Nama Mahasiswa :
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih sari saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya.,
seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (Depkes RI, 2009).
ISPA adalah penyekit saluran pernafasan atas dengan perhatian khusus
pada radang paru (pneumonia, dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan
(Widyono, 2008).
Infeksi adalah masuknya uman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang sehingga menimbulkan gejala penyakit (Depkes,
2008)
ISPA adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur saluran
nafas atasyang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk ronga hidung,
faring, dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis atau
radang tenggorokan, laringitis, dan influenza.
2.2 Etiologi
Adapun etiologi ISPA sebagai berikut (Harton & Rahmawati, 2012) :
1. Agen Infeksius
Sistem pernafasan menjadi terpengaruh oleh bermacam-macam
organisme terinfeksi. Banyak infeksi yang disebabkan oleh virus,
terutama respiratory synctial virus (RSV). Agen lain melakukan serangan
pertama atau kedua melibatka grup A β-hemolitik streptococis,
staphylococi, Haemophilus influenzae, clamydia trachomatis,
mycoplasma dan pneumonia (Harton & Rahmawati, 2012).
2. Umur
Menurut Harton & Rahmawati (2012) umur menjadi penyebab terjadinya
ISPA. Bayi umur dibawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yangg
rendah, karena fungsi perlindungan dari antibodi yang didapat dari ibu.
Dan infeksi akan berkurang frekuensinya ketika anak berumur 5 tahun
tetapi pengaruh infeksi mycoplasma peumoniae grup A β-hemolitik
streptococis angka meningkat. Jumlah jaringan limfa meningkat
seluruhnya pada masa anak-anak dan diketahui berulang-ulang
meningkatkan kekebalan tubuh pada anak yang tumbuh dewasa (Harton
& Rahmawati, 2012).
3. Ukuran Anatomi
Ukuran anatomi mempengaruhi respon infeksi pernafasan. Diameter
saluran pernafasan terlalu kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran
radang selaput lendir dan peningkatan produki sekret. Disamping itu
jarak antara struktur dalam sistem pernafasan mencakup secara luas.
Pembuluh eustachius relatif lebih pendek dan terbuka pada anak kecil
dan anak muda yang membuat patogen mudah masuk ke telinga bagian
bawah (Harton & Rahmawati, 2012).
4. Daya Tahan
Kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak
faktor. Kekuurangan sistem kekebalan pada anak berisiko terinfeksi.
Kondisi lain mengurangi daya tahan adalah malnutrisi, anemia,
kelelahan. Kondisi yang melemahkan pertahanan pada sistem pernafasan
dan cenderung yang terinfeksi melibatkan alergi seperti asma, kelainan
jantung yang disebabkan penyumbatan paru-paru dan cyistic fibrosis
(Harton & Rahmawati, 2012).
2.3 Faktor Resiko
Menurut Depkes RI (2006) Secara umum terdapat 2 faktor resiko ISPA yaitu
faktor lingkungan (ekstrinsik) , faktor individu anak ( intrinsik) :
1. Faktor lingkungan
1) Kepadatan hunian rumah
Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan meteri
kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m².
Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularann
penyakit dan melancarkan aktivitas.
Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor
polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukan ada
hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari
bronkopneumoniapada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi
udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang
tinggi pada faktor ini.
2) Ventilasi rumah
Berdasarkan Menteri Keehatan RI nomor 829/MENKES
/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas
penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke
atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis.
3) Jenis lantai
Berdasarkan Menteri Keehatan RI nomor 829/MENKES
/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, lantai
rumah harus kedap air dan mudah dibersihkan. Seperti diketahui
bahwa lantai yang tidak rapat air dan didukung dengan ventilasi
yang baik dapat menimbulkan peningkatan kelembapan dan
kepengapan yang akan memudahkan penularan penyakit
(Suhandayani, 2006).
4) Pencemaran udara dalam rumah
Aap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme
pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.
Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya
kurang dan dapur terletak didalam rumah, bersatu dengan kamar
tidur, ruang tempay bayi dan ana balita bermain.
5) Pengetahuan orang tua
Pengetahuan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
mendukung perilaku seseorang. Pengetahuan atau informasi yang
cukup tentang ISPA akan sangat berperan pada sikap dalam
penanganan dan pencegahan penyakit ISPA.
