( BMR)
Dosen Pengampu: Yanti Yandri Kusuma,SE,M.Pd
Oleh :
Putri Rahmaani
1986206060
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah, dan teman teman
seperjuangan yangtelah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................ii
Pendahuluan........................................................................................................iv
BAB I : Pendahuluan..........................................................................................1
A. Suku,sejarah,bahasa melayu......................................................................1
1. Pengertian suku...................................................................................1
2. Sejarah ................................................................................................1
3. Sejarah bahasa melayu........................................................................2
A. Pakaian harian...........................................................................................3
B. Pakaian resmi.............................................................................................4
C. Pakaian upacara adat.................................................................................5
D. Upacara perkawinan..................................................................................6
BAB IV : ............................................................................................................9
A. Filosofi pakaian........................................................................................9
B. Fungsi pakaian..........................................................................................10
A. Pakian anak................................................................................................14
B. Pakian dewasa............................................................................................15
ii
BAB VII................................................................................................................23
BAB IX.................................................................................................................30
A. Pegertian batobo...........................................................................................43
iii
PENDAHULUAN
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan di wariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakain, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merpakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari. Pada hakikatnya setiap orang berbudaya dan
memiliki kebudayaannya sendiri. Di Indonesia seperti yang kita ketehui
memiliki beragam kebudayaan disetiap daerahnya. Setiap orang yang
berbudaya pasti menunjukan siapa jati dirinya bahwa dari mana dia berasal.
Jelas bahwa budaya menunjukan siapa seseorang sebenarnya dihadapan
orang lain, dan setiapnya memiliki ciri khas masing-masing. Disamping
adanya sebuah kebudayaan di setiap daerah, yang mana menunjukan ciri
khas bagi diri sendiri, di setiap daerah pastinya ada sebuah sejarah tersimpan
yang akan menjadi ciri khas daerah tersebut. Negara kita sendiri, Indonesia,
menyimpan sejarah yang menjadikan Indonesia memiliki ciri khas sendiri,
begitu juga dengan-dengan daerah-daerahnya. Dari Sabang sampai Merauke
pastinya semua daerah memiliki sebuah sejarah yang mana akan
menunjukan sebuah ciri khas. Didalam makalah ini, penulis akan berusaha
menjelaskan mengenai salah satu kebudayan dan sejarah yang ada di
Indonesia yakni Kebudayaan melayu dan Sejarah Melayu.
iv
v
BAB I
PEMBAHASAN
1
2. Sejarah
Nama "Malayu" berasal dari Kerajaan Malayu yang pernah ada di
kawasan Sungai Batang Hari, Jambi. Dalam perkembangannya,
Kerajaan Melayu akhirnya takluk dan menjadi bawahan Kerajaan
Sriwijaya. Pemakaian istilah Melayu-pun meluas hingga ke luar
Sumatra, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang
berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung
Malaya.
Berdasarkan prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu
telah berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta
membawa adat budaya dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut.
Bahasa Melayu akhirnya menjadi lingua
franca menggantikan Bahasa Sanskerta Era kejayaan Sriwijaya
merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada
masa wangsa Sailendra di Jawa, kemudian dilanjutkan oleh
kerajaan Dharmasraya sampai pada abad ke-14, dan terus
berkembang pada masa Kesultanan Malaka sebelum kerajaan ini
ditaklukan oleh kekuatan tentara Portugis pada tahun 1511.
Masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-12, diserap
baik-baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di
kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak
pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu. Di antara kerajaan-
kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan
Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, Kesultanan
Langkat, Kesultanan Deli, dan Kesultanan Siak, bahkan kerajaan
Karo Aru pun memiliki raja dengan gelar Melayu. Kedatangan
Eropa telah menyebabkan orang Melayu tersebar ke seluruh
Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka
banyak memiliki kedudukan dalam suatu kerajaan, seperti
syahbandar, ulama, dan hakim.
Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan
Nusantara mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu.
Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak
masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional
di Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
2
3.Sejarah bahasa melayu
3
BAB 2
1. Pakaian Anak-anak
2. Pakaian Dewasa
4
3. Pakaian Orangtua
B. Pakaian Resmi
5
C. Pakaian Upacara Adat
Upacara yang pada zaman dulu diadakan oleh pihak kerajaan yang ada di
Riau, kini dilanjutkan oleh Lembaga Adat Melayu Riau atau oleh
pemerintah daerah.Beberapa upacara tersebut seperti upacara penobatan raja,
upacara pelantikan, upacara penyambutan tamu, upacara penerimaan
anugerah, dan lain sebagainya.Pakaian tradisional yang dipakai pada saat
upacara adat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pakaian untuk perempuan
dan pakaian untuk laki-laki.
Pakaian upacara untuk perempuan yang masih gadis berbeda dengan
pakaian untuk perempuan penikah.Jenis pakaian yang dipakai untuk
perempuan tua adalah Baju Kurung Tulang Belut.Sedangkan untuk
perempuan setengah baya dan gadis adalah Baju Kebaya Laboh Cekak
Musang berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutra.Warna hitam pada
pakaian ini hanya dipakai pada waktu upacara adat penobatan raja, menteri,
atau datuk. Sedangkan untuk upacara adat yang lain, semisal upacara
penerimaan tamu agung atau pun upacara penerimaan anugerah, para
perempuan memakai baju berwarna kuning.
