Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

IMAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Yang
di Ampu Oleh Syaifuddin, Dr. S.Si., M.

Di susun Oleh :
1. Muhammad Aziro Gofa Pujangga
2. Indah Fuadah
3. Muhammad Bagas Anugrah

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S1-PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
Maret2021
KATA PENGANTAR

Pertama dan yang utama, penulis memanjatkan puji dan sykur kepada Allah
SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan
ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran dalam pembuatan makalah yang membahas tentang hadits. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam.
Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu, penulis menyadari laporan ini
bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal
isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Malang, 15 Maret 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keimanan atau keyakinan merupakan hal dasar setiap insan dalam beragama.
Untuk melanjutkan sampai perbuatan atau ibadah yang yang diajarkan oleh agama,
akan selaras jika pondasi dasar dalam hati sudah dibangun dengan keimanan yang
kuat. Iman kepada Allah juga sebagai point pertama umat Islam dalam
mengabdikan dirinya sebagai pemeluk Agama yang diajarkanoleh nabi
Muhammad SAW. Pengertian tentang keimanan dan hal lain yang berkaitan
dengan iman sangat perlu dikembangkan lebih oleh para muslim untuk dapat
memahami dengan sempurna ajaran-ajaran islam.
Terkait keimanan kepada Allah, sudah bukan hal asing jika sebagai muslim kita
dituntut untuk mampu mempelajari dan memahami apa arti iman kepada Allah.
Dalam penulisan makalah ini akan coba kita uraikan makna iman kepada Allah,
juga bagimana kemahaesaan Allah yang selama ini kita yakini bersama sebagai
sifat Allah SWT. Kiranya tidak cukup hanya sebatas pengucapan dibibir tentang
kemahaesaan ataupun sifat-sifat Allah, alangkah lebih baik dan merupakan
kewajiban kita sekalian untuk mempelajari hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arti iman kepada Allah?
2.      Bagaimana bukti-bukti adanya Allah?
3.      Bagaimana kemahaesaan Allah?
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Arti iman kepada Allah


Mengimani Allah artinya membenarkan dengan hati yang murni dan pasti
tentang wujud Dzat-Nya. Dialah al awwal wal akhiru, Dialah Zhahir di atas
segala-galanya sehingga tidak ada sesuatupun yang berada diatas-Nya. Dia juga
bathin sehingga tidak ada lagi yang dibawah-Nya, mahahidup, qayyum, Esa, dan
tempat berlindung. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al Ikhlas: 1-4
٤﴿ ‫﴾ َولَ ْم يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا أَ َح ۢ ٌد‬٣﴿ ‫﴾ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬٢﴿ ‫ص َم ُد‬ َّ ‫﴾ ٱهَّلل ُ ٱل‬١﴿ ‫قُلْ هُ َو ٱهَّلل ُ أَ َح ٌد‬
“Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Keimanan itu merupakan ‘aqidah dan pokok, yang diatasnya berdiri
syariat Islam. Kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya. Perbuatan
itu merupakan syariat dan cabang-cabang yang dianggap sebagai buah yang
keluar dari keimanan serta aqidah itu. Keimanan dan perbuatan, atau dengan kata
lain akidah dan syariat. Keduanya itu antara satu dengan yang lain sambung
menyambung, berhubungan dan tidak dapat berpisah satu dengan yang lainnya.
B.     Bukti-bukti adanya Allah
Dijelaskan dalam buku Manifestasi-manifestasi Ilahi bahwa metode yang
paling baik ada dua cara:
1.      Mengenal diri kemanusiaan
Dijelaskan dalam surat Al Dzarriyat ayat 21:
َ‫صرُون‬ ِ ‫َوفِي أَ ْنفُ ِس ُك ْم ۚأَفَاَل تُ ْب‬
“Dan didalam dirimu sendiri, tidakkah kalian memperhatikan?”
2.      Memperhatikan cakrawala dan diri sendiri
Sebagaimana dalam firman Allah surat Fushshilat ayat 53:
‫ك أَنَّهۥُ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْى ٍء َش ِهي ٌد‬
َ ِّ‫ف بِ َرب‬ِ ‫ق ۗ أَ َولَ ْم يَ ْك‬
ُّ ‫اق َوفِ ٓى أَنفُ ِس ِه ْم َحتَّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَهُ ْم أَنَّهُ ْٱل َح‬ِ َ‫َسنُ ِري ِه ْم َءا ٰيَتِنَا فِى ٱلْ َءاف‬

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami


dicakrawala dan didalam diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa
Dia-lah Yang Maha Benar (al-Haqq). Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Didalam Al-qur’an banyak ayat tentang metode ini. Oleh karena itu, Allah
memuji orang-orang yang memperhatikan penciptaan langit dan bumi dan
menyanjung orang-orang yang memikirkan jejak-jejak tindakan dan eksistensi-Nya.
Kemudian banyak sumber lain juga menyebutkan bukti adanya Allah. Apabila kita
hendak berbicara tentang bukti-bukti material, seperti:
1.    Makhluk. Dialah yang merupakan bukti nyata yang sepanjang siang dan
malam berada dihadapan kita, itu adalah perkara yang tidak dapat dibantah
oleh siapapun. Tidak ada orang yang bisa mengatakan (dengan bukti yang
masuk akal) bahwa langit dan bumi tercipta sesudah terciptanya manusia,
dalam arti bahwa manusia datang dengan tidak menemukan bumi sebgai
tempat tinggalnya, dan tanpa adanya matahari yang bercahaya, tanpa
adanya siang dan malam. Dengan demikian, maka dengan menggunakan
akal saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa alam telah dicipta dan
dipersiapkan bagi kehidupan manusia sebelum manusia ada. Firman Allah:

  ِّ‫َوهُ َو بِ ُكل‬ ۚ‫ت‬


ٍ ‫اوا‬ ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َما فِي اأْل َر‬
َ ‫ض َج ِميعًا ثُ َّم ا ْستَ َو ٰى إِلَى ال َّس َما ِء فَ َسوَّاه َُّن َس ْب َع َس َم‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذي َخل‬
‫َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit !
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah: 29)

2.    Perjanjian. Kita mengetahui apa-apa yang dihalalkan dan diharamkan


Allah, dan kita juga mengetahui bagaimana kondisi hati manusia pada
umumnya terhadap apa yang diperbuatnya. Siapakah yang mengajari
manusia terlebih bisa memberikan perasaan cocok bagi kebaikan yang ada
dalam manusia, dan memberikan rasa gelisah dalam hati manusia. Itu
semua karena kuasa sang pencipta, disinilah diperlukan pentingnya beriman
kepada Allah meskipun keberadaan Allah merupakan hal yang Ghaib.
3.    Ayat-ayat Al-qur’an. Yang dimaksud adalah bahwa dalam keadaan apapun
didunia ini, maka ayat Al-qur’an ada. Bagi orang-orang yang mampu
berfikir dan mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. Bahwa didalam
Al-qur’an telah diatur segalanya, baik dari hukum, aqidah, maupun ilmu
pengetahuan yang lain. Kemudian bentuk pengingkaran yang biasa
dilakukan manusia adalah mengklaim bahwa dirinya yang menciptakan,
pada dasarnya manusia hanyalah sekedar menemukan. Betapa besar kuasa
Allah yang mampu menggantikan dan menutupi siang dengan malam,
begitupun sebaliknya.

C.    Kemahaesaan Allah
Kemahaesaan Allah artinya wujud satu yang Haqq atas keberadaan
Allah tuhan semesta Allam, tidak ada yang menyamai wujud Allah
SWT.  Dalam agama islam dikenal istilah syahadat, sebagai syarat yang utama
ketika akan berpegang pada ajaran Islam, hal itu sebagai wujud pengakuan
terhadap kemahaesaan Allah. Selanjutnya dalil dalam Al-qur’an yang
menunjukkan kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah:
۟ ُ‫َش ِه َد ٱهَّلل ُ أَنَّ ۥهُ ٓاَل إ ٰلَهَ إاَّل هُ َو َو ْٱلم ٰلَٓئِ َكةُ َوأُ ۟ول‬
‫وا ْٱل ِع ْل ِم قَٓائِ ۢ ًما بِ ْٱلقِ ْس ِط ۚ ٓاَل إِ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َح ِكي ُم‬ َ ِ ِ

“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS.Ali Imran: 18)
Beberapa kata-kata yang menjadi penegasan terhadap keesaan
Allah, Tiada tuhan selain Allah, kalimat tersebut menegaskan bahwa hanya
Dia satu-satunya yang wajib disembah. Seperti yang telah dijelaskan dalam
surat Al-ikhlas bahwa Allah satu dan Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dijelaskan
juga bahwa Allah merupakan Dzat yang Maha Esa, dalam Firman Allah yang
lain:
ِ ‫ْض ۚ ُس ْب َحانَ هَّللا‬
ٍ ‫ضهُ ْم َعلَ ٰى بَع‬ َ َ‫َب ُكلُّ إِ ٰلَ ٍه بِ َما َخل‬
ُ ‫ق َولَ َعاَل بَ ْع‬ َ ‫َما اتَّ َخ َذ هَّللا ُ ِم ْن َولَ ٍد َو َما َكانَ َم َعهُ ِم ْن إِ ٰلَ ٍه ۚإِ ًذا لَ َذه‬
َ‫صفُون‬ ِ َ‫َع َّما ي‬
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan
(yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan besertaNya, setiap tuhan itu akan
membawa makhluk yang diciptakanNya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu
akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha suci Allah dari apa yang mereka
sifatkan itu” (QS.Al Mu’minun: 91)
                        Makna yang terkandung dalam ayat tersebut adalah penolakan
ibadah selain Allah dan penetapan ibadah hanya kepadaNya. Tiada sekutu
bagiNya dalam kekuasaanNya. Syarat yang diperlukan agar kesaksian terhadap
Allah mendatangkan manfaat bagi yang mengucapkannya, adalah:
1.    Ilmu yang mencakup nafyan (penolakan) dan itsbatan (penetapan)
2.    Keyakinan hati
3.    Kepatuhan, baik lahir maupun bathin
4.    Penerimaan, sedikitpun tidak menolak pada konsekuen shahadat
5.    Keikhlasan dalam pelaksanaan
6.    Pembenaran dengan hati, bukan sekedar melalui lisan
7.    Mencintai islam dan umatnya, serta membela dan melestarikan sesuai
dengan kewajiban yang dituntut kesaksian tersebut.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Arti iman kepada Allah artinya meyakini dengan sepenuh hati akan
keberadaan Allah SWT, keimanan seseorang juga sangat memerlukan rasa
yakin akan adanya Dzat yang ghaib, agar seseorang dapat menerima
Keberadaan tuhan yang maha Esa didunia ini. Untuk mengetahui akan kuasa
dan meyakini adanya Allah, maka perlu pemikiran terhadap apa yang telah
diciptakan Allah selaku sang khaliq. Dengan pembuktian mengenai alam
semesta dan apapun yang telah Allah ciptakan, bagi orang-orang yang beriman
dan orang yang mampu berfikir, maka hal ini bukan persoalan yang sangat
sulit karena didalam hatinya sudah tertanam keimanan terhadap Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Al Hakami, Syekh Hafizh. 1994. Benarkah Aqidah Ahlussunah Wal Jamaah.


Jakarta:Gema Press.
Asy-Sya’rawi. 1997. Bukti-Bukti Adanya Allah. Jakarta: Gema Insani Press
Nursi, Bediuzzaman Said. 2010. Misteri Keesaan Allah. Tkt: Erlangga.
Sabiq, Sayid. 1996. Aqidah Islam: Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung:
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai