Oleh :
KELOMPOK 3
1. ANNISA ALZURA FATIHAH ( 203310683 )
2. ANNISA SURURI ( 203310684 )
3. AQILAH KHAIRIFKA ZAIN ( 203310685 )
4. CHYNTIA RAMADHANA FAHIRA ( 203310690 )
5. INDAH NOVIA HENDRA ( 203310698 )
6. MOCHAMAD FADLI ( 183310815 )
7. NABILLA SETIA NINGRUM ( 203310702 )
8. RISMA LAILATUL RAHMI ( 203310710 )
9. SIVA RAHMATUL ILLAHI ( 203310714 )
10. ZUL HUDA ( 193310808 )
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di
Rumah Sakit”. Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah falsafah dan
teori keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun,
berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………....ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
1.1. Latar
Belakang………………………………………………………………………..1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….
…1
1.3. Tujuan………………………………………………………………………………
...2
1.4. Manfaat…………………………………………………………………………….
…2
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………………..3
2.1. Sejarah Atau Riwayat Calista Roy……………………………………………...……3
2.2. Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy……………….4
2.3. Teori Adaptasi Sister Calista Roy…………………………………………………...6
2.4. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy………………………………11
2.5. Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit………………...13
2.6. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Roy……………………………………………..16
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………………….18
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….18
B. Saran………………………………………………………………………………...18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Atau Riwayat Calista Roy?
2. Apa saja Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy?
3. Jelaskan Teori Adaptasi Sister Calista Roy?
4. Apa saja Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy?
5. Apa saja Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit?
6. Apa saja Kelebihan Dan Kekurangan Teori Roy?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Atau Riwayat Calista Roy
2. Untuk mengatahui Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy
3. Untuk mengetahui Teori Adaptasi Sister Calista Roy
4. Untuk mengetahui Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy
5. Untuk mengetahui Aplikasi Teori Roy Dalam Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit
6. Untuk mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Teori Roy
1.4. Manfaat
1. Sebagai sarana ilmu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
2. Sebagai penambah wawasan dalam memahami tentang aplikasi teori Roy dalam asuhan
keperawatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. Konsep Atau Asumsi Dasar Model Keperawatan Sister Calista Roy
Sister Calista Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, Roy
mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar, yaitu :
1. Asumsi dari Teori Sistem
a. Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian ke
bagian lain
b. Sistem adalah bagian dari berfungsinya bagian yang satu dan saling
ketergantungan dengan yang lain
c. Sistem mempunyai input, out put, proses control,dan umpan balik
d. Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi
e. Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai standard
dan umpan balik langsung terhadap fungsinya.
2. Asumsi dari Teori Heson
a. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan
organisme
b. Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi,
yang dapat berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan
stimulus residual.
c. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan
d. Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus
3. Asumsi dari Humanism
a. Individu mempunyai kekuatan kreatif
7
b. Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab
akibat
c. Manusia merupakan makhluk holistik
d. Opini manusia dan nilai yang akan datang
e. mobilisasi antar manusia bermakna
Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan asumsi
dasar model teori ini adalah :
1. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif.
Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu ;
penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman
beradaptasi.
2. Individu selalu berada dalam rentang sehat – sakit, yang berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan adaptasi.
Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh akan
menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut berespon melalui upaya
atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi perubahan status
kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap
perubahan ini.
Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya;
1. Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu.
2. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik internal
maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi,
diukur secara subyektif.
3. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar
dilakukan observasi.
Proses adaptasi yang dikemukakan Roy:
1. Mekanisme koping. Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama
mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut,
yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses yang
8
otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme koping yang didapat dimana coping
tersebut diperoleh melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya
2. Regulator subsistem. Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh
yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.
3. Cognator subsistem. Proses koping seseorang yang menyertakan empat sistem
pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi dan informasi, pembelajaran,
pertimbangan, dan emosi.
Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap
respon adaptasi diantaranya, sbb:
1. Fungsi Fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis dan endokrin.
2. Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain.
3. Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan
orang lain.
4. Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,
cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu
maupun kelompok.
Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:
1. Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan
atau keseimbangan sistem tubuh manusia.
2. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari terminologi
keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai tujuan yang akan
diraih.
9
adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk
beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian- bagiannya. Sistem
terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan
sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan- bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan
seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi.
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus
fokal seperti anemia, isolasi social.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap,
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang
digunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal
maupun internal. Perilaku output dari subsistem regulator dapat
menjadi stimulus umpan balik untuk subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan
proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat.
10
Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan
insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
b. Subsistem regulator. Subsistem regulator mempunyai komponen-
komponen: input- proses dan output. Input sebagai stimulus dapat berupa
internal atau eksternal. Transmiter subsistem regulator adalah kimia, neural
atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural brain sistem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari subsistem regulator.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku subsistem
regulator.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat
bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan
respon yang maladaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan
atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap
bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme lain yang dapat dipelajari seperti
penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu
Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognatordan
mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem
diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi
dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping.
11
Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi
seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk
subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka
untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator sebagai
pengembangan dari konsep adaptasi Roy. Selanjutnya Roy mengembangkan
proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu
4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
1) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a. Oksigenasi: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b. Nutrisi: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
c. Eliminasi: Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
d. Aktivitas dan istirahat: Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen- komponen tubuh. (Cho
1984 dalam Roy, 1991).
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f. The sense / perasaan: Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan
bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi
12
nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984,
dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan- hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi
pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi
tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon
stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard &
Valentine dalam Roy,1991).
2) Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3) Mode Fungsi Peran
13
Mode fungsi peran mengenal pola- pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya .
4) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,
perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
14
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang dapat
dikaji oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon perilaku ini
dapat menjadi umpan balik bagi individu maupun lingkungannya. Roy
mengkategorikan output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan
respon inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu
sedangkan respon inefektif tidak dapat mendukung untuk pencapaian tujuan
perawatan individu. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk
menggambarkan proses kontrol individu dalam sistem adaptasi ini.
Beberapa koping ada yang bersifat genetik seperti : WBC (sel darah putih)
sebagai benteng pertahanan tubuh terhadap adanya kuman, sedangkan beberapa
koping lainnya ada yang merupakan hasil belajar seperti : menggunakan
antiseptik untuk membersihkan luka. Dalam mekanisme kontrol ini, Roy
menyebutnya dengan istilah “Regulator” dan“Cognator”. Transmitter dari
sistem regulator berupa kimia, neural atau sistem saraf dan endokrin, yang
dapat berespon secara otomatis terhadap adanya perubahan pada diri individu.
Respon dari sistem regulator ini dapat memberikan umpan balik terhadap sistem
cognator. Proses kontrol cognator ini sangat berhubungan dengan fungsi otak
dalam hal fungsi persepsi atau memproses informasi, pengambilan keputusan
dan emosi.
2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “
Semua kondisi, keadaan dan pengaruh- pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok“ (Roy and
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar
lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu
atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya
perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming an
integrated and whole person” (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 261).
15
Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri,
tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon
adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah
meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu,
dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses
kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu
meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat
mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan
lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.
16
meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap
yang muncul semakin positif. Melalui elemen keperawatan perawat dapat
meningkatkan interaksi individu denagn lingkungan sehingga adaptasi dalam setiap
aspek semakin meningkat.
b. Elemen Manusia, Manusia adalah suatu kumpulan unit yang saling berhubungan
mempunyai masukan, proses control, keluaran dan umpan balik. Manusia dalam
sistem ini berperan sebagai penerima asuhan keperawatan.
c. Elemen Lingkungan, Perawat harus mengatasi lingkungan klien yang meliputi privasi
klien, kondisi, keadaan, dan faktor yang lainnya.
d. Elemen Sehat, Kesehatan adalah hal yang utama diinginkan semua orang begitu pula
dengan klien yang ingin sehat seperti semula, perawat dalam elemen ini harus berpikir
kedepannya bagaimana cara klien mendapatkan kesehatan tersebut perawat harus
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan
proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian
tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah
tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data
tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-
masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan.
Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan
holistic. Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku
klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan
dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic;
jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri,
17
fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya,
strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik.
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan
dengan 4 mode adaptif. Dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada
kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang
tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode
diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan
oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.
Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami
nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini,
diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan
fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”
c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus
secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan
kemampuan adaptasi meningkat. Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian
kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan
ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan,
pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku
klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
18
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang
dan kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi
pada individu.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan
masalah kesehatan reproduksi perempuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistim
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Residen keperawatan maternitas dalam
melaksanakan perannya dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dalam upaya memberikan
asuhan keperawatan, residen mengelola tujuh pasien dengan kista ovarium di dua rumah
sakit yang berbeda dengan menggunakan pendekatan teori Adaptasi Roy. Dari ketujuh
kasus tersebut, lima kasus jenis kista coklat dengan karakteristik munculnya keluhan
dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan dua kasus lain berjenis kista denoma. Dengan
adanya berbagai perubahan dalam diri penderita kista ovarium, maka teori keperawatan
Adaptasi Roy dianggap tepat diterapkan pada pasien dengan kista ovarium. Laporan akhir
residensi juga memaparkan capaian 100% untuk target kompetensi pada tiga lahan praktek
dan berusaha memodifikasi setiap hambatan yang ada selama pelaksanaan praktik
residensi.
19
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai
upaya individu untuk mengatasi stress.
2. Kelemahan:
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model
adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi
sterssor bagi para pasiennya.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah
untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif
menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan
kekuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah
dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
3.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B and Erb,G, (1993). Fundamental of nursing: Concepts and procedure, (Thirdedition).
California. Addition Wesley Publishing Company.
Kozier, B, Erb, G. and Blais, K., (1997). Professional nursing practice; Concepts andperspective.
(Third edition). California. Addison Wesley.
Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott:
Raven Publisher
Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London, William
Heinemann Medical Books
22