Selain memakai baju kurung dan kebaya, perempuan Melayu yang
menghadiri upacara adat juga memakai sanggul. Sanggul tersebut berbentuk
sanggul joget, sanggul lipat pandan yang berhiaskan bunga goyang di
atasnya.Di sebelah kanan sanggul dihiasi jurai panjang dan di sebelah kiri
dihiasi jurai pendek.
6
D. Pakaian Upacara Perkawinan
Baju pengantin laki-laki Melayu adalah Baju Kurung Cekak Musang atau
Baju Kurung Teluk Belanga.Untuk daerah Limo Koto Kampar baju
pengantin laki-laki berbentuk jubah yang terbuat dari kain beludru.Baju
Kurung Teluk Belanga terbuat dari bahan tenunan Siak, Indragiri, Daek,
maupun Trengganu dengan warna merah, biru, kuning, dan hitam. Selain
Baju Kurung Cekak Musang, pakaian pengantin laki-laki adalah kain
samping motif yang serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk
mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang
berbelit dua dikalungkan di leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepatu
runcing di bagian depan, dan keris hulu burung serindit pendek yang
diselipkan di sebelah kiri.
Busana yang dikenakan pengantin perempuan berbeda-beda, tergantung
jenis upacara adatnya.Pengantin perempuan pada upacara Malam Berinai
memakai Baju Kurung Teluk Belanga.Sedangkan saat Upacara Barandam,
pengantin perempuan memakai Baju Kurung Kebaya Laboh atau Kebaya
Pendek.Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-
bunga.Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju
Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk.Kemudian untuk pakaian pada
waktu upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk
Belanga.
7
BAB 3
Busana adat Melayu Riau yang pertama adalah pakaian yang digunakan oleh
kaum pria dewasa suku Melayu Riau yaitu baju Kurung Teluk Belanga. Desain
baju yang sederhana dengan satu jenis warna (biasanya berwarna yang tidak
mencolok) dengan betuk kerah melingkar dan hanya memiliki satu kancing di
bagian kerahnya. Berbahan dasar berupa kain satin dan memiliki lengan panjang,
pakaian adat ini juga dilengkapi dengan tiga buah saku di bagian dada sebelah kiri
dan di bagian bawah kanan dan kiri.
8
2. Baju Kurung Tulang Belut
Untuk kaum wanita suku Melayu Riau, busana adat yang sering digunakan adalah
Baju Kurung Tulang Belut. Memiliki warna yang lebih kalem dan tidak terlalu
mencolok ditambah desai yang sederhana menjadikan pakaian adat ini sering
digunakan oleh kaum wanita Suku Melayu Riau yang sudah lanjut usia.
Sama halnya dengan baju Kurung Teluk Belanga, baju adat inii juga memiliki
desain kerah yang melingkar dan memiliki satu kancing namun tidak terdapat
kantung di bagian atas pakaiannya. Pakaian adat ini bisa dilengkapi dengan
pemakaian bawahan selendang panjang bermotif dan kerudung di bagian kepala.
9
3. Baju Kebaya Labuh
Masih membahas mengenai pakaian adat yang sering digunakan oleh wanita Suku
Melayu Riau, Baju Kebaya Labuh adalah salah satunya. Berbahan dasar dari kain
sutera, menjadikan pakaian adat ini sebagai busana yang istimewa dan cantik.
Seiring dengan perkembangan zaman, pakaian ini juga sudah dimodifikasi dan
masih sering digunakan untuk acara-acara tertentu.
Pada dasarnya, baju ini berbentuk baju terusan panjang namun pada bagian paling
bawah kebaya berbentuk agak melebar sehingga baju membentuk seperti labu.
Baju Kebaya Labuh biasanya dipakai oleh remaja gadis hingga wanita dewasa
Suku Melayu Riau.
10
4. Baju Kurung Cekak Musang
Seperti halnya desain dari Baju Kurung Teluk Belanga, Baju Kurung Cekak
Musang juga sering digunakan oleh kaum pria Suku Melayu Riau. Hal yang
membedakan keduanya hanya terletak pada bagian kerah baju, baju kurung ini
memiliki kerah yang tegap sedangkan pada baju Kurung Teluk Belangan
berbentuk melingkar. Busana adat Melayu Riau modern ini dipadukan dengan
celana panjang dan dapat dilengkapi dengan aksesoris seperti kopiah hitam.
11
5. Kebaya Pendek
Ajaran Islam sangatlah kental terasa pada suku Melayu Riau, hal ini juga yang
mempengaruhi desain budaya adatnya. Salah satunya adalah Baju Kebaya Pendek
merupakan pakaian yang sering dipakai oleh kaum wanita Suku Melayu Riau di
kehidupan sehari-hari. Kain katun adalah bahan dasar pembuatan baju Kebaya
Pendek ini dan juga dilengkapi oleh payet-payet sebagai hiasan.
12
6. Baju Monyet
Untuk anak-anak Suku Melayu Riau, busana adatnya adalah baju monyet anak.
Desain pakaiannya tidak jauh berbeda dengan Baju Kurung Teluk Belanga yang
terdiri dari baju lengan dan celana panjang yang dilengkapi dengan sarung
bermotif pada celana bagian atas dan juga kopiah di kepala.
