Anda di halaman 1dari 33

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

Keperawatan 5A (Kelompok 7)

Disusun oleh :

1. ANISATUL FITRIYAH 201802007


2. CHRISTINA EKA MARIANITA 201802013
3. FENNA SOLEKHAWATI 201802020
4. NAWIRUL ILMI 201802030

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

A. KASUS

1. Pengertian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Keliat (2009), bunuh diri memiliki 4
pengertian, antara lain:

 Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional

 Bunuh diri dilakukan dengan intensi

 Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri

 Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan
hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan percobaan bunuh diri adalah


upaya untuk membunuh diri sendiri dengan intensi mati tetapi belum berakibat
pada kematian.

2. Etiologi

Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.


Terbagi menjadi:

a. Faktor Genetik

 1,5 –3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.

 Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.

b. Faktor Biologis lain


Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:

o Stroke

o Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)

o Diabetes

o Penyakit arteri koronaria

o Kanker

o HIV / AIDS, dll

c. Faktor Psikososial & Lingkungan

Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa


kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd
diri, dan terakhir depresi.

Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri.

Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem


pendukung social.

3. Perilaku Destruktif Diri

Dapat diklasifikasikan menjadi

a. Perlaku destruktif diri langsung

1) Mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri.

2) Niat: kematian

3) Individu menyadarinya

4) Lama perilaku: berjangka pendek

b. Perilaku destruktif diri tidak langsung


1) Meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan
dapat mengarah pada kematian.

2) Individu tersebut tidak menyadari tentang potensial kematian akibat


perilakunya.

3) Menyangkal apabila dikonfirmasi.

4) Durasi lebih lama dari perilaku bunuh diri yang secara langsung.

4. Perilaku bunuh diri

Dibagi menjadi 3 kategori:

1) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak mendapat
respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.

2) Upaya bunuh diri: semua tindakan yangdilakukan individu terhadap diri sendiri
yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.

3) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan, orang yang
melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin mati mungkin
akan mati.

5. Gejala

 Keputusasaan

 Menyalahkan diri sendiri

 Perasaan gagal dan tidak berharga

 Perasaan tertekan

 Insomnia yang menetap


 Penurunan berat badan

 Berbicara lamban, keletihan

 Menarik diri dari lingkungan sosial

 Pikiran dan rencana bunuh diri

Tiga macam perilaku yang memungkinkan pasien melakukan bunuh diri yaitu :

1. Isyarat bunuh diri : ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “tolong jaga anak –anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dalam kondisi
ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih marah, atau tidak berdaya.
Pasien juga mengungkapkan hal –hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman bunuh diri: umumnya diucapkan oleh pasien. Berisi keinginan untuk
mati serta disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut, secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, tapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

3. Percobaan bunuh diri: tindakan pasien menciderai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri
dari tempat yang tinggi.

B. Proses terjadinya masalah

Bunuh diri Adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati sehingga
melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Perilaku bunuh diri disebabkan karena individu mempunyai koping tidak adaptif
akibat dari gangguan konsep diri: harga diri rendah. Resiko yang mungkin terjadi pada
klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri
hidup.

Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan
tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.

C. Pohon masalah:

Resiko menciderai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan,

Resiko Bunuh Diri

Harga diri rendah

(Keliat, 2009)

D. Masalah keperawatandan data yang perlu dikaji

1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri

o Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria

o Usia: lebih tua, masalah semakin banyak

o Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan


masalah.

o Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat.
o Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, mendapat malu di lingkungan sosial, dll.

o Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.

o Lain –lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami
perilaku bunuh diri.

2. Masalah keperawatan

a. Resiko Perilaku bunuh diri

DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencobabunuhdiri.

b. Koping maladaptive

DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.

DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

 Resiko bunuh diri

 Harga diri rendah

4. Intervensi :

Diagnosa I : resiko bunuh diri

Tujuan Umum:

 Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

1.1. Perkenalkan diri dengan klien


1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengansabar dan tidak menyangkal.

1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.

1.5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan:

2.1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).

2.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

2.3. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:

3.1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.

3.2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan


keputusasaan.

3.3 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.

3.4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.

3.5. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

4.2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

4.3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:

5.1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang


menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat
dll.).

5.2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.

5.3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan Umum:

 Klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan salingpercaya.

Tindakan:

1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.

1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.


1.3. Bicara dengansikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan:

2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga

Tindakan:

3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang


dimiliki

Tindakan:

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.

4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan:

5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan:

6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga


STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN

RESIKO BUNUH DIRI

SP 1 PASIEN

IDENTIFIKASI BERATNYA MASALAH RESIKO BUNUH DIRI : Isarat, ancaman,


percobaan (jika percobaan mau rujuk)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

DS :

 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri

 Klien mengatakan lebih baik mati saja

 Klien mengatakan sudah bosan hidup

DO :

 Ekspresi murung

 Tak bergairah

 Ada bekas percobaan bunuh diri

2. Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri

3.Tujuan

 Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri

4.Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri : isarat, ancaman, percobaan (jika
percobaan segera rujuk)

b. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

c. Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri, latih afirmasi / berpikir aspek
positif yang di miliki

d. Masukan pada jadwal Latihan berpikir positif 5 kali/hari

B. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. a. Orientasi

”Assalamu’alaikum D kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang Mawar ini,
saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”

”Bagaimana perasaan D hari ini?”

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang D rasakan selama ini. Dimana dan
berapa lama kita bicara?”

b. Validasi

“Bagaimana perasaan pak D hari ini dan kabar Bapak hari ini? Bagaimana tidur Bapak
semalam? Saya akan menemani pak D disini mulai dari pukul 08.00-14.00, nanti akan ada
perawat yang menggantikan saya untuk menemani D selama dirawat di puskesmas ini.”

c. Kontrak

“Bagaimana Pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang masalah resiko bunuh diri,
benda-benda apa saja yang dapat membahayakan diri Bapak, serta bagaimana cara
mengendalikan dorongan bunuh diri? Tujuannya agar bapak tahu benda-benda apa saja yang
dapat membahayakan diri bapak, serta bapak dapat mengetahui cara mengendalikan
dorongan bunuh diri. Dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di taman Pak? Berapa lama
kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau waktu berbincang-bincang kita selama 15
menit? Apakah Bapak setuju?”

2. Fase kerja
“Bagaimana perasaan D setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini D merasa
paling menderita di dunia ini? Apakah D kehilangan kepercayaan diri? Apakah D merasa tak
berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah D merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah D sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah
D berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa D mati? Apakah
D pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang D
rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah,
tampaknya D membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri
hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar D ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan D.”

”Nah D, Karena D tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
D, maka saya tidak akan membiarkan D sendiri.”

”Apa yang D lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya D harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini
dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi D jangan sendirian ya, katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.

”Saya percaya D dapat mengatasi masalah, OK?”

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh
diri?”

”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”

”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”

( jangan meninggalkan pasien )


SP 2 PASIEN

Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri : buat daftar aspek positif keluarga
dan lingkungan, latih afirmasi / berpikir aspek positif keluarga dan lingkungan

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

DS :

 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri

 Klien mengatakan lebih baik mati saja

 Klien mengatakan sudah bosan hidup

DO :

 Ekspresi murung

 Tak bergairah

2.Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri

3.Tujuan Khusus

 Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri

4.Tindakan Keperawatan

a. Mengevaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, beri pujuan jika sudah
dilaksanakan. Kaji ulang resiko bunuh diri

b. Melatih cara mengendalikan dari dorongan bunuh diri dari keluarga dan lingkungan

B. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.Orientasi

Salam terapetik

“Assalamualaikum, selamat pagi Bapak, Masih ingat dengan saya? Benar, saya perawat A”

b.Validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana dengan tidur Bapak semalam?”

c.Kontrak

“Bapak masih ingat dengan apa yang sudah kita pelajari kemarin? Coba bapak ulangi apa
yang sudah kita be;ajari kemarin? Bapak hebat masih ingat denga napa yang sudah kita
pelajari kemarin, apakah tadi malam bapak masih mengankannya lingkungan tidak aman
pak? Allahmdulilah pak kalua bapak sudah merasa aman dengan lingannya. Baik sekarang
kita akan membicarakan tentang kontrak kita kemarin? Iya, kita akan berbincang-bincang
tentang cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri, dari aspek keluarga dan
lingkungan. Tujuannya agar Bapak lebih berfikir positif terhadap diri Bapak sendiri, dan
Bapak lebih menghargai diri sendiri. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman
sesuai dengan kontrak kita kemarin? Apa bapak mau? Berapa lama kita akan berbicara?
Bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang telah di tentukan? Apakah
Bapak setuju?

