Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK

PNEUMATIK DAN HIDROLIK


Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kegiatan Perkuliahan Mata Kuliah
Pneumatik dan Hidrolik

Disusun Oleh:
2112202001 M. Taufik Hidayat
2112202002 Fakhri Fakhruddin
2112202005 M. Azmi Nurfauzan
2112202017 Zahrina Maretta Fildzah

PROGRAM STUDI S-1


JURUSAN TEKNIK MESIN–FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
JUDUL TUGAS BESAR

Oleh:
M. Taufik Hidayat NIM 2112202001
Fakhri Fahruddin NIM 2112202002
M. Azmi Nurfauzan NIM 2112202005
Zahrina Maretta F. NIM 2112202017

Menyetujui
Cimahi, 06 Februari 2021

Pembimbing

H. Dedi Supendi, Drs., S. T., M. T.


NIP 196702061995121001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas besar dengan judul “Analisis Potensi Kerugian PT 23 akibat Kebocoran Kalor
Insulasi Pipa Air Dingin”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan memenuhi syarat kegiatan perkuliahan mata kuliah pneumatic dan hidrolik pada
program Strata 1 di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Manufaktur, Universitas Jenderal
Achmad Yani.

Penulis menyadari dalam penyusunan tugas besar ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah Swt., atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan, dan
kemampuan serta mengabulkan semua doa yang dipanjatkan.
2. Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan dorongannya baik moril maupun material
serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas besar ini.
3. Bapak H. Dedi Supendi, Drs., S. T., M. T., selaku Pembimbing untuk saran, bimbingan
serta motivasinya yang telah diberikan selama penyusunan tugas besar ini.
4. Teman-teman ekstensi Cimahi jurusan teknik mesin 2020.
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan tugas besar dan membuat
laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas besar ini belum sempurna, masih banyak kekurangan
baik dalam isi maupun sistematika penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan kedepannya. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan baik nama, gelar, atau istilah praktikan, penulis mohon maaf.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga laporan tugas besar ini dapat memberikan manfaat
bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan.

Cimahi, Februari 2021

       Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
I.2 Ruang Lingkup.........................................................................................................................1
I.3 Tujuan.....................................................................................................................................2
I.4 Sistematika Penulisan..............................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI..............................................................................................................3
II.1 Water-Cooled Chiller...............................................................................................................3
BAB III................................................................................................................................4
PEMBAHASAN MASALAH...................................................................................................4
III.1 Pembahasan Nomor 1...........................................................................................................4
BAB IV..............................................................................................................................11
KESIMPULAN...................................................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi pada era digital bertumbuh semakin cepat dari hari ke hari,
bulan ke bulan hingga beberapa tahun kedepan. Secara tidak langsung penggunaan teknologi
ini meningkat tajam. Meningkatnya perkembangan teknologi yang semakin cepat ini
membuat teknologi ini berdampak terhadap banyak bidang, salah satunya pneumatik dan
hidrolik dalam dunia industri.
Dewasa ini, evolusi teknologi kontrol telah mencapai satu titik di mana hampir semua
proses dan manufaktur di industri merupakan kombinasi dari aplikasi berbagai subsistem
seperti pneumatik, mekanikal, elektrikal, komputer, kontrol, dan teknologi informasi. Desain
mesin-mesin dan peralatan produksi modern dapat dikatakan sebagai suatu konstruksi
mekanikal dengan menggunakan pneumatik/hidraulika/elektrikal, aktuator dan motor sebagai
penggeraknya, dan PLC sebagai kontrolir utamanya.
Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip kerjanya
memilih energi pneumatic sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan media
kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik. Sinyal elektrik dialirkan ke
kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor
ataupun sakelar pembatas (limit switch) yang berfungsi sebagai penyambung ataupun
pemutus sinyal. Sinyal tersebut akan dikirimkan ke kumparan dan akan menghasilkan
medan elektromagnet serta akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai
elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik akan
mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti silinder yang akan
menjalankan sistem.
Mengingat betapa pentingnya pemahaman sistem kerja elektropneumatik serta semakin
banyaknya industri yang menggunakan sistem pneumatik dalam proses produksinya maka
penulis mengajukan judul “” sehingga dengan tugas besar ini penulis berharap dapat
membantu meningkatkan pemahaman dalam proses pembelajaran elektropneumatik.