13
BAB 4
Pakain Adat Melayu Riau ini adalah pakaian tradisional Riau, walaupun
ada beberapa macam-macam namun hanya satu pakaian adat untuk daerah Riau,
yaitu Pakaian Adat Melayu Riau.
Nilai Filosofi, Makna Pakaian Melayu Riau terletak pada Suatu karya seni
disebut indah apabila pertama dibuat dengan baik dan kedua mempunyai makna.
sebagai suatu hasil kebudayaan, Baju Melayu Kepulauan Riau idealnya hendaklah
molek dilihat dari jauh dan molek pula dipandang dari dekat, indah menurut
pemandangan mata dan hati, dibuat dengan baik dan mempunyai makna-makna
yang terkandung dalam lambang-lambang.
Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan
pelindung tubuh dari panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang.
Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi
oleh masyarakatnya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya.
”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga
pakaian berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu
juga dikaitkan dengan fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian
sebagai penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak bala.
Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju
melayu cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa
digunakan pada acara-acara keluarga seperti kenduri.
Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-
hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu
teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan penutup kepala atau
songkok. Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung,
yang terdiri atas kain, baju dan selendang. Selendang dipakai dengan lepas di
bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh,
ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.
14
Panjang lengan baju kira-kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga
gelang yang dikenakan kaum perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira
tiga jari dari permukaan lengan. Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis
atau sedikit ke atas.
1. Fungsi Budaya
2. Fungsi Estetik
3. Fungsi Religius
15
mengandung makna ketakwaan terhadap Tuhan. Fungsi religius
busana Melayu di daerah Riau juga muncul di berbagai media yang
mereka gunakan untuk upacara, misalnya adanya kelengkapan tepung
tawar.Fungsi Sosial
4. Fungsi Simbolik
1. Nilai Tradisi
3. Nilai Sosial
16
Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi penanda status
seseorang. Selain itu, lewat nilai-nilai yang dikandungnya, pakaian
Melayu juga bermakna sebagai media untuk menyatukan masyarakat.
Nilai-nilai sosial itu muncul karena dalam pakaian tradisional tersebut
tersemat makna-makna tertentu yang dinilai dan ditafsirkan oleh
masyarakatnya.
BAB 5
A. Pakaian Harian
Yang dimaksud dengan pakaian harian adalah pakaian yang dipakai oleh
orang Melayu setiap harinya, baik masa kanak-kanak, remaja, orang
setengah baya maupun orang tua. Pakaian harian ini dipakai untuk
melaksanakan kegiatan harian, baik untuk bermain, ke ladang, ke laut, di
rumah maupun kegiatan dalam kehidupan di masyarakat.
17
Fungsi kain semasa anak-anak ini adalah untuk belajar Al Quran dan
kegiatan keagamaan seperti sholat dan lain-lain. Anak-anak perempuan yang
belum akhil baligh mereka memakai baju kurung teluk belanga yang
biasanya satu stel dengan kainnya, mereka bermain disekitar rumah, bermain
galah panjang, main jengket, atau bermain pondok-pondokan. Kalau sudah
penat, dia bermain congklak ataupun serimbang. Kalau dia di mesjid belajar
membaca Al Quran serta belajar sopan santun dan adat istiadat serta tingkah
laku yang baik dan sopan terhadap orang tua, datuk dan neneknya.
Untuk anak laki-laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya bekerja
mencari nafkah, pakai baju Teluk Belanga Belah atau baju kurung Cekak
Musang, memakai kain samping, ikat kepala atau berkopiah. Kalau pergi ke
laut atau ke ladang sering memakai celana setengah lutut dengan lengan
yang agak sempit supaya mudah
Kain samping tetap dipakai terutama menjaga kesopanan dan aib dari orang
dan digunakan untuk sholat ataupun bertamu menghadapi orang tua-tua serta
dapat dipergunakan untuk mempertahankan diri. Pakaian harian untuk anak
laki-laki dewasa sering dipakai untuk belajar ilmu silat guna
mempertahankan diri dan berkesenian; belajar zapin, membuat kelompok
Mayong, sandiwara, bangsawan, dll.
Anak perempuan yang baligh harus mengenal adat istiadat yang kita sebut
adat Melayu, Jadi dia sebagai perempuan Melayu harus tahu sopan santun
dan berbudi baik dengan mengenal:
Beradat istiadat Melayu, beragama Islam, berbahasa Melayu. Tiga unsur ini
bagi anak perempuan sudah mulai ditanamkan semenjak kecil serta tata cara
berpakaian sudah ditunjuk ajarkan sedini mungkin, sehingga dia merupakan
idaman dari pihak laki-laki.
Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung,
baju Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung
18
ini adalah kain Sarung Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup kepala berupa
selendang dan ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila
keluar rumah. Kain Tudung Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain
pelekat.
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk
Belanga Bertulang Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian
harian baju ini terbuat dari bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk
baju agak longgar.
Baju Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar
digunakan untuk sholat dan bertamu ke tetangga.
Untuk kaum perempuan baju Kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh,
baju Kebaya Pendek.
Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung Cekak
Musang, celana setengah lutut untuk anak laki-laki.
19
capal.
Adapun bahan baju Melayu itu sebaiknya dari bahan kain sutra atau bahan-
bahan yang bagus seperti satin, atau bahan lainnya yang berkualitas.
