Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan

kronis autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang

bisa terganggu dan turun yang menyebabkan hancurnya organ

sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki dan

lutut. Penyakit ini termasuk dalam penyakit degeneratif yang

terjadi akibat adanya perubahan pada sel tubuh salah satunya

penurunan sendi yang disebabkan oleh adanya proses penuaan d

an perubahan gaya hidup seseorang (Sakti & Muhlisin, 2019).

Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis pada lansia

mengalami penurunan. Masalah degeneratif dapat menurunkan

daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit. Hal ini

dikarenakan menurunnya fungsi tubuh dan terganggunya

psikologis pada lansia. Masalah yang sering terjadi pada penyakit

Rheumathoiid Arthritis pada lanjut usia salah satunya nyeri pada

persendian (Aspiani, 2014).

2. Etiologi

Menurut (Helmi, 2016) Penyebab (Rheumatoid Arthritis) tidak

diketahui. Faktor genetik, lingkungan, hormon, imunologi, dan

faktor-faktor infeksi mungkin memainkan peran penting.

Sementara itu, faktor sosial ekonomi, psikologis, dan gaya hidup

memengaruhi progresivitas dari penyakit.


5. Pathway Artritis Reumathoid

Reaksi faktor R dengan antibody, Kekakuan sendi Hambatan mobilitas fisik


faktor metabolic, infeksi dengan
kecenderungan virus
Reaksi peradangan Nyeri

Synovial menebal Pannus Kurangnya informasi tentang


proses penyakit

Defesiensi pengetahuan Ansietas


Nodul Infiltrasi dalam os. Subcondria

Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada kartilago Kartilago nekrosis
artikularis

Gangguan body image

Kerusakan kartilago dan tulang Erosi kartilago

Adhesi pada permukaan sendi


Mudah luksasi dan sublukasi Tendon dan ligament melemah

Ankilosis fibrosa
Resiko cidera Hilangnya kekuatan otot

Keterbatasan gerakan sendi Kekuatan sendi Ankilosis tulang

Deficit perawatan diri Hambatan mobilitas fisik

Gambar 2.1 pathway

Sumber : (Amin Huda Nuratif, 2015)


Stimulus yang merusak jaringan tubuh dan nyeri merupakan pola

respon yang dilakukan seseorang untuk melindungi organisme

dari kerusakan (Richard Sternback, 2017).

2. Fisiologi nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk

menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai

reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang

berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial

merusak. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua

komponen yaitu:

a. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan

tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri

tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri

dihilangkan.

b. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan

tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih

dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit

dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam

meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang,

pembuluh darah, syaraf, otot dan jaringan penyangga

lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang

timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.


3. Mekanisme Nyeri

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi

stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi

aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf

bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis

medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Rangsangan

yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan

mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang

dilepaskan karena trauma atau inflamasi.

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan

system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia,

termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem

saraf pusat. Bermacam-macam reseptor nyeri primer

ditemukan dan memberikan persarafan di kulit, sendi-sendi,

otot-otot dan alat-alat dalam pengaktifan reseptor nyeri yang

berbeda menghasilkan kuatitas nyeri tertentu.

Sel-sel saraf nyeri pada kornu dorsalis medulla spinalis

berperan pada reflek nyeri atau ikut mengatur pengaktifan sel-

sel traktus ascenden. Sel-sel saraf dari traktus spinothalamicus

membantu memberi tanda perasaan nyeri, sedangkan traktus

lainnya lebih berperan pada pengaktifan system kontrol

desenden atau pada timbulnya mekanisme motivasi-afektif.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus lebih

berperan dalam sensasi nyeri dibandingkan daerah kortek

serebri (willis WD, 2015)


4. Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (2015)

mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat

oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat

sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut

merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu

keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol

desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-

A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P

untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan.

Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang

lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter

penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari

serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan.

Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang

perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan

yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila

masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan

serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien

mempersepsikan sensasi nyeri.

5. Klasifikasi Nyeri

a. Dua rasa nyeri utama yaitu :

1) Nyeri cepat yaitu bila diberikan stimulus nyeri maka

rasa nyeri cepat timbul dalam waktu kira-kira 0,1

detik. Rasa
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman

2010):

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung

jawab keluarga, maka apabila menyadari danya perubahan

perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang

terjadi dan sebesar apa perubahannya.