2. Fase Kerja

“Bapak, biasanya kalau mempunyai fikiran atau keinginan untuk melukai diri sendiri itu cara
mengendalikannya atau cara mengalihkan keinginan atau perhatian bapak dengan cara apa?
Trus kalau dengan cara yang bapak sebutkan itu (melakukan kegiatan berdiam diri di
kamar)apa bisa mengalihkan secara sepenuhnya? Sebaiknya bapak Ketika ada keinginan atau
fikiran tentang mau melakukan percobaan bunuh diri sebaikmya bapak mengucapkan kalimat
istigfar atau kalimat allah, supaya bapak bisa lebih tenang dan supaya bapak di jauhkan dari
fikiran tersebut. Dan bapak kalau mempunyai fikiran sebaiknya bapak cerita ke istri atau
keluarga bapak supaya mereka bisa memberikan bapak solusi dengan jalan yang baik, supaya
bapak tidak berfiir terus menerus tentang masalah yang di alami bapak tersebut. Dan satu lagi
supaya bapak selalu berfikir yang positif atau mengucapkan kalimat allah, supaya fikiran
bapak tidak kosong, sehingga bapak tidak melakukan hal- hal yang membuat bapak
melakukan hal yang merugikan orang lain. Kalau bapak merasa lingkunganya tidak aman
untuk bapak sebaiknya bapak jangan ikut dalam lingkungan tersebut supaya bapak tidak
terpengaruh kedalam hal – hal yang tidak di inginkan.”

3.Fase Terminasi

a. Evaluasi

“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi? Saya senang jika Bapak
mulai sekarang mencoba melakukan apa yang sudah kita bicarakan tadi dan semoga bapak
tidak mempunyai fikiran kosong supaya bapak tidak membayangkan dan melakukan yang
meruhikan bapak bahkan orang lain. Nah sekarang Coba bapak lakukan kembali apa yang
sudah kita bicarakan tadi, dan cara untuk menggalihkan perhatian bapaksupaya tidak
melakukan percobaan bunuh diri. Iya bagus Pak, Bapak luar biasa”

b. Kontrak yang akan datang

“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi Pak? Bagaimana
kalau besok? Baiklah besok kita akan membahas tentang harapan dan masa depan,
mendiskusikan cara mencapai harapan danmasa depan, melatih cara - cara mencapai harapan
dan masa depan secara bertahap (setahap demi setahap). Mau di mana kita berbicara Pak?
Bagaimana kalau di depan rungan bapak? Mau jamberapa Pak ? Bagaimana kalau jam 10.00?
Baik besok kita bertemu lagi di depan rungan bapak jam 10.00 ya Pak? Apakah Bapak
setuju? Baiklah Pak selamat beristirahat.”
SP 3 PASIEN

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

DS :

 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri

 Klien mengatakan lebih baik mati saja

 Klien mengatakan sudah bosan hidup

DO :

 Ekspresi murung

 Tak bergairah

 Ada bekas percobaan bunuh diri

2. Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri

3. Tujuan Khusus

 Supaya klien bsa mencapai harapan dan masa depan

4. Tindakan Keperawatan

a. mendiskusika harapan dan masa depan

b. mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan

c. melatih cara – cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap

B. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.Orientasi

a. Salam terapetik

“Assalamualaikum, selamat pagi Bapak, Masih ingat dengan saya? Benar, saya perawat A,
saya bertugas pada pagi hari ini muali pukul 08.00 – 14.00”

b. Validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana dengan tidur Bapak semalam?”

c. Kontrak

“Bapak sebelum kita berbincang – bincang tentang kontrak kita kemarin bapak bisa
melakukan apa yang sudah kita bicarakan kemarin pak? Betul sekali, bapak masih ingat
dengan apa yang sudah kita pelajari kemarin. Selanjutnya, apakah Bapak masih ingat dengan
kontrak kita kemarin? kita akan berbincang-bincang tentang tentang harapan dan masa depan,
mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan, melatih cara - cara mencapai harapan
dan masa depan secara bertahap (setahap demi setahap). Tujannya supaya Bapak bisa
mencapai harapan dan masa depan bapak dengan baik. Bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di depan rungan bapak sesuai dengan kontrak kita kemarin? Apa Bapak mau? Berapa
lama kita akan berbicara? Bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin? Apakah
Bapak setuju?”

2.Fase Kerja

“Bapak, apa harapan bapak dari dulu sampai sekarang ? kalau harapan apa untuk kedepanya?
Harapan apa yang ingin bapak capai dalam waktu dekat ini ? Trus upaya yang bapak lakukan
untuk mencapai harapan itu? Bagus sekali upaya bapak semoga bisa terlaksana dengan baik
asal bapak fikiranya tidak kemana – mana dan fokus . trus bapak bisa melakukan kegiatan
seperti membuat usaha seperti membuka toko yang kecil dulu trus nanti bertahap membuka
toko yang lebih besar untuk menampungkebutuhan masyarakat sekitar atau berkebun untuk
menanam sayuran atau palawija. Trus masa depan yang bapak ingin seperti apa? Trus apa
yang ingin bapak lakukan apa supaya masa depan bapak bisa terwujud / terlaksana? Bagus
bapak sudah berfikir positif, semoga bapak selalu berfikir positif . dan usaha yang bapak
ingin kan bisa terlaksana supaya harapan bapak satu per satu bisa terwujud. Bapak kalau
harapanya tidak sesuai rencana jangan putus asa ya pak, selalu semnagat dan mengoreksi apa
yang kurang supaya kedepanya bisa semakin baik lagi”
3.Fase terminasi

a. Evaluasi

“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi? Saya senang jika Bapak
melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan. Sekarang coba Bapak sebutkan
kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi! bagus sekali bapak ini, semoga bapak
melakukanya dengan baik dan sunggu- sungguh”

b. Kontrak yang akan datang

“Baiklah sekarang Bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi Pak? Bagaimana
kalau besok? Baiklah besok kita akan membahas tentang melatih tahap ke dua kegiatan
mencapai masa depan. Dimana kita akan berbicara Pak? Bagaimana kalau di taman lagi Pak?
Mau jam berapa Pak? Bagaimanakalau jam 10 lagi? Baik besok kita bertemu lagi jam 10 di
taman ya Pak. Apakah bapak setuju?Baiklah pak selamat beristirahat. Wassalamualaikum”
SP 4 PASIEN

Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

DS :

 Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri

 Klien mengatakan lebih baik mati saja

 Klien mengatakan sudah bosan hidup

DO :

 Ekspresi murung

 Tak bergairah

 Ada bekas percobaan bunuh diri

2.Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri

3.Tujuan Khusus

 Klien tidak dapat mencapai harapan dan masa depan yang realistis

4.Tindakan Keperawatan

a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien

b. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis

c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang
realistis
B. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Orientasi

Salam terapetik

“Assalamualaikum, selamat pagi Bapak, Masih ingat dengan saya? Benar, saya perawat Ulfa”

b.Validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana dengan tidur Bapak semalam?”

c.Kontrak

“Bapak apakah bapak masih ingat tentang apa yang kita bicarakan kemarin? Coba bapak
ulangi apa yang kita bicarakan kemarin? Betul sekali bapak masih ingat tentang apa yang
sudah kita bicarakan kemarin. Bapak apakah masih ingat dengan kontrak kita kemarin? Kita
akan berbincang-bincang tentang melatih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan.
Tujuannya supaya Bapak dapat merencanakan masa depan yang jauh lebih baik dari
sebelumnya dan Bapak dapat mencapai masa depan yang nyata. Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin? Apa Bapak mau? Berapa
lama kita akan berbicara? Bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang
telah di tentukan? Mau dimana kita berbicara? Bagaimana kalau di taman seperti kontrak kita
kemarin? Apakah bapak setuju?”

