Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya tidak
ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah menyebar ke bagian tubuh lain.  Namun
sebenarnya bukti baru menunjukkan bahwa kebanyakan wanita mungkin memiliki gejala bahkan
sejak tahap awal kanker ini. Jika dideteksi sedini mungkin, kanker ini bisa diatasi. Deteksi dini
penting; masih, hanya sekitar 20 persen kanker ovarium ditemukan sebelum pertumbuhan tumor
telah menyebar di luar ovarium. Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok yaitu tumor jinak,
bordeline (kankerdiferensiasi sedang), dan tumor ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30 %
terjadi dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita (Arania & Windarti, 2015).
MenurutAmerican Cancer Societytahun 2016, kanker ovarium mendudukiperingkat
kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada wanita. Sekitar22.280 kasus baru kanker
ovarium terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggalkarena kanker ovarium di Amerika Serikat.
Angka kelangsungan hidup 5 tahunhanya sekitar 46,2 %. Berdasarkan laporanInternational
Agency for Research onCancer( IARC ) tahun 2012, angka kejadian kanker ovarium pada
tingkat global adalah 3,6/100.000 penduduk. Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun
pada stadium I, II, III, dan IV yaitu masing-masingnya sekitar 90 %, 70 %, 39 % dan 17 %.Data
Globocan tahun 2012, insiden dan mortalitas kanker ovarium di Asia menempati urutan
kesembilan dari penyakit-penyakit kanker yang menyerang pada saluran genitalia wanita.
Insiden kanker ovarium di Asia Tenggarasebanyak 47.689 kasus atau 5,2 % dari seluruh usia
pada wanita ( IARC tahun 2012 ).
Penduduk Indonesia yang menderita kanker ovarium menduduki urutan ke enam
terbanyak setelah karsinoma servik, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma.Insidens kanker
ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2 % dengan angka mortalitas 7.031 kasus.
Data kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2010-2013 pada penyakit kanker ovarium
tahun 2010 pada kasus baru terdapat 113 dan kasus kematian terdapat 22, tahun 2011 terdapat
kasus baru 146 dan kasus kematian 31, tahun 2012 terdapat kasus baru 144 dan kasus kematian
27 dan pada tahun 2013 kasus baru terdapat 134 dan kasus kematin 46(Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).

Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami perubahan pada tubuh
yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal perubahannya di dalam tubuh mengalami
keputihan yang dianggap wanita itu hal biasa. Tetapi, pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV
akan mengalami perubahan pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis
misalnya jaringan hati, gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia,
asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013

B. Tujuan

Tujuan Umum :

Untuk mengetahui gambaran penyakit kanker ovarium pada wanita


Tujuan Khusus :

1. Mengetahui definisi kanker ovarium

2. Mengetahui etilogi kanker ovarium

3. Mengetahui patofisiologi kanker ovarium

4. Mengetahui manifestasi klinis kanker ovarium

5. Mengetahui klasifikasi kanker ovarium

6. Mengetahui tanda dan gejala kanker ovarium

7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada kanker ovarium


BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi tiga tipe
utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan epithelial ovarian cancer (EOC).
Penyebab kanker ovarium belum diketahui,tetapi ada beberapa factor, yaitu : factor lingkungan,
factor reproduksi dan factor genetic.

Tanda dan gejala menurut Brunner (2015) :

a) Peningkatan lingkar abdomen


b) Kembung
c) Nyeri Punggung
d) Konstipasi
e) Nyeri Abdomen
f) Urgensi Kemih
g) Dispepsia
h) Flatulens
Penatalaksanaan yang dilakukan :
1. Kemoterapi dengan pemanasan intraperitoneal: melalui insisi perkutan dimasukkan
dua tabung silicon intraperitoneal, satu diletakkan di permukaan hati subdiafragma, satu
lagi di resesus posterior kavum pelvis, ujungnya difiksasi di dinding abdomen
2. Imunoterapi intraperitoneal: masukkan tabung ke rongga pelvis, abdomen, suntikkan
obat kemoterapi, 1-2 kali per minggu
3. Krioablasi argon-helium: terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi primer atau
metastasis rongga pelvis dan dinding abdomen, dapat memakai krioablasi argon-helium.
4. Terapi intra-arteri: melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga mencapai arteri
ovarial, suntikkan emulsi campuran kemoterapi (misal DDP) dan lipiodol.
Diagnosis yang mungkin muncul pada kanker ovarium ialah Nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis, Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan
diafragma, Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan, Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, dan tirah baring, Ansietas berhubungan dengan ancaman
kematian

Anda mungkin juga menyukai