Jurnal Siska
Jurnal Siska
(pH effect on Chrome (VI) Reduction To Chrome (III) With Iron (II) Sulphate)
Abstrak
Krom telah digunakan pada proses industri selama kurang lebih 200 tahun. Limbah krom
(VI) dapat berasal dari buangan laboratorium maupun dari limbah industri elektroplating, industri
penyamakan kulit, industri pigmen warna dan industri lainnya. Industri yang menghasilkan
limbah krom (VI) memerlukan penanganan khusus, diantaranya adalah dengan mereduksi krom
(VI) menjadi krom (III) sehingga tingkat toksisitasnya menjadi lebih rendah dan aman bagi
lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari proses reduksi krom (VI) dengan
besi (II) dan mengetahui pengaruh pH dan efektivitas pada reduksi krom (VI) menjadi krom (III).
Pengkajian reduksi krom (VI) menjadi krom (III) dilakukan dengan mencampurkan besi (II) sulfat
dan larutan kalium dikromat pada pH 2,3,4,5,6,7,8. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa besi
(II) sulfat dapat mereduksi krom (VI) menjadi krom (III) dalam suasana asam, netral maupun
basa, dan pH optimumnya adalah 3 dengan persentase rendemen 98,96% dan waktu reaksi
minimum selama 2 menit.
Kata kunci : Reduksi, krom, krom (VI), krom (III), besi (II) sulfat
I. PENDAHULUAN
Krom telah digunakan pada proses industri selama kurang lebih 200 tahun. Limbah krom
(VI) dapat berasal dari buangan laboratorium maupun dari limbah industri elektroplating, industri
penyamakan kulit, industri pigmen warna dan industri lainnya. Industri yang menghasilkan
limbah krom (VI) memerlukan penanganan khusus dalam proses pengolahannya, diantaranya
adalah dengan mereduksi krom (VI) menjadi krom (III) sehingga tingkat toksisitasnya menjadi
lebih rendah dan aman bagi lingkungan (Tzou et al, 2003)
Krom (VI) dikenal sebagai zat karsinogenik yang dapat merusak fungsi kerja DNA dalam
sel, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya mutasi pada makhluk hidup. Levina et al (2002)
menyatakan bahwa krom (VI) dapat diserap lewat mulut, kontak dengan kulit, dan pernapasan.
Krom (VI) dapat menyebabkan iritasi pada kult, kerusakan pada membran mukosa, ginjal,
saluran pencernaan dan hati. Sedangkan krom (III) memiliki toksisitas yang lebih rendah, dan
merupakan bentuk krom yang dibutuhkan tubuh (Arakawa et al, 2000).
Pengkajian reduksi krom (VI) menjadi krom (III) dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan besi (II) yang berasal dari besi (II) sulfat dan limbah krom (VI) diperoleh melalui
limbah artificial dari larutan kalium dikromat. Pada larutan kalium dikromat dilakukan
pengaturan pH 2,3,4,5,6,7,8 untuk mengetahui pengaruh pH pada proses reduksi yang terjadi.
Selanjutnya larutan kalium dikromat dan besi (II) sulfat dicampurkan dengan perbandingan
komposisi reaksi yang stoikiometris. Reaksi dilakukan dalam kondisi reaksi stoikiometris dengan
asumsi besi (II) akan mampu mereduksi semua krom (VI) menjadi krom (III) tanpa ada sisa,
sehingga akan diperoleh rendemen krom (III) yang besar.
Analisis krom (III) yang terbentuk dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
metode spektrometri (Clesceri et al 1998). Pengukuran dilakukan dengan menambahkan indikator
diphenylcarbazide pada larutan kalium dikromat pH 2,3,4,5,6,7,8 dan nilai absorbansinya diukur
pada panjang gelombang maksimum 560 nm. Pengukuran dilakukan sebelum reaksi dan sesudah
reaksi. Selisih absorbansi sebelum dan sesudah reaksi menyatakan jumlah krom (VI) yang tidak
tereduksi dan nilainya sebanding dengan krom (III) yang terbentuk. Melalui variasi pengaturan
pH, dapat diketahui bagaimana pengaruh pH dan efektivitas pada proses reduksi krom (VI)
menjadi krom (III). Dari penelitian ini, diharapkan industri-industri yang menghasilkan limbah
krom (VI) akan mampu menangani pengolahan limbahnya dengan baik, sehingga tidak akan
mencemari lingkungan dan megakibatkan dampak terhadap kesehatan bagi makhluk hidup.