2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan tugas keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat dan sesuai dengan

keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa

diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka

segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah

kesehatan dapatb dikurangi atau bahkan teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta

bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

3. Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat

atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat

dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan

melakukan tindakan pertolongan pertama


10. Skoring Keluarga

Tabel 2.4 Skala Untuk menyusun masalah kesehatan keluarga sesuai

dengan prioritas

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah
Tidak/ kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah


Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Masalah berat harus ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu harus segera
ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Sumber : Suprajitno, 2014


skore
¿ × bobot
nilai tertinggi
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang akan dibuat.
b. Selanjutnya dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan
bobot.
F. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Rematik (Rheumathoid
Arthritis)

1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan seorang perawat mengambil

linformasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang

dibina. Untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat dan sesuai

dengan keadaan keluarga, perawat dianjurkan menggunakan

bahasa yang digunakan setiap hari, sederhana dan lugas.

Asuhan keperawatan keluarga menurut teori aplikasi model

pengkajian Friedman (2013) dalam kasus keluarga dengan penyakit

rematik yaitu:

a. Data umum

1) Nama kepala keluarga

2) Usia

3) Pendidikan

4) Pekerjaan

5) Alamat

6) Daftar anggota keluarga

Tabel 2.5 Daftar Anggota Keluarga

No Nama L/K Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


kesehatan

1
2
3
Sumber: Friedman (2013)
b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau

faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk

timbulnya penyakit Rematik.

c. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi dapat dilihat dari:

1) Pendapatan/penghasilan keluarga

2) Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga.

Pada pengkajian status sosial ekonomi akan

mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Seperti dari

ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan

periksakan dirinya ke dokter dan fasilitas kesehatan

lainnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

1) Riwayat masing-masing kesehatan keluarga (apakah

mempunyai penyakit keturunan).

2) Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit

3) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan

keluarga

4) Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan

e. Karakteristik lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Tetangga dan komunitas

3) Geografis keluarga

4) Sistem pendukung keluarga


f. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang dikaji yaitu gambaran anggota keluarga, perasaan

saling memiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga serta bagaimana anggota keluarga

mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi

dukungan keluarga kepada anggota keluarga yang sakit,

untuk mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi

ini adalah basis sentral bagi pembentukan dan

kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan

persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para

anggota keluarga.

2) Fungsi keperawatan

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang

mempengaruhi keluarga terhadap masalah,

kemampuan keluarga dapat mengenal masalah,

tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai

dengan tindakan keperawatan, karena rematik

memerlukan perawatan yang khusus yaitu mengenai

pengaturan pola makan dan gaya hidup. Disini keluarga

perlu mengetahui cara pola makanan yang benar dan

gaya hidup yang sesuai untuk penderita rematik.


i. Fungsi ekonomi

Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan

penyakit. biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan

untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan

lainya.

j. Stres dan koping keluarga

1) Stresor yang dimiliki

2) Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor

k. Strategi koping yang digunakan

1) Strategi adaptasi disfungsional.

2) Pemeriksaan fisik

3) Pemeriksaan fisik umum

4) Pemeriksaan fisik khusus

l. Harapan keluarga

Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat

(petugas kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah

kesehatan yang terjadi. (Friedman, 2013)

2. Analisa Data

Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan

masalah kesehatan keluarga yang diangkat dari lima tugas

keluarga yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

(Gusti, 2013
3. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Menurut Allen (1998) dalama Gusti (2013). Diagnosa

keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa

keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan

meliputi :

1) Problem atau masalah

Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota

keluarga.

2) Etiologi atau penyebab

Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah

dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di

masyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi

dari diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya:

a) Ketidaktahuan(kurangnya pengetahuan, pemahaman,

kesalahan persepsi).

b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).


c) Dan ketidakmampuan (kurangnya keterampilan

terhadap suatu prosedur atau tindakan, kurangnya

sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem

pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).

2) Tanda (sign) dan Gejala (symtom)

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

langsung (Gusti, 2013).

Tipologi diagnosa keperawatan meliputi :

a) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang

sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan

perawat dengan cepat.

b) Diagnosa resiko/resiko tinggi adalah masalah

keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk

menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi cepat

apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

c) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari

keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatanna dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat

ditingkatkan.

