Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Sibernetik (Cybernetics)

Sibernetik (cybernetics) adalah suatu cabang ilmu yang menaruh kepedulian terhadap masalah-
masalah komunikasi dan arus informasi sebagai salah satu sistem yang bersifat kompleks.

Dewasa ini manusia di seluruh dunia menaruh kepedulian terhadap berbagai jenis polusi dan
perusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh perilaku manusia
secara kontroversi digambarkan oleh hasil penelitian Meadows, Randers dan Behres III (1972).
Akumulasi tindakan perseorangan dapat berpengaruh terhadap perubahan lingkungan secara
drastis. Dewasa ini sudah sangat disadari oleh semua pihak bahwa perusakan lingkungan hidup akan
menjadi bumerang terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, timbul berbagai
organisasi , baik organisasi pemerintah maupun oranisasi non pemerintah yang berusaha menjaga
keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup ini. Pemeliharaan keseimbangan lingkungan hidup
berarti memelihara siklus kehidupan, dan untuk menjaga siklus kehidupan sejak lama sudah dikenal
salah satu cabang ilmu yang sifatnya multidisiplin yaitu ilmu tentang lingkungan hidup atau ekologi.
Salah satu hukum dasar dari ekologi , yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan segala sesuatu itu
merupakan salah satu konsep dasar pendekatan sistem.

Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa Amerika Serikat telah menerapkan
pendekatan sistem di dalam sistem pertahanan dan keamanan sebagaimana diuraikan dalam buku
yang berjudul System Analysis and Policy Planning Aplication in Defense yang diedit oleh E. Quade
dan W. I. Boucher di mana beberapa pendapatnya telah diikuti dalam tulisan ini.

Dalam teori organisasi dan manajemen modern, menurut Kast dan Rosenzweig (1974),
mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan suatu kerangka kerja yang bersifat integratif
dalam teori dan pratik organisasi dan manajemen. Selzniek (1966), telah menggunakan analisis
struktural dan pendekatan sistem dalam penelitian organisasi pemerintahan dan organisasi yang
besar dan kompleks.

MANAJEMEN SEBAGAI SISTEM

Pendekatan sistem digunakan dalam pembahasan manajemen, hal ini disebabkan karena gerakan
sistem adalah sesuatu yang baru dan cocok dalam bidang manajemen. Sesungguhnya masih ada
gerakan yang lebih mutakhir dalam administrasi ialah contingency atau pendekatan situasional
(Robbin, 1982,h. 46) namun pendekatan ini tidak dipilih mengingat pendekatan sistem itu sendiri
bisa merangkul pendekatan situasional berkat keterbukaannya terhadap lingkungan

Misalnya bila masyarakat dan kebijakan atau peraturan pemerintah berubah, maka institusi atau
manajemen akan mengubah diri pula agar selaras dengan kemauan masyarakat dan pemerintah.

Organisasi sebagai Sub Sistem


Hersey (1978, h. 8) membagi organisasi menjadi sub sistem, yaitu sub struktur, teknologi, manusia,
dan informasi dengan tujuan ada ditengah-tengah.Sementara itu Kast (1974) menyatakan organisasi
sebagai sub sistem lingkungannya yang lebih besar yang berorientasi kepada tujuan, yang mencakup
sub sistem teknik, struktur, psikologi sosial, dan manajemen. Pandangan ke dua ini didukung oleh
Johson (1973).Dan ada pula akhli lain yang tidak menyebutkan bagian-bagian organisasi itu sebagai
sub sistem tetapi dengan elemen-elemen organisasi, yaitu elemen tujuan, orang-orang, struktur,
teknik, dan informasi.

Pendapat keempat ahli di atas tidak persis sama tentang macam-macam sub sistem suatu organisasi.
Sub sistem yang mereka sudah sepakati bersama ialah struktur, teknik, orang-orang, dan informasi.
Yang belum mendapatkan kesepakatan ialah mengenai tujuan, lingkungan dan manajemen.

