Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI PERPAJAKAN

PIUTANG
 Piutang Usaha
 Piutang Wesel
 Piutang Lain

Irsan Lubis

Kriteria Piutang

Piutang adalah klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-
pihak lainnya.
Pengertian lainnya adalah jumlah yang dapat ditagih/diklaim dari seseorang
atau perusahaan lain yang diharapkan akan dilunasi dengan kas.

Standar akuntansi mengelompokkan piutang sebagai aset keuangan, dimana


pengakuan dan pengukurannya diatur dalam PSAK 55, sedangkan penyajiannya
diatur dalam PSAK 50 dan PSAK 1.

1
Klasifikasi Piutang

Piutang umumnya mencakup:


1. Piutang Dagang (Trade Receivable), adalah jumlah yang akan dibayar
oleh pelanggan sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa secara
kredit. Piutang dagang umumnya diselesaikan dalam jangka pendek
(kurang dari satu tahun atau dalam siklus operasi normal).
2. Piutang Lain (Other Receivable), adalah piutang “non-dagang” misalnya
piutang bunga, piutang dividen, pinjaman kepada karyawan, pembayaran
di muka kepada karyawan, uang muka kepada anak perusahaan, klaim
pengembalian pajak, klaim kepada asuransi, dan sebagainya.

Piutang Dagang (Trade Receivable)

Piutang dagang merupakan tagihan yang timbul dari penyerahan barang


atau jasa secara kredit dalam rangka kegiatan usaha normal, termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan pembebanan lain yang berhubungan langsung
dengan penyerahan tersebut.

Piutang dagang disub-klasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu


1. Piutang Usaha (Account Receivable)
Janji lisan dari pembeli untuk membayar
2. Piutang Wesel / Wesel Tagih (Note Receivable)
 Janji tertulis untuk membayar

2
Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha disub-klasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu


1. Piutang kepada Pihak Ketiga (Third Party Receivable)
Piutang karena penyerahan kepada pihak lain yang tidak memiliki
hubungan istimewa (hubungan keluarga, pemilikan saham dan hubungan
ketergantungan).
2. Piutang dalam Hubungan Istimewa (Related Party Receivable)
Piutang karena penyerahan kepada pihak lain yang memiliki hubungan
istimewa (hubungan keluarga, pemilikan saham dan hubungan
ketergantungan).

Pengakuan Piutang Usaha

Piutang usaha diakui sebesar harga pertukaran diantara kedua belah pihak.
Harga pertukaran adalah jumlah yang terutang dari debitur (pelanggana atau
peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis,
biasanya berupa faktur penjualan (sales invoice) dan faktur pajak (tax invoice).

3
Ketentuan Pajak

Untuk penjualan barang atau jasa secara kredit yang merupakan objek PPN
yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) diwajibkan menerbitkan
Faktur Pajak selambat-lambatnya akhir bulan terjadinya penjualan. Dan nilai
piutang usaha dicatat sudah termasuk PPN.
Khusus untuk piutang dalam hubungan istimewa disajikan secara terpisah. Dua
belah pihak melakukan transaksi disebut memiliki hubungan istimewa dianggap
ada apabila terdapat salah satu dari ketiga kondisi, yaitu kepemilikan atau
penyertaan modal, penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi
walaupun tidak ada hubungan kepemilikan, dan hubungan keluarga sedarah
atau semenda. (Pasal 18 ayat (4) UU PPh ; PMK No 22/PMK.03/2020)

Contoh 1

Tanggal 5 Juli 2020 PT Lensapajak menjual barang secara kredit kepada CV Abadi
sebesar Rp 10.000.000,- sudah termasuk PPN 10%. PT Lensapajak telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Sistem pencatatan persediaan menggunakan
perpetual, dimana harga pokok penjualan diketahui sebesar Rp 6.500.000,-

Jurnal:
Piutang usaha 10.000.000
Penjualan 9.090.901 * (100/110 x 10.000.000)
PPN Keluaran 909.099
HPP 6.500.000
Persediaan barang 6.500.000

4
Contoh 2

Tanggal 9 Juli 2020 PT Lensapajak menjual barang secara kredit kepada CV Mawar
sebesar Rp 5.000.000,- tidak termasuk PPN 10%. Diketahui pemilik CV Mawar adalah
adik ipar dari pemegang saham PT Lensapajak. Harga pokok penjualan diketahui
sebesar Rp 3.500.000,-

Jurnal:
Piutang usaha 5.500.000
Penjualan 5.000.000
PPN Keluaran 500.000
HPP 3.500.000
Persediaan barang 3.500.000

