Anda di halaman 1dari 4

24 March 2021

TUGAS

Nama : Rizal Noor


NIM : 2005136317
Prodi/kelas : PPKn/B
Mata kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : Jumili Arianto, S.Pd., MH

Hak Asasi Manusia (HAM)

1. Definisi HAM
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Secara definisi “hak”
merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga
harkat dan martabatnya. Hak mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: a) pemilik hak, b)
ruang lingkup penerapan hak, dan c) pihak yang bersedia dalam penerapan hak. Ketiga
unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia
yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan
upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
antara ke pentingan perseorangan dengan kepentingan umurn. Begitu juga upaya
menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban
dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pernerintahan baik Sipil
maupun Militer), dan negara.
Menurut John Locke Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dibe rikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kod rati. Adapun menurut
pendapat Jan Materson (dan Komisi HAM PBB), dalarn Teaching Human Right, United
Nations sebagaimana dikutip Ba haruddin Lopa menegaskan bahwa “Human rights could
be generally defined as those rigi its which in our nature and without zvhiclz can not live
as human being” (hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup se bagai manuisa. Oleh karenanya, tidak
ada kekuasaan apa pun di dunia ini yang dapat mencahutnya. Dalarn Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukurn, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
2. Latar Belakang Muculnya HAM di dunia
Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada
abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada
setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak
masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia
ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika,
dan Revolusi Prancis.

1. Magna Charta (1215) Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para
bangsawan disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh
raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan
tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Ciri Pokok Hakikat HAM Jaminan itu diberikan
sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para
bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari
sistem konstitusional Inggris.
2. Revolusi Amerika (1776) Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan
penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika. Declaration of Independence (Deklarasi
Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776
merupakan hasil dari revolusi ini.
3. Revolusi Prancis (1789) Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis
kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut.
Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan
Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal: hak
atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).
Perkembangan Pemikiran HAM
4. African Charter on Human and People Rights (1981) Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-
negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU) mengadakan konferensi mengenai
HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara Afrika secara tegas berkomitment untuk
memberantas segala bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk mengkoordinasikan dan
mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi
masyarakat Afrika.
5. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990) Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi
Manusia dalam Islam merupakan deklarasi dari negara-negara anggota Organisasi
Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan gambaran umum pada
Islam tentang hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai satu-satunya
sumber. Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman umum bagi negara
anggota OKI di bidang hak asasi maunsia.
6. Bangkok Declaration (1993) Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara
Asia pada tahun 1993. Dalam konferensi ini, pemerintah negara-negara Asia telah
mengegaskan kembali komitmennya terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia. Mereka menyatakan pandangannya saling ketergantungan
dan dapat dibagi hak asasi manusia dan menekankan perlunya universalitas, objektivitas,
dan nonselektivitas hak asasi manusia.
7. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993 Deklarasi ini merupakan deklarasi
universal yang ditandatangani oleh semua negara anggota PBB di ibu kota Austria, yaitu
Wina. Oleh karenanya dikenal dengan Deklarasi Wina. Hasilnya adalah mendeklarasikan
hak asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Deklarasi ini sesungguhnya adalah re-
evaluasi tahap dua dari Deklarasi HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian yang
disetuju semua anggota PBB, termasuk Indonesia.

3. Instrumen HAM internasional


1.    Konvensi Hak Anak (KHA) dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:
a.       Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights.)
b.      Hak terhadap perlindungan (protection rights).
c.       Pasal mengenai krisis dan keadaan darurat anak.
d.      Hak untuk tumbuh kembang (development rights).
e.       Hak untuk Berpatisipasi (participation rights).
2.    Konvensi menentang penyiksaan ialah gerakan anti penyiksaan yang diperlukan guna
untuk melindungi hak-hak manusia agar terbebas dari adanya suatu penyiksaan, baik
penyiksaan itu dilakukan dengan siksaan fisik maupun mental.
3.    Konvensi tentang penghapusan semua dikriminasi adalah sebuah instrumen hukum
internasional yang mengatur tentang penghapusan segala bentuk pembedaan,
pengecualian, pembatasan atau pengutamaan berdasarkan ras, warna kulit, keturunan atau
kebangsaan atau suku bangsa.
4.    Konvensi anti diskriminasi terhadap perempuan harus ditegakkan
karena diskriminasi terhadap perempuan melanggar asas persamaan hak dan rasa hormat
terhadap martabat manusia, merupakan halangan bagi partisipasi perempuan, atas dasar
persamaan dengan laki-laki dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya negara-
negara mereka.

4. Instrumen HAM nasional


Sebagainana kita ketahui. UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan atau amandemen.
Dalam amandemen kedua, telah ditambahkan sejumlah ketentuan rnengenai HAM. Ketentuan
tcrscbut tcrcantum dalam Hab XA “Hak asasi Manusia”. Ketentuan mengenai HAM tersehut
terdiri atas 10 pasal (pasal 28A— 28J) dan 26 ayat. Instrumen nasional:

1. UUD 1945 beserta amendemennya;


2. Tap MPR No. XVÍ /MPR/1998;
3. UU No 39 Tahun 1999 Tentang HakAsasi Manusia;
4. UU No 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan 1-lAM:
5. U U No 40 Tahun 2008 kntang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Ernis;
6. Peraturan perundang-udangan nasionaI lain yang terkait.

Referensi :

 Heri, Hendrianto dkk. 2019. Kewarganegaraan dan Masyarakat Madani. Jakarta :


Pranamedia Group.
 Sidurrahman & Arifinsyah. 2018. Pendidikan Kewarga Negaraan NKRI Harga Mati.
Jakarta: Kencana
 https://www.scribd.com/doc/309250804/Makalah-Instrumen-HAM

Anda mungkin juga menyukai