Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

MASYARAKAT KAMPOENG BATIK JETIS SIDOARJO : ANTARA


MEMPERTAHANKAN BATIK TULIS SEBAGAI PRODUK BUDAYA LOKAL DAN
KONTRIBUSI EKONOMI

Muh. Bahruddin *)
Ekky Fardhy Satria Nugraha **)

*) Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya


**) Mahasiswa Program Studi Komunikasi Visual STIKOM Surabaya

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya masyarakat Kampoeng Jetis dalam
mempertahankan batik tulis sebagai produk budaya lokal Sidoarjo di tengah tuntutan ekonomi.
Penelitian juga bertujuan untuk membuat inovasi dari sisi komunikasi dan media. Tujuan ini
dilatarbelakangi dengan kondisi sebagian masyarakat Kampoeng Batik Jetis yang masih berupaya
mempertahankan batik tulis Jetis tapi di sisi lain belum mampu memberikan kontribusi ekonomi
secara signifikan. Permasalahan ini penting karena untuk mempertahankan budaya lokal, secara
ekonomi harus menjanjikan. Jika tidak, maka generasi selanjutnya akan menghindar dan lebih tertarik
kepada bidang lain yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomi. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif dengan metode observasi nonpartisipan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
triangulasi sumber atau data. Triangulasi data digunakan untuk memperoleh data secara bervariasi
dari beberapa sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua kategori kelompok masyarakat
tradisional dan kelompok masyarakat modern. Pada kelompok masyarakat tradisional lebih
mempertahankan keaslian batik tulis Jetis. Mereka beranggapan, batik tulis Jetis yang menjadi
warisan leluhur harus diperlakukan dan dilestarikan dengan baik sehingga tidak keluar dari aslinya.
Namun kelompok ini kurang menyadari tentang manfaat promosi sehingga produk batik tulis kurang
mampu memberikan kontribusi lebih dalam ekonomi. Kelompok masyarakat modern adalah
kelompok masyarakat yang mempertahankan batik tulis Jetis sesuai dengan konteks zamannya. Oleh
karena itu, mereka sadar dengan kegiatan promosi. Hanya saja cara berpromosi kelompok modern ini
masih menggunakan strategi person to person. Dari kacamata ekonomi kreatif, produk budaya lokal
batik tulis Jetis masih belum menjadi produk utama yang menghasilkan keuntungan secara ekonomi
dalam kehidupan pebatik Jetis. Padahal di awal lahirnya batik tulis ini, hampir 90 persen masyarakat
Kampoeng Batik Jetis berprofesi sebagai pebatik. Perancangan media promosi Kampoeng Batik Jetis
menjadi penting untuk mengoptimalkan pencitraan Kampoeng Batik Jetis sehingga dikenal luas
masyarakat dan memberikan kontribusi ekonomi masyarakat seperti desain logo, desain reklame,
booklet, bahkan sign system Kampoeng Jetis, dan website.

Kata Kunci: Kampoeng Batik Jetis, Produk Lokal, dan Kontribusi Ekonomi

PENDAHULUAN ekonomi masyarakat, khususnya bagi para


pebatik. Upaya ini juga sebagai bentuk
Kampoeng Batik Jetis adalah salah pelestarian produk budaya lokal Sidoarjo.
satu tempat produksi batik tulis tradisional Sebenarnya melihat potensi
khas Sidoarjo. Permasalahannya, tidak banyak Kampoeng Batik Jetis ini, masyarakat Jetis
masyarakat yang tahu tentang tempat ini telah berinisiatif membentuk sebuah
sehingga dari segi ekonomi belum bisa Paguyuban Batik Sidoarjo (BPS) pada 16
dijadikan sebagai mata pencaharian utama April 2008. Bahkan pada 3 Mei 2008, Bupati
bagi masyarakat Jetis. Padahal, pesatnya pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo telah
perkembangan informasi dan komunikasi saat meresmikan pasar Jetis sebagai daerah industri
ini memungkinkan untuk membuat media batik. Ini ditandai dengan didirikannya gapura
promosi guna meningkatkan kesejahteraan Kampoeng Batik Jetis sebagi pintu masuk

143
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

kampung tersebut. Hanya saja, program advertising, sales promotion, personal selling,
komunikasi dan media yang dilakukan masih dan public relation.
belum optimal sehingga tidak banyak Pada permasalahan Kampoeng Batik
masyarakat yang tahu tentang batik yang Jetis, advertising menjadi promosi penting
sudah ada sejak 1675 itu. dalam memasarkan batik tulis Jetis. Peranan
Berangkat dari persoalan tersebut, periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui membangun kesadaran (awarenes) calon
bagaimana upaya masyarakat Kampoeng Batik pembeli terhadap jasa yang ditawarkan, untuk
Jetis dalam mempertahankan batik tulis menambah pengetahuan konsumen tentang
sebagai produk budaya lokal Sidoarjo di jasa yang ditawarkan, membujuk calon
tengah tuntutan ekonomi. Peneliti juga ingin pembeli agar mau membeli, mau
memberikan pemecahan masalah dari sudut menggunakan jasa tersebut, dan untuk
pandang media dan komunikasi terkait dengan membedakan pelayanan dari perusahan satu
pencitraan dan promosi Kampoeng Batik Jetis dengan perusahaan lain (diferentiate the
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan service).
ekonomi masyarakat. Setiap kegiatan promosi
Tujuan ini dilatarbelakangi dengan membutuhkan media dalam penyampaiannya.
kondisi sebagian masyarakat Kampoeng Batik Media yang sering digunakan untuk promosi
Jetis yang masih berupaya mempertahankan pariwisata adalah media cetak dan elektronik.
batik tulis Jetis tapi di sisi lain belum mampu Media cetak misalnya surat kabar dan majalah,
memberikan kontribusi ekonomi secara sedangkan media elektronik misalnya televisi,
signifikan. radio, dan lain sebagainya. Untuk masalah
Permasalahan ini penting karena untuk Kampoeng Batik Jetis, promosi melalui logo,
mempertahankan budaya lokal, secara reklame, signsystem, booklet, dan web masih
ekonomi harus menjanjikan. Selain itu, belum konsisten. Hal inilah yang menjadi
pelestarian produk budaya ini sangat penting pertimbangan dalam melestarikan produk
guna menghidupkan kembali pariwisata lokal sekaligus menjadikan Kampoeng Batik
produk budaya batik di kota Sidoarjo. Jika hal Jetis sebagai sektor wisata budaya lokal
ini diabaikan, maka generasi selanjutnya sehingga memberi kontribusi ekonomi bagi
dikhawatirkan akan menghindar dan lebih masyarakat.
tertarik kepada bidang lain yang dianggap Kristanty dan Wihardi (2012:767)
lebih menjanjikan secara ekonomi. menyebutkan bahwa produk budaya
Sebenarnya pada masa pemerintahan merupakan salah satu kekuatan dalam
Bupati Win Hendrarso (1999-2010), cukup pengembangan sektor pariwisata. Pariwisata
banyak pesanan batik Jetis dari pemerintahan, dan kebudayaan sesungguhnya saling
perusahaan, maupun perorangan. Di sisi lain, mendukung karena pariwisata akan
pengunjung Kampoeng Batik Jetis tidak hanya berkembang bila diikuti dengan pelestarian
datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar budaya lokal. Oleh karena itu, pengembangan
negeri seperti Australia, Jepang, dan Swiss. sektor pariwisata idealnya harus selalu
Namun, produk batik di tempat ini masih melibatkan partisipasi aktif dari komunitas
belum mampu dijadikan tumpuhan hidup para lokal agar membawa keuntungan positif bagi
pebatik. Batik Jetis hanya dipromosikan pada masyarakat luas.
waktu-waktu tertentu saja seperti pameran Untuk menunjang sektor pariwisata
yang diadakan pemerintah maupun pihak perlu direncanakan bagaimana mencitrakan
swasta. Kendati ada sejumlah masyarakat yang Kampoeng Batik Jetis kepada masyarakat luas
memasarkan produk batik dengan membuka sebagai kampung yang memiliki keunikan
toko di kawasan Jetis. Kurangnya kontinuitas produk budaya lokal batik tulis. Oleh karena
dalam berpromosi membuat batik Jetis kurang itu, kampoeng batik ini perlu dilakukan
dikenal masyarakat, bahkan oleh masyarakat perancangan media menjadi salah satu strategi
Sidoarjo sendiri. dalam rangka pelestarian budaya sehingga
Menurut Rosadi (2004) terdapat empat dapat menjadi aset wisata bagi kota Sidoarjo.
teknik promosi yang biasa dipergunakan untuk Emma Wood (Widyaningsih, 2012:3)
melakukan promosi pariwisata, yaitu mengatakan bahwa pencitraan adalah suatu

144
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

image atau citra adalah persepsi dan hanya nonpartisipan. Teknik pengambilan sampel
eksis di dalam pikiran penerima. Untuk menggunakan snowball sampling. Peneliti
memformulasikan suatu citra, publik melakukan wawancara mendalam kepada
menginterpretasikan suatu identitas dalam informan yang dianggap mengetahui informasi
konteks dan dengan kerangka referensi yang lebih tentang Kampoeng Batik Jetis. Setelah
lebih luas. Dari formulasi ini ada empat hal itu, peneliti meminta informan tersebut agar
yang tidak terpisahkan, yaitu identitas, menunjukkan informan lain yang dianggap
persepsi, interpretasi dan citra. Untuk mampu memberi keterangan-keterangan
mendapatkan citra, maka persepsi di dalam terkait Kampoeng Batik Jetis sebagaimana
masyarakat harus memiliki kerangka permasalahan yang dirumuskan peneliti,
pemikiran terhadap apa yang diterimanya. demikian pula selanjutnya. Peneliti akan
Pemberian fokus pada konteks yang akan berhenti ketika memperoleh informasi yang
diterima masyarakat akan lebih efektif untuk dianggap jenuh yaitu informasi yang memiliki
pencitraan suatu daerah. kecenderungan sama dengan informan lain.
Bila dilihat dari sudut pandang Pengumpulan data dilakukan dengan
ekonomi, batik tulis merupakan subsektor cara triangulasi data atau sumber untuk
fesyen dan kerajinan sehingga mendominasi memperoleh data secara bervariasi dari
kontribusi ekonomi nasional, baik nilai beberapa sumber (Pawito, 2007:89). Hal ini
tambah, tenaga kerja, jumlah unit usaha, dan penting untuk menyajikan data secara
ekspor. komprehensif terutama dalam mengemukakan
Menteri Perindustrian MS Hidayat konsep atau proposisi yang mengarah pada
mengatakan bahwa dengan melestarikan kesimpulan.
budaya yang telah ada, para perajin serta Dalam penelitian ini, triangulasi data
masyarakat bisa meningkatkan keunikan atau sumber dilakukan kepada informan-
berdasarkan karya budaya lokal. Hal inilah informan dari beberapa kategori, misalnya,
yang membuat para pebatik bisa lebih maju pebatik, pengurus paguyuban Kampoeng Batik
dan mandiri, serta lebih kreatif dan inovatif Jetis, pemerintah daerah, atau informan yang
untuk bisa memenangkan persaingan global memenuhi kategori ketiganya. Untuk
yang kompetitif (http://www.antaranews.com memperoleh informasi yang seimbang, peneliti
diakses 9 September 2013). juga melakukan wawancara kepada informan
yang dianggap memiliki perspektif berbeda
METODE PENELITIAN dengan informan lain, termasuk yang
berkaitan dengan kesejahteraan ekonomi.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif
dengan menggunakan metode observasi

PEMBAHASAN
Dengan menggunakan metode snowball sampling, peneliti menemukan 5 informan yang
terdiri dari pebatik, mantan pebatik, pengurus paguyuban Kampoeng Batik Jetis, dan pemerintah
daerah.
Tabel 1 : Informan Penelitian
NO NAMA USIA PROFESI
1 Nurul Huda 49 Ketua Paguyuban Batik Sidoarjo,
Pebatik, dan Dosen
2 Zainul Affandi 52 Sekretaris Paguyuban Batik Sidoarjo
dan Pebatik
3 Muh. Ridwan 40 Kepala Seksi Pembinaan Usaha
Pariwisati Dinas Pariwisata Sidoarjo
4 Welly 42 Mantan Pebatik
5 Tono 22 Pebatik