Ada yang mengatakan tujuan ada di tengah-tengah organiusasi sbagai pengendali sub sistemnya,
ada yang mengatakan organisasi berorientasi kepada tujuan, dan ada pula yang memandang tujuan
sebagai salah satu elemen organisasi. Pernyataan pertama dan kedua menekankan kepada peranan
tujuan sedangkan pernyataan ketiga menekankan pada satu segi yang tidak dapat disamakan atau
digabungkan dengan segi yang lain. Memang benar tujuan memegang peranan tertentu namun ia
benar pula sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Ini berarti tujuan dapat dipandang sebagai salah
satu sub sistem oranisasi.

Manajemen dipandang sebagai sub sistem organisasi, hanya dikemukakan oleh dua dari keempat
ahli tersebut di atas. Namun demikian hal ini bisa diterima mengingat manajemen ini juga berdiri
sendiri seperti halnya dengan sub sistem –sub sistem yang lain, yang tidak dapat digabungkan
dengan bagian-bagian organisasi lainnya.

Bagaimana halnya dengan lingkungan? Lingkungan hanya dipandang sebagai sura sistem, yaitu
sistem-sistem yang berada di sekeliling sistem organisasi. Organisasi ada di tengah-tengah
lingungannya. Hal ini memang meruupakan kenyataan, kita dapat mengamatiu sendiri di lapangan
lebihj-lebh sistem ang bersifat terbuka. Tatai dalam pembahasan manajemen sebagai sistem,
lingkungan ini dimasukkan sebagai salah satu sub sistemnya. Sebab menangani kesehatan tidak
terlepas dari keadaan dan usaha lingkungan.

Dengan demikian organisasi sebagai sistem terdri dari sub sistem tujuan, manajemen, struktur,
teknik, personalia,dan informasi serta merupakan bagian dari lingkunganya. Sistem kesehatan
adalah merupakan sub sistem dari sistem lingkungan yanglebih besar. Sistem kesehatan memiliki
supra sistem yang disebut lingkungan.

Administrasi sebagai Sub Sistem

Administrasi adalah bentuk kerja sama antara para aggota organisasi untuk merealisasi cita-cita
mereka. Administrasi merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan organisasi. Dalam hal ini
yang banyak terlibat dalam proses adalah isi organisasi itu, sdangkan lingkungan hanya aktif bila
diperlukan saja secara insidental. Proses kerja sama itu selalu dituntun oleh tujuan , sementara itu
tujuan tetap dia, ia hanya sebagai lamang yang terpampang sebagi gambaran aspirasi yang akan
dikejar. Ini berarti administrasi sebagai suatu proses kerja sama hanya mencakup sub sistem
manajemen, struktur, teknik, personalia,dan informasi saja.

Bagaimana halnya dengan manajemen sebagai suatu kesatuan yang berdiri sendiri, sebagai suatu
sistem? Shrode (1974, h. 157) menyebutkan dimensi-dimensi manajemen sebagai berikut : (1)
management by objective, (2) mangement by techniques, (3) management by structure, (4)
management by people, (5) management by information. Kalau kita konsisten dengan pendirian
bahwa tujuan adalah sesuatu yang diam hanya sebagai target atau ukuran yang akan dikejar, maka
tujuan tidak perlu dipandang sebagai sub sistem manajemen. Sebab manajemen adalah suatu
kegiatan.

Bila melaksanakan manajemen secara sistem, berarti memberi perhatian dan perlakuan dengan
proposi yang relatif sama kepada sub sistem-sub sistemnya. Tidak dibenarkan manajer hanya
memperhatikan beberapa saja dari sub sistemnya dengan menomor duakan sub sistem lainnya.
Misalnya kalau ingin memajukan kesehatan hendaknya perhatian terhadap perbaikan informasi dan
personalia sama intensitasnya dengan perhatian terhadap perbaikan teknik dan pelayanannya.
Dengan memberi perhatian dan perlakuan yang relatif sama terhadap sub sistem sub sitem
manajemen yang diharapkan jalan organisasi pelayanan kesehatan tidak timpang. Sub sistem-sub
sistem itu akan semakin meningkat secara serempak dan terpadu melaksanakan misi kesehatan
membentuk manusia sehat sejahtera yang dilandasi oleh nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku
di masyarakat.

Fungsi-fungsi menajemen, seperti perencanaan, koordinasi/organisasi, pengarahan , dan


kontrol/pengawasan akan terjadi pada setiap sub sistem manajemen dengan proporsi yang sesuai
menurut keperluan. Fungsi-fungsi atau tugas-tugas manajemen itulah yang perlu dikenakan secara
relatif sama dan terpadu pada setiap sub sistem.

MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Guna memudahkan para mahasiswa untuk mempelajari kesisteman dan Sistem Analisis , adalah
sebaiknya apabila diberikan tentang teknik atau cara-cara pengambilan keputusan. Untuk
mengingatkan kembali mata kuliah azas-azas manajemen bagi mahasiswa yang pernah memperoleh
pada program Strata 1 (S1), atau suatu pengetahuan tambahan pada perkuliah Sistem Analisis bagi
mahasiswa yang belum pernah dapat mata kuliah ini.

Dalam sebuah organisasi, manajer pada seluruh jenjang senantiasa membuat keputusan. Pengaruh
dari keputusan tersebut mungkin menjangkau masalah yang vital bagi kelangsungan hidup bagi
organisasi itu sendiri. Semua keputusan mempunyai banyak pengaruh, baik besar maupun kecil,
kepada kinerja, jadi setiap manajer harus mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan.
Kualitas keputusan manajer adalah ukuran efektifitas mereka dan nilai mereka bagi organisasi. Suka
atau tidak, manajer dinilai dan dihargai atas dasar pentingnya, jumlah, dan hasil keputusan mereka.

Macam-macam Keputusan Manajerial

Meskipun para manajer dalam organisasi bisnis, kantor pemeritah, rumah sakit, dan sekolah
mungkin dipisah oleh latar belakang, gaya hidup, dan jarak, mereka semua harus membuat
keputusan-keputusan. Manajer sebagai pembuat keputusan adalah seorang pemecah masalah, yaitu
dengan memilih satu aternatif-alternatif yang tersedia, atau menemukan alternatif lain yang
berbeda secara berarti dari alternaif yang ada sebelumnya. Dalam bagian ini , kita akan membahas
berbagai macam keputusan, diantaranya keputusan terprogram dan tak terprogram.

1. Keputusan Terprogram (programmed decision)

Keputusan terprogram memiliki pemecahan yang berulang-ulang dan rutin. Manajer pada sebagian
besar organisasi mengahadapi sejumlah besar keputusan terprogram dalam operasi sehari-hari.
Keputusan-keputusan demikian sebaiknya dibuat tanpa membuang waktu dan usaha yang tak perlu.

2. Keputusan Tak Terprogram (nonprogrammed decision)

Bila masalah-masalah berisi elemen-elemen yang sebelumnya tidak pernah dihadapi manajemen
sebelumnya, atau jika masalah itu rumit dan sangat penting, ini memerlukan sebuah pemecahan
berbeda, dan mungkin unik. Pada kondisi seperti inilah seorang manajer harus mengambil keputusan
tak terprogram. Dengan kata lain, keputusan tak terprogram adalah pemecahan masalah-masalah
baru dan tak terstruktur.

Akan tetapi, apa yang terpenting adalah bahwa kebutuhan terhadap keputusan tak terprogram
dapat diketahui kapan terjadi. Organisasi–organisasi pemerintah membuat keputusan yang
mempengaruhi kehidupan setiap penduduk, organisasi-organisasi bisnis membuat keputusan untuk
menghasilkan produk-produk baru. Rumah sakit – rumah sakit, dan sekolah-sekolah membuat
keputusan yang mempengaruhi pasien dan siswa tahun-tahun berikutnya. Keputusan semacam ini
secara tradisional dilakukan melalui proses pemecahan masalah-masalah, pertimbangan, intuisi, dan
kreativitas. Meskipun beberapa manajer tidak menyukai keputusan-keputusan berdasarkan intuisi,
teknik manajemen modern tidak membuat kemajuan yang sama dalam perbaikan kinerja manajerial
dalam pengambilan keputusan tak terprogram sebagaimana para manajer melakukannya dalam
pengambilan keputusan terprogam.

Berurusan dengan keputusan-keputusan tak terprogram adalah suatu tugas berat. Manajer usaha
kecil mungkin tidak memiliki sumber daya manajerial dan keuangan yang cukup dalam menghadapi
situasi-situasi sulit ketika masalah yang membutuhkan keputusan tak terprogram muncul. Para
manajer seperti itu harus mempertimbangkan kemungkinan menyewa seseorang untuk menangani
masalah kebutuhan pengambilan keputusan tak terprogram.
Macam-macam Keputusan dan Jenjang Manajemen

Masalah yang sering timbul dan mempunyai sejumlah ketidak pastian di sekitarnya seringkali
sifatnya strategis dan sebaiknya diperhatikan oleh manajemen puncak.

Para manajer menengah di sebagian besar organisasi kebanyakan memusatkan perhatiannya pada
keputusan-keputusan terprogram. Seperti gambar di bawah ini ,sifat masalah , seberapa sering
masalah timbul, dan tingkat kepastian disekitarnya menunjukan jenjang manajemen yang tepat
untuk melakukan pengambilan keputusan.

Proses Pengambilan Keputusan

Ada sejumlah pendekatan terhadap pengambilan keputusan. Pendekatan mana yang terbaik
tergantung pada sifat masalah, tersedianya waktu, biaya masing-masing strategi, dan keterampilan
mental dari pengambilan keputusan.

Keputusan adalah cara, bukan tujuan. Keputusan adalah proses melalui cara mana seorang manajer
berusaha mencapai beberapa keadaan yang diinginkan. Keputusan merupakan tanggapan para
manajer terhadap pemasalahan. Setiap keputusan adalah akibat dari sebuah proses dinamis yang
dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan,
dan motivasi manajer. Jadi proses pengambilan keputusan adalah proses pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam yang dihasilkan dalam sebuah keputusan. Akan tetapi, proses itu
sebaiknya tidak dipandang sebagai tujuan strategi, yang penting seluruhnya. Keputusan itu sendiri
adalah pokok, sesuatu yang sifatnya strategis. Ada kecenderungan yang kuat khususnya pada
sebagian besar organisasi, untuk mulai memusatkan perhatian pada teknik-teknik pengambilan
keputusan daripada mengenali apa yang perlu diputuskan.

Pengambilan keputusan bukanlah suatu prosedur yang tetap, tetapi proses berurutan . Pada
sebagian besar keputusan, para manajer menjalani sejumlah tahapan yang membantu mereka
memikirkan permasalahan dari awal sampai akhir dan membuat berbagai strategi alternatif. Tahap-
tahap itu tidak perlu diterapkan dengan kaku, nilai tahapan tersebut terletak pada kemampuannya
memaksa pengambilan keputusan menyusun masalah itu dalam suatu cara yang logis.

Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah tidak semudah yang dibayangkan. Jika masalah itu tidak diidentifikasikan atau
didefinisikan dengan tepat, apa pun keputusan yang dibuat tidak akan menuju ke arah pemecahan
masalah.

Tanda Peringatan, untuk menemukan masalah, para manajer mengandalkan beberapa indikator:

Penyimpangan kinerja: Sebuah perusahaan tiba-tiba pada beberapa pola kinerja yang telah
ditetapkan, seringkali memperlihatkan bahwa sebuah masalah telah muncul. Ketika perputaran
karyawan meningkat, penjualan menurun, pendaftaran mahasiswa menurun, pengeluaran-
pengeluaran penjualan meningkat, atau lebih banyak unit rusak yang dihasilkan, sebuah masalah
biasanya ada. Sebagai contoh, tingkat kesalahan kasir tahun ini tidak sesuai dengan pola standar
historis, maka hal itu bisa menjadi tanda suatu masalah.

Penyimpangan rencana, ketika hasil–hasil yang dicapai tidak memenuhi tujuan yang direncanakan,
mungkin ada sebuah masalah, sebagai contoh: sebuah produk baru gagal mencapai tujuan pangsa
pasarnya, tingkat keuntungannya lebih rendah dari yang direncanakan, biaya departemen produksi
melebihi anggarannya, atau tingkat kesalahan kasirnya melewati sasaran kinerjanya. Kejadian-
kejadian tersebut menandakan bahwa beberapa rencana menyimpang jalannya.

Kritikan orang luar, berbagai tindakan orang luar biasa menjadi petunjuk adanya masalah. Pelanggan
mungkin tidak puas dengan sebuah produk baru, atau dengan jadwal pengiriman mereka.

Sumber-sumber Kesulitan Identifikasi Masalah, adalah mudah mengetahui adanya masalah bila
terdapat perbedaan di antara hasil-hasil yang diinginkan dengan hasil-hasil sesungguhnya. Akan
tetapi, pengidentifikasian masalah yang sesungguhnya biasanya sulit dilakukan karena satu atau
beberapa faktor.

Masalah-masalah perseptual, persepsi kita sendiri mungkin melindungi atau membentengi kita dari
kenyataan yang tak menyenangkan. Jadi, informasi negatif bisa jadi kita terima secara selektif untuk
mengubah dari sebenarnya, bahkan mungkin juga diabaikan sama sekali.

Pendefinisian masalah melalui pemecahan masalah. Ini sebenarnya merupakan suatu bentuk jalan
pintas menuju ke kesimpulan. Sebagai contoh: seorang manajer penjualan mungkin mengatakan,
”Penurunan laba disebabkan oleh kelemahan kualitas produk kita”. Pendefinisian masalah manajer
itu menunjukan suatu cara pemecahan masalah,: perlu dilakukan perbaikan kualitas produk dalam
departemen produksi. Tentu saja, definisi dan pemecahan masalah lain bisa jadi mungkin. Mungkin
armada penjualan tidak cukup terpilih atau terlatih sebelumnya. Mungkin pesaing mempunyai
produk lebih murah.
Mengidentifikasikan Gejala sebagai masalah, ”Masalah kita adalah penurunan 32% dalam pesanan.”
Tentu saja pesanan telah menurun, namun penurunan itu sesungguhnya hanya sebuah gejala dari
masalah yang sebenarnya.

Penurunan bukan merupakan masalah sampai manajer itu mengidentifikasikan masalah


sesungguhnya yang menyebabkan penurunan dalam pesanan terjadi.

Macam-macam Masalah. Masalah biasanya ada tiga macam ”kesempatan, krisis, atau rutin. Masalah
krisis dan rutin menimbulkan masalah mereka sendiri dan harus diikuti oleh manajer itu. Berbagai
kesempatan, sebaliknya, biasanya harus diketemukan; kesempatan tersebut menunggu
diketemukan. Sering kali mereka hadir tanpa melalui pemberitahuan dan akhirnya hilang karena
seorang manajer kurang memperhatikannya. Karena , masalah krisis dan rutin sangat mendasar
seorang manajer mungkin menggunakan sejumlah besar waktunya dalam mengatur krisis kecil dan
memecahkan masalah-masalah rutin dan mungkin tidak memiliki waktu untuk mengejar berbagai
kesempatan baru. Banyak organisasi dikelola dengan baik mencoba menjauhkan perhatian dari
masalah krisis dan rutin serta mengalihkannya ke arah isu-isu berentang waktu lebih lama melalui
perencanaan aktivitas.

Membuat Alternatif

Sekali sebuah masalah didefinisikan, altenatif yang layak terhadap masalah itu seharusnya dibuat,
dan berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi atas setiap alternaif sebaiknya dipertimbangkan.
Proses pencarian ini menyelidiki lingkungan internal dan eksternal organisasi untuk menghasilkan
informasi yang mungkin bisa digunakan dalam membuat alternatif. Jelaslah, pembuatan solusi
alternatif membutuhkan waktu dan biaya. Membuat suatu alternatif yang beragam dan terperinci
sesungguhnya membutuhkan banyak biaya, baik waktu maupun sumber-sumber daya.

Penilaian Alternatif

Sekali alternatif dibuat, alternatif-alternatif harus dinilai dan dibandingkan. Dalam setiap situasi
keputusan, tujuan pengambilan keputusan adalah untuk memilih alternatif yang menghasilkan hasil
paling menguntungkan dan menghindari hasil yang paling sedikit menguntungkan. Sebagai contoh,
dalam banyak keputusan bisnis, hasil yang paling menguntungkan adalah memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham. Kriteria keputusan lain yang mungkin adalah meminimalkan biaya,
memperbaiki kepuasan pelanggan, atau memenuhi batas waktu pengiriman. Hubungan alternatif
dan hasil didasarkan pada tiga kondisi yang mungkin:

Kepastian. Pengambilan keputusan memiliki pengetahuan lengkap atas akibat dari setiap aternatif.

Risiko, Pengambil keputusan memiliki beberapa perkiraan kemungkinan akibat dari setiap alternatif.

Ketidakpastian. Pengambil keputusan secara mutlak tidak memiliki pengetahuan atas kemungkinan
hasil dari setiap aternatif.

Kondisi Pasti, (Contoh) jika penerbit mengetahui dengan pasti berapa banyak buku akan diminta
pada setiap harga yang mungkin dan layak, jumlah buku yang dihasilkan adalah jelas. Beberapa
keputusan bisnis terjadi dengan pasti, sebagai contoh: kita semua mengetahui dengan pasti bahwa
kita semua harus membayar pajak. Mengetahui dengan pasti apa yang menjadi kebutuhan pasar
atau konsumen.

Kondisi Berisiko.

Kondisi ini terjadi ketika perencana/pembuat keputusan mempunyai cukup informasi untuk
menggunakan probabilitas dalam penilaian berbagai alternatif. Kita mebuat keputusan di bawah
kondisi risiko.Kita bisa memperkirakan atau mengetahui probabilitas dalam suatu keputusan yang
kita ambil/buat.

Kondisi Tidak Pasti.

Ketika tidak ada informasi yang relevan terhadap akibat yang mungkin terjadi. Karakteristik
kepribadian pengambil keputusan menjadi lebih penting dalam menetapkan keputusan yang akan
diambil. Meskipun karakteristik yang mempengaruhi pilihan alternatif seorang pengambil keputusan
tak terhitung bayaknya, empat karakteristik berikut cukup untuk menggambarkan apa yang penting
dilakukan.

Pengambilan Keputusan Optimis.

Beberapa pengambilan keputusan berpikir secara optimis terhadap berbagai peristiwa yang
mempengaruhi keputusan. Orang-orang seperti itu biasanya memilih alternatif yang memaksimalkan
hasil maksimum. Mereka selalu bertindak seolah-olah apapun yang mereka lakukan akan
menghasilkan keuntungan bagi mereka.

Pengambilan Keputusan Pesimis

Pengambil keputusan pesimis percaya bahwa tidak jadi apa soal apa yang mereka lakukan, hasil yang
paling buruk sekalipun selalu akan terjadi. Di bawah situasi tersebut, mereka menafsirkan hasil yang
paling buruk dari setap alternatif dan memilih yang terbaik dari hail-hasil yang paling buruk.

Pengambil Keputusan yang Memperkecil Penyesalan.Pengambilan keputusan jenis ini ingin


meminimalkan jumlah ketidak sesuaian yang mereka alami menurut fakta-fakta. Mereka mencoba
untuk mengambil keputusan yang mempunyai hasil-hasil tidak terlalu jauh derajatnya jika
dibandingkan hasil terbaik yang mungkin diperoleh di bawah kondisi tertentu.

Pengamblan Keputusan yang Alasannya Tidak Cukup.

Kelompok pengambil keputusan jenis ini akan menyederhanakan keputusan dengan membuat
asumsi bahwa semua hasil yang mungkin mempunyai kesempatan terjadi yang sama. Anggapan
yang menyertai alasan itu adalah bahwa jika tidak ada informasi untuk mendukung keunggulan
relatif satu alternatif, maka orang bisa saja menganggap bahwa seluruh alternatif mempunyai
kesempatan yang sama.

Jadi, penilaian alternatif bertujuan untuk mengevaluasi mengurangi hasil melalui pemakaian
informasi. Bila terdapat informasi yang cukup, peluang peluang perencanaan untuk memilih
alternatif yang merefleksikan fakta-fakta lebih besar. Bila informasi tidak cukup, peluang bagi
perencana untuk memilih sebuah alteratif yang merefleksikan faktor-faktor kepribadian dan pribadi
lebih besar.

Pemilihan Alternatif

Tujuan pemilihan alternatif adalah untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya
dengan memecahkan masalah. Hal ini adalah penting. Sebuah keputusan tidak berakhir pada satu
tujuan itu sendri tetapi hanya suatu cara untuk mencapai tujuan. Sementara pengambil keputusan
memilih alternatif yang diharapkan menghasilkan pencapaian tujuan, pemilihan alternatif itu bukan
suatu tindakan terpisah. Jika merupakan tindakan terpisah, maka faktor-faktor yang memimpin ke
arah keputusan itu mungkin diabaikan. Secara khusus, langkah-langkah yang menyertai keputusan
seharusnya meliputi implementasi, pengendalian, dan evaluasi, yang penting adalah agar
memandang suatu keputusan bukan sekedar suatu tindakan memilih; pengambilan suatu keputusan
merupakan sebuah proses dinamis.

Jadi, dalam mengambil keputusan manajerial, solusi optimal sering kali tidak mungkin. Ini karena
pengambil keputusan barang kali tidak bisa mengetahui seluruh alternatif yang tersedia,
konsekuensi dari setiap alternatif , dan probabilitas berbagai konsekuensi keputusan tersebut.

Implementasi Keputusan.

Keputusan tidak ada bedanya dengan abstraksi jika keputusan itu tidak diimplementasikan. Dengan
kata lain, sebuah keputusan harus diiplementasikan secara efektif untuk mencapai tujuan.
Implementasi yang salah sangat mungkin merugikan sebuah keputusan yang baik. Dalam pengertian
ini, implementasi mungkin lebih penting daripada pemilihan alternatif sebenarnya.

Karena implementasi keputusan melibatkan orang dalam sebagian besar situasi, keunggulan atau
kelemahan sebuah keputusan dapat dilihat pada perilaku orang yang dipengaruhi oleh keputusan
itu. Sementara sebuah keputusan mungkin secara teknis logis, bisa dirusak oleh bawahan yang tidak
puas atau oleh rekan yang memandang keputusan tersebut dari sudut yang berbeda.

Pengendalian dan Penilaian.

Manajemen yang efektif melakukan pengukuran hasil secara periodik. Jika terjadi penyimpangan,
ketika hasil-hasil sesungguhnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan (sasaran),
berbagai perubahan harus dibuat. Di sini kembali kita lihat pentingnya penetapan sasaran yang bisa
diukur. Jika berbagai sasaran seperti itu tidak ada, tidak ada cara untuk menilai kinerja. Jika hasil-
hasil sesungguhnya tidak cocok dengan hasil-hasil yang direncanakan, berbagai perubahan harus
dibuat dalam pemilihan solusi, dalam implementasinya, atau dalam sasaran semula jika sasaran itu
danggap tidak bisa dicapai. Jika sasaran semula harus direvisi, keseluruhan proses pengabilan
keputusan diaktifkan kembali. Sekali sebuah keputusan diimplementasikan, seorang manajer tidak
bisa menganggap hasil itu akan memenuhi sasaran semula. Beberapa sistem pengendalian dan
penilaian diperlukan untuk meyakinkan bahwa hasil-hasil yang sebenarnya konsisten dengan hasil-
hasil yang direncanakan ketika keputusan telah dibuat. Di bawah ini gambar tentang proses
pengambilan keputusan,

Keterangan Gambar: Dalam proses pengambilan keputusan, mengambil langkah-langkah tertentu


dapat menghasilkan keputusan berkualitas tinggi.

Gambar di atas, proses yang melambangkan untuk diterapkan ke berbagai keputusan tak terprogram
daripada keputusan terprogram. Masalah yang jarang terjadi dengan sejumlah ketidakpastian di
sekitar hasilnya mengharuskan manajer memanfaatkan keseluruhan proses. Sebaliknya, masalah
yang terjadi berulang kali akan diatasi dengan kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan, sehingga
tidak perlu membuat dan menilai berbagai alternatif setiap kali permasalahan tersebut muncul.

Pengambilan Keputusan Individual.

Beberapa perbedaan individu mempangaruhi proses pengambilan keputusan . Beberapa perbedaan


tersebut hanya mempangaruhi beberapa aspek tertentu proses itu, sementara perbedaan lain
mempengaruhi keseluruhan proses. Akan tetapi, masing-masing perbedaan mempunyai sebuah
pengaruh dan, oleh karena itu harus dipahami bahwa pengambilan keputusan itu merupakan
sebuah proses dalam organisasi. Ada empat perbedaan individu :

Nilai-nilai: dalam lingkup pengabilan keputusan, nilai-nilai adalah pedoman yang digunakan setiap
orang ketika berhadapan dengan suatu situasi di mana sebuah keputusan harus dibuat. Pengaruh
nilai-nilai terhadap proses pengambilan keputusan adalah sangat besar:

Dalam menentukan sasaran, adalah penting untuk melakukan pertimbangan nilai dalam memilih
kesempatan dan menatapkan prioritas.
Dalam pembuatan alternatif, adalah penting untuk memasukan pertimbangan nilai dalam berbagai
kemungkinan.

Dalam memilih sebuah alternatif, nilai-ilai pengambil keputusan mempengaruhi alternaif yang
dipilih.

Dalam mengimplementasikan sebuah keputusan, mempertimbangkan nilai adalah penting dalam


memilih cara-cara implementasi.

Dalam fase penilaian dan pengendalian, mempertimbangkan nilai tidak bisa dihindari ketika koreksi
tindakan diambil.

Adalah jelas bahwa nilai bekaitan dengan proses pengambilan keputusan. Nlai-nilai tersebut
tercermin dalam perilaku pengambil keputusan sebelum mengambil keputusan, ketika mengambil
keputusan, dan ketika melaksanakan keputusan.

Kepribadian:

Pengambil keputusan dipengaruhi oleh banyak kekuatan psikologis, baik sadar dan tidak sadar. Salah
satu kekuatan tersebut adalah kepribadian. Berbagai studi tersebut umumnya berfokus pada
sekelompok variabel berikut:

1. Variabel kepribadian meliputi sikap, kepercayaan, dan kebutuhan indvidual.

2. Variabel yang bersinggungan dengan situasi eksternal, situasi yang terlihat di mana individu
menemukan diri mereka sendiri.

3. Variabel interaksional yang bersinggungan dengan pernyataan sementara individu sebagai suatu
hasil interaksi situasi tertentu dengan karakteristik kepribadian individu.

Kesimpulan paling penting berkenaan pengaruh kepribadian pada proses pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:

Adalah tidak mungkin bahwa satu kepribadian bisa sama-sama cakap dalam segala aspek proses
pengambil keputusan.

Berbagai karakteristik seperti kecerdasan dikaitkan dengan tahapan proses pengambilan keputusan.

Hubungan kepribadian terhadap proses pengambilan keputusan mungkin berbeda untuk kelompok
yang berbeda menurut, misalnya faktor jenis kelamin dan status sosial.

Jadi, kita bisa melihat bagaimana kepribadian bawaan pengambil keputusan bercampur dengan
berbagai variabel, seperti situasional dan interaksional, mempengaruhi proses pengambilan
keputusan.

Kecenderungan Terhadap Risiko

Pengambil keputusan sangat bervariasi dalam kecenderungan mereka untuk menanggung risiko:
pengambil keputusan optimis menanggung berbagai risiko dengan menganggap bahwa hasil yang
dicapai itu akan selalu menguntungkan., Para manajer wanita telah diketahui memiliki suatu
kecenderungan untuk menanggung risiko. Fokus Manajemen Menentukan Pengambilan Keputusan
memberikan contoh bagaimana wanita yang telah memilih untuk tetap bersama perusahaan, telah
memberi nilai tambah terhadap proses pengambilan keputusan pada banyak perusahaan.

Seorang pengambil keputusan yang mempunyai keengganan terhadap risiko rendah menetapkan
sasaran berbeda, menilai berbagai alternatif dengan tidak sama, dan memilih berbagai alternatif
berbeda daripada pengambil keputusan lain yang mengalami situasi sama namun mempunyai
keengganan menanggung risiko lebih tinggi. Para pengambil keputusan sekarang berusaha membuat
berbagai pilihan di mana resiko atau ketidak pastian adalah rendah atau di mana kepastian hasil
adalah tinggi. Banyak orang lebih berani dan mendukung pengambilan resiko lebih besar dalam
kelompok daripada sebagai individu. Rupanya,orang-orang seperti ini lebih menginginkan untuk
menanggung resiko bersama-sama sebagai anggota kelompok.

Anda mungkin juga menyukai