I.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang dibahas yaitu sebagai berikut:
1. Skematik sistem kontrol pneumatik

1
2. Diagram langkah pemindahan
3. Diagram sirkuit elektropneumatik
4. Cara kerja rangakaian dan aksi reaksi dari sistem kontrol

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas besar yang berjudul “” adalah sebagai berikut:
1. Memahami dan mengaplikasikan elektropneumatik sebagai sistem kontrol
2. Menerapkan teori yang didapat dari silabus kuliah untuk merancang dan merealisasikan
suatu sistem

I.4 Sistematika Penulisan


Laporan ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan sistematika
penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisikan uraian teori yang mendasari penulisan laporan tugas besar yang
meliputi pembahasan cara kerja dan komponen-komponen pendukung lainnya.

BAB III PEMBAHASAN MASALAH


Bab ini berisi pembahasan dari masalah yang diperoleh kemudian diolah dan
diselesaikan.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini akan dibahas keseluruhan hasil perhitungan dan analisis
elektropneumatik, kesimpulan, serta evaluasi dari…

2
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Pneumatik

Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak, keadaan-
keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan. Orang pertama yang
dikenal dengan pasti telah menggunakan alat pneumatik adalah orang Yunani bernama
Ktesibio. Dengan demikian istilah pneumatik berasal dari Yunani kuno yaitu pneuma yang
artinya hembusan (tiupan). Bahkan dari ilmu filsafat atau secara istilah pneuma dapat
diartikan sebagai nyawa. Dengan kata lain pneumatik berarti mempelajari tentang gerakan
angin (udara) yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga dan kecepatan.

Penggunaan slinder dan elemen pneumatik lainnya dapat digunakan atau diaplikasikan
untuk pengecekan, penyortir, dan masih banyak kegunaan lainnya di industri.

Pada proses pembelajaran tentang pneumatik pada perkuliahaan membutuhkan alat


bantu pembelajaran, sebagai contoh alat bantu pembelajaran terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1 Alat Peraga Pneumatik

3
II.1.1 Struktur dan Komponen Sistem Pneumatik

Pada sistem kerja pneumatik ini terdiri dari struktur serta kompenen yang saling memiliki
fungsi tersendiri sehingga dapat menjadi sebuah sistem.

Komponen-komponen pada sistem kerja pneumatik ini dalam penggunaanya biasanya


menggunakan simbol sesuai dengan fungsi dari masing-masing komponen. Fungsi dan simbol
dari komponen pneumatik dapat terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2 Diagram Kerja Pneumatik dan Simbol

II.1.2 Komponen Pneumatik

Komponen-komponen yang bekerja pada rangkaian pneumatik adalah:

a. Silinder Aktuator
Aktuator merupakan bagian output suatu sistem pneumatik, pada sistem pneumatik
ada beberapa jenis aktuator antara lain:

1) Aktuator gerak linier, merupakan aktuator yang bergerak lurus. Aktuator linier ini
terdiri dari aktuator kerja ganda dan aktuator kerja tunggal

4
(a) (b)

Gambar 3 a) Slinder Kerja Ganda dan b) Kerja Tunggal

2) Aktuator gerakan berputar (rotary), merupakan motor yang digerakkan oleh udara
yang menghasilkan gerak putar

Semi-rotary actuator

Gambar 4 Gerakan Berputar

b. Sensor
Sensor optik secara visual bisa mewakili status dari sistem pneumatik dan membantu
diagnosis. Beberapa sensor diantaranya ialah:

(a) (b)

Gambar 5 (a) Capacitive Proximity (b) Inductive

5
Dengan menggunakan warna, indikator optik mewakili fungsi pada jaringan
kerjanya. Arti dari warna-warna sensor optik dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Arti dari warna-warna sensor optic

c. Katup
Katup pengarah (Directional Control Valve), terdiri dari 2 jenis katup:

1) Katup poppet, yang bekerja dengan cara melepas dan menempelkan


bola/piringan terhadap dudukannya yang terpasang ‘seal’ yang bersifat elastis
namun kuat. Gaya untuk menggerakkan katup poppet relatif besar karena harus
melawan gaya pegas pada saat posisi kerja.
2) Katup geser (slide valve), yang bekerja dengan menggeser silinder atau piringan.
Berdasarkan DIN ISO 5599 - 3 Fluid Technologies
1 = supply udara bertekanan
2, 4 = output udara bertekanan

3,5 = buangan udara bertekanan (exhaust)

Katup geser ini mempunyai beberapa jenis yaitu :

 2/2 way valve: mempunyai 2 port dan 2 ruang. Penggerak katup berupa
udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan.

Gambar 6 Katup 2/2 way valve

6
 3/2 way valve: mempunyai 3 port dan 2 ruang. Penggerak katup berupa
udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan.

Gambar 7 Katup 3/2 way valve


 4/2 way valve : mempunyai 4 port dan 2 ruang. Penggerak katup berupa
udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan.

Gambar 2.8. Katup 4/2 way valve

 5/2 way valve : mempunyai 5 port dan 2 ruang. Penggerak katup berupa
udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan.

Gambar 2.9. Katup 5/2 way valve

3) Katup searah (Non return valve), yang jenisnya antara lain:


 Check valves: hanya mempunyai 1 inlet dan 1 outlet, dapat menutup aliran
pada satu arah aliran. Pada arah lainnya katup ini dengan bebas dapat
mengalirkan aliran udara dengan tekanan rendah.

Gambar 8 Check valves

7
 Two pressure valve: mempunyai 2 inlet dan 1 outlet. Udara mampat
mengalir melalui katup ini bila sinyal udara terdapat pada kedua sambungan
inlet.

Gambar 9 Two pressure valve

 Shuttle valve: Udara mampat dapat mengalir dari salah satu atau kedua
saluran inlet menuju outlet. (Logic OR function)

Gambar 10 Shuttle valve

 Quick exhaust valve: berfungsi sebagai penambah kecepatan silinder.


Dengan ini memungkinkan waktu yang diperlukan untuk langkah kerja
silinder terutama untuk single action cylinder lebih singkat lagi.

Gambar 11 Quick exhaust valve


4) Katup pengatur aliran (Flow control valve), berfungsi mengatur aliran udara
secara volumetrik.
 One way flow control valve, mengalirkan udara ke satu arah untuk mengatur
kecepatan aktuator.

Gambar 12 Flow Control Valve

8
5) Katup pengatur tekanan (pressure valve), fungsinya mengatur besarnya tekanan
udara yang diperlukan.

Gambar 13 Pressure valve


II.2 Tinjauan Elektropneumatik

Pneumatik dalam pelaksanaan teknik udara mampat dalam industri (khususnya dalam
teknik mesin) merupakan ilmu pengetahuan dari semua proses mekanis dimana udara
memindahkan suatu gaya atau suatu gerakan. Dalam pengertian yang lebih sempit
pneumatik dapat diartikan sebagai teknik udara mampat (compressed air technology).
Sedangkan elektropneumatik ialah pengembangan dari sistem pneumatik, adapun
perbedaan pneumatik dengan elektropneumatik terletak pada sistem kontrolnya, bila pada
pneumatik murni sistem kontrolnya masih menggunakan katup-katup mekanik tidak
demikian pada sistem kontrol elektropneumatik dikontrol oleh sinyal elektronik.

Pengaplikasian sistem kerja pneumatik pada industri sudah sangat berkembang, mulai
dari industri farmasi serta industri lainnya yang menuntut pekerjaan yang bersih serta
ringan.

II.2.1 Komponen Elektro Pneumatik

Adapun komponen utama dari elektro pneumatik adalah :

a. Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input)


Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro pneumatik diperlukan dan diproses tergantung
pada gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini didapatkan bisa dengan cara
mengaktifkan sakelar atau bisa juga dengan mengaktikan sensor, misalkan sensor
mekanik ataupun elektronik. Sinyal masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi
sinyal itu. Ada yang disebut “Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan
tidak tersambung), “Normally closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan tersambung)
dan “Change Over” (tersambung bergantian, kombinasi dari NO dan NC). Bagian-bagian
dari komponen sinyal masukan listrik adalah sebagai berikut:

9
1. Sakelar tekan, dioperasikan manual
Sakelar tekan manua ini terbagi dua jenis yaitu:
 Sakelar tekan biasa
Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem kontrol
dinyalakan. Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-button
switch). Disebut sakelar tekan karena untuk mengalirkan sinyal,
mengaktuasikannya dengan menekan tombol atau sakelar.

Gambar 14 Push button switch NO, NC

 Sakelar tekan mengunci (Latching Push-button switches)


Sakelar ini diaktifkan dengan tombol yang mengunci. Adapun menguncinya
sakelar ini disebabkan kerja mekanik. Untuk mengembalikan ke posisi semula
(posisi tidak aktif) maka sakelar ini harus ditekan lagi. Penunjukkan sistem ini
berdasarkan standardisasi Jerman, diatur dengan nomor DIN 43 065.
Penunjukkan aktuasi: I tanda mengaktifkan, O tanda untuk mengembalikan ke
posisi sebelum bekerja.

Gambar 15 Latching Push-button switch

2. Sakelar Pembatas (Limit Switches)


Sakelar pembatas memiliki beberapa jenis yaitu :
 Mekanik Tipe Sentuh (Mechanical Limit Switches Contacting Type)
Sakelar pembatas ini dipakai sebagai indikasi dalam kontrol otomasi yang
menyatakan bahwa posisi ini merupakan posisi akhir baik itu untuk mesin
ataupun untuk silinder. Biasanya sistem kontak yang dipakai adalah sistem

10
tersambung bergantian (Change over). Sakelar pembatas ini akan bekerja bila
tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi.
 Tipe Tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch) Sakelar pembatas
tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas mekanik tidak dapat digunakan.
Macam sakelar pembatas tipe ini antara Sakelar Pembatas (sensor) Buluh
Penggunaan sakelar ini biasanya dikarenakan keadaan sekitar yang tidak
memungkinkan dipasangnya sakelar mekanik, misalnya karena banyaknya
debu, pasir ataupun lembab. Sakelar ini diaktifkan dengan magnet yang
terpasang pada silinder. Dengan adanya magnet maka buluh kawat akan
tersambung atau terputus bila magnet itu mendekati atau menjauhi buluh kawat
tersebut.
 Sakelar Pembatas Induktif
Digunakan bila sakelar pembatas mekanik ataupun buluh tidak dapat digunakan.
Biasa dipakai untuk sensor penghitung benda kerja yang terbuat dari logam,
pada suatu mesin atau ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya akan beraksi
atau terpakai untuk logam. Sakelar pembatas atau sensor ini biasanya terdiri dari
oscillator, pemicu tegangan dan penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang
dialiri arus bolak-balik dan arus searah, tapi keduanya mempunyai tegangan
operasi antara 10–30 volts.
 Sakelar Pembatas Kapasitif
Sensor kapasitif ini mempunyai respons terhadap segala material, metal maupun
non-metal. Tapi sensor ini terpengaruhi oleh adanya perubahan- perubahan yang
diakibatkan keadaan sekelilingnya, misalnya dengan debu logam.
 Sakelar Pembatas Optik
Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukannya berupa
sinar.

b. Pengolah Sinyal Listrik


Komponen dari pengolah sinyal listrik yaitu :

1. Relay
Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang
kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan
elektromagnet yang dihasilkan dari kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan

11
pada peralatan telekomunikasi yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang
sudah umum didapatkan pada perangkat kontrol, baik pada permesinan ataupun
yang lainnya. Relay memiliki beberapa jenis yaitu :
 Relay Mengunci (Latching relays)
Latching relay adalah relay yang dikontrol dengan electromagnetik, dimana
relay ini akan tetap berada pada posisi setelah diaktifkan walaupun sumber
energi sudah diputuskan, seolah- olah terkunci pada posisi akhir. Sistem
pengunci biasanya dengan mempergunakan kerja mekanik. Penggunaan relay
ini biasanya untuk jaringan listrik di rumah tinggal.
 Remnant Relay
Relay ini desainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka
akan terjadi elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada
walaupun sumber energinya telah dihilangkan. Atau dengan kata lain relay ini
dikunci pada posisi akhir. Untuk menyalakan relay ini maka arus yang dipakai
adalah arus positif, sedangkan untuk mematikannya mempergunakan arus
negatif.
 Relay Tunda Waktu
Berfungsi untuk menyambung kontaktor NO atau memutus kontaktor NC,
di mana hubungan kontaktor diputuskan ataupun disambungkan tidak langsung
seketika pada saat relay diaktifkan, melainkan perlu waktu. Waktu yang
diperlukan untuk memutuskan ataupun menyambungkannya bisa diatur. Ada
dua jenis relay tunda waktu, yaitu relay tunda waktu hidup (time delay switch
on) dan relay tunda waktu mati (time delay switch off).
 Time Delay Switch On Relay

Gambar 16 Simbol time delay switch on relay


Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Ketika
waktu yang ditentukan tercapai maka terminal 18 akan tersambungkan.
Sinyal output (keluaran) akan ada selama sinyal input ada. Elemen tunda
waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip.

12
 Time Delay Switch Off Relay

Gambar 17 Time delay switch off relay


Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Sinyal
output akan ada selama sinyal input ada. Tapi bila sinyal input diputus maka
sinyal output tidak akan langsung hilang, melainkan tetap ada sampai batas
waktu yang telah ditentukan. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak
yang dibatasi dengan garis strip.

2. Solenoid
Solenoid yang sering digunakan pada Electro-pneumatik adalah Solenoid DC.
Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal dan terbuat dari
besi lunak. Dengan demikian mempunyai bentuk yang simple dan kokoh. Selain itu
maksudnya agar diperoleh konduktansi optimum pada medan magnet. Bila solenoid
DC diaktifkan (switched on) maka arus listrik yang mengalir meningkat secara
perlahan. Ketika arus listrik dialirkan ke dalam kumparan akan terjadi
elektromagnet. Selama terjadinya induksi akan menghasilkan gaya yang berlawanan
dengan tegangan yang digunakan.

13
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

III.1 Studi Kasus


III.1.1 Nomor 1

Dari layout gambar 1 sistem kontrol elektropneumatik, buatlah:


a. Diagram langkah pemindahan
b. Diagram sirkuit elektropneumatik, untuk memulainya diperlukan tiga sinyal elemen,
jika minimal dua ditekan buat persamaan logikanya dan diagram sirkuit elektriknya
c. Cara kerja rangkaian
d. Aksi reaksi dari sistem kontrol
e. Tabel komponen yang digunakan
f. Tentukan ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN

14
III.1.2 Nomor 2

1. Buat skematik sistem (layout/peletakan) kontrol pneumatik (aplikasi sistem)


2. Diagram langkah pemindahan
3. Buat persamaan atau aksi reaksi sistem
4. Gambar ulang dari 3 rangkaian di atas
5. Cara kerja rangkaian
6. Untuk rangkaian pneumatik murni buat peta rangkaian

III.1.3 Nomor 3

Seperti pada kasus nomor 1 untuk minimal menggunakan 3 silinder baik


menggunakan kontrol pneumatik dan elektropneumatik, buatlah:
a. Diagram langkah pemindahan
b. Diagram sirkuit elektropneumatik, untuk memulainya diperlukan tiga sinyal
elemen, jika minimal dua ditekan buat persamaan logikanya dan diagram sirkuit
elektriknya

15
c. Cara kerja rangkaian
d. Aksi reaksi dari sistem kontrol
e. Tabel komponen yang digunakan
f. Tentukan ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN

III.2 Penyelesaian Masalah


III.2.1 Nomor 1

a. Diagram langkah pemindahan


A0
                       
A
                        A1
                        B0
                       
B
                      B1

b. Diagram sirkuit elektropneumatik


B0 B1
A0 A1 A+B-A-B+
A B
v =0
v =0
70%
70%

4 2 4 2

Y1 Z1 Y2 Z2
5 3 5 3
1 1

+24V 1 2 3 4 5 6

ON
R1 R1

B1
A1 B0 A0
OFF

R1 Y1 Z2 Z1 Y2

0V

2
3

c. Cara kerja rangkaian


Pada posisi awal tegangan listrik mengalir melalui switch A0 dan solenoid valve
Y2 sehingga pada silinder B udara masuk mendorong piston dan memposisikan

16
silinder B pada 100% dengan menekan switch B1 karena sebelumnya ada switch relay
R1 tegangan listrik belum mengalir ke switch B1 dan solenoid Y1. Ketika tombol ON
di tekan maka aliran listrik mengalir melalui relay R1 dan switch relay R1 teraktuasi
dan mengalirkan tegangan listrik menuju B1 dan solenoid Y1 dimana akan
menggerakan sininder A ke posisi 100% dan menekan switch A1, saat switch A1 pada
posisi close (ditekan oleh silinder A) tegangan listrik akan menuju solenoid Z2
menggerakkan silinde B menuju 0% dan menekan switch B0 lalu tegangan listrik
mengalir menuju solenoid Z1 menggerakkan silinder A ke posisi 0% dan menekan
switch A0 dan aliran listrik menuju solenoid Y2 seperti pada posisi awal gerakkan ini
akan berulang secara terus menurus, untuk menghentikan gerakaan dari silinder tekan
tombol OFF untuk memutuskan tegangan yang melalui relay sehingga switch relay
open.

d. Aksi reaksi dari sistem kontrol

A B

Gambar III.18 Posisi awal ketika silinder A berada pada A0 (0%) dan silinder B pada B0
(100%)

A B

Gambar III.19 Posisi ketika silinder A bergerak pada posisi A1 (100%)

17
A B

Gambar III.20 Posisi ketika silider B bergerak menuju B0 (0%)

A B

Gambar III.21 Posisi ketika silinder B bergerak kembali menuju B1 (100%)

A B

Gambar III.22 Posisi ketika silinder A bergerak menuju A0 (0%) kembali ke posisi awal

18
Aksi Reaksi
B maju B1 teraktuasi

ON ditekan A maju

A1 teraktuasi B mundur

B0 teraktuasi A mundur

A0 teraktuasi B maju

B1 teraktuasi A maju

Tabel III.1 Aksi-reaksi sistem kontrol

e. Tabel komponen

f. Ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN
F = 4 kN
N
P = 600000 2
m
Rr = 0 (diasumsikan tidak ada)

F= A . P+ R r

π
A= D 2
4

π 2
F= D . P+ Rr
4
2 F−R r
D =4
P.π
4 ( F −R r )
D=
√ P.π
F−R r
D=2
√ P. π
F−R r 4000 N +0
D=2
√ P. π
=2

√ N
600000 2 x 3,14
m
4000 N
D=2

√ N
600000 2 x 3,14
m
=0,0922m=92,2m

19
20

20

A B

Gambar III.23

Pada silinder A dan B jaraknya sama sehingga dapat kita hitung untuk stroke silinder yang
digunakan dengan menggunakan rumus Pythagoras.

stroke=√ 202+ 202=28,28 cm

Stroke silinder A dan B yang digunakan adalah

20
III.2.2 Nomor 2

A0 A1 B0 B1

v=0 v=0

50%

50%

50%

50%
4 2 4 2

2 2
5 3 5 3
1 A0 1 A1

1 3 1 3
6.00 0.00

0.00 6.00
G1
G2
4 2
L1 L2
2
5 3 2
B1 1
B0
1 3
1 3

1 3

21
III.2.3 Nomor 3

22
23
BAB IV
KESIMPULAN

IV.1 Hasil

IV.2 Kesimpulan

IV.3 Evaluasi

24

Anda mungkin juga menyukai