145
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

Penelitian ini menghasilkan bahwa Selain itu, pemerintah juga secara intensif
masyarakat Kampoeng Batik Jetis melalukan promosi melalui media seperti
sesungguhnya memiliki tujuan yang sama seperti reklame yang dipasang di titik strategis
yaitu selalu berupaya melestarikan batik tulis di wilayah Sidoarjo. Pemerintah juga pernah
Jetis sebagai produk budaya lokal kabupaten bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan
Sidoarjo. Namun ada dua kategori yang Perdagangan (Disperindag) dalam
berbeda dalam melestarikan produk budaya pengembangan Usaha Kecil Menengah
lokal sehingga berdampak pada kontribusi (UKM) pada sektor batik. Selain itu juga
ekonomi yang bisa menghidupi mereka. sering mengajak para pebatik untuk mengikuti
even-even pameran di ibukota Jakarta. Bahkan
Kategori Kelompok Masyarakat para pebatik juga mengikuti Kelompok Sadar
Tradisional Wisata (pokdarwis).
Kelompok masyarakat tradisional Permasalahannya, para pebatik masih
adalah kelompok masyarakat yang kurang dalam memahami dampak promosi.
mempertahankan keaslian batik tulis Jetis. menurut Zainal, ada perbedaan pemahaman
Mereka menganggap batik tulis jetis yang antara pebatik dan pemerintah. Bagi
menjadi warisan leluhur mereka harus pemerintah, promosi merupakan program yang
diperlakukan dan dilestarikan dengan baik berdampak pada penjualan jangka panjang.
sehingga tidak keluar dari aslinya. Karena itu, Sedangkan bagi pebatik, promosi adalah
mereka juga kurang memberi kepercayaan kegiatan yang berdampak langsung pada
penuh terhadap keturunan atau anak-anaknya. penjualan. Hal ini mengakibatkan kurang
Hal ini disebabkan proses pembuatan batik sadarnya masyarakat Kampoeng Batik Jetis
tulis yang bagus membutuhkan waktu cukup dalam melakukan promosi, khususnya bagi
lama, yaitu antara tiga sampai empat bulan. kategori kelompok tradisional.
Proses inilah yang menurut mereka tidak Para pebatik bahkan cenderung
memungkinkan untuk dilakukan anak-anak bersikap individualis dalam mempromosikan
zaman sekarang. produk batiknya sehingga tidak ada koordinasi
Jika demikian, hal yang dikhawatirkan dalam menciptakan Kampoeng Batik Jetis
adalah batik Jetis terancam punah karena tidak sebagai tempat wisata budaya lokal. Meskipun
ada kontinuitas regenerasi untuk belajar mereka adalah bagian dari pokdarwis. Hal ini
membatik. Hal ini disebabkan karena para juga ditandai dengan sikap mereka yang
pebatik kurang mempercayai anak-anaknya menutup diri jika ada pengunjung dari luar.
untuk dapat membatik sebaik orangtuanya. Pelayanan seperti ini mengakibatkan
Cara pandang inilah yang menyebabkan berkurangnya pengunjung Kampoeng Batik
terjadinya krisis produk budaya lokal, Jetis Sidoarjo. Mereka fokus pada penjualan
khususnya di Sidoarjo. jangka pendek produk batiknya saja tanpa
Di sisi lain, kelompok masyarakat mempedulikan hal-hal yang bersifat jangka
tradisional cenderung kurang menyadari panjang
tentang manfaat sebuah promosi. Bagi mereka, Kategori kelompok masyarakat
promosi selalu menghabiskan dana banyak dan tradisional menganggap bahwa saat ini banyak
tidak memiliki dampak secara langsung seperti pebatik yang kurang mementingkan kualitas
transaksi jual beli. Persoalan inilah yang sehingga proses membatik juga cepat. Hal ini
menjadi perbedaan cukup tajam antara bisa mereduksi nilai-nilai yang diwariskan
pemerintah dan kelompok lain yang memiliki para leluhur dan berdampak pada harga yang
keinginan untuk mengubah ekonomi relatif murah. Oleh karena itu kelompok
keluarganya. masyarakat tradisional sebagian besar produk-
Menurut Zainal Afandi (52), seorang produk batiknya relatif mahal sehingga banyak
pemilik batik dan sekretaris Paguyuban Batik yang hanya menjadi koleksi saja. Akibatnya,
Sidoarjo, sebenarnya pada masa pemerintahan tidak banyak pengunjung yang membeli
Sidoarjo era Win Hendrarso (1999-2010), produk batik mereka. Pada gilirannya profesi
promosi sudah sering dilakukan seperti sebagai pebatik kurang mampu memberikan
bekerjasama dengan PT Telkom dalam hal kontribusi ekonomi dalam keluarganya.
pelatihan internet dan pembuatan online shop.

