum” Jurnal Al Adl,
Vol 5, No 10 (2013), hlm.15
6
TUJUAN PENELITIAN Penelitian hukum normatif adalah
penelitian hukum yang meletakan hukum sebagai
sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang
dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,
kaidah dari peraturan perundangan, putusan
42
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
43
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
kehidupan kita. Filsafat adalah suatu keyakinan yang diterima, entah keyakinan
bagian penting dari citra diri kita, yang kita itu berwatak religius atau sekuler. Dan
bentuk dalam interaksi dengan dunia luar, sebaliknya, ketika suatu warga,
dengan sejarah masa lampau kita dan masyarakat, atau peradaban tertentu
bahwa tanpa filsafat maka tidak sering merupakan suatu landasan filosofis
filsafat memang terdengar mengawang dan adalah gerakan pemikiran dan gambaran
abstrak, tapi proses abstraksi itu diperlukan dunia tertentu yang awalnya diinspirasikan
untuk menerangi pengalaman dan melihat oleh Descartes, dikokohkan oleh gerakan
Pencerahan (Enlightement/Aufklarung).14
10
Skolimowski adalah professor filsafat
11
pada Departement of Humanities, University of Bambang Sugiharto, “Filsafat dan
Michigan, Ann Arbor yang berpendapat “Without Pengalaman”, Pengantar buku Gaarder, Jostein.
philosophy, we have no anchor, no direction, no (1996), Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat,
sense of the meaning of life. Each epoch and each Bandung: Mizan, hlm. 14-15.
12
society is rooted in some fundamental beliefs and Kattsoff, Louis O. (2004), Pengantar
assumptions, which are acted upon as if they were Filsafat, Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana
true. They justify all other things that follow from Yogya, hlm. 455.
13
them, while they themselves are accepted on faith.” Skolimowski, Op. Cit., 31-32.
14
Lihat Skolimowski, Henryk. (1981). Eco- Sugiharto, Bambang. (1996).
philosophy: Designing New Tactics for Living. New Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat.
Hampshire: Marion Boyars Inc.,hlm. 21. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 29.
44
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Pada taraf praksis, pandangan dualistiknya suatu tantangan yang memiliki persoalan-
yang membagi seluruh kenyataan menjadi persoalan yang cukup signifikan untuk
subjek dan objek, spiritual-material, membuat para filsuf (dan bukan hanya para
manusia-dunia, dan sebagainya, telah filsuf) merefleksikan, merenungkan,
mengakibatkan objektivisasi alam secara mengkaji ulang, mengusulkan wawasan,
berlebihan dan pengurasan alam semena- dan kebenarankebenaran baru.18 Krisis
mena, yang telah mengakibatkan krisis lingkungan muncul karena kita telah
ekologi. Modernisme15 bidang filsafat membangun kode yang kurang baik untuk
sebagaimana dikemukakan oleh Sugiharto membaca alam, yang menyebabkan
16
di atas merupakan filsafat kontemporer kekurangan dalam interaksi kita dengan
seperti yang diutarakan oleh Skolimowski. alam. Akar penyebabnya terletak pada
Filsafat kontemporer merupakan filsafat fondasi-fondasi pandangan dunia ilmiah
empirisis, analitis, yakni aliran ilmiah kita, dan pada persepsi-persepsi yang
Barat dewasa ini. Filsafat tidak hanya dihasilkan pandangan dunia ini. Ia
mendominasi kajian universitas-universitas menyatakan19:
Anglo-Saxon, tetapi secara tidak langsung “... most of our crises..., but
arise for more fundamental
telah menjadi filsafat yang diterima secara
reasons: they arise because we
global.17 have constructed a deficient code
for reading nature, leading to a
Skolimowski kemudian mencoba
deficiency in interacting with
menawarkan filsafat lingkungan sebagai nature. The root cause lies in the
very foundations of our scientific
world view; and in the very
15
Ibid. perceptions which this world view
16
Filsafat kontemporer adalah cara engenders.”
pandang dan berpikir mendalam menyangkut
kehidupan pada masa saat ini. Filsafat kontemporer Skolimowski juga mengemukakan
memiliki sifat yang sangat heterogen. Filsafat
kontemporer mensyaratkan kebebasan dan tidak bahwa dalam memikirkan taktik-taktik
selalu harus simetris. Aliran-aliran filsafat
kontemporer antara lain: eksistensialisme, baru untuk kehidupan, kita perlu
pragmatisme, postmodernisme, strukturalisme,
fenomenologi, neo-thomisme, vitalisme, filsafat memikirkan kembali hubunganhubungan
analitis.
