Disusun Oleh:
2112202001 M. Taufik Hidayat
2112202002 Fakhri Fakhruddin
2112202005 M. Azmi Nurfauzan
2112202017 Zahrina Maretta Fildzah
Oleh:
M. Taufik Hidayat NIM 2112202001
Fakhri Fahruddin NIM 2112202002
M. Azmi Nurfauzan NIM 2112202005
Zahrina Maretta F. NIM 2112202017
Menyetujui
Cimahi, 06 Februari 2021
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas besar dengan judul “Analisis Potensi Kerugian PT 23 akibat Kebocoran Kalor
Insulasi Pipa Air Dingin”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan memenuhi syarat kegiatan perkuliahan mata kuliah pneumatic dan hidrolik pada
program Strata 1 di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Manufaktur, Universitas Jenderal
Achmad Yani.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas besar ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah Swt., atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan, dan
kemampuan serta mengabulkan semua doa yang dipanjatkan.
2. Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan dorongannya baik moril maupun material
serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas besar ini.
3. Bapak H. Dedi Supendi, Drs., S. T., M. T., selaku Pembimbing untuk saran, bimbingan
serta motivasinya yang telah diberikan selama penyusunan tugas besar ini.
4. Teman-teman ekstensi Cimahi jurusan teknik mesin 2020.
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan tugas besar dan membuat
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas besar ini belum sempurna, masih banyak kekurangan
baik dalam isi maupun sistematika penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan kedepannya. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan baik nama, gelar, atau istilah praktikan, penulis mohon maaf.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga laporan tugas besar ini dapat memberikan manfaat
bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan.
Cimahi, Februari 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
I.2 Ruang Lingkup.........................................................................................................................1
I.3 Tujuan.....................................................................................................................................2
I.4 Sistematika Penulisan..............................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI..............................................................................................................3
II.1 Water-Cooled Chiller...............................................................................................................3
BAB III................................................................................................................................4
PEMBAHASAN MASALAH...................................................................................................4
III.1 Pembahasan Nomor 1...........................................................................................................4
BAB IV..............................................................................................................................11
KESIMPULAN...................................................................................................................11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Diagram langkah pemindahan
3. Diagram sirkuit elektropneumatik
4. Cara kerja rangakaian dan aksi reaksi dari sistem kontrol
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas besar yang berjudul “” adalah sebagai berikut:
1. Memahami dan mengaplikasikan elektropneumatik sebagai sistem kontrol
2. Menerapkan teori yang didapat dari silabus kuliah untuk merancang dan merealisasikan
suatu sistem
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan sistematika
penulisan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pneumatik
Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak, keadaan-
keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan. Orang pertama yang
dikenal dengan pasti telah menggunakan alat pneumatik adalah orang Yunani bernama
Ktesibio. Dengan demikian istilah pneumatik berasal dari Yunani kuno yaitu pneuma yang
artinya hembusan (tiupan). Bahkan dari ilmu filsafat atau secara istilah pneuma dapat
diartikan sebagai nyawa. Dengan kata lain pneumatik berarti mempelajari tentang gerakan
angin (udara) yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga dan kecepatan.
Penggunaan slinder dan elemen pneumatik lainnya dapat digunakan atau diaplikasikan
untuk pengecekan, penyortir, dan masih banyak kegunaan lainnya di industri.
3
II.1.1 Struktur dan Komponen Sistem Pneumatik
Pada sistem kerja pneumatik ini terdiri dari struktur serta kompenen yang saling memiliki
fungsi tersendiri sehingga dapat menjadi sebuah sistem.
a. Silinder Aktuator
Aktuator merupakan bagian output suatu sistem pneumatik, pada sistem pneumatik
ada beberapa jenis aktuator antara lain:
1) Aktuator gerak linier, merupakan aktuator yang bergerak lurus. Aktuator linier ini
terdiri dari aktuator kerja ganda dan aktuator kerja tunggal
4
(a) (b)
2) Aktuator gerakan berputar (rotary), merupakan motor yang digerakkan oleh udara
yang menghasilkan gerak putar
Semi-rotary actuator
b. Sensor
Sensor optik secara visual bisa mewakili status dari sistem pneumatik dan membantu
diagnosis. Beberapa sensor diantaranya ialah:
(a) (b)
5
Dengan menggunakan warna, indikator optik mewakili fungsi pada jaringan
kerjanya. Arti dari warna-warna sensor optik dijelaskan pada tabel di bawah ini:
c. Katup
Katup pengarah (Directional Control Valve), terdiri dari 2 jenis katup:
2/2 way valve: mempunyai 2 port dan 2 ruang. Penggerak katup berupa
udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan.
6
3/2 way valve: mempunyai 3 port dan 2 ruang. Penggerak katup berupa
udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan.
5/2 way valve : mempunyai 5 port dan 2 ruang. Penggerak katup berupa
udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan.
7
Two pressure valve: mempunyai 2 inlet dan 1 outlet. Udara mampat
mengalir melalui katup ini bila sinyal udara terdapat pada kedua sambungan
inlet.
Shuttle valve: Udara mampat dapat mengalir dari salah satu atau kedua
saluran inlet menuju outlet. (Logic OR function)
8
5) Katup pengatur tekanan (pressure valve), fungsinya mengatur besarnya tekanan
udara yang diperlukan.
Pneumatik dalam pelaksanaan teknik udara mampat dalam industri (khususnya dalam
teknik mesin) merupakan ilmu pengetahuan dari semua proses mekanis dimana udara
memindahkan suatu gaya atau suatu gerakan. Dalam pengertian yang lebih sempit
pneumatik dapat diartikan sebagai teknik udara mampat (compressed air technology).
Sedangkan elektropneumatik ialah pengembangan dari sistem pneumatik, adapun
perbedaan pneumatik dengan elektropneumatik terletak pada sistem kontrolnya, bila pada
pneumatik murni sistem kontrolnya masih menggunakan katup-katup mekanik tidak
demikian pada sistem kontrol elektropneumatik dikontrol oleh sinyal elektronik.
Pengaplikasian sistem kerja pneumatik pada industri sudah sangat berkembang, mulai
dari industri farmasi serta industri lainnya yang menuntut pekerjaan yang bersih serta
ringan.
9
1. Sakelar tekan, dioperasikan manual
Sakelar tekan manua ini terbagi dua jenis yaitu:
Sakelar tekan biasa
Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem kontrol
dinyalakan. Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-button
switch). Disebut sakelar tekan karena untuk mengalirkan sinyal,
mengaktuasikannya dengan menekan tombol atau sakelar.
10
tersambung bergantian (Change over). Sakelar pembatas ini akan bekerja bila
tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi.
Tipe Tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch) Sakelar pembatas
tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas mekanik tidak dapat digunakan.
Macam sakelar pembatas tipe ini antara Sakelar Pembatas (sensor) Buluh
Penggunaan sakelar ini biasanya dikarenakan keadaan sekitar yang tidak
memungkinkan dipasangnya sakelar mekanik, misalnya karena banyaknya
debu, pasir ataupun lembab. Sakelar ini diaktifkan dengan magnet yang
terpasang pada silinder. Dengan adanya magnet maka buluh kawat akan
tersambung atau terputus bila magnet itu mendekati atau menjauhi buluh kawat
tersebut.
Sakelar Pembatas Induktif
Digunakan bila sakelar pembatas mekanik ataupun buluh tidak dapat digunakan.
Biasa dipakai untuk sensor penghitung benda kerja yang terbuat dari logam,
pada suatu mesin atau ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya akan beraksi
atau terpakai untuk logam. Sakelar pembatas atau sensor ini biasanya terdiri dari
oscillator, pemicu tegangan dan penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang
dialiri arus bolak-balik dan arus searah, tapi keduanya mempunyai tegangan
operasi antara 10–30 volts.
Sakelar Pembatas Kapasitif
Sensor kapasitif ini mempunyai respons terhadap segala material, metal maupun
non-metal. Tapi sensor ini terpengaruhi oleh adanya perubahan- perubahan yang
diakibatkan keadaan sekelilingnya, misalnya dengan debu logam.
Sakelar Pembatas Optik
Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukannya berupa
sinar.
1. Relay
Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang
kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan
elektromagnet yang dihasilkan dari kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan
11
pada peralatan telekomunikasi yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang
sudah umum didapatkan pada perangkat kontrol, baik pada permesinan ataupun
yang lainnya. Relay memiliki beberapa jenis yaitu :
Relay Mengunci (Latching relays)
Latching relay adalah relay yang dikontrol dengan electromagnetik, dimana
relay ini akan tetap berada pada posisi setelah diaktifkan walaupun sumber
energi sudah diputuskan, seolah- olah terkunci pada posisi akhir. Sistem
pengunci biasanya dengan mempergunakan kerja mekanik. Penggunaan relay
ini biasanya untuk jaringan listrik di rumah tinggal.
Remnant Relay
Relay ini desainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka
akan terjadi elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada
walaupun sumber energinya telah dihilangkan. Atau dengan kata lain relay ini
dikunci pada posisi akhir. Untuk menyalakan relay ini maka arus yang dipakai
adalah arus positif, sedangkan untuk mematikannya mempergunakan arus
negatif.
Relay Tunda Waktu
Berfungsi untuk menyambung kontaktor NO atau memutus kontaktor NC,
di mana hubungan kontaktor diputuskan ataupun disambungkan tidak langsung
seketika pada saat relay diaktifkan, melainkan perlu waktu. Waktu yang
diperlukan untuk memutuskan ataupun menyambungkannya bisa diatur. Ada
dua jenis relay tunda waktu, yaitu relay tunda waktu hidup (time delay switch
on) dan relay tunda waktu mati (time delay switch off).
Time Delay Switch On Relay
12
Time Delay Switch Off Relay
2. Solenoid
Solenoid yang sering digunakan pada Electro-pneumatik adalah Solenoid DC.
Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal dan terbuat dari
besi lunak. Dengan demikian mempunyai bentuk yang simple dan kokoh. Selain itu
maksudnya agar diperoleh konduktansi optimum pada medan magnet. Bila solenoid
DC diaktifkan (switched on) maka arus listrik yang mengalir meningkat secara
perlahan. Ketika arus listrik dialirkan ke dalam kumparan akan terjadi
elektromagnet. Selama terjadinya induksi akan menghasilkan gaya yang berlawanan
dengan tegangan yang digunakan.
13
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
14
III.1.2 Nomor 2
III.1.3 Nomor 3
15
c. Cara kerja rangkaian
d. Aksi reaksi dari sistem kontrol
e. Tabel komponen yang digunakan
f. Tentukan ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN
4 2 4 2
Y1 Z1 Y2 Z2
5 3 5 3
1 1
+24V 1 2 3 4 5 6
ON
R1 R1
B1
A1 B0 A0
OFF
R1 Y1 Z2 Z1 Y2
0V
2
3
16
silinder B pada 100% dengan menekan switch B1 karena sebelumnya ada switch relay
R1 tegangan listrik belum mengalir ke switch B1 dan solenoid Y1. Ketika tombol ON
di tekan maka aliran listrik mengalir melalui relay R1 dan switch relay R1 teraktuasi
dan mengalirkan tegangan listrik menuju B1 dan solenoid Y1 dimana akan
menggerakan sininder A ke posisi 100% dan menekan switch A1, saat switch A1 pada
posisi close (ditekan oleh silinder A) tegangan listrik akan menuju solenoid Z2
menggerakkan silinde B menuju 0% dan menekan switch B0 lalu tegangan listrik
mengalir menuju solenoid Z1 menggerakkan silinder A ke posisi 0% dan menekan
switch A0 dan aliran listrik menuju solenoid Y2 seperti pada posisi awal gerakkan ini
akan berulang secara terus menurus, untuk menghentikan gerakaan dari silinder tekan
tombol OFF untuk memutuskan tegangan yang melalui relay sehingga switch relay
open.
A B
Gambar III.18 Posisi awal ketika silinder A berada pada A0 (0%) dan silinder B pada B0
(100%)
A B
17
A B
A B
A B
Gambar III.22 Posisi ketika silinder A bergerak menuju A0 (0%) kembali ke posisi awal
18
Aksi Reaksi
B maju B1 teraktuasi
ON ditekan A maju
A1 teraktuasi B mundur
B0 teraktuasi A mundur
A0 teraktuasi B maju
B1 teraktuasi A maju
e. Tabel komponen
f. Ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN
F = 4 kN
N
P = 600000 2
m
Rr = 0 (diasumsikan tidak ada)
F= A . P+ R r
π
A= D 2
4
π 2
F= D . P+ Rr
4
2 F−R r
D =4
P.π
4 ( F −R r )
D=
√ P.π
F−R r
D=2
√ P. π
F−R r 4000 N +0
D=2
√ P. π
=2
√ N
600000 2 x 3,14
m
4000 N
D=2
√ N
600000 2 x 3,14
m
=0,0922m=92,2m
19
20
20
A B
Gambar III.23
Pada silinder A dan B jaraknya sama sehingga dapat kita hitung untuk stroke silinder yang
digunakan dengan menggunakan rumus Pythagoras.
20
III.2.2 Nomor 2
A0 A1 B0 B1
v=0 v=0
50%
50%
50%
50%
4 2 4 2
2 2
5 3 5 3
1 A0 1 A1
1 3 1 3
6.00 0.00
0.00 6.00
G1
G2
4 2
L1 L2
2
5 3 2
B1 1
B0
1 3
1 3
1 3
21
III.2.3 Nomor 3
22
23
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1 Hasil
IV.2 Kesimpulan
IV.3 Evaluasi
24