146
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

Rata-rata pengunjung di Kampoeng wisata produk budaya batik tulis Sidoarjo,


Batik Jetis sebanyak 5-7 orang per bulan pada tetapi kurang dikenal di masyarakat.
setiap pebatik. Sedangkan pendapatan kotor Pemahaman masyarakat kelompok
mereka rata-rata 8 juta hingga 12 juta per modern ini sejalan dengan pemerintahan era
bulan. Padahal dengan melihat harga batik Win Hendrarso. Karena pada saat itu,
yang mencapai 9 juta per potong dengan rata- pemerintah kabupaten Sidoarjo memberikan
rata 1-2 juta per potong, seharusnya bisa apresiasi lebih kepada pelaku Usaha Kecil
dioptimalkan. Menengah (UKM) khususnya pengrajin batik.
Hal ini dibuktikan dengan peresmian
Kategori Kelompok Masyarakat Modern Kampoeng Batik Jetis yang ditandai dengan
Kelompok masyarakat modern adalah pembangunan Gapura Kampoeng Batik Jetis
kelompok masyarakat yang mempertahankan serta beberapa media promosi lainnya seperti
batik tulis Jetis sesuai dengan konteks reklame, sign system, dan lain sebagainya.
zamannya. Oleh karena itu, mereka sadar Saat itu pemerintahan Sidoarjo juga sering
dengan kegiatan promosi. Kelompok mengikuti ekspo di ibukota dan kota-kota
masyarakat ini fokus pada bagaimana cara besar lainnya. Oleh karena itu, banyak kantor
mengembangkan usaha produk batik sehingga kedinasan atau instansi yang membeli di
dapat menjadi sumber ekonomi keluarga. Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo. Bahkan,
Namun yang membedakan dengan kelompok beberapa wisatawan asing seperti dari Swiss,
tradisional adalah para pebatik Australia, dan Jepang juga pernah
mengembangkan keaslian batik Jetis mengunjungi kampoeng tersebut.
tradisional dengan cara membuat batik Namun saat ini tidak ada media
kontemporer untuk memenuhi permintaan promosi yang menonjol dalam upaya
masyarakat atau pasar. Hal ini karena batik mempromosikan Kampoeng Batik Jetis sejalan
kontemporer lebih cepat untuk diproduksi dengan bergantinya pemerintahan yang baru.
dalam jumlah banyak. Selain itu, harga batik Kelompok masyarakat modern kurang
kontemporer juga relatif lebih murah. bisa diterima oleh kelompok masyarakat
Namun cara berpromosi kelompok tradisional karena dianggap menyimpang dari
modern ini lebih sering menggunakan strategi warisan budaya lokal. Oleh karena itu,
person to person yang dilakukan kepada beberapa di antaranya keluar dari Kampoeng
siapapun termasuk calon pembeli. Mereka Batik Jetis untuk mengembangkan usahanya
meyakini bahwa melayani konsumen dengan sendiri dengan cara pandang mereka sendiri,
perlakuan sebaik mungkin akan membawa khususnya dalam berpromosi.
dampak positif terhadap usahanya, baik secara
langsung maupun jangka panjang. Persoalan Upaya Pemerintah Mempertahankan
inilah yang menjadi pembeda antarkelompok Produk Batik Jetis
pebatik modern dan tradisional. Dengan Selain upaya masyarakat Kampoeng
berbagai usaha untuk melayani konsumen Batik Jetis, pemerintah juga mempunyai
sebaik mungkin, mereka mendapatkan program-program terkait upaya
dukungan dan kepercayaan penuh dari mempertahankan produk budaya lokal batik
pemerintah untuk berpromosi sehingga mudah Jetis. Saat ini pemerintah Sidoarjo berupaya
mendapatkan relasi. mempertahankan produk batik Jetis dengan
Menurut Nurul Huda (49), seorang melakukan perencanaan even-even pameran,
pemilik usaha batik Jetis dan Ketua baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain
Paguyuban Batik Sidoarjo (PBS), terjadi itu, pemerintah juga mengadakan pertukaran
persaingan dari para pebatik di Kampoeng pelajar duta wisata dengan negara Ukraina dan
Batik Jetis dalam berdagang. Karena memang Turki. Dalam pertukuran ini, yang dilakukan
keduanya memiliki cara pandang yang adalah bertukar budaya lokal. Oleh karena itu,
berbeda. Hal inilah yang membuat kedua produk batik Jetis adalah salah satu produk
kelompok (tradisional dan modern) tidak bisa yang dipromosikan dalam pertukaran pelajar.
saling mendukung sehingga berdampak pada Selama ini, dalam even rutin
pencitraan Kampoeng Batik Jetis. Kampoeng pemilihan Guk dan Yuk Sidoarjo, pemerintah
ini tidak saja kurang dikenal sebagai pusat juga menggalakkan melalui kewajiban

147
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

kontestan untuk menggunakan batik Jetis identitasnya dari kampoeng batik lainnya. Ada
sebagai busana dalam penampilan mereka. beragam alasan mengapa perlu meredesain
Harapannya, Guk dan Yuk ikut mengenalkan logo, antara lain (a) karena meluncurkan
batik Jetis ke masyarakat luas. Selain itu, sebuah organisasi baru, (b) merger atau
pemerintah juga mengadakan kontes-kontes akuisisi, (c) diversifikasi, (d) re-positioning,
dengan menonjolkan busana batik Jetis. (e) mengadakan perubahan corporate culture,
Pemerintah juga berupaya mengenalkan batik dan (f) pengembangan internasional (Rustan,
Jetis dengan menggunakan media promosi 2009). Dalam hal ini Kampoeng Batik Jetis
melalui brosur dan kalender. memerlukan desain logo karena adanya re-
Permasalahannya adalah dari positioning, mengadakan perubahan corporate
kacamata komunikasi, media-media promosi culture, dan melakukan pengembangan yang
yang digunakan kurang optimal, baik secara bisa mengenalkan Kampoeng Batik Jetis
visual maupun distribusinya. Hal ini sebagai pusat batik tulis di Sidoarjo.
dibuktikan dengan dampak promosi tersebut Desain reklame berguna bagi
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Inilah pengenalan dan pencitraan di masyarakat.
yang membuat peneliti menciptakan strategi Desain reklame menjadi media promosi yang
inovasi komunikasi, khususnya dalam bidang efektif dengan menggunakan konsep yang
media promosi. matang. Konsep reklame didasarkan pada
perilaku pasar dan kondisi Batik Jetis Sidoarjo.
Inovasi Komunikasi dan Media Promosi Oleh karena itu, konsep desain reklame ini
Dari beberapa permasalahan tersebut, adalah “survival” dengan harapan produk lokal
maka yang harus dilakukan saat ini adalah Sidoarjo ini terus survive di tengah gempuran
merancang media promosi Kampoeng Batik globalisasi. Perancangan desain reklame
Jetis. Hal ini berdasarkan data di lapangan menggunakan desain vektor seorang gadis
bahwa tidak ada optimalisasi media yang yang dibalut busana batik khas Yuk Sidoarjo
sebenarnya berpotensi untuk mengenalkan sebagai jati diri kota tersebut.
Kampoeng Batik Jetis dan pencitraan di Media reklame ditempatkan di titik-
masyarakat. Misalnya, mendesain logo, desain titik yang dianggap strategis seperti di
reklame, booklet, bahkan sign system perempatan Sidokare, jalan utama menuju
Kampoeng Jetis, dan website. Kampoeng Batik Jetis. Selain itu juga bisa
Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo perlu ditempatkan di pusat kota.
mendesain logo untuk mendiferensiasikan

Gambar 1 : Contoh Desain dan Penempatan Reklame

148
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

Sedangkan booklet berfungsi sebagai beserta alamat mereka. Cover depan dan
media informasi kepada masyarakat untuk belakang menunjukkan logo Kampoeng Batik
mengetahui informasi batik lebih detail kepada Jetis dan gambar vektor seorang perempuan
para pengunjung Kampoeng Batik Jetis. dengan dibalut batik Jetis Sidoarjo. Hal ini
Booklet ini berisi tentang sejarah KBJ, galeri memudahkan pembaca untuk mengenal dan
foto batik tulis, suasana Kampoeng Batik Jetis, mengingat Kampoeng Batik Jetis sebagai
proses pembuatan batik tulis Jetis, peta lokasi pusat batik tulis Sidoarjo.
KBJ, dan daftar anggota pengrajin atau pebatik

Gambar 2 : Contoh Desain Cover Booklet Depan dan Belakang

Media promosi lainnya adalah sign gapura dan plat gapura. Desain gapura ini
system. Media ini berfungsi sebagai penunjuk disertai logo pada posisi atas gapura sehingga
arah sekaligus memberikan ingatan pada mempunyai point interest yang cukup kuat
pengunjung dan calon pembeli. Pada sign karena warna merah yang kontras dengan ekor
gapura didesain dengan motif batik pada pilar yang menonjol di luar bingkai gapura.

Gambar 3 : Contoh Desain Sign System Gapura Kampoeng Batik Jetis

Pada sign penunjuk arah dan batik, info lokasi, info nama galeri beserta
keberadaan galeri batik tulis, didesain dengan logo KBJ dengan tujuan untuk melekatkan
plat yang memiliki motif lekukan “kembang ingatan pengunjung atau calon pembeli.
bayem”. Di dalam plat ditanamkan motif

149
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013

Gambar 4 : Contoh Desain Sign System Penunjuk Arah

KESIMPULAN Dari permasalahan tersebut, maka


Dari permasalahan dan pembahasan yang harus dilakukan saat ini adalah
terkait dengan Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo, merancang media promosi Kampoeng Batik
maka peneliti memberikan kesimpulan bahwa Jetis. Hal ini berdasarkan data di lapangan
terdapat dua kategori kelompok masyarakat bahwa tidak ada optimalisasi media yang
yaitu kelompok masyarakat tradisional dan sebenarnya berpotensi untuk mengenalkan
kelompok masyarakat modern. Kedua Kampoeng Batik Jetis dan pencitraan di
kelompok ini sama-sama ingin melestarikan masyarakat. Misalnya, mendesain logo, desain
produk budaya lokal batik tulis Jetis Sidoarjo. reklame, booklet, bahkan sign system
Namun yang membedakan keduanya adalah Kampoeng Jetis, dan website.
cara pandang mereka dalam melestarikan dan
mengenalkan produk batik kepada masyarakat DAFTAR PUSTAKA
sehingga berdampak pada kontribusi ekonomi. Kristanty dan Wihardi. 2012. “Strategi Dinas
Kelompok masyarakat tradisional Komunikasi dan Informatika
adalah kelompok yang mempertahankan Pemerintah Kota Bandung dalam
keaslian batik tulis Jetis. Mereka beranggapan Melakukan City Branding Berbasis
bahwa batik tulis jetis yang menjadi warisan Kearifan Lokal (Studi
leluhur harus diperlakukan dan dilestarikan Kasus:Pembangunan Sektor Pariwisata
dengan baik sehingga tidak keluar dari aslinya. di Kota Bandung, Jawa Barat)”, dalam
Namun kelompok ini kurang menyadari Prosiding Seminar Nasional
tentang manfaat sebuah promosi sehingga “Menggagas Pencitraan Berbasis
produk batik tulis kurang mampu memberikan Kearifan Lokal”, 26 September 2012.
kontribusi lebih dalam hal ekonomi. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi
Kelompok masyarakat modern adalah Kualitatif. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi
kelompok masyarakat yang mempertahankan Aksara Yogyakarta.
batik tulis Jetis sesuai dengan konteks Rosadi, Ruslan. 2004. Metode Penelitian
zamannya. Oleh karena itu, mereka sadar Public Relation. Jakarta : PT. Raja
dengan kegiatan promosi. Namun cara Grafindo Persada.
berpromosi kelompok modern ini lebih sering Rustan, Surianto. 2009. Mendesain Logo.
menggunakan strategi person to person yang Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
dilakukan kepada siapapun termasuk calon Widyaningsih, Henny S. 2012. “Keterbukaan
pembeli. Mereka meyakini bahwa melayani Informasi dan Pencitraan” oleh Henny
konsumen dengan perlakuan sebaik mungkin S. Widyaningsih, dalam Prosiding
akan membawa dampak positif terhadap Seminar Nasional “Menggagas
usahanya, baik secara langsung maupun Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal”, 26
jangka panjang. Persoalan inilah yang menjadi September 2012.
pembeda antarkelompok masyarakat modern http://www.antaranews.com/berita/380681/fes
dan tradisional. yen-dan-kerajinan-dominasi-kontribusi-
ekonomi diakses 9 September 2013

150

Anda mungkin juga menyukai