Penyajian di Neraca - Debit

1. Piutang Dagang:
1.1. Piutang usaha:
- Piutang pihak ketiga 10.000.000
- Piutang dalam hubungan istimewa 5.500.000
Jumlah piutang usaha 15.500.000
1.2. Piutang wesel 0
Jumlah piutang dagang 15.500.000
2. Piutang Lain:
- Pinjaman karyawan 0
- Piutang pajak 0
Jumlah piutang lain 0

5
Metode Pencatatan Piutang tak tertagih

1. Metode Cadangan (Allowance)


Metode penyisihan merupakan suatu estimasi yang dibuat menyangkut
perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total
piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban piutang tak tertagih
di debit dan cadangan piutang tak tertagih di kredit dalam periode dimana
penjualan kredit itu dicatat.
2. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off)
Dalam metode ini jumlah piutang yang sudah pasti tidak tertagih langsung
dihapus dengan mendebit beban piutang tak tertagih dan mengkredit piutang
usaha pada periode terjadinya piutang tersebut nyata-nyata tak tertagih.

Ketentuan Pajak

Menurut ketentuan pajak, metode piutang tak tertagih yang diperkenankan hanya
metode penghapusan langsung (direct write off).
Kecuali untuk bank, lembaga keuangan non bank & usaha tertentu berdasarkan
ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh dapat membentuk cadangan adalah:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha
pengolahan limbah industri.

6
Ketentuan Pajak

Biaya pembentukan atau pemupukan dana cadangan merupakan salah satu


biaya yang tidak dapat dijadikan pengurang dari penghasilan bruto menurut
ketentuan pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh. (Objek koreksi fiskal)

Ketentuan Pajak

Biaya penghapusan piutang dapat dicatat sebagai biaya apabila memenuhi


syarat ketentuan pasal 6 ayat 1 huruf h UU PPh dan peraturan pelaksanaannya
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207/PMK.010/2015).
Syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
Syarat angka 3 di atas tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil (< 100
juta untuk kredit bank/pembiayaan), atau debitur kecil lainnya (< 5 juta)

7
Contoh 1

Pada tahun 2019, penjualan kredit PT Lensapajak Rp 1.200.000,- Dari angka tersebut,
sejumlah Rp 200.000,- belum tertagih hingga tanggal 31 Desember 2019. Diestimasikan
Rp 12.000,- dari penjualan sejumlah Rp 200.000,- tersebut tidak dapat ditagih. Dan
ternyata pada tahun 2020 piutang sebesar Rp.12.000 benar-benar tidak dapat ditagih
dan telah mendapat otorisasi untuk dihapus.
Jurnal pengakuan 31/12/2019
1) Metode Cadangan:
Beban piutang tak tertagih * 12.000
Cadangan piutang tak tertagih 12.000
2) Metode Penghapusan Langsung:
Tidak ada jurnal
Untuk tujuan penghitungan pajak akhir tahun (PPh Badan),
*) Jika menggunakan metode cadangan, beban piutang tak tertagih tidak diperkenankan menjadi
pengurang dari penghasilan  Koreksi Fiskal Positif  Beda Tetap.

Contoh 1

Jurnal penghapusan 2020


1) Metode Cadangan:
Cadangan piutang tak tertagih * 12.000
Piutang usaha 12.000
2) Metode Penghapusan Langsung:
Beban piutang tak tertagih ** 12.000
Piutang usaha 12.000
Untuk tujuan penghitungan pajak akhir tahun (PPh Badan),
*) Jika menggunakan metode cadangan, biaya penghapusan piutang dapat diakui sepanjang
memenuhi persyaratan pasal 6 ayat 1 huruf h UU PPh. Secara akuntansi tidak perlu dibuatkan jurnal
baru, tetapi dalam perhitungan PPh Badan nilai penghapusan piutang dimasukkan ke dalam koreksi
fiskal negatif.
**) Jika menggunakan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih diperkenankan
menjadi pengurang dari penghasilan jika memenuhi persyaratan pasal 6 ayat 1 huruf h UU PPh.

8
Contoh Lain Perhitungan Piutang Tak Tertagih

Contoh : Menggunakan dasar persentase penjualan


Tahun 2019 PT Lensapajak memiliki penjualan kredit sebesar Rp.800.000,- Diestimasi 1%
dari penjualan kredit tidak akan ditagih. Diketahui nilai saldo cadangan piutang tak
tertagih sebelumnya di Neraca sebesar Rp.1.200,-
Perhitungan: 1% x 800.000 = 8.000  Jurnal. Abaikan nilai saldo cadangan
sebelumnya.