2.Fase Kerja

“Bapak, apa tahap selanjutnya setelah tahap kemarin terlaksan? Apalagi Pak? Betul sekali
pak, setelah tahap kemarin terlaksana bapak sebaiknya terus semangat supaya harapan bapak
bisa terlaksana dan caranya bapak harus sunggu – sunggu dalam membesarkan toko bapak
dan menarik antusias masyarakat untuk berbelanja ke toko bapak yang menjual semua
kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan sehari – hari. Trus supaya tanaman atau sayuran di
kebun bapak bisa tumbuh subur dan banyak sebaiknya bapak juga memberi pupuk ke
tanaman dan jiga membersihkan tanaman dari rumput liar supaya tanaman tumbuh besar dan
subur tanpa terganggu oleh rumput liar. Dan sering di beri vitamin supaya tanaman terhindar
dari hama. Bapak terus bersemangat dan jangan patang menyerah untuk membesarkan usaha
bapak dan harapan demi harapan bisa terwujud satu per satu,”

3.Fase terminasi
a. Evaluasi

“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi? Saya senang jika Bapak
melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan. Coba Bapak sebutkan kembali apa yang
seharusnya kita lakukan ketika kita menginginkan sesuatu! Bagus sekali Bapak, semoga
usaha bapak makin lancer dana apa yang bapak harapkan bisa terwujud dan satu lagi supaya
bapak tidak melamun untuk memikirkan hal – hal yang merugikan bapak keluarga atau pun
lingkungan ”
STRATERGI PELAKSANAAN KELUARGA
RISIKO BUNUH DIRI

Keluarga :
SP I :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri
SP II :
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan risiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien risko bunuh diri
SP III :
1. Mengevaluasi kegiatan kelurga dalam memberikan pujian dan penghargaan pada pasien
serta menciptakan suasana positif dalam kelurga
2. Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa depan serta langkah-
langkah mencapainya
SP IV :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga
SP I

mendiskusikan masalah dan mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga
yang beresiko bunuh diri

ORIENTASI:

Perawat A :“Assalamualakum Ibu, kenalkan saya perawat A yang merawat Anak Ibu di
rumah sakit ini. Bagaiman kalua kita berbincang-bincang tentang cara
merawat agar mbak Y tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri.
Bagaimana apa Ibu bersedia?”

Ibu N : “waalaikumsalam , iya mbak saya bersedia.”

Perawat A : “Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya Bu? Sambil kita
mengawasi terus mbak Y.”

Ibu N : “ iya mbak, saya juga merasa takut jika harus meninggalkan anak say
sendiri tanpa pengawasan.”

TAHAP KERJA:

Perawat A : “Apa masalah atau kesulitan yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat mbak
Y?.”

Ibu N : “anak saya sedang putus asa berat karena dia dihamili oleh pacarnya dan
pacarnya sekarang menikah dengan wanita lain. Dia selalu ingin mengakhiri
hidupnya karena merasa tidak berguna lagi didunia ini.

Perawat A : “Oww.Begini Bapak/Ibu, M ba Ayu sedang mengalami putus asa yang


sangat berat akibat kekasihnya yang telah menghamili dan meninggalkannya
menikah dengan wanita lain ini terjadi, sehingga sekarang ia selalu inggin
mengaikhiri hidupnya karena merasa tak berguna. Bapak/Ibu sebaiknya bam
ba dan M ba memperhatikan benar-benar munculnya dan tanda dan gejala
bunuh diri. Pada umumnya orang yang melakukan bunuh diri menunjukan
gejala melalui percakapan misalnya saya tidak inggin hidup lagi, orang lain
lebih baik tanpa saya. Apakah Ibu pernah mendengar mbak Y mengatakan
hal tersebut?”

Ibu N : “ iya, saya sering mendengar anak saya mengatakan tidak ingin hidup lagi,
karena dia malu dan tidak sanggup menanggung semua ini.”

Perawat A : “ Jika Ibu menemukan tanda dan gejala seperti itu, maka sebaiknya Ibu
mendengarkan ungkapan perasaan dari mbak Y secara serius. Pengawasan
terhadap mbak Y pun harus ditingkatkan, Jangan tinggalkan atau biarkan
beliau sendiri dirumah atau jangan biarkan mengunci diri dikamar.

Ibu N : “ apa yang harus saya lakukan jika anak saya menunjukantanda dan gejal
seperti itu mbak? Say takut kehilangan anak saya.”

