Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Diajukan guna memenuhi laporan praktik klinik: Keperawatan Jiwa

CI Pembimbing : Ns. Juni D, S.Kep

Disusun oleh :

Frengki Eko Wibowo


Gita Saski Galatia
Indah Sundari Siregar
Ira Maribeth
Lisa Oktaviani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


2021

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama) Harga Diri rendah


Harga diri rendah adalah perasaa tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011)
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

II. Proses terjadinya masalah


A. Faktor Pedisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita
atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak
akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja
akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman
sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
4. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran
negatif dan tidak berdaya.

B. Factor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya
bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan
dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga
diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya
selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari
internal dan eksternal:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

C. Jenis-jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan tetapi
merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang
dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri
sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara :
1. Situasional
Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya
harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, sekolah, putus
hubungan kerja pada pasien yang dirawat dapat terjadi karena
privasi yang kurang diperhatikan pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
tidak tercapai karena dirawat atau penyakit, perlakuan petugas
yang tidak menghargai (Makhripah D. dan Iskandar, 2012).
2. Kronik
Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri telah
berlangsung lama yaitu sebelum sakit dirawat. Pasien mempunyai
cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat
ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa
(Makhripah D. dan Iskandar, 2012)

D. Tanda dan Gejala


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena
rambut menjadi botak setelah menjalani terapi kemoterapi pada
kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat, misalnya: saya tidak bisa, saya orang
bodoh & tidak tau apa-apa
4. Gangguan hubungan social, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka menyendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan misalnya
memilih alternatif tindakan
6. Mencederai diri. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang
suram, mungkin dengan mengakhiri hidupnya.

E. Rentang respons

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar


belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

F. Mekanisme koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
1. Jangka pendek :
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik.
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah
raga kontes popularitas.
d. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
penyalahgunaan obat-obatan.
2. Jangka Panjang :
a. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
b. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.
3. Mekanisme Pertahanan Ego:
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain.

III. A. Pohon Masalah


Pohon masalah yang muncul menurut Keliat, B.A : 18 dalam buku Kartika
Sari Wijayaningsih (2015)
Isolasi sosial menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu

B. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

No Masalah keperawatan Data subyektif Data obyektif


1 MK : Tidak efektifnya koping  Mengungkapkan  Tampak
individu ketidakmampuan dan ketergantungan
meminta bantuan orang lain terhadap orang lain
 Mengungkapkan malu dan  Tampak sedih dan tidak
tidak bisa ketika diajak melakukan aktivitas
melakukan sesuatu yang seharusnya dapat
 Mengungkapkan tidak dilakukan
berdaya dan tidak ingin  Wajah tampak murung
hidup lagi.
2 Masalah Utama :  Mengungkapkan ingin diakui  Merusak diri sendiri
gangguan konsep diri : jati dirinya  Merusak orang lain
harga diri rendah  Mengungkapkan tidak ada  Ekspresi malu
lagi yang peduli  Menarik diri dari
 Mengungkapkan tidak bisa hubungan social
apa-apa  Tampak mudah
 Mengungkapkan dirinya tersinggung
tidak berguna  Tidak mau makan dan
 Mengkritik diri sendiri tidak tidur
 Perasaan tidak mampu
3 MK : Akibat Isolasi Sosial  Mengungkapkan enggan  Ekspresi wajah kosong,
Menatik diri bicara dengan oranglain tidak ada kontak mata
 Klien mengatakan malu ketika diajak bicara
bertemu dan berhadapan  Suara pelan dan tidak
dengan orang lain jelas
 Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
 Menghindar ketika
didekati

IV. Diagnosa Keperawatan


Harga Diri Rendah

V. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawatan
Harga Diri Rendah TUM : a. Setelah 2x pertemuan SP 1 P
Pasien mampu mengatasi pasien mampu 1. Mengidentifikasi
harga diri rendah yang menyebutkan kemampuan dan
dialaminya kemampuan dan aspek aspek positif yang
positif yang dimiliki dimiliki pasien
TUK 1 : b. Setelah 2x pertemuan 2. Membantu pasien
Mengidentifikasi pasien mampu menilai kemampuan
kemampuan dan aspek menyebutkan pasien yang masih
positif yang dimiliki kemampuan yang dapat digunakan
dimiliki dan dapat 3. Membantu pasien
TUK 2 : digunakan memilih kegiatan
Menilai kemampuan yang c. Setelah 1x pertemuan yang akan dilatih
dapat digunakan pasien mampu sesuai dengan
merencanakan kegiatan kemampuan pasien
TUK 3 : yang sesuai dengan 4. Melatih pasien sesuai
Memilih kegiatan yang kemampuan yang dengan kemampuan
sesuai dengan kemampuan dimilikinya pasien yang dipilih
d. Setelah 1x pertemuan 5. Memberikan pujian
TUK 4 : pasien mampu yang wajar terhadap
Melatih kegiatan yang melakukan kegiatan keberhasilan pasien
sudah dipilih sesuai jadwal yang 6. Menganjurkan pasien
sudah dibuat memasukan dalan
TUK 5 : jadwal kegiatan
Merencanakan kegiatan harian
yang sudah dipilihnya
SP 2 P
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
pasien
2. Melatih kemampuan
kedua
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan
harian

SP 3 P
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
pasien
2. Melatih kemampuan
ketiga
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan
harian
TUM : Setelah 2x pertemuan SP 1 K
Keluarga mampukeluarga mampu : 1. Mendiskusikan
mengatasi harga diri
a. Mengidentifikasi masalah yang
rendah yang dialami kemampuan yang dirasakan keluarga
pasien dimiliki pasaien dalam merawat
TUK 1: b. Menyediakan fasilitas pasien
Keluarga mampu merawat untuk pasien 2. Menjelaskan
pasien dengan harga diri melakukan kegiatan pengertian, tanda dan
rendah di rumah c. Membantu melatih gejala harga diri
pasien rendah yang dialami
TUK 2 : d. Memberikann pasien bserta proses
Keluarga menjadi system reinforcement saat terjadinya
pendukung yang efektif pasien melakukan 3. Menjelaskan cara-
bagi pasien kegiatan cara merawat pasien
e. Membantu menyusun harga diri rendah
jadwal kegiatan pasien
SP 2 K
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien
dengan harga diri
rendah
2. Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien harga
diri rendah

SP 3 K
1. Membantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas dirumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow
up pasien setelah
pulang.

VI. Daftar Pustaka


Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:
CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai