Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERUMUSAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Penugasan Kelompok Mata


Kuliah Agama Islam

Dosen Pengampu :

Syaifuddin,dr.s.si.,M.

PENYUSUN :
Alifia Eka Pristiyaputri (22001073008)
Mirnawati (22001073016)
Mochammad Dwi Oktavian (22001073009)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul “Perumusan Aswaja” bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Agama Islam. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah ilmu pengetahuan.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………….`
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah……………………………………………………………………..
B. Perkembangan Ahlussunnah wal Jamaah………………………………………………………………
C. KH. Hasyim Asy’ari dan Nahdlatul Ulama……………………………………………………………...
1) KH. Hasyim Asy’ari……………………………………………………………..........................
2) Nahdlatul Ulama……………………………………………………………............................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan mayoritasnya orang muslim dan termasuk
salah satu negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia. Hal ini membuktikan
bahwa Islam sangat berkembang pesat di Indonesia, masyarakat Indonesia sangat menyukai
dengan kedatangan Islam. Pada awal Islam masuk ke Indonesia, agama Islam dibawa dan
diajarkan oleh para pedagang dari Arab, ketika berdakwah mereka memiliki berbagai
metode dan utamanya adalah tidak memaksa. Islam disebarkan secara damai dan tidak
dalam peperangan, hal ini membuat para masyarakat Indonesia tertarik untuk memeluk
agama Islam. Hingga sampai saat ini Islam telah menjadi agama yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia.
Didalam agama Islam itu sendiri terdapat 7 aliran seperti Khawarij, Syiah, Muktazilah,
Murjiah, Jabariah, Qadariyah, dan Ahlussunnah wal Jamaah. Menurut Dr. Muh. Al-Bahiy
penyebab munculnya perbedaan pemahaman atau aliran-aliran ada tiga yakni: adanya
pergolakan politik dalam negri, mengalirnya pemikiran non-muslim, dan yang ketiga akibat
proses perubahan kultural dan politik dari masyarakat/budaya tradisional rural ke
budaya/masyarakat maju. Didalam Indonesia terdapat organisasi Islam terbesar yakni
Nahdlatul Ulama (NU) yang menganut paham Ahlussunnah wal Jamaah. Mayoritas umat
muslim yang ada di Indonesia, mengikuti NU. Hal ini dikarenakan NU berpedoman pada Al
Qur’an dan As Sunnah.
Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang Ahlusunnah wal
Jamaah dan NU. Kami akan membahas bagaimana organisasi NU bisa terbentuk dan kami
juga akan membahas pengertian Ahlusunnah wal Jamaah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ahlusunnah wal Jamaah?
2. Bagaimana perkembangan Ahlusunnah wal Jamaah?
3. Siapa itu KH. Hasyim Asy’ari?
4. Apa itu Nahdlatul Ulama?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu dan pemahaman, terutama ilmu
agama. Kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah


Ahlus-Sunnah wal Jama'ah (Bahasa Arab: ‫ )أهل السنة والجماعة‬atau lebih sering disingkat
Ahlul-Sunnah (bahasa Arab: ‫)أهل السنة‬, Sunni adalah firkah Muslim terbesar yang disebut
dengan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah atau golongan yang menjalankan sunnah (Muhammad)
dengan penekanan pada peneladanan peri kehidupan Muhammad. Ahl, yang mempunyai
beberapa arti, yakni: keluarga-keluarga pengikut dan penduduk. As-sunnah, yang secara
bahasa bermakna at-thariqah wa lau ghaira mardhiyah (jalan, cara, atau perilaku walaupun
tidak diridhai). Al-Jama'ah, berasal dari kata al-jam'u artinya mengumpulkan sesuatu,
dengan mendekatkan sebagian ke sebagian lain, atau mengumpulkan yang bercerai-berai.
Kata Jama'ah juga berasal dari kata ijtima' (perkumpulan), yang merupakan lawan kata
tafaruq (perceraian) dan lawan kata dari furqah (perpecahan). Jama'ah adalah sekelompok
orang banyak dan sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan. Selain itu,
Jama'ah juga berarti kaum yang bersepakat dalam suatu masalah, atau orang-orang yang
memelihara kebersamaan dan kolektifitas dalam mencapai satu tujuan.
Definisi Ahlussunah wal Jama'ah (Aswaja) Secara umum adalah satu kelompok atau
golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Dan Thoriqoh para
shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik ( fiqih) dan hakikat ( Tasawwuf dan Akhlaq ).