Contoh : Menggunakan dasar persentase piutang (umur piutang)


Pada akhir periode, tgl 31 Desember 2019, PT Lensapajak memiliki daftar umur piutang
sebagai berikut:

Contoh Lain Perhitungan Piutang Tak Tertagih

Not Yet Over Due (days)


Customer Total A/R
Due 1-30 31-60 61-90 > 91
CV Adi 600 300. 200 100
PT Bali 300 300
PT Lapopo 450 200 250
PT Dimas 700 500 200
CV Bunga 600 300 300
Lain-Lain 36.950 26.200 5.200 2.450 1.600 1.500
Total 39.600 27.000 5.700 3.000 2.000 1.900
Estimasi Persentase
2% 4% 10% 20% 40%
Piutang Tak Tertagih
Estimasi Cadangan 2.228 540 228 300 400 760
Piutang Tak Tertagih

Diketahui nilai saldo cadangan piutang tak tertagih sebelumnya di Neraca sebesar Rp.1.200,-
Perhitungan: Rp.2.228 – Rp. 1.200 = Rp.1.028,-  Dijurnal.

9
Piutang Wesel / Wesel Tagih (Note Receivable)

Wesel atau disebut juga Promes adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari
satu pihak kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan tingkat bunga yang
disepakati.
• Wesel bisa bersifat jangka pendek atau panjang, tergantung pada periode
waktunya.
• Wesel ada yang berbunga dan tidak berbunga.
• Wesel juga ada yang bisa dipindahtangankan dan tidak bisa
dipindahtangankan, dan bisa didiskontokan ke bank sebelum jatuh temponya.
• Diskonto adalah bunga yang dikurangi dari nilai jatuh tempo wesel tagih.

Ketentuan Pajak

Ketentuan pajak tidak mengatur khusus tentang perlakuan terhadap piutang


wesel.
Pendapatan bunga dari wesel termasuk objek Pajak Penghasilan Pasal 23/26
dengan tarif 15% dari jumlah bruto.

10
Contoh: Wesel Berbunga

PT. Lensapajak menerima wesel (promes) dari CV Abadi untuk menggantikan


piutang usahanya. Wesel dengan nominal Rp. 300.000,- jangka waktu 2 bulan,
bunga 12%, tertanggal 1 Maret 2020. Pada tanggal 26 Maret 2020 wesel
tersebut didiskontokan oleh PT. Lensapajak ke Bank dengan diskonto 10%.
Jurnal pengakuan 1 Maret 2020
Piutang wesel 300.000
Piutang usaha 300.000
Tanggal wesel 1 Maret 2020 2 bulan  Tanggal jatuh tempo 1 Mei 2020.
Nilai jatuh tempo = nilai nominal ditambah nilai bunga.
Nominal wesel 300.000
Bunga 12% x 2/12 x 300.000 = 6.000
Nilai jatuh tempo 306.000

Contoh: Wesel Berbunga

Sebelum tanggal jatuh tempo, pada tanggal 26 Maret 2020 wesel tersebut
didiskontokan ke Bank dengan bunga 10%.
Periode diskonto: 26 Maret 2020 s/d 1 Mei 2020 Perhitungan diskonto & jumlah uang diterima:
Maret: tgl 26 – 31  31 – 26 = 5 hari Nilai nominal 300.000
April = 30 hari
Mei: tgl 1 = 1 hari Pendapatan bunga 12% x 2/12 x 300.000= 6.000 *
Periode diskonto = 36 hari Nilai diskonto = 306.000 x 10% x 36/360 = (3.060)
Pendapatan bunga bersih 2.940
Dipotong PPh Psl 23 = 15% x 6.000 = (900) *
Bunga diterima 2.040
Uang yang diterima 302.040

11
Contoh: Wesel Berbunga

Jurnal penjualan wesel 26 Maret 2020


Kas 302.9040
Pajak dibayar dimuka – PPh 23/26 * 900
Piutang wesel 300.000
Pendapatan bunga * 2.940

*) Pendapatan bunga dari wesel ini termasuk dalam kelompok penghasilan yang
dikenakan PPh Pasal 23/26 dengan tarif 15% dari jumlah bruto.

Piutang Lain

Piutang “non-dagang” yang timbul dari kegiatan di luar usaha.


Contoh:
• Piutang bunga (objek PPh Pasal 23/26 atau PPh Final Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
• Piutang dividen (objek PPh Pasal 23/26 untuk badan)
• Pinjaman kepada karyawan (bukan objek pajak)
• Pembayaran di muka kepada karyawan (bukan objek pajak)
• Uang muka pembelian (objek pajak PPN)
• Klaim pengembalian pajak (bukan objek pajak)
• Klaim kepada asuransi (bukan objek pajak)
• Dan sebagainya

12

Anda mungkin juga menyukai