Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bobot jenis didefinisikan sebagai rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya
sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Sedangkan, kerapatan adalah massa
per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bobot jenis membandingkan massa jenis zat dengan massa jenis air,
sedangkan kerapatan membandingkan massa zat dengan volume zat tersebut.
Dalam bidang farmasi kerapatan dan bobot jenis digunakan sebagai salah satu metode analisis
yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan
kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula untuk mengetahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat, dan juga dapat mempermudah dalam pembuatan formulasi
obat karena dengan mengetahui bobot jenis suatu zat dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan suatu zat untuk bercampur atau tidak dengan zat lain.
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk
mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan
kapasitas antara 10ml-50ml. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer
dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Pembilasan ditujukan untuk menghilangkan sisa
dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang
dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang
akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Setelah piknometer dibersihkan,
piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan analitik
dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai
dengan aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain. Bahan yang digunakan
dalam praktikum yaitu air, etanol, aseton, kloroform, aquades, air es, parafin/lilin.
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot jenis dan kerapatan
zat. Pada percobaan pertama yaitu penentuan kerapatan air dengan menimbang piknometer yang
bersih dan kering dengan seksama ( 33.932 g). Kemudian isi piknometer dengan air hingga
penuh, lalu direndam dalam air.es, sehingga suhunva kira-kira dua derajat celcius di bawah suhu
percobaan. Kemudian piknometer ditutup, pipa kapilernya dibiarkan terbuka dan suhu dibiarkan
naik sampai suhu percobaan, lalu pipa kapiler piknometer ditutup. Biarkan suhu air dalam
piknometer mencapai suhu percobaan, lalu air yang menempel diusap dan ditimbang dengan
saksama (58,5627 g). Lalu hitung kerapatan air pada suhu percobaan.
Pada percobaan selanjutnya yaitu penentuan kerapatan zat cair x (etanol= 53,7660 g, aseton=
53,2250 g, kloroform= 70,0750 g). Lakukan penimbangan zat x dengan menggunakan
piknometer yang sama seperti pada percobaan pertama, Kemudian, piknometer dibersihkan,
dikeringkan, serta dibilasi dengan zat cair selanjutnya sebelum digunakan untuk penimbangan.
Dan lakukan hal ini secara satu per satu zat cair X. Kemudian piknometer, dibersihkan dan
dikeringkan setelah selesai menggunakan piknometer.
Pada percobaan selanjutnya menentukan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih besar dari
pada air dengan melakukan penimbangan zat padat yang akan ditentukan kerapatannya, zat padat
peluru besi (10,3882 g). Masukkan zat padat tersebut ke dalam piknometer yang sama, lalu diisi
penuh dengan zat cair. Lakukan penimbangan dengan memperhatikan suhu percobaan sama
seperti suhu percobaan pertama (59, 4713 g).
Pada percobaan yang terakhir yaitu menentukan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih
kecil dari pada air, zat semipadat lilin. Dengan melakukan seperti cara sebelumnya dengan
mengkaitkan zat (contoh sample : lilin= 0,0966 g) tersebut dengan suatu pemberat yang
kerapatan dan massanya sudah diketahui. Dalam percobaan ini contoh pemberat adalah peluru
besi dengan kerapatan yang sudah diketahui pada percobaan sebelumnya. Dan lakukan
penimbangan (59, 5154 g).
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu
yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk
menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa
stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta
kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Viskositas
berbanding lurus dengan bobot jenis. Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka
semakin besar pula berat jenisnya.
KESIMPULAN
Bobot jenis merupakan rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada
suhu yang sama dan merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi
kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.. Sedangkan, kerapatan adalah massa per
satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram
per sentimeter kubik ( g/cm³ = g/ml) dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik (kg/m³).
Dalam bidang farmasi kerapatan dan bobot jenis digunakan sebagai salah satu metode analisis
yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan
kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan. Alat yang digunakan pada dalam
pengukuran bobot jenis adalah piknometer. Metode atau cara penggunaan dan perawatan
Piknometer harus sesuai dengan prosedur yang ditetapakan untuk memperoleh hasil yang sesuai
dan tetap.
SUMBER:
Januarti, N. Berat Jenis dan Rapat Jenis. Dilihat tanggal 01 November 2020
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/49531193/DocsTemplate.com
JURNAL_Berat_Jenis_Dan_Rapat_Jenis.pdf?1476223690=&response-content-disposition=inline
%3B+filename
%3DJURNAL_PENETAPAN_BOBOT_JENIS_DAN_RAPAT_J.pdf&Expires=1606895976&Signature=b6
WBQWuKj2bz1kCstNYxSEdtWX2QG7O6msh6HuBNsqcgTrfRkHa1vaptMDIY~jB-
FHKC63xXRLWAK8OO7uGApuEO5i19rEsm1FghqkHaIOONN6Y-
dlNsIxyc4YuQompjmi8EBbTfF2Xo99mziTt~UjHAw0StPocslU3ElZq16dtLtyY7WxR6hNMb8mA2cBNOVz
NbidQQiWqCmwlycNvSwRPRqQAhwn4RmGE2GdIxBVaLNZL12XyFZJq~0zXonDXSBiMjCV0udoud6eID
Gz-iV4xG35Nt7oJU-ueZuNf6ozHvb-7m8O63nuGqh3hEf9kb4Biv3ap~sEuq5XO1eBNX6A__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
Anonim. Mengapa Ada Benda yang Tenggelam, Melayang dan Mengapung di Air. Dilihat
tanggal 01 November 2020 https://fisika79.wordpress.com/2010/06/23/mengapa-ada-benda-
yang-tenggelammelayang-dan-mengapung-di-air/
LAMPIRAN
1. Apa kaitan benda yang tenggelam, melayang dan terapung dalam air dengan kerapatan
suatu benda!
Jawaban:
Setiap benda memiliki kerapatan tertentu (di fisika kita sebut dengan massa jenis), yaitu
perbandingan antara massa dengan volume benda tersebut. Semakin kecil massa benda
(semakin ringan), dan semakin besar volume benda tersebut, maka semakin kecil-lah
massa jenisnya. Ketika benda dicelupkan ke dalam cair (dimana zat cair juga memiliki
massa jenis tertentu), maka benda tersebut akan memperoleh gaya tekan ke atas dari zat
cair, sehingga berat di air akan lebih ringan benda yang memiliki volume semakin besar,
maka akan memperoleh gaya tekan ke atas semakin besar, sehingga kemungkinan benda
akan mudah terangkat oleh zat cair. Jadi ketika memperbesar angka volume bendanya
tentunya akan memperkecil nilai massa jenisnya. Berdasarkan konsep Archimedes kita
dapatkan tiga buah keadaan benda dalam zat cair:
Benda akan terapung jika massa jenis benda itu lebih kecil dari massa jenis cairan,
Benda akan melayang jika massa jenis benda dan cairannya sama.
Benda akan tenggelam jika massa jenis benda lebih besar dari massa jenis cairan.
Bobot jenis merupakan perbandingan atau rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku
yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam decimal dan
merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok.. Sedangkan, kerapatan adalah massa per satuan
volume, yaitu bobot zat per satuan volume dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram
per sentimeter kubik ( g/cm³ = g/ml) dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik
(kg/m³). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bobot jenis
membandingkan massa jenis zat dengan massa jenis air, sedangkan kerapatan
membandingkan massa zat dengan volume zat tersebut
3. Jelaskan contoh aplikasi penggunaan data bobot jenis di bidang farmasi (minimal 2)!
Jawaban:
Adapun manfaat dalam bidang farmasi bobot jenis dan kerapatan jenis suatu zat atau
cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan / daya larut
suatu zat. Bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga
digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat jenisnya
kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat
dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.