B. Perkembangan Ahlussunnah wal Jama’ah


Ketika nabi wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama yang mereka jalani,
kecuali orang-orang munafik yang luarnya menyatakan islam, sedangkan hatinya
menyembunyikan kemunafikan. Klasifikasi social yang ada pada saat itu terdiri dari tiga
golongan, orang muslim, orang kafir dan orang munafik. Namun begitu nabi wafat,
perselisihan dikalangan mereka segera terjadi tentang seorang pemimpin yang akan menjadi
pengganti nabi. Kaum Anshar menginginkan kepemimpinan berada ditangan pemimpin
mereka yaitu Sa’ad Bin Ubadah. Sedangkan kaum Muhajirin menghendaki kepemimpinan
berada di tangan Abu Bakar. Mereka pada akhirnya bersepakat untuk memilih Abu Bakar
Ash Shiddiq sebagai khalifah.
Setelah Abu Bakar Ash Shiddiq wafat, khalifah berpindah ke tangan Umar bin
Khattab, sahabat nabi terbaik setelah Abu Bakar. Pada masa pemerintahan Umar, Islam
semakin kuat dan negri muslim semakin luas berkat proses penyebaran islam yang berjalan
dengan efektif dengan ditaklukanya negeri Persia dan Romawi, dua negara terbesar didunia
pada saat itu dan kemudian ditaklukanya negeri-negeri di sekitarnya ke bawah naungan
Daulah Islamiah dalam proses sejarah yang dikenal dengan istilah Al-futuhat Al-islamiyyah
(penaklukan-penaklukan islam), hingga akhirnya khalifah Umar menemui ajalnya setelah
ditikam oleh seorang budak Persia, yaitu Abu Lu’lu’ah al-Majusi.
Setelah Umar wafat, khalifah berpindah ketangan Utsman bin Affan, menantu nabi
Muhammad SAW yang menyandang gelar Dzun Nurain (pemilik dua cahaya) yaitu satu-
satunya orang yang mempunyai dua seorang putri soeorang nabi, Ruqayyah dan Ummu
Kultsum. Dari jalur nasab, Utsman masih termasuk keponakan Rasullah, melalui jalur ibunya,
Arwah binti Kuraiz yang masih sepupu Rasullallah. Disamping itu Utsman juga sahabat
rasullallah yang terbaik. Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, terjadi fitnah yang cukup
serius di tubuh Islam pada saat itu, yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman.
Pembunuhnya ialah suatu rombongan delegasi yang didirikan oleh Abdullah bin Saba' dari
Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya. Abdullah bin
Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba umat Islam
untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak saat itu, terutama
disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman, berhasil membunuh dia
dengan sadis ketika dia sedang membaca Qur'an.
Segera setelah bai'at Khalifah Ali mengalami kesulitan bertubi-tubi. Orang-orang
yang terpengaruh Abdullah bin Saba' terus menerus mengadu domba para sahabat. Usaha
mereka berhasil. Para sahabat salah paham mengenai kasus hukum pembunuhan Utsman.
Yang pertama berasal dari istri Muhammad, Aisyah, yang bersama dengan Thalhah dan yang
kedua ialah bersama dengan Zubair. Mereka berhasil diadu domba hingga terjadilah Perang
Jamal atau Perang Unta. Dan kemudian oleh Muawiyah yang diangkat oleh Utsman sebagai
Gubernur di Syam, mengakibatkan terjadinya Perang Shiffin, yang melibatkan Khalifah Ali bin
Abi Thalib RA dengan Muawiyah. Bersama kekalahan Khalifah ke-empat tersebut, setelah
dikelabui melalui taktik arbitrase (tahkim) oleh kubu Muawiyah, ummat Islam makin
terpecah kedalam berbagai golongan. Di antara mereka terdapat Syi'ah yang secara umum
dinisbatkan kepada pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib, golongan Khawarij yakni pendukung
Ali yang membelot karena tidak setuju dengan tahkim, dan ada pula kelompok Jabariyah
yang melegitimasi kepemimpinan Muawiyah. Selain tiga golongan tersebut masih ada
Murjiah dan Qadariah, faham bahwa segala sesuatu yang terjadi karena perbuatan manusia
dan Allah tidak turut campur (af'al al-ibad min al-ibad) -- berlawanan dengan faham
Jabariyah.
Di antara kelompok-kelompok itu, ada sebuah komunitas yang dipelopori oleh Imam
Abu Sa'id Hasan ibn Hasan Yasar al-Bashri (21-110 H/639-728 M), lebih dikenal dengan nama
Imam Hasan al-Bashri, yang cenderung mengembangkan aktivitas keagamaan yang bersifat
kultural (tsaqafiyah), ilmiah dan berusaha mencari jalan kebenaran secara jernih. Komunitas
ini menghindari pertikaian politik antara berbagai faksi politik (firqah) yang berkembang
ketika itu. Sebaliknya mereka mengembangkan sistem keberagamaan dan pemikiran yang
sejuk, moderat dan tidak ekstrim. Dengan sistem keberagamaan semacam itu, mereka tidak
mudah untuk mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat dalam pertikaian
politik ketika itu. Seirama waktu, sikap dan pandangan tersebut diteruskan ke generasi-
generasi Ulama setelah beliau, di antaranya Imam Abu Hanifah Al-Nu'man (w. 150 H), Imam
Malik Ibn Anas (w. 179 H), Imam Syafi'i (w. 204 H), Ibn Kullab (w. 204 H), Ahmad Ibn Hanbal
(w. 241 H), hingga tiba pada generasi Abu Hasan Al-Asy'ari (w 324 H) dan Abu Mansur al-
Maturidi (w. 333 H). Kepada dua ulama terakhir inilah permulaan faham Aswaja sering
dinisbatkan; meskipun bila ditelusuri secara teliti benih-benihnya telah tumbuh sejak dua
abad sebelumnya.
Seorang ulama besar bernama Abul Hasan Al-Asy’ari, semula beliau mengikuti aliran
Mu’tazilah karena beliau murid Al-Jubai, seorang tokoh Mu’tazilah. Akan tetapi, setelah
membandingkan ajaran-ajaran Mu’tazilah dengan nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadits, Imam
Abul Hasan Al-Asy’ari berkesimpulan bahwa ajaran-ajaran Mu’tazilah telah menyimpang dari
ajaran Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, beliau menyatakan diri keluar dari golongan
Mu’tazilah dan merumuskan akidah Islamiyah sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ajaran
yang dikembangkan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in. Ajaran inilah yang disebut
dengan “Ahlussunnah Wal Jama’ah”
Di Samarkand muncul tokoh Ahlussunnah Wal Jama’ah bernama Imam Abu Manshur
al-Maturudi. Ajaran yang dikembangkan ditulis dalam buku-buku karya beliau. Seperti At-
Tauhid, Ta’wilat Ahlissunnah, Bayan Wahmi Al-Mu’tazilah, Ar-Raddu ‘ala Al-Qaramithah, dan
Ar-Raddu Al-Imamah li Ba’dlil Al- Rafidl.
Ajaran yang dibangun oleh kedua tokoh Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut
dikembangkan oleh para ulama terkenal seperti Imam Al-Baqillani, Imam Al-Juwaini, Imam
Al-Ghazali, dan Imam As-Sanusi. Dengan demikian, ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah dapat
dikembangkan ke seluruh dunia Islam. Sampai sekarang ajaran ini diikuti oleh sebagian besar
umat Islam, termasuk Indonesia.
Itulah sebabnya golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah disebut sebagai “Assawadul
A’dham” yang artinya golongan terbesar umat Islam. Disebut demikian, karena golongan
Ahlussunnah Wal Jama’ah terdiri dari para salafus shalihin dan para ulama pembela
kebenaran (ahlul haq) dari berbagai macam bidang ilmu, baik ilmu akidah, ilmu fikih maupun
ilmu akhlak atau tasawuf.

C. KH. Hasyim Asy’ari dan Nahdlatul Ulama


1) KH. Hasyim Asy’ari
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut
penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia putra dari pasangan Kiai Asyari dan Nyai Halimah,
Ayahnya Kyai Asyari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah
selatan Jombang. Ia anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH. Hasyim
Asyari punya nasab kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang).
KH. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman
yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana
menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo,
Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di
Bangkalan dan Pesantren Siwalanpanji di Sidoarjo. Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari
pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh
Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh
Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin
Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi. Di Makkah, awalnya K.H. Hasyim Asy'ari
belajar di bawah bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama
dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli
hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar K.H. Hasjim Asy'ari sehingga sekembalinya ke
Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis. Ia mendapatkan ijazah
langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, di mana Syaikh Mahfudz
merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima
karya ini. Selain belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat
Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. K.H. Hasjim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di
bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi
(ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar. Pada masa belajar pada Syaikh Ahmad
Katib inilah K.H. Hasjim Asy'ari mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad
Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang
setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis. Gurunya yang lain adalah
termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-
Bantani. Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh
Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.
Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, K.H. Hasjim Asy'ari mendirikan Pesantren
Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.
Pada tahun 1926, K.H Hasjim Asy'ari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul
Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.
2) Nahdlatul Ulama
Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),
disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri
pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan
yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah. Selain itu, NU
sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau
keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap
penjajah. Hal ini didasarkan, berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri,
sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan
organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya.
Akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran
kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan
organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional".
Semangat kebangkitan terus menyebar - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan
dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai
organisasi pendidikan dan pembebasan. Merespon kebangkitan nasional tersebut, Nahdlatul
Wathan (Kebangkitan Tanah Air) dibentuk pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan
Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai
wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian
didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk
memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul
Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang
berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota. Berangkat dari munculnya
berbagai macam komite dan organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu
dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai,
karena tidak terakomodir kyai dari kalangan tradisional untuk mengikuti konferensi Islam
Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah akhirnya muncul kesepakatan dari para
ulama pesantren untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan
Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya. Organisasi ini dipimpin
oleh K.H. Hasjim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Ada banyak faktor yang melatar belakangi
berdirinya NU. Di antara faktor itu adalah perkembangan dan pembaharuan pemikiran Islam
yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni. Sebuah pemikiran agar
umat Islam kembali pada ajaran Islam "murni", yaitu dengan cara umat islam melepaskan
diri dari sistem bermadzhab. Bagi para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan
sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun tetap tidak dengan meninggalkan
tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Untuk itu, Jam'iyah Nahdlatul
Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasjim Asy'ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah
NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam
bidang sosial, keagamaan dan politik.
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli
(skripturalis). Karena itu sumber hukum Islam bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi
juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir
semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur
Al Maturidi dalam bidang teologi/Tauhid/ketuhanan. Kemudian dalam bidang fiqih lebih
cenderung mengikuti mazhab: Imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: Imam
Hanafi, Imam Maliki,dan Imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU
berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-
Ghazali dan Syeikh Juneid al-Bagdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama Islam terpecah menjadi beberapa golongan, hal ini dipicu mulai pada masa
pemerintahan khalifah ke 3 yakni Utsman bin Affan yang kemudian masalah ini menjadi
semakin besar. Banyak aliran aliran agama Islam yang melenceng serta tidak sesuai dengan
Al Qur’an dan As Sunnah. Munculnya aliran-aliran dalam Islam tersebut sejatinya sudah
diprediksi oleh Nabi Muhammad saw dalam salah satu hadisnya.
"Orang-orang Yahudi bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang
Nasrani bergolong-golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (kaum muslimin) akan
bergolong-golong menjadi 73 golongan. Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang
lain celaka.
Kemudian ditanyakan, "Siapakah yang selamat itu?"
Rasulullah saw menjawab, "Merekalah Ahlusunnah wal Jama’ah."
Dan kemudian ditanyakan lagi, "Apakah Ahlusunnah wal jama’ah itu?"
Beliau menjawab, "Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku
(diajarkan oleh Rasulullah saw dan diamalkan beserta para sahabat)." (HR. Imam Thabrani).
Ahlussunah wal Jama'ah merupakan ajaran yang mengikuti dan mengamalkan ajaran
yang disampaikan oleh Rasulullah saw, baik itu perkataan, perbuatan, tingkah laku,
kebiasaan, termasuk penyampaian Al-Qur’an dan hadis. Di Indonesia terdapat banyak
orang muslim yang menganut paham ini melalui Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi Islam ini
merupakan organanisasi Islam terbesar di Indonesia, dan didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari.
Beliau merupakan sosok ulama yang penting karena beliau lah NU sangat berkembang pesat
hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_Ulama
https://alif.id/read/aguk-irawan-mn/sejarah-singkat-kh-m-hasyim-asyari-b219066p/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy'ari
https://www.kompasiana.com/hm.syarbani.haira/59572eda7a7c8a32ba305432/aswaja-
sejarah-dan-perkembangannya?page=all#:~:text=Ahlussunnah%20Wal%20Jama'ah
%20(Aswaja)%20lahir%20dari%20pergulatan,intens%20antara%20doktrin%20dengan
%20sejarah.&text=Di%20wilayah%20sejarah%2C%20proses%20pembentukan,Abi%20Thalib
%20RA%20dengan%20Muawiyah.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sunni
http://tentangnu.blogspot.com/2016/01/pengertian-dan-sejarah-aswaja.html
https://akurat.co/news/id-1066920-read-hadis-nabi-tentang-pecahnya-islam-jadi-73-
golongan-hanya-satu-yang-masuk-surga

Anda mungkin juga menyukai