Oleh:
(19440410006)
Fakultas Teknik
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi mempunyai peranan yang sangat dalam perekonomian baik sebagai bahan
bakar, bahan baku, maupun sebagai komoditas ekspor. Konsumsi energi terus meningkat
sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk memenuhi
permintaan energi tersebut perlu pasokan berbagai jenis energi sumber daya energi, baik
energi fosil maupun energi terbarukan. Mengingat sumber daya energi fosil khususnya
minyak bumi jumlahnya terbatas serta harga energi fosil yang terus meningkat, maka
pemanfaatan energi itu perlu di optimalkan. Di samping itu, pemberlakuan kebijakan subsidi
harga energi yang cukup lama menyebabkan pemakaian energi di semua sektor tidak efisien.
Hal ini terlihat dari elastisitas energi yang masih tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di
daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan serta untuk meningkatkan rasio
elektrifikasi nasional, perlu dikembangkan potensi sumber daya energi baru dan terbarukan
setempat sebagai bahan bakar PLTD yang saat ini masih menggunakan minyak diesel.
Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi, Pemerintah telah mengeluarkan
Kebijakan Energi Nasional yang dimuat dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006. Untuk
memenuhi kebutuhan energi jangka panjang, Pemerintah dalam Peraturan Presiden tersebut,
telah menetapkan bauran energi tahun 2025 untuk mengurangi ketergantungan pada minyak
bumi dengan mengembangkan sumberdaya energi alternatif baik energi terbarukan, energi
baru maupun energi fosil lain.
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi pasal 2 menyatakan bahwa
energi dikelola berdasarkan asas kemanfaatan, rasionalitas, efisiensi berkeadilan, peningkatan
nilai tambah, keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup,
ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional.
Sementara pasal 3 menyatakan bahwa dalam rangka mendukung pembangunan nasional
secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, tujuan pengelolaan energi
antara lain kemandirian, penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan energi, akses masyarakat,
industri energi dan lingkungan hidup.
Dalam kaitan inilah analisis ketahanan energi merupakan langkah yang sangat penting
dalam menjamin kelangsungan pembangunan nasional baik dalam kecukupan pasokan energi
juga dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Definisi ketahanan energi menunjukkan bahwa ketahanan energi tidak hanya masalah
kebutuhan dan penyediaan energi tetapi menyangkut masalah yang lebih luas seperti,
keterjangkauan pasokan, kemampuan masyarakat untuk memperoleh energi, kualitas`
lingkungan hidup dan lain-lain. Dalam kaitan inilah dilakukan analisis ketahanan energi yang
bertujuan untuk:
Mengetahui kondisi-kondisi apa yang akan terjadi di masa depan.
Mengembangkan kondisi positif dan mengantisipasi kondisi negatif yang mungkin
timbul,
Menetapkan strategi dalam rangka pencapaian ketahanan energi nasional yang
meliputi ketersediaan, kemampuan menyediakan, kemampuan mengakses, dan
Penerimaan masyarakat.
Dari elemen ketahanan energi tersebut diatas dikembangkan berbagai komponen atau
faktor yang mempengaruhi ketahanan energi.
a. Availability (ketersediaan)
Ketersediaan terdiri dari beberapa komponen antara lain adalah:
Pemanfaatan energi baru dan terbarukan pada pembangkitan listrik. Hal ini menjadi
penting karena penggunaan energi fosil relatif mahal, sementara EBT merupakan
sumberdaya energi lokal.
Pengaruh ekspor energi terhadap ketahanan energi. Ekspor energi pada dasarnya
adalah untuk mendapatkan devisa, sementara ekspor energi akan mengurangi potensi
energi dan melemahkan ketahanan energi nasional.
Pengaruh impor terhadap ketahanan energi. Impor energi pada dasarnya untuk
memenuhi kebutuhan energi, tetapi peningkatan impor atau dominasi energi impor
pada konsumsi energi akan melemahkan ketahanan energi.
Peranan diversifikasi pada konsumsi energi. Diversifikasi dapat meningkatkan
fleksibilitas penyediaan energi yang akan meningkatkan ketahanan energi.
b. Affordability (keterjangkauan atau
kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan energi) Keterjangkauan yang dimaksud
adalah bagaimana masyarakat atau pengguna energi sanggup atau mampu dalam
menyediakan dan memanfaatkan energinya. Pada keterjangkauan ada hal-hal yang berkaitan
antara lain:
Konsumsi listrik per kapita, konsumsi listrik yang meningkat memberikan gambaran
bahwa masyarakat makin mampu dalam menyediakan energinya.
Konsumsi energi per kapita. Indikator ini menunjukkan bahwa menunjukkan
pertumbuhan ekonomi dan kemampuan masyarakat dalam penyediaan energi.
Penggunaan biomasa sebagai energi oleh masyarakat,
Peningkatan ekonomi masyarakat, dipergunakan GDP (harga konstan tahun 2000) per
kapita.
Rasio elektrifikasi, rasio elektrifikasi secara umum menunjukkan kemampuan
masyarakat dalam penyediaan listriknya.
c. Accessability (kemampuan untuk mengakses energi)
Kemampuan untuk memasok energi lebihditekankan pada kemampuan untuk
pemerintah dalam peningkatan kemampuanmasyarakat dalam mengakses energi, yang
meliputi:
Kapasitas kilang, penambahan kapasitaskilang memberi gambaran adanya jaminan
untuk pemenuhan kebutuhan minyak masyarakat.
Penambahan jaringan transmisi dan distribusi listrik menunjukkan masayarakat dapat
mengakses listrik secara lebih baik.
Kesuksesan konservasi memberi gambaran adanya peningkatan kapasitaspenyediaan
energi melalui pengurangankebutuhan.
Rasio kelistrikan yang menunjukkan kemampuan dalam menyediakan listrik
Cadangan strategis, peningkatan caangan strategis dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas pasokan energi dan menjamin kelangsungan penyediaan energi.
d. Acceptability (penerimaan masyarakat)
Penerimaan masyarakat merupakan suatu faktor yang mendorong atau menghambat
penerapan program maupun jenis energi tertentu yang berpengaruh pada kualitas hidup,
kesehatan, pencemaran lingkungan serta adaptasi perubahan iklim.
Lingkungan global, sesuai dengan program pemerintah maka program yang didukung
adalah kegiatan yang sedikit Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi
Indonesia 201284 atau sama sekali tidak menghasilkan gas rumah kaca, antara lain
pemanfaatan EBT.
Lingkungan regional/lokal, kegiatan yang dapat diterima masyarakat ialah kegiatan
yang tidak merusak lingkungan.
Adaptasi lingkungan. Kegiatan yang mampu meningkatkan daya tahan atau
beradaptasi terhadap lingkungan, seperti pemanfaatan EBT.
D. Penilaian
Penilaian diberikan untuk setiap indikator yaitu dengan mengalikan bobot dan nilai
indikator untuk setiap elemen dan komponen serta indikator yang terkait. Indikator yang
memperoleh nilai akhir yang sangat tinggi atau sangat rendah harus dianalisis untuk melihat
permasalahan yang ada dan diberikan langkah kebijakan untuk penanganannya.
Perbandingan total nilai dari tahun dasar 2010 dengan tahun 2025 pada skenario dasar
maupun skenario MP3EI menunjukkan kondisi resiko ketahanan energi pada kedua skenario
tersebut.
Sebagai data utama adalah hasil run model Markal serta data historis yang diperoleh
dari KESDM, dan institusi lainnya. Data yang dianalisis dikelompokkan sesuai dengan
elemen ketahanan energi.Sebagian data yang dipergunakan dalam analisis ketahanan energi
ditunjukkan dalam Tabel 1 tentang ketersediaan energi, kemampuan mendapatkan,
kemampuan menyediakan, dan penerimaan masyarakat.
BAB III
Hasil Analisis
Hasil analisis ketahanan energi diperoleh dengan evaluasi terhadap data dan asumsi
pada Tabel 2 dan dihitung berdasarkan metodologi yang telah ditentukan sebelumnya.
Evaluasi yang telah dilaksanakan memberikan gambarantentang kondisi kerentanan
ketahanan energi tahun 2025 dan 2030 dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 sebagai
tercantum pada Tabel 3.
A. Kesimpulan
Penurunan cadangan sumberdaya energi yang disebabkan konsumsi serta ekspor yang
tinggi pada skenario MP3EI memberikan kerentanan ketahanan energi yang lebih tinggi
daripada skenario dasar. Dengan kapasitas kilang yang terbatas maka impor BBM akan
meningkat sangat tinggi terutama pada skenario MP3EI. Hal ini akan meningkatkan
ketergantungan BBM pada impor dan menurunkan ketahanan energi. Secara keseluruhan
skenario MP3EI yang mengarah kepada pertumbuhan ekonomi tinggi rata-rata 9,8 % per
tahun selama 20 tahun menimbulkan kerentaan yang lebih tinggi dibanding dengan skenario
dasar dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5% per tahun selama 20 tahun.
B. Saran
Perlu adanya master plan atau rencana induk dalam ketahanan energi agar kerentaan
yang ada dalam skenario dasar maupun MP3EI dapat dikurangi dalam meningkatkan
ketahanan energi nasional. Dalam pengembangan penyediaan energi baik dari sumberdaya,
penyiapan fasilitas maupun prasarana energi perlu diikuti dan didukung oleh pengembangan
industri energi nasioanal baik dalam produksi energi maupun dalam penyediaan fasilitas
energi.
Daftar Pustaka
Kruyt, B. et al., 2007, Indicators for energy security, Energy Policy, Vol. 37, Elsevier.
Sovacool, B.K. and Mukherjee, I., 2011, Conceptualizing and measuring energy security: A
synthesized approach, Energy, Vol. 36, Elsevier.
Sovacool, B.K. et al., 2011, Evaluating energy security performance from 1990 to 2010 for
eighteen countries, Energy, Vol. 36, Elsevier.
BPPT, 2012, Output Model BPPT-DEMI dan Model MARKAL, Laporan internal tidak
dipublikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.
Boedoyo, M.S., 2011, Strategi untuk Pencapaian Ketahanan Energi Indonesia, Seminar
Nasional Security Energy, Musyawarah Nasional XI, BKKMTKI, 18 Oktober 2011,
Jakarta.
Bazilian, M. et al., 2011, Interactions between energy security and climate change: A focus
on developing countries, Energy Policy, Vol. 39, Elsevier.