II. METODOLOGI
Keterangan:
A1 : Pengukuran absorbansi pertama
A2 : Pengukuran absorbansi kedua
Arata-rata : Pengukuran absorbansi rata-rata
Konsentrasi sampel sebelum dan sesudah perlakuan, ditentukan dengan persamaan yang diperoleh
sebagaimana disajikan dalam lampiran D, yaitu:
Y = 0,1719x – 0,0204 ................................................................................(15)
Persamaan 15 ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer pada persamaan 14 untuk
b = 1 cm. Dengan intrapolasi kurva standar, diperoleh pengukuran konsentrasi sampel-sampel,
sebagaimana disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2: Konsentrasi krom sebelum bereaksi
|pH |A1 |A2 |A |C (ppm) |C x 5000 |
| | | |rata-rata | |(ppm) |
|2 |0,658 |0,663 |0,661 |3,724 |18618,383 |
|3 |0,659 |0,661 |0,660 |3,721 |18603,839 |
|4 |0,662 |0,663 |0,663 |3,735 |18676,556 |
|5 |0,657 |0,661 |0,659 |3,715 |18574,753 |
|6 |0,660 |0,658 |0,659 |3,715 |18574,753 |
|7 |0,658 |0,663 |0,661 |3,724 |18618,383 |
|8 |0,665 |0,664 |0,664 |3,749 |18749,273 |
Keterangan:
A1 : Pengukuran absorbansi pertama
A2 : Pengukuran absorbansi kedua
Arata-rata : Pengukuran absorbansi rata-rata
C : Konsentrasi krom yang dianalisis
C x 5000: Faktor pengali karena pengenceran sampel
Keterangan:
A1 : Pengukuran absorbansi pertama
A2 : Pengukuran absorbansi kedua
Arata-rata : Pengukuran absorbansi rata-rata
Berdasarkan data di atas, dapat diasumsikan bahwa semakin besar nilai absorbansi yang
terbaca, berarti sisa krom (VI) dalam campuran larutan krom (VI) dan besi (II) sulfat semakin
banyak. Hal ini disebabkan diphenilcarbazide hanya mampu mendeteksi keberadaan krom (VI).
Asumsi ini diperkuat dengan adanya perbedaan spektra UV-Vis dari diphenilcarbazide sebelum
dan sesudah bereaksi dengan krom (VI) yang terdapat pada lampiran F. Krom (VI) yang bereaksi
dengan diphenylcarbazide merupakan krom (VI) yang tidak tereduksi dalam proses reaksi reduksi-
oksidasi tersebut.
Untuk menentukan prosentase krom (VI) yang tereduksi, maka kita menggunakan rumus:
% rendemen= x 100%
Keterangan:
C awal = Konsentrasi krom (VI) awal
C akhir = Konsentrasi krom (VI) akhir
Keterangan:
C x 5000 dan C x 1000: Faktor pengali karena pengenceran sampel
Berikut ini adalah grafik hubungan antara pH dengan rendemen yang terbentuk:
Grafik 4.1: Grafik hubungan antara pH-rendemen
Dari grafik di atas, reduksi krom (VI) menjadi krom (III) paling baik terjadi pada pH 3.
Reaksi antara krom (VI) dengan besi (II):
Cr2O72- + 14 H+ + 6Fe2+ > 2Cr3+ + 7H2O + 6Fe3+
Dari persamaan reaksi di atas, dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah H+ yang
berada dalam larutan tersebut, maka akan membuat reaksi lebih cepat bergeser ke arah
pembentukan krom (III). Tetapi pada penelitian ini, pH optimumnya terjadi pada pH 3, bukan
pada pH yang lebih asam, yaitu pH 2. Hal ini disebabkan karena semakin asam kondisi suatu
larutan, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan itu akan semakin pekat dan hal itu akan
berpengaruh terhadap mobilitas ion H+ dalam larutan tersebut. Ion H+ yang ada dalam larutan
berasal dari disosiasi air dan disosiasi asam sulfat. Reaksi:
H2O H+ + OH-
Reaksi reduksi-oksidasi pada penelitian ini bersifat spontan, sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya reaksi relatif singkat. Dari tabel di atas terlihat bahwa waktu
minimum reaksi reduksi krom (VI) menjadi krom (III) pada pH optimum adalah selama 2 menit.
Berikut ini adalah grafik hubungan antara waktu pada pH optimum dengan prosentase
rendemen yang terbentuk.
Grafik 4.2: Hubungan antara waktu pada pH optimum dengan prosentase rendemen
yang terbentuk
Pada grafik di atas, terjadi peningkatan yang cukup tajam sewaktu reaksi berjalan dari
waktu 1 menit ke 2 menit. Hal ini berkaitan dengan laju reaksi reduksi krom (VI) menjadi krom
(III). Ketika reaksi mulai berjalan menuju menit kedua, masih ada krom (VI) yang belum
tereduksi dalam larutan, sehingga besi (II) akan terus memberikan elektronnya kepada krom (VI)
agar dapat tereduksi menjadi krom (III). Namun pada menit ketiga, laju reaksinya menjadi lebih
lambat, karena hampir semua krom (VI) sudah tereduksi menjadi krom (III) dan besi (II) dalam
larutanpun sudah teroksidasi menjadi besi (III). Saat reaksi menuju menit keempat dan kelima,
reaksi reduksi krom (VI) menjadi krom (III) sudah berlangsung secara sempurna. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan rendemen yang mendekati 100 %.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Besi (II) sulfat dapat mereduksi krom (VI) menjadi krom (III) dalam suasana asam, netral
maupun basa.
2. pH optimum proses reduksi krom (VI) menjadi krom (III) dengan menggunakan besi (II)
sulfat adalah pH 3 dengan presentase rendemen 98,96% dan waktu minimal 2 menit.
V. DAFTAR PUSTAKA
Adeniji, A., 2004, “Bioremidiation Of Arsen, Chromium, Lead, and Mercury”, National Network
of Environmental Management Studies Follow
Ahmad, H., 1992, “Elektro Kimia & Kinetika Kimia”, Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Arakawa, H., Ahmad, R., Naoui, M., dan Heidar-Tajmir-Riahi, 2000, “A Comparative Study Of
Calf Thymus DNA Binding to Cr(III) and Cr(VI) Ions”, J. Biol Chem Vol 275, Issue 14,
10150-10153
Arsyad, M.N., 2001, “Kamus Kimia”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J., 1994, “Quantitative Inorganic Analysis
Including Elementary Instrumental Analysis Edisi ke-4”, London: Longman Group
Clark, J.,2003, “Chromium”, Diakses dari http://www.chemguide.book.co.uk.,
15 November 2007
Clesceri, L.S, Greeberg, A.E., dan Eaton A.D., 1998, “Standard Methods for The Examination of
Water And Waste Water 20th Edition”, American Public Health Association
Earry, L.E., dan Phanpat Ray, 1991, “Chromate Reduction By Subsurface Soils Under Acidic
Conditions”, Soil. Sci. Soc. Am. J. 55:676-683
Gunawan, Rahmanto, W.H., Suhartana, Haris, A., dan Sriyanti, 1996, “Pengolahan Limbah Krom
(VI) pada pabrik penyamakan kulit dengan menggunakan besi bekas”, Laporan Penelitian,
Semarang: Universitas Diponegoro
Khopkar, SM., 1994, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Jakarta: UI Press
Levina A., Rachel, C., Carolyn, T., dan Petter, A., 2006, “Chromium In Biology: Toxycology and
Nutritional Aspect”, John Willey and Sons, Inc. ISBN 0-471-26534-9
Mulyono, HAM., 2006, “Kamus Kimia”, Jakarta: PT Bumi Aksara
Pudjaatmaka, AH., 2002, “Kamus Kimia”, Jakarta: Balai Pustaka
Reddy, R.K., dan Chintamreddy, S., 1999, “Electrokinetic Remidiations of Heavy Metal
Contaminated Soils Under Reducing Environment”, Waste Management 19, 269-282
Rivai, H., 1995, “Asas Pemeriksaan Kimia”, Jakarta: UI Press
Sastrohamidjojo, 2001, “Spektroskopi”, Liberty, Yogyakarta,
Sertifikat ISO 9001:2000 diakses dari http://www.caledonlabs.com /upload /msds
/75532_LC13655_1,5-Diphenylcarbazide.pdf, tanggal 30 Juli 2008
Suciu, D.F., Wikoff, P.M., Beller, J.M., dan Carpenter, C.J, 1998, “Process for Sodium
Sulfide/Ferrous Sulfate Treatment of Hexavalent Chromium and Other Heavy Metals”,
United States Patent 500859
Svehla, G., 1979, “Textbook Of Macro And Semimicro Qualitative Inorganic Analysis”, London:
Longman Group
Thomas, H.E, Chiachen, C., dan Samuel, J.T., 2007, “Inhibited Cr (VI) Reduction by Aqueous
Fe(II) under Hyperalkaline Conditions”, INIST-CNRS
Tzou, Y.M., Loeppert, R.H., dan Wang, M.K., 2003, “Light Catalized Chromium (VI) Reduction
by Organic Compounds and Soil Minerals”, J. Environ. Qual. 32:2076-2084