Perawat A : “ Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan menemukan alat-alat
yang akan digunakan untuk bunuh diri. Seperti tali tambang, silet, gunting,
ikat pinggang, pisua serta benda tajam lainnya yang mungkin bisa di gunaka
untuk melukai diri, sebaiknyan dicegah dengan meningkatkan pengawasan
dan memberi dukungan untuk tidak melakukan hal tersebut. Katakana Ibu
serta keluarga bahwa sayang pada mbak Y dan katakana juga kebaikan-
kebaikannya. Selain itu usahakan 5x sehari Ibu memuji beliau dengan tulus
tapi tidak berlebihan. Tetapi jika sudah terjadi percobaan bunuh diri,
sebaiknya Ibu mencari bantuan orang lain. Apabila tidak bisa diatasi segera
rujuk kepuskesmas untuk mendapatkan peraeatan yang serius. Setelah
kembali kerumah, Ibu perlu membantu agar mbak Y terus berobat untuk
mengatasi keingginan bunuh dirinya. Karena kondi M ba Ayu yang dapat
saja nekat mengakhiri hidupnya sewaktu-waktu, kita semua harus mengawasi
mbak Y terus menerus. Ibu juga kami minta partisipasinya untuk juga dapat
mengawasi mbak Y ya pokoknya mbak Y tidak boleh ditinggal sendiri
sedikitpun untuk sementara karena dalam kondisi serius Jika Ibu berbicara
pada mbak Y fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negative.
Selain itu sebaiknya mbak Y harus punya kegiatan positif seperti melakukan
hobinya bermain musik, menyulam dll. supaya mbak Y tidak sempat
melamun sendiri.

Ibu N : “baik mbak , saya tidak akan meninggalkan dia sendirian dan mengajaknya
melakukan kegiatan yang positif agar dia tidak melamun.”

TERMINASI:

Perawat A : “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara untuk mengatasi


perasaan inggin bunuh diri dan merawat pasien resiko bunuh diri?

Ibu N : “ perasaan saya lebih tenang dan saya merasa takut saya mulai berkurang,”

Perawat A : “Bagaimana Ibu? Ada yang belum jelas atau mau ditanyakan?.”

Ibu N : “ sampai sini saya mengerti dan belum ada yang ingin say tanyakan.”

Perawat A : “Ibu tolong bisa diulangi lagi cara-cara merawat anggota keluarga yang
inggin bunuh diri?.

Ibu N : “tidak meninggalkan sendirian , Y tidak boleh sampai melamun, harus


dijauhkan dari benda-benda tajam dan benda yang dapat membuta dia
melakukan percobaan bunuh diri seperti tali tambang, silet, gunting, ikat
pinggang, pisua serta benda tajam lainnya.”

Perawat A : “Ya, Bagus jika Ibu sudah mengerti. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika
ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat
melanjutkan untuk membicarakan cara-cara meningkatlkan harga diri mbak
Y dan penyelesaian masalahnya pada pertemuan akan datang. Bagaimana Ibu
setuju?”

Ibu N : “iya mbak saya setuju untuk membahas cara meningkatkan harga diri anak
saya.”

Perawat A : “Kalau begitu sampai bertemu lagi besok disini. Terima kasih atas
waktunya.”

Ibu N : “iya mbak terimakasih juga atas informasinya .”


SP II

1. Mengevaluasi kegiatan dalam memberikan pujian dan penghargaan pada pasien serta
menciptakan suasana positif dalam keluarga

ORIENTASI

Perawat : Selamat siang pak/buk dengan keluarga saudara siapa?

Keluatga klien : Selamat pagi saya dari keluarga saudara ya

Perawat : O... Dengan keluarga saudara y. Ada perlu apa?

Keluarga klien : Iya, kami kemari ingin melakukan konsultasi mengenai keadaan anak kami

TAHAP KERJA

Perawat : Sebelumnya bagaimana keadaan anak ibuk di rumah, Misal kayak


emosinya, kegiatan sehari-hari juga interaksi sosialnya?

Keluarga Klien : Anak saya sudah sering menangis dan melamun lagi mbak. Untuk
kegiatan sehari – hari Dia suka masak, mencuci baju, setlika, dan
jalan-jalan dengan adiknya.

Perawat : Itu rutin bu?