17
Skolimowski menyatakan: “Kita berada
kita dengan dunia pada umumnya,
pada periode kegemparan dan kekacauan yang meninggalkan konsepsi dunia yang
lain, di mana kita harus menantang batas-batas
pemahaman analitis dan empiris atas dunia seraya mekanistik, dan menggantikannya dengan
kita harus menyusun suatu kerangka kerja
konseptual dan filosofis yang dapat menampung konsepsi yang lebih luas dan lebih kaya.
seabrek masalah sosial, etis, ekologis,
epistemologis yang baru. Perlunya suatu kerangka
18
kerja filosofis yang baru dirasakan oleh hampir Ibid., 38.
19
setiap orang.” Skolimowski, op. cit., 33-34, dan 39. Ibid., 2.
45
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
46
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
47
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
48
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
49
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
50
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
31 33
Susilo, Rachmad K. Dwi. (2009). Ibid hlm. 24
34
Sosiologi Lingkungan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Imam Syaukani dan A. Ahsin Thoari,
Persada, hlm. 132. (2010), Dasar-Dasar Politik Hukum, Jakarta: PT.
32
Abdul Latif dan Hasbih Ali, Raja Grafindo Persada, hlm. 26-27
35
(2011), Politik Hukum, Jakarta: PT. Sinar Grafika, Chalid Muhammad, “Pulihkan
hlm. 22-23. Indonesia!”, Harian Kompas, Senin, 6 Juni 2011.
51
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
perlindungan dan pengelolaan lingkungan nuansa hijau masih sangat tipis (light green
hidup. Namun, dalam kenyataannya constitution).38
hukum lingkungan seolah tidak mampu Jimly Asshidiqie mengemukakan
menjalankan fungsinya dengan baik lebih lanjut hal tersebut dengan
39
dengan munculnya berbagai masalah menyatakan :
lingkungan hidup, salah satu penyebab “Meskipun lingkungan
hidup sudah dituangkan dalam
masalah-masalah lingkungan hidup
Undang-Undang (UU Nomor 32
menurut Muhammad Akib, belum Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan
dipahami, dilaksanakan, dan
Hidup), tetapi begitu bergaul
ditegakkannya prinsip dan norma hukum dengan UU Perdagangan,
Perindustrian, (bahkan) dengan
lingkungan secara komprehensif sesuai
UU Koperasi saja, pasti UU LH
dengan politik hukumnya.36 akan kalah dalam praktiknya.”
Maka dalam hal ini arah politik
Unsur-unsur kebijakan yang
hukum lingkungan terutama dalam
prolingkungan walaupun telah
penyelenggaraan pembangunan haruslah
diamanatkan dalam UUD 1945 dan
bersifat prolingkungan (eco-development)
dituangkan dalam peraturan perundang-
atau melindungi lingkungan hidup sesuai
undangan terkait perlindungan dan
dengan prinsip pembangunan
pengelolaan lingkungan hidup, namun
berkelanjutan (sustainable development)
Pemerintah sering melakukan
yang menjamin kelangsungan hidup dan
ketidakadilan lingkungan hidup
terpeliharanya daya dukung lingkungan
(environmental injustice), misalnya, dalam
untuk kehidupan generasi-generasi
penyelesaian dari masalah konflik industri
selanjutnya.37 Adanya unsur-unsur dalam
pertambangan. Tuntutan keadilan yang
kebijakan yang pada hakekatnya pro-
diajukan masyarakat terhadap industry
lingkungan sebagaimana Jimly Asshidiqie
pertambangan besar, selama ini selalu
sampaikan bahwa UUD 1945 sebagai salah
menemukan jalan buntu. Permasalahan ini
satu green constitution di dunia, meskipun
menjadi semakin rumit ketika pemerintah
justru menjawab tuntutan tersebut dengan
pernyataan kebijakan dan keluaran
36
Akib, Muhammad. (2013). Politik kebijakan yang mengedepankan sikap
Hukum Lingkungan: Dinamika dan Refleksinya
38
dalam Produk Hukum Otonomi Daerah, Jakarta: Ibid.
39
PT. RajaGrafindo Persada, hlm. ix. Asshidiqie, Jimly, “Sumber Daya Alam:
37
Asshidiqie, Jimly. (2010). Konstitusi Pertimbangan Ekonomi Lebih Diutamakan”, Harian
Ekonomi, Jakarta: Kompas, hlm. 283. Kompas, Selasa, 18 Oktober 2011.
52
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
arogan yang cenderung memihak kepada tanpa kekuatan politik hukum yang
kepentingan usaha industri pertambangan signifikan dan luas, melibatkan berbagai
dan bersandar pada logika investasi, elemen atau komponen penting dalam
dibanding menanggapi realitas pemiskinan masyarakat, dan tentu saja didukung kaum
masyarakat di sekitar tambang. intelektual yang punya komitmen pada
Permasalahan lingkungan hidup pembaruan dengan memposisikan
seperti di atas dikemukakan pula oleh lingkungan pada arus utama.
Fritjof Capra dalam bukunya The Web of Krisis lingkungan hidup global
Life yang menyatakan bahwa seiring sekarang ini sebenarnya bersumber pada
dengan berakhirnya abad ke-20, masalah kesalahan fundamental-filosofis dalam
lingkungan menjadi hal yang utama. pemahaman atau cara pandang manusia
Serangkaian masalah-masalah global yang mengenai dirinya, alam, dan tempat
membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam keseluruhan ekosistem,
manusia dalam bentuk-bentuk yang sangat yang dikenal dengan istilah pandangan
mengejutkan yang dalam waktu dekat akan dunia (worldview) yang diambil dari
segera menjadi tak dapat dikembalikan bahasa Jerman weltanschauung yang
lagi.40 berarti perspektif atau pandangan terhadap
Soal ketidakadilan lingkungan dunia.
hidup (environmental injustice) yang Pada gilirannya, kekeliruan cara
banyak terjadi di Indonesia telah menjelma pandang ini melahirkan perilaku yang
dari sebuah gagasan yang terkesan abstrak keliru terhadap alam. Manusia keliru
menuju sesuatu yang harus diperjuangkan, memandang alam dan keliru menempatkan
seperti ungkapan Sonny Keraf, keadilan diri pada konteks alam semesta seluruhnya,
memang harus direbut.41 Pada akhirnya seperti diungkapkan Albert Schweitzer
agenda perubahan keadilan lingkungan yang menyatakan, “Kesalahan terbesar
tidak akan dapat mungkin dilaksanakan semua etika sejauh ini adalah etika-etika
tersebut hanya berbicara mengenai
40
Capra menyebutkan pandangannya
bahwa “As the century draws to a close,
hubungan antara manusia dengan
environmental concern have become of paramount manusia.” Inilah awal bencana lingkungan
importance. We are faced with a whole series of
global problems that are harming the biosphere hidup dan karena itu, pembenahannya
and human life in alarming ways that may soon
become irreversible.”Capra, Fritjof. (1996). The harus pula menyangkut pembenahan cara
Web of Life: A New Scientific Understanding of
Living Systems, New York: Anchor Books, hlm. 3. pandang dan perilaku manusia dalam
41
Keraf, Sonny. (2010), Etika Lingkungan
Hidup, Jakarta: Kompas, hlm. 2
berinteraksi, baik dengan alam maupun
53
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dengan manusia lain dalam keseluruhan yang bersifat mewajibkan dan kewajiban
ekosistem. itu disertai dengan sanksi hukum.
Karena pada hakekatnya persoalan Sementara etika juga berhubungan dengan
lingkungan hidup juga merupakan hukum, tetapi pelaksanaan atas hukum itu
persoalan moral, maka penyelesaian bukan karena kewajiban dari luar dan
persoalan lingkungan hidup tidak dapat sanksi hukum. Pelaksanaannya sungguh
hanya didekati secara teknis parsial. didasarkan pada kesadaran batiniah pribadi
Persoalan lingkungan hidup harus didekati (kebebasan pribadi), bahwa hukum dan
secara lebih komprehensif-holistik, peraturan itu baik bagi saya dan demi
42
termasuk dalam aspek moralitas. kebaikan saya sendiri. 45
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) Nilai etika menurut Emil Salim
menurut Bertens mempunyai arti yang mulanya dipengaruhi oleh pendalaman
pada dasarnya sama dengan “moral”, agama seseorang. Dalam perkembangan
hanya ada nada lebih abstrak. Moralitas hidup manusia terdapat faktor-faktor lain
adalah sifat moral atau keseluruhan asas yang turut mempengaruhi nilai-nilai moral
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan manusia, yaitu kondisi lingkungan sosial
buruk.43 dan lingkungan alam dalam mana manusia
Moralitas menurut Lawrence M. tumbuh berkembang.46 Etika adalah filsafat
Friedman adalah kehendak untuk moral, atau ilmu yang membahas dan
mengikuti norma-norma, karena semua itu mengkaji secara kritis persoalan benar dan
adalah kehendak Tuhan, atau etika yang salah secara moral, tentang bagaimana
baik, atau kewajiban agama alih-alih harus bertindak dalam situasi konkret.
karena hal itu berguna bagi kita atau bagi Filsafat lingkungan merupakan filsafat
yang lainnya.44 K. Kebung memberikan baru yang diajukan oleh Henryk
pandangan terkait etika dan moral dalam Skolimowski dengan mempertimbangkan
hukum. Dalam moralitas, penilaian hubungan antara satu individu dengan yang
eksternal terasa penting, dan penilaian ini lain dan juga dengan lingkungan mereka,
justru memaksa orang untuk mematuhi
hukum. Jadi, yang penting adalah hukum
42 45
Ibid. Kebung, Konrad. (2008). Manusia
43
Bertens. (2011). Etika. Jakarta: Makhluk Sadar Lingkungan, Jakarta: Prestasi
Gramedia Pustaka Utama, hlm. 6. Pustakaraya, hlm. 39.
44 46
Friedman, Lawrence M. (2009). Sistem Salim, Emil (2000), Kembali Ke Jalan
Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Bandung: Nusa Lurus: Esai-esai 1966-1999, Jakarta: Alfabet,
Media, hlm. 146. hlm.190.
54
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
55
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
56
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
57
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
kelestarian alam ini agar alam ini tidak Diamond, Jared. (2011), Collapse: How
Societies Choose to Fail or
rusak, baik ekosistem maupun habitatnya.
Succeed, New Hampshire:
Perlu kita sadari bahwa kita ini juga nagian Marion Boyars Inc.
dari alam ini. Maka kita harus menjaga
Danusaputro, Munadjat. (1986). Hukum
lingkungan ini dengan baik dengan norma- Lingkungan dalam
Pencemaran Lingkungan
norma etika lingkungan.
Melandasi Sistem Hukum
Pencemaran, Bandung: Bina
Cipta, hlm. 77.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Lawrence M. (2009). Sistem
Buku Hukum Perspektif Ilmu Sosial,
Bandung: Nusa Media, hlm.
Akib, Muhammad. (2013). Politik Hukum 146.
Lingkungan: Dinamika dan
Refleksinya dalam Produk Fajar, Mukti dan Yulianto Ahmad, (2009),
Hukum Otonomi Daerah, Dualisme Penelitian Hukum:
Jakarta: PT. RajaGrafindo Normatif dan Empirirs,
Persada, hlm. ix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hlm. 33- 38
Abdul Latif dan Hasbih Ali, (2011), Politik
Hukum, Jakarta: PT. Sinar Imam Syaukani dan A. Ahsin Thoari,
Grafika, hlm. 22-23. (2010), Dasar-Dasar Politik
Hukum, Jakarta: PT. Raja
Asshidiqie, Jimly. (2010). Konstitusi Grafindo Persada, hlm. 26-27
Ekonomi, Jakarta: Kompas,
hlm. 283. J. Baird Callicott, “Menuju Suatu Etika
Bertens. (2011). Etika. Jakarta: Gramedia Lingkungan Global”, dalam
Pustaka Utama, hlm. 6. Sunarko dan A. Eddy
Kristiyanto (eds.), (2008),
Bambang Sugiharto, “Filsafat dan Menyapa Bumi Menyembah
Pengalaman”, Pengantar buku Hyang Ilahi: Tinjauan Teologis
Gaarder, Jostein. (1996), Dunia atas Lingkungan Hidup,
Sophie: Sebuah Novel Filsafat, Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
Bandung: Mizan, hlm. 14-15. hlm. 29.
Capra, Fritjof. (1996). The Web of Life: A Keraf, Sonny. (2010), Etika Lingkungan
New Scientific Understanding Hidup, Jakarta: Kompas, hlm.
of Living Systems, New York: 2
Anchor Books, hlm. 3.
Kebung, Konrad. (2008). Manusia
Daniel Callahan dalam Ginting. (2012). Makhluk Sadar Lingkungan,
Teori Etika Lingkungan, Bali: Jakarta: Prestasi Pustakaraya,
Udayana University Press, hlm. hlm. 39.
13.
Kattsoff, Louis O. (2004), Pengantar
Filsafat, Yogyakarta: Penerbit
58
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
59
Al’Adl, Volume XII Nomor 1, Januari 2020 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
60