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik terhadap respon

individu, keluarga, dan komunitas mengenai masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa

keperawatan sebagai dasar untuk pemilihan intervensi


keperawatan guna mencapai hasil yang sebagai tanggung jawab

perawat. (Andarmoyo. S, 2012)

Diagnosa keperawatan yang sering muncul dengan rematik

menurut problem (Amin Huda, 2015) adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut

2. Defesiensi pengetahuan

3. Hambatan mobilitas fisik

Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang

mengalami rematik problem dan etiologi (friedman, 2010) :

1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit

2. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

Komponen Diagnosis Keperawatan meliputi masalah (problem),

penyebab (etiologi), dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi

mengarah pada 5 tugas keluarga yaitu :

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan
Tabel 2.6 Prioritas Masalah

Kriteria Bobot Skore

Aktual = 3
Sifat masalah 1 Resiko = 2
Potensial =1

Mudah = 2
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan 2 Sebagian = 1
Tidak dapat = 0

Tinggi = 3
Potensi masalah untuk dicegah 1 Cukup = 2
Rendah = 1

Segera diatasi = 2
Menonjolnya masalah 1 Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya
masalah = 0

Sumber: (Andarmoyo. S, 2012)


Skoring:
a. Tentukan skor untuk tiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai
bobot
Skore
¿ × bobot
angka tertinggi
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi sama
dengan seluruh bobot

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Menurut Effendy (2012), rencana keperawatan keluarga

adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang telah didefinisikan.

Sedangkan menurut Friedman (2013) menyatakan ada

beberapa tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan

jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesifik.

Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka panjang yang


merupakan tingkatan terakhir yang menyatakan maksud-maksud

luas yang diharapkan oleh perawat maupun keluarga agar dapat

tercapai.

Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi,

disesuaikan dengan sumber daya yang mendasar dalam keluarga

pada umumnya yaitu biaya, pengetahuan, dan sikap dari keiuarga,

sehingga dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif,

afektif atau perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi

masalahnya. Tujuan asuhan keperawatan keluarga dengan

masalah rematik dapat dibedakan menjadi dua yaitu tujuan jangka

pendek dan tujuan jangka panjang (Effendy, 2012).

Tujuan jangka pendek pada penderita rematik antara lain :

setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai rematik

keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan yang tepat untuk anggota keluarga yang menderita

remaik dengan respon verbal keluarga mampu menyebutkan

pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta perawatan rematik.

Respon afektif, keluarga mampu menentukan cara penanganan

atau perawatan bagi anggotanya yang menderita rematik secara

tepat. Sedangkan respon psikomotor, keluarga mampu

memberikan perawatan secara tepat dan memodifikasi lingkungan

yang sehat dan nyaman lagi penderita rematik. Standar evaluasi

yang digunakan adalah pengertian, tanda dan gejala, penyebab,

perawatan, komplikasi dan pengobatan rematik.(Effendy, 2012).

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam

perawatan rematik adalah masalah dalam keluarga dapat teratasi

atau dikurangi setelah dilakukan tindakan keperawatan.


4. Intervensi keperawatan keluarga
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi
No Keperawatan Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar

1 2 3 4 5 6 7

1 Nyeri akut Selama 4 Selama 1x30 Respon 1. Keluarga dapat 1. Berikan


berhubungan kali menit Verbal: menjelaskan pendidikan
dengan kunjungan kunjungan, pengertian, kesehatan
Ketidakmamp kerumah keluarga penyebab tanda mengenai
uan keluarga keluarga, mampu Respon dan gejala penyakit
merawat diharapkan merawat Sikap: rematik rematik :
anggota nyeri anggota pengertian,
keluarga yang berkurang keluarga yang
2. Setelah
dijelaskan penyebab,
sakit sakit dengan tanda dan
cara: keluarga dapat
mengetahui gejala.
1. Mengenal obat alternatif 2. Ajarkan
masalah Respon
Psikomotor: rematik keluarga
kesehatan membuat air
3. Keluarga
2. Mengambi mampu rebusan daun
l memahami sidaguri
keputusan mafaat daun 3. Berikan air
3. Merawat sidaguri rebusan daun
anggota 4. Keluarga sidaguri pada
keluarga mampu pasien
yang sakit membuat air 4. Monitor
4. Membuat rebusan daun respon pasien
obat sidaguri terhadap
alternatif minum air
rematik rebusan daun
sidaguri

2. Defisiensi Selama 4 Setelah Respon 1. Keluarga 1. Memberikan


pengetahuan kali dilakukan Verbal dapat pendidikan
berhubungan kunjungan tindakan menjelaskan kesehatan
dengan kerumah keperawatan pengertian mengenai
ketidakmampu keluarga, selama 1x30 rematik pengertian
an keluarga diharapkan menit keluarga rematik
mengenal keluarga mampu:
2. Keluarga
masalah mampu 1. Mengenal dapat 2. Memberikan
mengenal masalah menyebutkan pendidikan
masalah Kesehatan klasifikasi kesehatan
yang di alami 2. Mengambil rematik mengenai
anggota keputusan 3. Keluarga klasifikasi
keluarga 3. Merawat mampu rematik
yang anggota menjelaskan 3. Memberikan
mengalami keluarga tanda dan pendidikan
rematik yang sakit gejala rematik kesehatan
4. Keluarga mengenai
dapat tanda dan
mengerti gejala rematik
penyebab 4. Memberikan
Rematik pendidikan
kesehatan
mengenai
penyebab
Rematik

3. Hambatan Selama 4 Setelah Respon 1. Agar 1. Monitor vital


mobilitas fisik kali dilakukan Verbal: mengetahui sign
berhubungan kunjungan tindakan keadaan umum sebelum/sesu
dengan kerumah keperawatan pasien dah latihan
ketidakmampu keluarga, selama 1x30 dan lihat
an diharapkan menit keluarga
2. Untuk
mengetahui respon pasien
keluarga keluarga mampu: saat latihan
mengambil dapat kemampuan
1. Mengenal dalam 2. Kaji
keputusan mengambil masalah
keputusan mobilisasi kemampuan
kesehatan pasien pasien dalam
2. Mengambil 3. Memberikan mobilisasi
keputusa posisi agar 3. Ajarkan
3. Merawat lebih nyaman pasien
anggota dalam merubah
keluarga beraktivitas posisi dan
yang sakit 4. Keluarga dapat berikanbantu
menjelaskan an jika
bagaimana diperlukan
cara 4. Berikan
mengambil Pendidikan
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti pasien

(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan

yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial

keluarga (Friedman, 2010).

Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga

dengan Rematik menurut Effendy (2013) adalah sumber daya dan dana

keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon


dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada di

keluarga.

Sumber daya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat

menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit

Rematik menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga juga

mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah Rematik dan juga

dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

kepada anggota keluarga yang Rematik. Adat istiadat dan kebudayaan

yang berlaku dalam keluarga juga akan mempengaruhi pengambilan

keputusan keluarga seperti pola pengobatan dan penatalaksanaan

pasien Rematik, seperti pada suku pedalaman lebih cenderung

menggunakan dukun dari pada pelayanan kesehatan.

Demikian juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga

yang sakit Rematik akan mempengaruhi keluarga dalam merawat

anggota yang sakit Rematik. Sarana dan prasarana baik dalam keluarga

atau masyarakat merupakan faktor yang penting dalam perawatan dan

pengobatan Rematik. Sarana dalam keluarga seperti kemampuan

keluarga menyediakan makanan yang sesuai dan menjaga diit atau

kemampuan keluarga, mengatur pola makan dan menciptakan suasana

yang tenang dan tidak memancing kemarahan. Sarana dari lingkungan

adalah, terjangkaunya sumber-sumber makanan sehat, tempat latihan,

juga fasilitas kesehatan (Effendy, 2013).

6. Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan

keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya.

Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali


seorang perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan

(Friedman, 2013).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara

yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Suprajitno, 2008).

7. Dokumentasi

Dokumentasi perawat adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang

dimiki oleh perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna

untuk kepentingan pasien, perawat, dan tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi akurat dan

lengkap dengan tertulis dan tanggung jawab perawat.

Tujuan dokumentasi adalah:

a. Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar

anggota tim kesehatan lainnya.

b. Dapat digunakan alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.

c. Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan

keperawatan.

d. Sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan

asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien.

Anda mungkin juga menyukai