Keluarga Klien : Iya

Perawat : Bagus, tolong terus di awasi dan dikontrol perilakunya jangan sampai
anak ibu melamun / menyendiri. Jika perlu temani Dia di kamar atau
minta orang terdekatnya untuk menemaninya tidur seperti adik, ayah,
ibu dll. perlu juga menunjukkan rasa sayang/perhatian dari
keluarga/teman padanya untuk memberi kesadaran pada sodara Y
bahwa masih banyak orang-orang yang peduli dan sayang kepadanya
atau dengan kata lain membuat dirinya merasa berharga kembali

Keluarga Klien : Baik mbak akan coba saya lakukan

Perawat : Berikan motivasi dan pengalaman-pengalaman banyak orang yang


menginspirasi hidup serta penuh perjuangan. Maka Dia akan sadar
bahwa tak hanya dirinya yang banyak mengalami rintangan dan
cobaan hidup

Keluarga Klien : O... seperti itu

TERMINASI

Perawat : Bagaimana bu, sudah mengerti pemaparan saya?

Keluarga Klien : Sudah tapi saya bingung cara melakukannya

Perawat : Tidak usah bingung lakukan yang ibu bisa ingat dan kerjakan saja.
Memang butuh kesabaran merawat orang dengan risiko bunuh diri.
Yang paling penting kontrol dan awasi setiap kegiatan, pertemanan dan
membuat anak Anda berpikir/berperilaku neggatif

Keluarga Klien : Baik mbak, terima kasih. Saya mau pulang dulu.

Perawat : Iya pak/buk, semoga lekas sembuh. Jangan lupa kontrol

Keluarga Klien : Iya, assalamualaikum

Perawat : Walaikumsallam. Wr. Wb


SP III

Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan pada pasien
serta menciptakan suasana positif dalam keluarga

ORIENTASI

“Assalamualaikum, selamat pagi Bapak, Masih ingat dengan saya? Benar,saya perawat X.
Sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi.Bagaiamana Pak, ada pertanyaan
tentang pertemuan kemarin ? Sekarangkita akan latihan bagaimana caranya mengarahkan
masa depan ya ? kitaakan coba disini dulu, setelah itu kita coba langsung ke Anne ya? berapa

lama Bapak mau kita latihan ? bagaimana kalau 10 menit?”

KERJA

“Sekarang anggap saya Anne, coba Bapak dan Ibu perhatikan cara bicara yang benar jika
Anne sedang mengalami perasaan ingin mati. Coba Bapaksekarang diskusikan dengan Anne
apa yang dia harapkan di masadepannya. Jika Anne memikirkan masa depan yang buruk
segera diberikan pengarahan. Coba Bapak praktekkan cara beri pengarahankepada Anne.
Bagus, bagaimana kalau sekarang kita mencobanyalangsung kepada Anne ? (ulangi lagi
semua cara diatas langsung kepada pasien) “

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu? Setelah ini coba Bapak dan Ibu

lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bapak dan Ibu membesukAnne. Baiklah
bagaimana kalau 2 hari lagi Bapak dan Ibu datang kembalikesini dan kita akan
membicarakan tentang jadwal Anne di rumah ? Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari ? Baik
saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya Pak,Bu”
SP IV :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga

ORIENTASI:

Perawat : “Assalamu’alakum Bapak/Ibu, hari ini , maka sebaiknya kita

membicarakan Y minum obat selama dirumah dan juga tempat rujukan


jika Dia kambuh “berapa lama kita bias diskusi?,

Keluarga Klien : Baik mari kita diskusikan.”

TAHAP KERJA

Perawat : “Bapak/Ibu, tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun


jadual minum obatnya”

Keluarga Klien : baik mbak, kalau obatnya habis bagaimana?

Perawat : Sebelum obat benar-benar habis bapak/ibu bisa datang ke sini, selain
itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah
perilaku yang diitampilkan oleh saudara Y. selama dirumah. Kalau
misalnya Y Mengatakan terus menerus inggin bunuh diri, tampak Y
gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain, tolong Bapak/Ibu sekeluarga hubungi perawat di
puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telpon puskesmas
yang bisa di hubunggi (0370) 140791.
Keluarga Klien : Baik mbak, saya akan melakukan sesuai instruksi anda demi
kesembuhan anak saya

TERMINASI

Perawat : Ada yang perlu di tanyakan?

Keluarga Klien : Tidak, saya sudah mengerti

Perawat : Baik, terimakasih pak/buk saya permisi dahulu. Jangan lupa control

rutin. Assalamualaikum

Keluarga Klien : Iya mbak, wasallamualaiku, Wr. Wb


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diangnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Stuart, Sudden,1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai