Anda di halaman 1dari 35

Modul 1

PENGERTIAN ILMU GAYA “STATIKA”

Setelah mengikuti dan mempelajari bahan pembalajaran dalam modul ini, peserta
didik diharakan dapat :

Menguasai pengertian mekanika teknik dan statika teknik bangunan.


Menguasai pengertian gaya, vektor, resultante, dan momen gaya.
Menguasai dan menjelaskan proses penyusunan dan penguraian gaya
secara grafis dan analitis.
Menerangkan pentingnya gaya dan resultante.
Menerapkan perhitungan momen gaya.

A. Pengertian Mekanika
Perhatikanlah bagan pembagian ilmu gaya berikut ini.

Ilmu Gaya / Mekanika Teknik

Statika Kinematika Dinamika

• Stabilitas Gerak Gerak &


• Kekuatan Penyebabnya

Gambar 2. Pembagian Ilmu Statika (Mekanika Teknik)

Statika yang dimaksud dalam bagan di atas adalah statika teknik


bangunan, yaitu ilmu yang mempelajari kekuatan dan stabilitas
konstruksi bangunan. Ilmu statika ini sering disebut mekanika teknik.
Ilmu mekanika terbagi menjadi dua yaitu Ilmu Mekanika Teori dan Ilmu
Mekanika Terpakai seperti perhitungan statika bangunan.

Perhitungan statika bangunan adalah ilmu yang mempelajari


kekuatan-kaekuatan dan stabilitas konstruksi dan bagian dari
bangunan. Perhitungan kekuatan dan stabilitas meliputi perhitungan

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 1


dimensi, kontrol, kekuatan, dan stabilitas. Definisi dari masing-masing
perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan Dimensi, adalah perhitungan untuk menentukan ukuran


suatu konstruksi terutama pada ukuran penampang bahan secara
efisien yang diperlukan mampu mendukung gaya-gaya atau
muatan/beban bekerja pada konstruksi dengan tetap
memperhitungan faktor keamanan.

2. Perhitungan Kontrol, adalah perhitungan yang dilakukan untuk


memeriksa kekuatan suatu konstruksi bangunan. Konstruksi cukup
berat dan tidak berubah bentuk akibat beban-beban yang timbul,
misalnya beban angin, gempa atau getaran.

3. Perhitungan kekuatan, adalah perhitungan yang dilakukan untuk


memeriksa konstruksi dari terjadinya perubahan bentuk, peralihan-
peralihan serta tuntutan yang beban-beban pada konstruksi yang
melampaui batas atau tidak.

4. Perhitungan Stabilitas, adalah perhitungan yang dilakukan agar


konstruksi dalam keadaan kokoh. Kokoh dalam arti tidak berubah
akibat lendutan maupun penurunan pondasi yang tidak merata
sebagian atau keseluruhan,

B. Pengertian gaya
Apabila membahas materi mengenai gaya, biasanya selalu berkaitan
dengan vektor, resultante, dan momen gaya. Vektor dipakai untuk
menunjukkan ke arah mana gaya bekerja dan resultante merupakan
gaya pengganti dari susunan gaya-gaya, serta momen gaya merupakan
hasil kali gaya dengan jarak.

Suatu benda atau titik materi dalam keadaaan diam akan berubah
kedudukanya menjadi bergerak atau sebaliknya, sebuah benda yang
selalu bergerak akan berubah menjadi benda dalam keadaan diam.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 2


“Sesuatu” yang menyebabkan benda atau titik materi diam atau
bergerak, inilah yang dinamakan gaya atau kekuatan.

Posisi dimana benda tersebut berada di sebut tempat atau letak titik
tangkap.karena dari diam menjadi bergerak, mestinya dengan arah
tertentu atau ada tujuan arah, maka sebuah gaya dapat diberi batasan
secara tegas bahwa gaya adalah sesuatu yang menyebabkan benda
menjadi bergerak atau diam.

Gaya dilukiskan sebagai sebuah anak panah (vektor) yang menunjukkan


arah gaya dan mempunyai ukuran yang besarnya sesuai panjang garis
panah tersebut.

Susunan beberapa gaya atau vektor yang bekerja pada sebuah benda
dapat diganti dengan gaya lain atau gaya pengganti yang pengaruhnya
sama. Gaya-gaya pengganti tersebut disebut resultante gaya-gaya (R).

Momen gaya atau sering disebut momen (M) adalah hasil kali dari
besarnya sebuah gaya terhadap garis tegak lurus yang ditarik dari
sebuah titik terhadap garis kerja gaya.dengan kata lainmomen
merupakan hasil kali gaya dan jarak dengan satuan ton∙meter (t∙m)
atau kilogram∙meter (kg∙m).

C. Ciri-ciri Gaya
Gaya memiliki ciri yang sering juga disebut sifat-sifat gaya. Ketiga ciri-
ciri tersebut adalah bersaran gaya, arah gaya, dan titik tangkap gaya.

1. Besaran gaya adalah ukuran besarnya gaya yang bekerja pada suatu
benda. Misalnya 10 ton, 100 kg, 10 N.

2. Arah gaya (sering juga dusebut garis kerja gaya), adalah garis lurus
yang berimpit dengan gaya itu sendiri. Arahnya bias kemana saja.

3. Titik tangkap gaya adalah suatu titik sebagai tempat gaya itu
menangkap atau dengan kata lain sebagai tempat gaya itu bekerja.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 3


Gaya bekerja sepanjang garis kerjanya yaitu arah gaya-gaya yang ada.
Jadi, arah ada pada garis kerjanya. Namun tujuan arahnya bisa berbeda-
beda. Sehingga gaya dapat dipindahkan atau digeser sepanjang garis
kerjanya.
D. Satuan Gaya
Besaran gaya mempunyai satuan kg, ton, dan newton (N). Menurut
standar internasional (SI) satuan gaya disarangkan menggunakan
newton. Namun dengan alasan tertentu, dalam modul ini menggunakan
kg dan ton.

Satuan yang dipergunakan dalam perhitungan statika bangunan


menyesuaikan dengan satuan yang dipakai dalam perhitungan
konstruksi yang lain seperti perhitungan pada konstruksi baja, beton,
dan kayu.

1. Beban terpusat
Satuan : Berat dalam kg, ton, N, Kn.
1 ton = 1000 kg
1N = 0,1 kg
1 kN = 100 kg
2. Beban merata/tidak merata
Satuan : Berat tiap meter panjang kg/m, ton/m², N/m, kN/m,
kg/m², ton/m², N/mm², kN/m².
1 kg/m = 1 kg/m = 0,01 kg/cm
1 ton/m = 1000 kg/m = 10 kg/cm
1 N/m = 0,1 kg/m = 0,001 kg/cm
1 kN/m = 100 kg/m = 1 kg/cm
1 kg/m² = 1 kg/m² = 0,0001 kg/cm²
1 ton/m² = 1000 kg/m² = 0,1 kg/cm²
1 N/m² = 0,1 kg/m² = 0,00001 kg/cm²
1 Kn/m² = 100 kg/m² = 0,01 kg/cm²
3. Berat jenis
Satuan : Baret tiap meter kubik, kg/m³, t/m³, N/m³, kN/m³.
1 kg/m³ = 1 kg/m³ = 0,001 kg/l
1 ton/m³ = 1000 kg/m³ = 1 kg/l
1 N/m³ = 0,1 kg/m³ = 0,0001 kg/l
1 kN/m³ = 100 kg/ m³ = 0,1 kg/l
1 kg/m³ = 100 kg/m³ = 0,1 kg/l
1 kg/m³ = 1 kg/m³ = 0,001 kg/l

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 4


4. Momen
Satuan : Berat (gaya) x jarak = kg·m
1 kg·m = 1 kg·m = 100 kg·cm
1 ton·m = 1000 kg·m = 100.000 kg·cm
1 N·m = 0,1 kg·m = 10 kg·cm
1 kN·m = 100 kg·m = 10.000 kg·cm

Rangkuman

1. Statika bangunan adalah ilmu yang mempelajari kekuatan-kekuatan dan


stabilitas konstruksi bangunan dan bagian-bagiannya.

2. Perhitungan statika bangunan adalah ilmu yang memepelajari perhitungan


kekuatan dan stabilitas konstruksi bangunan dan bagian-bagiannya.

3. Perhitungan statika bangunan meliputi perhitungan mendimensi, control,


kekuatan, dan stabilitas. Simbol-simbol dalam perhitungan-perhitungan
harus mengetahui besaran gaya P, titik tangkap gaya, garis kerja (vector),
resultante.

4. Satuan momen gaya adalah ton·meter (t·m) atau kilogram·meter (k·m).

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 5


Modul 2
MENGURAIKAN DAN MENGGABUNGKAN GAYA

Setelah mempejari modul ini, siswa diharapkan dapat :

Menyusun dan mengurai gaya


Meyusun dan mengurai gaya secara analitis dan grafis
Menyusun dua buah gaya atau lebih menjadi sebuah gaya
Menjelaskan dua gaya arahnya sama, berlawanan arah dan berlainana
arah
Melukiskan polygon gaya

A, Menguraikan Gaya

Gaya yang berarah miring F dapat diuraikan terhadap bidang datar,


tegak dan atau bidang acuan tertentu. Pada Gambar 2 (a) gaya yang
membentuk sudut lancip (a) terhadap bidang datar (bidang X), dapat diuraikan
menjadi gaya datar Fx = F cos a , dan gaya searah bidang Fy = F sin a.
Untuk gaya miring F terhadap bidang acuan pada gambar tertentu yang
membentuk sudut lancip a pada gambar dapat diurai menjadi
gaya sejajar bidang F// = F cos a dan gaya tegak lurus bidang F^ = F sin a.

Gambar 2. Menguraikan gaya

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 6


B. Menggabungkan Gaya
Besaran gaya merupakan besaran vektor, karenanya untuk dapat
menggabungkan atau mencari resultannya perlu menyertakan arah dan titik
tangkap gaya tersebut pada suatu bidang atau struktur.
Dua buah gaya atau lebih dalam satu lintasan yang segaris dengan arah
yang sama, resultan gaya merupakan penjumlahan dari dua gaya tersebut.
Sedangkan untuk gaya selintasan yang berlawanan arah, resultan
dua gaya tersebut tersebut merupakan operasi pengurangan. Perhatikan F3 dan
F4. Resultan F3 + F4, = R F3+F4 = F3 – F4.
Jika dua gaya atau lebih dalam satu titik tangkap memiliki arah berlainan
seperti F5 dan F6, maka resultan kedua gaya itu dapat dilukis dengan
menggambar proyeksi F5 dan F6 seperti pada Gambar 3.26. Demikian halnya
pada R F7+F8 yang merupakan resultan dari F7 dan F8.
Untuk mencari resultan lebih dari dua gaya dalam satu titik tangkap
digunakan cara yang sama seperti dilakukan pada gaya F5 dan F6 atau F7 dan
F8. Perhatikan gaya F9 hingga F11 pada Gambar . Tentukan dahulu R F9+F10,
kemudian tentukan resultan F11 dengan R F9+F10 menjadi R F9+F10+F11
yang merupakan resultan F9 hingga F11.

Gambar 3. Jenis gaya menurut arahnya

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 7


Gambar 4. Cara menggabungkan gaya

Cara penggabungan gaya searah adalah dengan menjumlahkan dan secara grafis
ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3 menunjukkan grafis menggabungkan dua
gaya berlawanan arah. Secara analitis adalah menentukan selisih dua gaya
tersebut.

Gambar 4 menunjukkan cara grafis menggabungkan dua gaya


bersambung berbeda arah. Resultan gaya adalah garis hubung pangkal sampai
ujung gaya ke dua. Gambar menunjukkan cara grafis menggabungkan dua gaya
satu titik tangkap berbeda arah.

Caranya adalah memproyeksikan gaya kedua pada jung gaya pertama


atau sebaliknya. Besar gaya gabungan / resultan secara prinsip mirip seperti
gambar

Cara ini dapat diulangi untuk menggabungkan lebih dari dua gaya dalam
satu titik tangkap seperti digrafiskan pada gambar 5. Pada gambar resultan P9
dan P10 = R P9+P10 menjadi gaya yang harus digabungkan dengan gaya P11
untuk mengahasilkan resultan dari ke tiga gaya tersebut.

Untuk menggabungkan beberapa gaya berbeda titik tangkapnya, dapat


dilakukan dengan cara grafis maupun analistis. Cara grafis dapat dilakukan

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 8


dengan lukisan kutub seperti pada Gambar 5

Gambar 5. Cara menggabungkan gaya

Tahapan lukisan kutub adalah sebagai berikut:

o Gambarlah secara terskala gaya-gaya yang akan digabungkan beserta garis


kerja masing-masing gaya
o Urutkan posisi, susun gaya tersebut secara linear, P1, P2 dan P3 seperti
Gambar.
o Tentukan titik kutub dan lukis garis kutub gaya tersebut. Yakni pada P1
terdapat garis kutub 1 dan 2 dan seterusnya
o Plotkan garis kutub tersebut pada masing-masing garis kerja.
o Pada garis kerja P1, lukis suatu garis sehingga sejajar dengan garis kutub 1.
o Dari titik potong garis kerja P1 dengan garis kutub 1, lukis garis kutub 2
hingga memotong garis kerja P2.
o Dari titik potong garis kutub 2 dengan garis kerja P2, lukis garis kutup 3
hingga memotong garis kerja P3.
o Dari perpotongan garis kutub 3 dan P3, lukis garis kutub 4 hingga
memotong garis kutup awal, garis kutub 1.
o Perpotongan kedua garis kutub tersebut merupakan letak garis kerja
resultan ketiga gaya, R P1-3

Penyelesaian secara analitis dilakukan dengan kaidah momen dari titik


acuan yang ditentukan. Misal garis kerja P3 dipakai sebagai acuan, dengan yP2,
yP1 dan y R masing merupakan jarak gaya P2, P1 dan R dari garis kerja P3.
Persamaan yR dapat dihitung sebagai berikut :
yR = (yP2 x P2 + yP1 x P1) / R
yR = (yP2 x P2 + yP1 x P1) / (P1 + P2 + P3)

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 9


Modul 3
HUKUM AKSI DAN REAKSI

Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti dan mempelajari bahan pembejaran modul ini, peserta didik
diharapkan dapat :
Menjelaskan prinsip kerja aksi-reaksi berdasarkan hokum Newton III
Menggambarkan aksi dan reaksi suatu benda pada bidang datar
Menjelaskan hubungan gaya aksi-reaksi dengan keseimbangan gaya
Menyebutkan rumus perhitungan keseimbangan gaya
Menghitung besar raksi gaya tumpuan

A. Prinsip Kerja Gaya Aksi dan Reaksi


Hukum Newton III
Hukum Newton III menyatakan bahwa gaya aksi = Gaya Reaksi. Semua
benda di muka bumi ini mempunyai berat yang disebabkan oleh gaya
tarik bumi. Oleh sebab itu , setiap benda mempunyai berat Seandainya
sebuah benda ( Pertama) diletakkan diatas sebuah benda (kedua), maka
benda pertama akan memberikan gaya tekanan kepada benda kedua
sebsar beratnya sendiri (gaya aksi) dan yang kedua dinamakan gaya
tekan lawan (Reaksi). Dengan demikian , karena adanya gaya aksi dan
reaksi ini maka benda dalam keadaan diam.

Hukum Newton merupakan hukum yang menjadi dasar Ilmu Statika


Gaya. Hukum Newton III menyatakan bahwa Aksi (A) suatu gaya akan sama
dengan Reaksi (- R) yang timbul. Dan dapat dituliskan sebagai berikut:
A = - R atau Aksi + Reaksi = 0

Pernyataan itulah yang menjadi dasar kestabilan suatu struktur dengan


gaya-gaya yang bekerja. Dengan begitu suatu struktur dikatakan stabil jika
Resutan antara gaya aksi dan reaksi = 0, dan menjadi syarat untuk
menentukan atau mencari besarnya komponen reaksi dari suatu struktur.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 10


B. Prinsip Kerja Keseimbangan
Apabila gaya aksi dan reaksi bekerja di satu titik tangkap gaya ,
maka benda dalam keadaan keseimbangan. Keseimbangan gaya dapat
dilihat pada pada gaya horizontal dan vertical serta momoen momen
terhadap bidang datar.
Syarat-syarat keseimbangan adalah sebagai berilkut :
a. ∑H = 0 (Jumlah gaya horizontal = 0)
b. ∑V = 0 (Jumlah gaya Vertikal = 0)
c. ∑M = 0 (Jumlah momen = 0)

Perhatikan contoh soal dibawah berikut.

Contoh Soal

o o
Lihat Gambar di bawah ini. Jika L CAB = 45 dan L CBA = 30
Tentukanlah gaya pada batang CA dan batang CB

Gambar 6. Komponen reaksi

Penyelesaian :
Cara analitis: Berdasarkan Hukum Newton, struktur seperti pada contoh
soal tersebut stabil jika Resultan gaya W dan reaksi pada batang struktur
CA dan CB di atas = 0.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 11


∑V=0
CA V + CB V – W = 0
CA Sin 45 + CB sin 30 – W = 0

∑H=0
CA H + CB H = 0
- CA Cos 45 + CB Cos 30 = 0

Didapat dua buah persamaan dengan 2 variabel. Dengan begitu CA dan CB


yang merupakan gaya reaksi akibat W akan dapat ditentukan.
Cara grafis.
Untuk contoh soal tersebut dilakukan dengan melukis vektor gaya dengan
kaidah penggabungannya. Gambarkan secara berurutan secara terskala W,
CA dan CB dengan arah yang bersesuaian sehingga CB kembali berimpit
dengan titik tangkap mula W. Arah lukisan masing komponen reaksi
merupakan arah gaya terhadap titik tinjau C. Kedua bagian batang
(member) CA dan CB mengalami gaya tarikan karena arah lukisan pada
grafis menjauh terhadap titik tangkap C. Besar gaya di tunjukkan dengan
panjang lukisan secara terskala.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 12


Modul 4
MOMEN GAYA DAN KOPEL
Setelah mengikuti dan mempelajari bahan pembelajaran modul ini, peserta
didik diharapkan dapat :

Menjelaskan arti momen gaya.


Menggambarkan momen gaya arah negatif atau positif.
Menjelaskan momen negatif dan positif (Searah atu berlawanan jarum
jam).
Menjelaskan dalil momen varignon.
Menjelaskan pengertian momen kopel.
Menyebutkan sifat-sifat momen kopel.

Sebelum melakukan perhitungan terhadap suatu momen, maka secara


umum perlu diketahui simbol atau lambang yang terkait dengan momen.
Momen dilambangkan dengan huruf “M”, gaya dilambangkan dengan huruf
“P” atau “K” dan jarak dilambangkan dengan huruf “a” atau “d”.

Apabila momen gaya dan jarak tersebut dilengkapi dengan satuan


,maka dapat dimengerti dengan jelas bahwa satuan berat itu merupakan
suatu gambaran momen positif atau negatif. Jika putaran searah jarum jam
berarti momen positif ( ). Bila berlawanan putaran arah jarum jam
bertarti momen negative ( ) besarnya momen dapat dihitung
dengan rumus sbb:

M= P x a

Dimana: M adalah momen dalam ton atau kg m.


p adalah gaya dalam ton atau kg.
a adalah jarak dalam meter atau cm.

Momen akibat sebuah gaya , pada saat membahas atau mempelajari


perhitungan statika bangunan atau perhitungan konstruksi pada bagian
bangunan merupakan kunci dasar karena merupakan hal yang penting. Dari
momen gaya kita dapat menghitung macam-macam konstruksi pada bagian
bangunan. Sewaktu merencanakan bangunan, kita perlu mendimensi atau
menentukan ukuran bagian-bagian konstruksi secara cermat.

Agar dapat mendimensi dengan benar, sehingga mendapat ukuran


yang efektif perlu mengetahui beban yang bekerja atau gaya yang terjadi
pada konstruksi tersebut. Dengan gaya yang bekerja kita akan tahu berapa

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 13


momen maksimal yang terjadi, dengan dasar momen maksimal akan
digunakan untuk menghitung kekuatan konstruksi pada bangunan.

A. BATASAN MOMEN GAYA


Momen sebuah gaya P terhadap sebuah titik sembarang pada
bidang datar ditentukan oleh besarnya sebuah gaya dan jarak garis tegak
lurus yang ditarik dari sebuah titik sembarang kesebuah gaya yang
bekerja. Dari uraian singkat diatas dapat diberi batasan tentang momen
gaya terhadap sebuah titik 0 sembarang terhadap seperti berikut :
Momen sebuah gaya terhadap sebuah titik dapat diartikan hasil kaliu
besarnya sebuah gayabdengan panjang garis tegak lurus, yang ditarik dari
titik sembarang kegaris kerja gaya.
Dengan kalimat yang singkat dapat ditulis momen gaya adalah Hasil
kali besarnya gaya dengan lengannya atau jarak. Momen terjadi
disebabkan oleh gaya yang dianggap berputar sepanjang jarak tertentu.
Dalam hal ini momen dibedakan menjadi dua yaitu momen positif apabila
arah berputarnya gaya searah dengan arah putaran jarum jam. Sedangkan
momen dikatakan momen negatif apabila arah berputarnya gaya
berlawanan dengan arah putara jarum jam.
Memberikan tanda pada momen positif atau negatif ini berdasarkan
perjanjian tidak tertulis, namun hampir semua negara di dunia menaati
dan menggunakan tanda tersebut untuk memperhitungkan kekuatan
konstruksi. Karena gaya mempunyai satuan kg atau ton dan jarak cm atau
ton m. Untuk memberikan tanda momen perhatikan arah perputarannya
gaya .

P P1

L L1

(+)
(-)
O

Momen :MO = +P . L Momen : MO1= - P1 . L1

Gambar 7. Arah berputarnya momen

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 14


A P B

a Besarnya Mo = +P . a

Gambar 8 Jarak gaya P terhadap 0 sembarang

B. Dalil Momen Varignon

Varignon menemukan dalil yang sangat penting dalam perhitungan


kekuatan kontruksi bangunan.Karena pada kontruksi banyak bekerja
gaya-gaya dan dari beberapa gaya yang bekerja didapatkan
momen.Selanjutnya momen sebagai dasar perhitungan kekuatan
kontruksi oleh karena dalil ini sangat penting untuk perhitungan kekuatan
konstruksi bangunan.

Dalil momen Varignon berbunyi sbb:

Momen resultante suatu susunan gaya-gaya yang terletak sembarang


disebuah bidang terhadap sebuah titik sembarang P dibidang gaya-gaya itu,
sama dengan jumlah menurut aljabar dari momen yang diketahui

Untuk membuktikan dalil ini diperlukan duah buah gaya yang bekereja
satu titik tangkap, dengan mencari R dengfan jajaran genjang gaya, didapat
pengganti dua gaya P1 dan P2 .Apabila masih ada gaya yang lain, maka
dicari penggantinya R1, yaitu dengan membuat jajaran genjang gaya R
dengan gaya yang ketiga.

hr
P
a1

P1 D
R

h2 E
a2

A B
P2

Gambar 9. Bukti Dalil varignon

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 15


Dari gambar diatas garis-garis kerja gaya p1 dan P2 saling
berpotongan di A dalam satu bidang gambar dan titik potong garis kerja
gaya-gaya merupakan titik tangkap gaya P1 dan P2. Dengan jajaran genjang
gaya didapat resultrante R dari gaya P1 dan P2.Tentukan titik P sembarang
sebagai pusatnya,maka dapat dibuktikan :

R.r =+P1a1-P2a2 atau Rr=P2a2- P1a1..................................(1)


Dari gambar dapat diartikan bahwa :
Rr =Luas berganda ∆ PAD
P2a2 =Luas berganda ∆ PAB
P1a1 =Luas berganda ∆ PAC
Ternyata bahwa :
2x luas ∆ PAD =PA.hr
2x luas ∆ PAB =PA.h2
2x luas ∆ PAD =PA.h1
Jika dimasukkan pada persamaan (I) diatas, maka PA hr =PA.h2- PA.h1 atau hr
=h2-h1
Apabila DE sejajar AP, maka : sudut BDE=sudut CAF
Sehingga sudut DBE atau sudut ACF dan BD =CA
Maka ∆ BDE =∆ CAF dan BD =CA
Maka ∆ BDE =∆ CAF,sehingga BE =CF=h1
jadi, hr=h2 –EB = h2-h1(Terbukti)
Yang perlu diperhatikan bahwa l;etak titik p diatas sembarang, sehingga apabila
titik p digeser dimana saja boleh dan akan memberikan hasil yang sama.

C. Pemakaian dalil momen

Apabila dua gaya yang sejajar merupakan uraian dari sebuah


gaya P yang diketahui ,sedangkan dua gaya yang sama,maka gaya P yang
terletak diantara dua gaya yang sejajar dan mempunyai arah sama dengan
dua gaya yang sejajar.Jika kedua gaya yang sejajar itu terletak pada
sebelah sisi gaya P yang diketahui,maka uraian gaya sejajar yang terdekat
mempunyai arah yang sama.perhatikan gambar 10 berikut;

K M
L
P1
P2
P3
Gambar 10. Gaya P diuraikan menjadi gaya P1 dan P2

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 16


Momen terhadap titik K:
Momen resultante sama dengan jumlah menurut aljabar dari momen P1 dan
P2 yang sejajar.
Momen akibat gaya P1=0
Momen akibat gaya P sama dengan momen akibat P2 dengan arah gaya yang
sama.
Seandainya pada titik sudut maka momenya akan negatif,yaitu:
P.KM = P2 . KL sehingga P2 = KM : KL . P
Contoh

Tentukan resultante R dari dua buah gaya sejajar K1 dan K2.Jarak antara
garis-garis kerja dari gaya-gaya adalah 2 m.Gaya-gaya itu mempunyai
jurusan yang berlawanan K1 =480 kg dan K2=800 kg.

K2 = 800 kg K3 = 320 kg

2m

K1 = 480 kg
Xm

Gambar 11. dua gaya yang arahnya berlawanan

Arah R sama dengan arah gaya yang diketahui yang terbesar,yaitu K2 .


R = 800 kg - 480 = 320kg
Untuk menentiukan letak R digunakan dalil momen. Momen berpusat pada
K1,Sehingga jarak R terhadap K1 adalah X m, sehingga:
-320 . x = - 800 . 2
X = -1600 : -320 = 5 m
Jadi, R terletak 5 m dari K1.Karena R tandanya - , maka benar bahwa letak R
disebelah K1 , maupun k2.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 17


D. Momen Kopel
Kopel ialah susunan dua gaya sama besar dan mempunyai arah
berlawanan dengan garis-garis kerja sejajar. Momen kopel ialah hasil kali
dari salah satu gaya K dengan lengannya ( jarak antara garis kerja yang
sejajar ) disertai dengan tanda berputarnya. Tanda positif bila arah
berputarnya searah jarum jam dan tanda negatif bila arah berputarnya
berlawanan arah jarum jam.
Perhatikan gambar berikut ini.

K K
l l
K K

Mk =+ K . l Mk =+ K . l
Gambar 12. Momen Kopel
Buktikan: Momen kopel adalah salah satu gaya kali jarak kedua garis kerja
sejajar.
B K

MO1 =- K.O,A +O,B


K l = K (O,B-O,A)
O2 = K.l
MO2 =+ K.O2,A+O2,B
A
= K(O2,B+O2,A)
O1
= K.l

Gambar 13. Contoh Perhitungan momen kopel

Dari hasil diatas terbukti bahwa O diambil sembarang, momen M besarnya


tetap. Jadi, kopel boleh dipindahkan pada bidang datar tempat kopel itu
berada,besarnya momen kopel (M Kopel) = + K . l

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 18


1. Sifat-sifat kopel
a. Suatu kopel memberi suatu sifat rotasi dalam bidang datar kopel.
b. Suatu kopel boleh dipindahkan pada bidang bidang datar tempat
kopel berada dan bidang datar
yang sejajar dengan bidang datar kopel itu.
Momen kopel dapat dinyatakan sebagai vektor kopel yang arahnya
disesuaikan denganmemutar masuk sekrup.

l
K

1. Dua kopel yang seharga (setara) M = +K .


l
Dua kopel yang bekerja dalam sebuah bidang datar atau koplanar dan
mempunyai momen yang besarnya sama,dinamakan seharga atau
ekuivalen.
Contoh perhatikan gambar berikut:

a K1 = 4
b K2 = 6
kg
l=3m l = 2 m kg

K2 = 6
K1 = 4
kg
kg

M1 = -K1.L M2 = -kg.L1
= -4.3 = - 6 kg.3 m
= -12 Kg = -12 kg m

Dengan hasil perhitungan diatas kopel 1 setara kopel 2.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 19


2. Menyusun dua kopel
Kopel-kopel yang letak nya pada sebuah datar dapat dijumlah
secara aljabar.
Sehingga : MR = M1+M2.
= p1 . a1

Dalam hal ini kopel dapat disebut sebagai skalar.

P1
P2

A2
a1

P2

P1
MI =+P1 . a1 M2 =+P2 . a2

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 20


Modul 5
KESEIMBANGAN DAN TUMPUAN

Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa dapat :


Menjelaskan pengertian tumpuan
Menyebutkan macam-macam tumpuan
Menyebutkan macam-macam gaya yang bekerja pada sebuah
tumpuan/kontruksi
Menghitung reaksi tumpuan
Menggambar bidang reaksi Gaya lintang (D), Gaya Normal (N) dan
Bidang momen (M)
A. Statika Konstruksi Balok Sederhana
Umumnya bagunan sipil terdiri dari beberapa komponen struktur.
Komponen struktur utama tersebut dapat berupa rasuk, komponen struktur
yang membentang, dan kolom, bagian struktur yang menerima gaya aksial
dan menyalurkannya ke struktur pondasi.
Komponen yang membentang tersebut dapat berupa balok maupun
berupa rangka batang (truss). Balok merupakan gelagar tunggal yang
menerima beban lentur atau momen lentur. Sedangkan rangka batang
merupakan rangkaian batang tunggal yang disusun agar bagian batang
tersebut tidak menahan momen. Bentuk lain dari komponen struktur dapat
pula berupa rangka kaku (frame work).

Gambar 14. Beberapa bentuk struktur utama konstruksi rangka ; (a) Balok konsol,(b) Balok
dua dudukan,(c) Rangka batang, (d) Rangka kaku (e) Rangka 3 sendi

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 21


B. Dudukan dan Tumpuan (Support)

Dudukan suatu struktur bangunan dapat berupa dudukan kaku atau jepitan,
paduan dudukan sendi dan dudukan gelinding (rol) atau gelincir. Dudukan
itulah yang nantinya diperhitungkan besaran komponen reaksinya dengan
menggunakan syarat kesetimbangan. Syarat kesetimbangan atau stabilitas
dalam struktur statis adalah sebagai berikut:

H = 0 , V = 0, M = 0 atau
X = 0 , Y = 0, M=0

Gambar 15. Bentuk dudukan : (a) dudukan jepit kaku, (b) balok
dengan sendi dan dudukan gelincir – gelinding

Pada dudukan sendi, dudukan A, akan menghasilkan komponen reaksi


vertikal (V) dan horisontal (H), sedangkan dudukan gelinding atau gelincir,
dudukan B, hanya akan menerima komponen reaksi vertikal (V) saja.

C. Analisis Balok Statis Tertentu

Bagian ini akan memberikan analisis dasar untuk balok dengan


berbagai bentuk arah beban baik secara analitis perhitungan maupun grafis
untuk menentukan besarnya komponen reaksi dudukan. Pada bagian ini
pula dipresentasikan diagram gaya, yakni besarnya gaya baik itu gaya
lintang, normal maupun momen di sepanjang batang struktur.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 22


5. Balok Terjepit Sebelah (Konsol) dengan Beban Terpusat

Beban terpusat yang bekerja pada konsol dapat saja berupa beban vertikal,
miring atau diagonal maupun horisontal. Untuk dapat menganalisis serta
menghitung balok ini harus telah menguasai kesepakatan tanda presentasi gaya
lintang, normal maupun momen (Gambar 3.32

Cara Analitis:
Besaran Komponen Reaksi secara analitis adalah sebagai berikut:

∑ VA = 0 ∑ HA = 0
RAV - P1 - P2V -P3 = 0 RAH + P2H = 0
o
RAV = P1 + P2V + P3 RAH = -- (1.0 x Cos 45 )
o
RAV = 0.40 + (1.0 x Sin 45 ) + 0.80 RAH = -- 0.7 Ton
(

)
RAV = 0.4 + 0.7 + 0.8 = 1.9 Ton ( )

∑ MA = 0,
MA + P1 . 0.5+ P2V (0.5+0.6) + P3 *(0.5+0.6+0.6) = 0
MA = -- 2.41 Ton Meter ( Berlawanan jarum jam)

Besaran Gaya Geser / Gaya Lintang


Besaran gaya geser pada tiap bagian di sepanjang konsol dapat dihitung sebagai
berikut:

Bagian Batang AC Bagian Batang CD Bagian Batang DB

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 23


DA = DC = RA DC = DD = Ra – P1 DD = DC – P2V = 1.50 – 10 sin DA = DC = 1.90 Ton DC
= 1.90 – 0.4 = 1.50 45
Ton DD = DB1 = 1.5 – 0.7 = 0.8 ton
DB2 = DB1 - 0.8 = 0

Besaran Momen Lentur


Besaran lenturan di tiap titik dapat dihitung menurut persamaan dengan
variabel panjang di setiap bentang batang sebagai berikut. Karena beban yang
bekerja adalah beban terpusat, maka persamaan momen pada persoalan
tersebut merupakan persamaan variabel berpangkat 1 atau persamaan garis
lurus

Bagian batang AC Bagian batang CD Bagian Batang DB


Persamaa: Mx = - MA – RA*x Pers : Mx = -Ma+RA Pers : Mx = -Ma+ RA*x + P1*(x-
0.5)-MA = -2.41+(1.9*0) = 2.41 t.m *x+P1*(x-0.5) P2V*(x-1.1)
MC = -2.41+(1.9 x 0.5) = 1.46 t.m MD =-2.41+1.90*(1.1)-MB =-
2.41+1.9*1.7+0.4*1.2+0.7*0.6)
0.4(0.6) MB 0
MD = -0.56 Ton meter

Besaran Gaya Normal


Akibat beban P2 yang miring dengan sudut 45, bagian batang konsol
A – D mengalami tarikan sebesar P2 Cos 45 = 1.0*sin 45 = 0.70 ton.
Sebagaimana ditunjukkan pada diagram di atas.

2. Balok Konsol dengan Muatan Terbagi Merata.

Muatan merata / terbagi dinyatakan dalam besaran beban per satuan


panjang. Beban ini dapat ditemui pada beban sendi gelagar. Contoh persoalan
dengan beban terbagi rata dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 16. Balok konsol dengan beban terbagi merata

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 24


3. Balok Konsol dengan Muatan Terbagi Segitiga.

Muatan terbagi segitiga dapat dijumpai pada muatan yang diakibatkan


oleh tekanan hidrostatika maupun tekanan tanah pada dinding penahan
tanah. Jika muatan tersebut di kerjakan pada konsol, analisis dan ilustrasinya
dapat ditunjukkan pada Gambar 16

Gambar 16. Muatan terbagi segitiga pada struktur konsol

4. Balok di atas Dua Dudukan

Bentuk dudukan untuk struktur balok statis tertentu umumnya salah satu
dudukan itu berupa dudukan sendi (hinge) sedang dudukan lain berupa dudukan
gelinding (rol) atau dudukan gelincir (sliding support). Dudukan ini dimaksudkan
agar batang struktur tidak menahan beban tambahan akibat lendutan atau pengaruh
lain terkait dengan kembang susut batang struktur.
Dudukan sendi dapat menahan komponen reaksi vertikal dan komponen
reaksi horisontal RV dan RH. Sedangkan dudukan gelinding atau gelincir hanya
dapat menahan beban bertikal RV saja. Ilustrasi penyelesaian secara grafis dan
Analitis ditunjukkan pada Gambar

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 25


Gambar 17. Balok di atas dua tumpuan

Besaran momen yang terjadi berdasarkan diagram yang dibentuk


dari lukisan kutub tersebut dapat di tentukan dengan mengukur yMx pada
diagram dan mengalikan dengan jarak titik kutub d dengan
memperhitungkan skala gaya yang telah ditentukan sebelumnya.
Mx = yMx*d (ton meter)

Cara Analitis.
Menentukan komponen reaksi
Untuk menentukan komponen reaksi di tiap dudukan berlaku persamaan
kestabilan M = 0 . Berlaku pula persamaan kestabilan V = 0 atau P + R = 0
pada struktur tersebut.
Di dudukan A Di dudukan B
MA = 0 MB = 0
P1*2+P2*6-VB*8 = 0 P2*2+P1*6-VA*8 = 0
VB = (2*2+1*6)/2 = 1.25 Ton VA = (1*2+2*6)/8 = 1.75 Ton
V = 0 atau P + V = 0 Catatan : Tanda + dan – pada
-P1-P2+VA+VB = 0 persamaan diberikan berdasarkan arah -2-1+1.75+1.25 = 0 (ok)
gaya.
Diagram Gaya Lintang
Untuk mempresentasikan gaya dalam bentuk diagram gaya, tinjau di tiap
bagian batang sebagai berikut.
Bagian batang AC Bagian batang CD Bagian Batang DB
DA = VA = 1.75 ton DC = VA-P1 = 1.75 – 2 = - DD = VA-P1-P2 = 1.75 – 2-1 = -
1.25 ton
DC = DA = 1.75 ton 0.25 ton DB1 = DD = -1.25 ton
DD = DC = 0.25 ton DB2 = DB1+VB = 0

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 26


Diagram Momen

Bagian batang AC Bagian batang CD Bagian Batang DB


Persamaan: Mx = VA*x Pers : Mx = VA*x-P1*(x-2) Pers : Mx = VA-P1*(x-2)-
MA = 0 (sendi tak menahan MD =1.75*6-2*(6-2) = 2.5 P2*(x-6)
momen) ton.meter MB =1.75*8-2*(8-2)-1*(8-6)
MC = VA*2) =+1.75*2 =+3.50 M X=1/2L =1.75*4-2*(4-2) = 3 MB = 0 (ok)
ton.meter ton.meter

5. Balok Dua Dudukan dengan Beban Miring.

Penyelesaian struktur balok oleh beban miring pada dasarnya hampir


sama dengan penyelesaian beban tegak lurus dan melintang seperti pada contoh
soal sebelumnya. Perbedaannya adalah bahwa beban miring tersebut
mengakibatkan gaya normal yang harus ditahan oleh dudukan maupun batang
balok. Perhatikan contoh dengan ilutrasi pada Gambar 3.36. Besaran momen
yang terjadi berdasarkan diagram yang dibentuk dari lukisan kutub tersebut
dapat di tentukan dengan mengukur yMx pada
diagram dan mengalikan dengan jarak titik kutub d yang telah
memperhitungkan skala gaya maupun panjang yang telah ditentukan.

Mx = yMx*d (ton meter)

Gambar 18. Struktur balok dua dudukan dengan beban miring

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 27


V = 0 atau P + V = 0 Catatan : Tanda + dan – pada
-P1v-P2-P3v+VA+VB = 0 persamaan diberikan berdasarkan
-2.5*Sin 45o-2-1*Sin30+1.82+2.45 = arah gaya. Untuk momen searah
0 (ok) jarum jam bertanda positif dan
-2.5*0.7071-+2-1*0.5 +1.82+2.45 = 0 sebaliknya. Untuk arah gaya ke atas
0 = 0 (ok) bertanda positif dan sebaliknya.
Cara Analitis.
Menentukan komponen reaksi. Untuk menentukan komponen reaksi di tiap
dudukan berlaku persamaan kestabilan M = 0 dan V = 0 atau P + R = 0 di kedua
dudukan struktur tersebut.
Di dudukan A Di dudukan B
MA = 0 MB = 0
P1v*2+P2*4+P3V*6-VB*8 = 0 -P1v*6-P2*4+P3V*2-VA*8 = 0 P1*Sin
o o o o
45 *2+P2*4+P3*Sin 30 *6-P1*Sin 45 *6+P2*4+P3*Sin 30 *2-VB*8=0 VB*8=0
VB = (2.5*Sin VB = (2.5*Sin
45*2+2*4+1*Sin30*6)/8 = 1.82 Ton 45*6+2*4+1*Sin30*2)/8 = 2.45 Ton
Gaya Lintang (D)

Untuk menghitung/menyelesaikan secara analitis besarnya gaya


lintang untuk presentasi dalam bentuk diagram gaya, tinjau di tiap bagian
batang. Semua perhitungan yang dicantumkan meninjau sebelah potongan
batang struktur.

Bagian batang AC Bagian batang CD


DA = VA = 2.45 ton DC = VA-P1v
DC = DA = 2.45 ton = 2.45 – 2.5*Sin 45o
.... = 0.68 ton
DD = DC = 0.68 ton
Bagian Batang DE Bagian Batang EB
DD = VA-P1v-P2 DE = VA-P1v-P2-P3v
=2.45–2.5*Sin 45o-2 =2.45–2.5*Sin 45o-2-1*Sin 30o
= - 1.32 ton = - 1.82 ton
DE = DD = -1.32 ton DB1 = DD = -1.82 ton
DB2 = DB1+VB = - 1.82 + 1.82 = 0

Dari penyelesaian cara grafis maupun analitis diperoleh bahwa gaya


lintang maksimum pada batang berada pada bagian batang A – C = VA = 2.45
ton. Besaran gaya lintang inilah yang akan diperhitungkan untuk kekuatan
dudukan struktur dan batang atau untuk keperluan sambungan pada batang
struktur.

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 28


Diagram Momen (M)

Besaran momen yang terjadi di sepanjang batang dengan jarak x sebesar


Mx di masing-masing titik tinjauan dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Bagian batang AC Bagian batang CD
Mx = VA*x Mx = VA*x-P1v*(x-2)
MA = 0 MC = VA.2 = 2.45*2
MC = VA*2 = 2.45*2 = 4.9 ton.meter
= 4.90 ton.meter MD = VA*4-P1v*(4-2)
= 2.45*4-2.5*Sin 45o
*2
= 6.26 ton meter
Bagian Batang DE Bagian Batang DB
MX = VA*x-P1v*(x-2) MX = VA*x-P1v*(x-2)-P2*(x-4)-P3v*(x-6)
-P2*(x-4) ME =2.45*6–2.5*Sin 45o
*(6-2)
MD =2.45*4–2.5*Sin 45o
*(4-2) -2*(6-4) = 3.63 ton.meter
= 6.32 ton.meter MB = 2.45*8–2.5*Sin 45o
*(8-2)
ME =2.45*6–2.5*Sin 45o
*(6-2) -2*(8-4)-P3*Sin 30o*(8-6)
-2*(6-4) ..... = 0
= 3.63 ton meter
Dari penyelesaian grafis maupun analitis didapatkan bahwa momen
maksimum terjadi di titik D (tengah bentang batang) MD = 6.32 ton meter.
Momen maksimum inilah yang akan diperhitungkan untuk perancangan
batang struktur akibat momen lentur.
Diagram Gaya Normal (N)

Gaya miring P1 dan P3 memberikan gaya normal pada batang struktur


sebesar masing-masing P1H = Cos 45° (kekanan) dan P3H = P3 Cos 30°
(kekiri). Besar gaya normal di tiap bagian batang dihitung sebagai berikut.

H=0
HA+P1H
HA+2.5
HA = - 2
= -.9

Bagian batang AC Bagian batang CE Bagian Batang EB


NA = HA = 0.90 ton (+ / NC = HA-P1H NE = HA-P1H-P3H
Tarik)
NC = HA = 0.90-2.5*Cos 45o = 0.90-2.5*Cos 45o-1*Cos 30o
.... = -0.87 ton (- / Tekan =0

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 29


6. Balok Dua Dudukan dengan Beban Terbagi Rata

Penentuan komponen reaksi dan gaya dalam pada struktur balok dua
dudukan dengan beban terbagi merata pada soal pada gambar 3.37.
Menentukan komponen reaksi
Untuk menentukan komponen reaksi di tiap dudukan berlaku persamaan
kestabilan M = 0 dan V = 0 atau P + R = 0 di kedua dudukan struktur tersebut.

Di dudukan A Di dudukan B
MA = 0 MB = 0
q*L*1/2*L-VB*L = 0 -q*L*1/2*L+VA*L = 0
VB = ½*q*L= ½*1.5*8 = 6 ton VA = ½*q*L= ½*1.5*8 = 6 ton

Gambar 19. Balok dua dudukan dengan beban terbagi rata

Gaya Lintang D dan Momen M


Besaran Gaya lintang dan momen lentur M di sepanjang batang
dengan jarak x sebesar masing-masing Dx dan Mx dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 30


Gaya Lintang D Momen Lentur M
Persamaan Dx = VA-qx Persamaan: Mx = VA*x-(q*x)*(1/2*x) DA = VA (+ / positif) = +6
2
ton = VA*x-1/2*q*x
DC = VA-1/2*q*L = 6-1/2*1.5*8 = 0 ton MA = 0
2
DB1 = VA-q*L = 6-1.5*8 = -6 ton MC = 6*4-1/2*1.5*4 = 12 ton meter
x=4m
DB2 = VA-q*L+VB = 6-1.5*8+6 = 0 ton MB = 0

Sebagaimana ditunjukkan di atas, persamaan momen merupakan


persamaan berpangkat 2/persamaan kuadrat. Karenanya diagram momen
merupakan diagram garis lengkung/parabolik. Letak momen maksimun
dapat diperoleh dari persamaan diferensial dMx/dx atau Dx = 0

dMx/dx = 0
VA-q*x = 0
X = VA/q = 6/1.5 = 4 m (dari A)

Dengan begitu Momen Maksimum dari persamaan Mx = VA*x-1/2*q*x2


Dicapai jika x = 4 m dan dapat
dihitung sebagai berikut.

M maks = VA*4-1/2*1.5*42 = 24 – 12 = 12 ton meter

7. Balok di atas Dua Dudukan dengan Beban Terbagi Segitiga

Untuk menyelesaikan persoalan balok di atas dua dudukan dengan


beban terbagi segitiga pada prinsipnya hampir sama dengan beban terbagi
segitiga pada konsol. Jika besaran beban maksimum terbagi segitiga
tersebut sebesar q ton/meter, maka muatan terbagi sepanjang x dapat
ditentukan sebesar qx = x/L*q.
Dengan memperhatikan titik berat segitiga, penyelesaian untuk contoh
soal pada Gambar 3.38 dapat dikemukakan sebagai berikut.
Besaran Komponen Reaksi.
Di dudukan A Di dudukan B
MA = 0 MB = 0
q*L/2*1/3*L-VB*L = 0 -q*L/2*2/3*L+VA*L = 0
2 2
VB = 1/6*q*L /L= 1/6*q*L VA = 1/3*q*L /L=1/3*q*6
VB = 1/6*1.5*6 = 1.5 ton VA = 3 ton

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 31


Gambar 20. Contoh soal balok dua dudukan dengan beban segitiga.

Gaya Lintang D dan Momen M


Besaran Gaya lintang D dan momen lentur M di sepanjang batang dengan

Gaya Lintang D Momen Lentur M


jarak x dari B dihitung sebagai berikut.
Persamaan Dx = VB-q*x/2 = VB-Persamaan: Mx = VB*x-(x/L*q*x/2)*(1/3*x)
x
3
(x/L*q)*x/2 = VB*x-1/6*q*x
2
/L = VB-1/2*q*x
/L MA = 0
3
DB = VB = 1.5 ton (+ / positif) M= 6*4-1/6*1.5*4 /6 = 3.33 ton meter
x=4m
2
D = VB-1/2*q*(4) /6 = -0.5 ton
x=4
Momen Maksimum
Momen maksimum diperoleh jika turunan pertama dMx/dx dari persamaan Mx
=0,

2
dMx/dx = VB-1/2*q*x
/L
2
0 = 1.5-1/2*1.5*x
/6
2
X = 2*L
X = 2L
3
M maks = VB*2*L -1/6*q*(2*L ) /L, dimana VB = 1/6*q*L
3
= (1/6*q*L)*(2*L)- 1/6*q*(2*L ) /L
2
= 0.0642*q*L

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 32


8. Balok Dua Dudukan dengan Beban Trapesium

Penentuan komponen reaksi dan gaya dalam pada struktur balok


dua dudukan dengan beban trapesium seperti pada Gambar 3.19 dapat
diselesaikan dengan menggunakan prinsip penyelesaian beban terbagi
rata dan beban segitiga.

Gambar 21. Balok 2 tumpuan dengan beban trapesium

Menentukan komponen reaksi


Untuk menentukan komponen reaksi di tiap dudukan dengan beban
simetris dapat dihitung sebagai berikut.

Reaksi dudukan A = reaksi dudukan B


R = q*b+q*a
RA = RB = ½* q*(b+a)
MC = (RA*a)-q*a/2*(1/3*a)
MC = ½* q (b+a)*a-q*a/2*(1/3*a)
2
M maks = Mc+1/8*q*b

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 33


9. Balok Dua Dudukan Beban Gabungan

Penyelesaian beban gabungan dari suatu atau lebih macam gaya,


dapat diselesaikan secara terpisah berdasarkan jenis beban dan
selanjutnya dilakukan superposisi. Cara superposisi prinsipnya adalah
menjumlahkan gaya yang timbul akibat masing-masing jenis beban.
Perhatikan contoh soal seperti pada Gambar

Gambar Balok dua dudukan dengan beban gabungan

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 34


Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 35

Anda mungkin juga menyukai