6) Keberadaan anggota keluarga yang merokok
Konsentrasi CO yang tinggi di dalam asap rokok yag terhisap
mengaibatkan kadah COHb di dalam darah meningkat. Selain
berbahaya terhadap orang yang merokok, adanya asap rokok yang
mengandung CO juga berbahaya bagi orang yang berada
disekitarny karena asapnya dapat terhisap. Semakin banyak
jumlah rokok yang dihisap oleh keluarganya semakin besar
memberikan resiko terhadap kejadian ISPA , khususnya apabila
merokok dilakukan oleh ibu bayi (Depkes RI,2008).
Menurut derajat keparahanya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
(Subandita, 2009) :
Tanda batuk bukan pneumonia adalah tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam, tidak ada nafas cepat ( <50x/menit pada anak
umur 2<12 bulan, dan <40x/menit pada anak umur 12 bulan - < 5 tahun).
Jangan memberikan antibiotik pada anak dengan batuk atau pilek tanpa
tanda-tanda pneumonia. Contoh ISPA bukan Pneumonia
a. Common Cold
Common cold (pilek,selesma ) adalah suatu reaksi inflamasi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh infeksi virus. Biasanya tidak berbahaya
dan dapat sembuh sendiri. Commond cold adalah suatu infeksi virus pada
selaput hidung, sinus dan saluran udara yang besar. Penyebabnya ialah
picornavirus, virus influenza, virus sinsial pernafasan. Ditularkan melalui
ludah yang dibatukan atau dibersihkan oleh penderita. Influenza adalah
infeksi spesifik pada manusia yang disebabkan oleh virus influenza dan
menimbulkan gejala-gejala seperti demam, radang sluran pernafasan atau
alat pencernaan. Pada Umumnya Penyakit Ini akan sembuh dengan
sendirinya. Penyebab influenza adalah virus tipe A,B dan C,yang
tergolong dalam mixovirus seperti hal nya virus-virus penyebab parotitis
(mumps virus ), virus newcastle penyebab konjungtivitis dan virus
parainfluenza (Hasan, 2012)
b. Faringitis
Biasanya terjadi pada anak-anak, ditandai dengan adanya rasa sakit waktu
menelan diikuti dengan demam, kelemahan tubuh, dengan gejala yang
diutamakan adalah tanda kemerahan yang muncul pada laring
(Hasan,2012)
c. Tonsilitis
Tonsilitis biasanya terjadi pada anak anak yang lebih besar, ditandai
dengan rasa sakit pada saat menelan diikuti dengan kelemahan tubuh,
disertai dengan tonsil yang membesar (Hasan, 2012)
2. Pneumonia
a. Pneumococal pneumonia
Merupakan infeksi bakteri akut ditandai dengan serangan mendadak
dengan demam menggigil, nyeri plural, dyspnea batuk produktif dengan
dahak kemerahan serta leukositosis. Pada bayi dan anak kecil dapat
ditemukan kejang dan demam dapat merupakan gejala awal penyakit.
Penyebab penyakit adalah streptococcus pneumonia (penumococcus).
b. Mycoplasma pneumonia
Umumnya menyerang saluran pernafasan bagian bawah dengan gejala
fibris, perjalanan penyakit berlangsung gradual berupa sakit kepala,
malaise batik biasanya paeoxymasl sakit tenggorokan, kadang kadang
sakit didada kemungkinan pleuritis. Penyebb penyakit adalah mycoplasma
pneumonia bakteri keluarga mycoplasma mataceae
c. Pneumocystis pneumonia
adalah penyakit paru mulai dari akut sampai subakut bahkan sering kali
fatal, khususnya menyerang bayi yang kurang gizi, sakit kronis, prematur
secara klinis didapatgejala dyspnea yang progresif, tachypnea dan
cyanosis, demam mungkin tidak muncul 60% penderita tanpa batuk
produktif penyebab penyakit ini adalah pneumocystis crani. Umumnya
dianggap sebagai protozoa.
d. Clamydal penumonias
Pneumonia ini dapat disebabkan oleh clamydial merupakan peyakit paru
yang bersifat menyerang neonatus yang ibunya menderita cervix uteri
secara klinis penyakit ini ditandai dengan serangan insidious, berupa batu (
khas staccato ) demam ringan, bercak-bercak infiltrate pada foto thorax
dengan hiperinfiltrasi, eisonohilia dan adanya peningkatan igM dan IgG.
Penyebab penyakit ini adalah clamydal trachomatis dari imunotipe D
sampai K
e. Pneumonia lain.
Diantara berbagai virus yang diketahui seperti adenovirus, virus syncitial
pernafasan, virus parainfluenza, dan mungkin virus yang belum
teridentifikasi.
METODE PELAKSANAAN
WHO (2003) Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit kecil Negara
Berkembang. EGC:Jakarta