Warna baju dengan warna celana harus sewarna. Dulunya pada zaman
erajaan Melayu pada masa jayanya, tidak dibenarkan memakai warna
kuning, karena warna kuning adalah warna kerajaan dan yang berhak
memakai warna kuning adalah Sultan. Untuk para Datuk dan Orang Besar
Kerajaan dalam upacara resmi sering memakai warna hitam, sedangkan
warna kain boleh bebas kecuali warna kuning dan tidak dibolehkan memakai
baju hitam berkain hitam, pakaian demikian adalah hak pemimpin yaitu Raja
(Sultan). Sedangkan pakaian untuk orang lain boleh memakai warna apa saja
sesuai dengan kemampuan dan kemauannya juga selera, asalkan tertib cara
memakainya.
Cara berpakaian baju Melayu orang laki-laki adalah baju Melayu Cekak
Musang yaitu leher berkerah setinggi 2 cm yang dalamnya dilapisi kain
keras supaya kerah Cekak Musangnya kelihatan lebih rapi. Pada leher
dipasang dua buah butang baju, dan 3 buah butang baju dibagian depan
keras lebih kurang 22 cm dari leher ke dada.
20
Perlengkapan lain memakai baju Melayu Cekak Musang adalah kopiah hitam dan
tidak memakai apa-apa di kopiah. Pada kopiah adakalanya dipakai kain putih
yang dibelitkan di kopiah pada upacara meninggalnya atau (mangkat) seorang
Sultan atau Pemimpin Negeri. Kain yang dipakai untuk mengikuti upacara resmi
ini adalah kain samping yang terpilih, seperti: tenunan Siak, tenunan Trenggano,
tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.
Sistem memakai kain samping ini diikat di samping pinggang yang disebut ikat
kain dagang dalam, karena baju terletak diluar kain disebut ikat kain dagang luar.
Mengikat kain tidak boleh sembarangan karena sudah ada ketentuannya antara
lain: tinggi kain bagi orang dewasa hanya setinggi lutut, sedangkan orang sudah
berumur, tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Kalau orang sudah lanjut usia
umumnya memakai kain sering jauh dibawah lutut.
(ii) Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju
kurung Teluk Belanga dan baju Kebaya Laboh. Bahan baju ini dibuat dari bahan
sutra, satin atau bahan brokat serta bahan yang bagus lainnya tergantung dengan
kemampuan si pemakai. Persyaratan baju Melayu kaum perempuan ini karena dia
disebut Baju Kurung maka jelas baju ini mengurung bagian aurat di badan agar
tidak kelihatan, tidak terlalu sempit, tidak terlalu tipis yang memperlihatkan kulit
badan.
Untuk kain yang dipakai adalah kain tenunan atau kain pilihan, seperti: kain tenun
Siak, tenunan Indragiri, tenunan Daek atau kain tenunan lain yang bercorak
Melayu.
Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju adalah 3 jari
diatas lutut sedangkan orang tua 3 jari dibawah lutut. Untuk pemakaian kain
adalah dengan cara kepala kain diletakkan di muka.
Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget,
sanggul Lintang atau sanggul Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala
ditutup dengan kain tudung yang seharusnya tidak kelihatan rambut. Kain tudung
untuk pakaian resmi dan setengah resmi ini adalah kain selendang anjang dan
sekarang ini kaum wanita yang Islam umumnya menggunakan jilbab.
Memakai perhiasan didada sesuai dengan kemampuan sipemakai. Untuk alas kaki
dipakai kasut yang dipilih sesuai selera, tidak memakai sendal jepit sebaiknya
pakailah kasut yang memakai hak rendah atau hak tinggi. Warna yang dipakai
dapat dipilih sesuai dengan selera dan juga disesuaikan dengan suasana waktu
siang atau malam, agi atau sore.
21
- Upacara pemberian gelar,
- Upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan,
- Upacara menjunjung duli,
- Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati,
- Upacara adat menerima anugerah dan persembahan dari rakyat atau dari negara
lain yang bersahabat.
Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang
diatur oleh Pemerintah atau Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang
dipakai untuk upacara adat adalah warna hitam, berkain samping sesuai dengan
tingkat derajatnya, stelan kuning dan stelan hitam adalah kain yang dipakai
untuk Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara adat memakai
tanjak hitam, demikian juga kalau memakai warna kuning harus seluruhnya
berwarna kuning pula.
Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju berwarna
hitam berkain samping apa saja warnanya sesuai dengan seleranya, itulah
sebagai pertanda perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.
Kepala memakai tudung Mente dan memakai tudung Kain Lingkup. Tudung
Kain Lingkup apabila masuk ke ruangan kain Tudung Lingkup dilipatkan
dipinggang kemudian dijepit dipinggang.
Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar adalah warna
hitam stelan dan berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain.
Warna kuning hanya dipakai oleh Sultan dan Permaisuri atau Pimpinan
Tertinggi di daerahnya.
22
adalah baju kurung Cekak Musang, tidak dipakai baju kurung Teluk Belanga.
Warna pakaian adat kaum lelaki berwarna hitam dari bahan saten atau bahan
sutera dilengkapi dengan perlengkaan sebagai berikut:
Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang berwarna
kuning atau hitam satu stel baju, celana dan kain samping. Stelan baju penuh
dengan taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen yang ditenun khusus.
Sultan memakai tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang
Menyongsong Angin serta bertingkat 3 atau 5.
Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang panjang,
biasanya keris yang anjang dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya.
Pakaian adat dipakai pada upacara adat seperti penobatan Raja-Raja, emberian
gelar, penyambutan tamu agung, musyawarah besar adat dan upacara adat yang
digelar oleh Kerajaan atau Pemerintah.
Yang memakai selempang dari kanan ke kiri adalah Sultan berwarna kuning,
sedangkan para pengawal memakai warna merah diujung lengan dan bengkung
serta ikat kepala berwarna merah. Kecuali para pengawal yang mendampingi
Sultan kemana saja adalah Hulubalang yang tangguh memakai pakaian hitam
berkain samping kain Lejo dan memakai bengkung warna kuning dan memakai
les merah.
23
kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima
Koto Kampar baju pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang
hingga kebawah menutup mata kaki.
Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari
rumah ayah dan bundanya menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk
mengikuti acara akad nikah dan acara lainnya pengantin laki-laki memakai baju
kurung Cekak Musang yang lengkap dengan memakai kopiah, kadang-kadang
kopiah dihias dengan permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan orang
Bangsawan memakai lambang Kerajaan.
Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan memakai akaian
Melayu harian; Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk
Belanga. Rambut disanggul dengan sanggul Lipat Pandan atau sanggul Siput
Jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan
bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu romanya, dan
dihias bulu keningnya. Setelah berandam dimandikan dengan air tujuh bunga
24
serta memakai kain kemban didada.
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga
atau baju kurung Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai
tudung Mente. Sedangkan dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat, pakai
Pending, pakai Sebai dikanan dan duduk dikamar pengantin.
Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang
memakai pending emas, dijari pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari
dan dijari kelingking (kedua belah jarinya). Kaki dipakai sepatu tertutup jari
berwarna sesuai dengan kehendak pengantin berhak sedang yang disebut selepa.
Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju kurung Teluk Belanga, baju
Kebaya Laboh atau baju Kebaya Pendek yang dibuat khusus untuk upacara
mandi damai. Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk menyatakan
syukur bahwa pengantin telah bersatu.
Bagi Pembesar Agama seperti Qodhi, Imam Mesjid memakai jubah berwarna
hitam, panjang jubah sampai dimata kaki, kepala memakai terbus dan dibelit
dengan kain tipis berwarna putih, biasanya dibuat berwarna merah. Bilal
:biasanya memakai jubah berwarna hijau lumut disebelah luarnya sedangkan
didalam tetap memakai baju kurung Cekak Musang dan juga memakai terbus
dibalut kain putih tipis. Gharin Mesjid memakai baju Melayu Dagang Luar
dengan memakai kopiah hitam atau kopiah haji dan memakai kain samping
pelekat.
25
Musang atau baju Melayu Teluk Belanga, yang disebut baju Melayu Dagang
Dalam.
- Untuk pergi sholat Jum’at biasanya boleh memakai baju Melayu harian atau
baju Melayu Dagang Luar dengan memakai kain samping kain pelekat dan
pakai kopiah, pada umumnya kalau sudah pernah menunaikan ibadah haji bisa
memakai kopiah haji.
BAB 6
ADAT-ADAT MELAYU
26
Salah satu simbol suku Melayu di Medan adalah Istana Maimun, kemudian
masjid Raya Al Ma’sum.Ada banyak adat istiadat pada suku Melayu yang
wajib kita ketahui sebagai anak bangsa yang cinta akan budaya
27
3. Tradisi Pakaian Melayu
Ada ungkapan adat Melayu yang mengatakan: “adat memakai pada
yang sesuai, adat duduk pada yang elok, adat berdiri tahukan diri”.
Ungkapan tersebut mengandung makna yang sangat dalam, yang intinya
memberi petunjuk, bahwa setiap manusia di haruskan untuk meletakkan
sesuatu pada tempatnya, berperilaku menurut alur dan tempatnya.
Menurut adat Suku Melayu, di dalam hal berpakaian hendaknya
mengacu kepada asas “sesuai” yakni sesuai pakaiannya, sesuai yang
memakainya, sesuai cara memakainya, sesuai tempat memakainya, sesuai
pula menurut ketentuan adat yang diberlakukan dalam hal ini ihwal
berpakaian.
menyebabkan orang-orang Melayu selalu memilih pakaian yang
sesuai dengan diri dan kedudukannya, berusaha memakai pakaian dengan
baik dan benar, dan berusaha agar tidak melanggar segala “pantang larang”
dalam berpakaian dan berusaha pula untuk menunjukkan perilaku terpuji
dalam kehidupan sehari-harinya.
4. Tradisi Kematian
Proses yang dilakukan oleh pihak keluarga akan menyampaikan
peristiwa kematian ini kepada tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah,
serta tetangga sekitar secara beranting. Selain itu, alat komunikasi
tradisional yang bernama Bedug di langgar dan di masjid juga dibunyikan
dengan nada yang khas di telinga. Saat mendengar bedug dengan nada khas
tersebut, masyarakat dengan sendirinya akan mafhum bahwa salah satu
anggota masyarakat ada yang meninggal dunia. Ketika orang-orang Melayu
mengetahui salah satu anggota masyarakatnya meninggal dunia, mereka pun
akan menghentikan semua aktivitas yang sedang dilakukan untuk sesegera
mungkin melayat.
28
ada juga yang datang hanya untuk menunjukkan ikut berbela sungkawa, dan
selanjutnya duduk-duduk bersama pelayat lainnya sambil menunggu waktu
pelaksanaan penguburan. Biasanya, acara penguburan akan dilaksanakan
setelah tengah hari, yaitu antara pukul 14.00 sampai 16.00.
5. Tradisi Perkawinan
Sudah menjadi sunatullah, bahwa pria dan wanita diciptakan oleh
Allah Swt untuk melakukan pernikahan. Selain melaksanakan kehidupan
sesuai dengan ajaran agama Islam, ada tradisi umum yang di terapkan
pada suku Melayu ketika melangsungkan pernikahan.Khusus wanita
Melayu, sebelum menikah, calon pengantin dilarang berpergian kecuali
mendapat izin dari orang tua nya. 1 (satu) minggu sebelum menikah
dilarang keras berpergian dan juga 3 (tiga) hari sebelum menikah juga
dilarang bepergian. Biasanya jika aturan itu dilanggar, maka akan
berakibat fatal.
29
BAB 7
Olahan dengan bahan dasar ikan ini cukup popular di Pekanbaru. Bagi anda
yang belum mengetahuinya, asam pedas ikan baung ini merupakan makanan
yang lahir karena adanya pengaruh yang sebelumnya dibawa oleh orang
Melayu yang ada si Sumatera. Menu dengan bahan dasar ikan laut ini bisa
menjadi salah satu alternatif bagi kamu yang mungkin sudah pernah
mencicipi gulai ikan patin.
Ikan baung ini hadir dengan tekstur daging yang lembut serta tidak memiliki
duri dan dan warnanya putih terang. Jika dibandingkan dengan jenis ikan
patin, ikan baung ini lebih cocok jika dijadikan sebagai gulai.
30
2. Gulai Ikan Patin Melayu
Masih dengan jenis makanan dari ikan, gulai ikan patin menjadi salah satu
menu makan yang cukup fenomenal yang ada di Pekanbaru. Bagaimana tidak
menjadi fenomenal rasa ikan yang dihasilkan sangat nikmat serta bisa
menggoyang lidah siapa saja yang menikmatinya. Anda bisa menemukan
gulai ikan patin ini dengan mudah manakala sedang jalan-jalan ke Pekanbaru.
Gulai ikan patin ini memiliki kuah berwarna kuning pekat yang akan direndam
dalam potongan ikan patin berukuran besar, masyarakat Pekanbaru kerap
menyantapnya secara langsung namun juga ada yang mengonsumsi dengan
nasi hangat dan beberapa lauk pelengkap seperti pucuk daun ubi rebus.
Makanan khas Riau yang satu ini bisa ditemukan dibeberapa tempat seperti
Malaysia, Singapura bahkan hingga Brunai Darussalam. Nasi Lemak ini kerap
disantap sebagai menu sarapan oleh orang Melayu. Nasi Lemak merupakan
kuliner dari nasi yang dimasak dengan menggunakan santan kelapa serta daun
pandan guna memberikan rasa yang gurih serta aroma yang sedap.Nasi Lemak ini
biasanya disajikan dengan beberapa lauk pauk seperti ikan teri goreng, telur,
sambel, cabai hingga irisan mentimun.
31
Selain itu nasi Lemak juga kerap disajikan dengan beberapa lauk pendamping
seperti tahu, tempe hingga kacang tanah bahkan ada juga yang disajikan bersama
dengan cumi-cumi.
4. Mieso
Mieso ini juga menjadi salah satu ikon kuliner khas Pekanbaru yang bisa
ditemukan dengan mudah di beberapa tempat. Kuliner ini merupakan makanan
berkuah yang memiliki banyak isi seperti mie kuning, mie putih, suwiran ayam,
kulit ayam renyah hingga beberapa potongan ayam. Harga yang ditawarkan juga
cukup terjangkau yaitu sekitar Rp.15.000 untuk setiap porsinya.
Cuaca dingin kota Pekanbaru membuat kita ingin mengonsumsi makanan yang
hangat-hangat. Jika anda sedang berkunjung ke Pekanbaru dan butuh makanan
yang hangat maka bisa mengonsumsi Sup Tunjang. Bukan hanya membuat tubuh
hangat namun menyantap semangkuk sup tunjang serta nasi hangat dapat mengisi
perut yang sedang lapar.
Sup tunjang ini merupakan sup yang dibuat dengan menggunakan tulang kaki sapi
yang sudah dibalut dengan daging. Tulang sapi tersebut kemudian direndam pada
kuah bening warna kuning dengan beberapa bahan pelengkap seperti irisan wortel,
tomat dan daun bawang.
32
BAB 8
33
Permainan Tradisional Masyarakat Melayu Riau
1.KELERENG
Kelereng dengan berbagai sinonim gundu, keneker, kelici, guli adalah bola kecil
dibuat dari tanah liat, marmer atau kaca untuk permainan anak-anak. Ukuran
kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke
ujung. Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya
yang estetik.
Cara Bermain:
Bentuk permainan yang biasa dimainkan adalah main porces. Cara permainannya
dengan menggambar segitiga sama kaki ditanah kemudian masing-masing pemain
meletakkan sebuah kelerengnya diatas gambaran segitiga tersebut. Buah pasangan
namanya, buah kelereng yang dipertaruhkan. Peserta, tergantung jumlah pemain.
Biasanya paling sedikit tiga pemain dan paling banyak idealnya enam pemain.
Kalau lebih dari itu dibuat dua kelompok. Permainan dimulai dengan cara masing-
masing pemain menggunakan sebuah kelereng sebagai gacoannya lalu melempar
buah pasangan tersebut dari jarak dua atau tiga meter .Pemain secara bergantian
melempar sesuai urutan berdasarkan hasil undian dengan adu sut jari tangan
Pelemparan gaco dilakukan dengan membidik dan melempar keras dengan
maksud mengenai buah pasangan atau agar hasil lemparan mendarat dilapangan
permainan terjauh.
Selanjutnya yang mengawali permainan adalah siapa yang berhasil mengenai
buah pasangan, dialah mendapat giliran pertama.. Kalau tidak ada yang mengenai
buah pasangan ,maka yang mulai bermain adalah gacoannya yang terjauh. Pemain
harus berusaha menghabiskan buah pasangan diporces pada saat giliran bermain.
Ada yang sekali giliran main sudah mampu menghabiskan semua buah pasangan.
Tanda dia pemain yang terampil. Berbagai taktik untuk menang dilakukan ,antara
34
lain kalau tidak mau memburu gacoan lawan , maka pilihannya adalah
menembakkan gacoan ketempat yang kosong untuk disembunyikan agar tidak
dapat dimatikan oleh lawan-lawan main. Pemain yang mampu menghabiskan
buah pasangan terakhir dilanjutkan berburu menembak gacoan lawan . Pemain
yang gacoannya kena tembak maka gacoannya mati ,selesailah permainannya
pada game tersebut.
2.PETAK UMPET
Petak umpet adalah sejenis permainan yang bisa dimainkan oleh minimal 2 orang,
namun jika semakin banyak akan semakin seru.
Cara Bermain:
35
“kucing” dianggap tidak pernah ditemukan, sehingga si “kucing” harus kembali
menghitung dan mengulang permainan dari awal.
Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama
ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.
3.Gasing
Gasing dibuat dari kayu , kayu tersebut dikikis hingga membentuk pipih , tali
gasing dibuat dari kulit kayu.. Tali Gasing umumnya memiliki panjang 1meter.
Gasing dimainkan dengan 2 cara, cara pertama disebut Gasing Pangkah , yaitu
dimainkan dengan melemparkannya supaya mengetuk gasing lawan, sedangkan
Gasing Uri dipertandingkan dengan menguji ketahanan gasing berputar. Di Riau
gasing dapat dijumpai di semua kabupaten dan kota, terutama di tempat yang
memiliki banyak hutan/kayu.
4.Galah Panjang
PEMAIN :
Pemain terdiri daripada regu iaitu tiap-tiap regu mestilah lingkungan 5-10 orang
pemain di dalam satu regu dan terdapat satu (1) pemain simpanan.
MASA :
36
Masa permainan bergantung kepada sepantas mana bilangan pemai dapat
merempuh atau melintasi halangan ke pihak lawan.
LOKASI BERMAIN :
Permainan ini dimainkan di atas gelanggang yang dilakar di atas tanah lapang dan
rata. Gelanggang yang dibuat mengandungi 2 lajur dan beberapa baris bergantung
kepada bilangan pemain. Contohnya jika pemain ada 10 orang, gelanggang yang
dibuat mengandungi 4 baris. Jika bilangan pemain sebanyak lapan orang,
gelanggang galah panjang mengandungi 3 baris.
CARA BERMAIN :
1. Gelanggang galah panjang di lakar diatas tanah yang lapang. Panjang dan lebar
bergantung kepada pelukis garisan dan bilangan pemain. Selalunya satu petak
galah panjang berukuran lebih kurang 2 meter x 1.5 meter.
5. Penjaga akan mejaga kawasannya agar pihak penempuh tidak melepasi garisan
yang dijaganya.
7. Kemenangan tercapai apabila orang yang telah melepasi garisan paling akhir
melepasi garisan permulaan. Dan permainan diteruskan sehingga ada pemain yang
ingin berhenti.
SYARAT PERMAINAN :
37
1. Jika penjaga gelanggang dapat menyentuh anak buah, maka anak buah akan
mati atau tamat gilirannya bermain dan dikehendaki keluar gelanggang.
2. Jika penjaga gelanggang menyentuh ketua, maka seluruh ahli penempuh akan
tamat giliran dan akan bertukar giliran antara penjaga dan penempuh.
5. Tali Merdeka
Tali Merdeka adalah salah satu jenis permainan tradisional yang berasal dari
daerah Riau. Anak-anak melayu yang dibesarkan di era 80 dan 90-an tentunya
sangat familiar dengan permainan ini. Permainan yang membutuhkan kekuatan
dan kelincahan fisik ini masih menjadi permainan favorit anak-anak perempuan
pada era tersebut. Inti dari permainan tali merdeka ini adalah melompati rentangan
tali karet dengan berbagai ketinggian yang diukur dari badan pemain yang
memegang rentangan tali.
Mengapa di sebut dengan permainan tali merdeka? Tidak ada catatan sejarah yang
bisa menjelaskan tentang asal muasal penamaan permainan ini. Jika dilihat dari
cara bermain, maka penamaan permainan ini bisa dikaitkan dengan cara
pemegang tali saat memegang tali pada ketinggian terakhir. Yaitu tali dipegang
dengan cara mengacungkan kepalan tangan setinggi mungkin di atas kepala
layaknya para pejuang yang sedang meneriakkan pekikan ‘merdeka’.
Permainan tali merdeka sebenarnya juga dikenal di berbagai daerah lain. Hanya
saja mungkin penamaan dan tata caranya sedikit berbeda. Di beberapa daerah
permainan ini dikenal dengan nama lompat tali, lompat tinggi, dan lainnya.
38
Idealnya permainan Tali merdeka dilakukan oleh 3-10 orang pemain. Namun, jika
tidak memungkinkan bisa juga dilakukan oleh dua orang pemain. Namun, untuk
bisa memainkan permainan ini hanya dengan dua orang pemain dibutuhkan tiang
sebagai alat bantu untuk mengikat salah satu ujung tali karet.
Permainan tali merdeka bisa dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Jika
dilakukan dalam kelompok, pemain dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok pertama sebagai pemegang karet dan kedua kelompok pelompat karet.
Inti dari permainan tali merdeka ini adalah melewati rentangan tali karet dengan
cara melompat. Jika pemain bisa melompati rentangan tali karet, maka ia boleh
terus menjadi pemain pelompat hingga ia gagal melewati rentangan tali karet. Jika
pemain gagal melompati rentangan karet, maka ia harus menggantikan posisi
pemain lain menjadi pemegang tali karet.
Bagaimana ukuran tinggi rentangan tali karet yang harus dilompati? Tinggi
rentangan tali karet dimulai dari bawah, kemudian terus dinaikkan mengikuti ruas-
ruas tertentu pada tubuh pemegang tali karet. Adapun tingkatan ketinggian
rentangan tali yang harus dilompati oleh pemain tali merdeka adalah:
39
BAB 9
40
pendidikan yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di luar
negeri.
41
membuat sejenis keranjang untuk mengangkut hasil pertanian yang bentuk
dan jenisnya beragam. Masyarakat Melayu juga menguasai cara membuat
perkakas yang dipakai sehari-hari. Cara ini masih ada dan berlanjut sampai
sekarang.
C. PERESUK
Peresuk adalah pentahapan jenis pekerjaan orang Melayu dalam sehari.
Orang Melayu biasa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan produktif untuk
memenuhi keperluan dan hajat hidup. Kuantitas kerja tersebut berbilang pada
42
tingkat kesulitan dan lama pengerjaan dalam rentang waktu satu hari penuh.
Ada pekerjaan berat yang bisa selesai dalam waktu singkat, ada pula jenis
kerja yang sangat ringan namun dilakukan dalam rentang waktu panjang
seperti menganyam misalnya. Masyarakat Melayu melazimkan sekurang-
kurangnya lima tahapan atau peresuk sehari-semalam, tentunya diselingi
dengan istirahat, ibadah, dan 'aktifitas non kerja' lainnya.
D. TAPAK LAPAN
Tapak Lapan adalah sebutan sumber mata pencaharian yang terdiri 8 tapak
atau titik mata pencaharian atau delapan sumber pendapatan, sbb:
43
e. Mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut (perhutanan),
misalnya, berotan, berkayu, berdamar, berkemenyan, bergaharu, dan
berbagai jenis pekerjaan lainnya yang bersumber dari hutan. Dari
dalam hutan bisa juga diperoleh sumber protein daging melalui
berburu atau dilautan untuk ikan.
f. Berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan (perkebunan). Jenis
pekerjaan ini, mendukung jenis pekerjaan lainnya, seperti berkebun
kelapa, berkebun kopi, kebun cengkeh, berkebun merica, berkebun
durian, dan lain-lain.
g. Bertukang, jenis pekerjaan ini lebih pada aktifitas menjual jasa tenaga,
keahlian, atau kemahiran kerja. Sebagian orang Melayu yang sudah
mahir atau pandai bertukang (profesional) dapat menghasilkan
pemenuhan hidup keluarga mereka dari pekerjaan itu.
h. Berniaga (perdagangan), berniaga cukup khas pada aspek 'jual belinya',
kadang dilakukan sepekan sekali, seperti yang dinisbatkan dengan
istilah pekan untuk menunjukkan rentang waktu tujuh hari. Bidang
pekerjaan ini dapat dilakukan di pelabuhan atau pelantar atau
pangkalan atau ditepian mandi, manakala orang berlalu lalang
disungai. Bidang berniaga ini adakalanya dilakukan dengan tukar
menukar barang (barter) sesama penduduk.
44
pada bilangan masa satu musim, yakni musim kemarau dan musim hujan.
Ketika saat musim kemarau berlangsung cukup lama, dan tetumbuhan
teberau disepanjang sungai sudah mulai berbunga, begitu pula dengan buah-
buahan seperti durian, mempelam, mangga, macang, pauh atau tepah, tayas,
kuini, limos, longung, Kemang, binjai mulai berbunga, pertanda memulai
untuk bersawah atau berladang.
45
BAB 10
A. Pengertian Batobo
Batobo di dirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang
pimpinan untuk mengatur setiap pekerjaan anggota. Di Daerah Bangkinang
– Riau, Batobo banyak dilakukan didalam sebuah pekerjaan pertanian
(bercocok tanam padi). Setiap warga mempunyai lahan untuk diolah dan
ditanam padi secara bergiliran. Warga yang tidak mempunyai lahan untuk
bercocok tanam padi di perbolehkan ikut didalam kelompok Batobo, warga
tersebut berkerja dan akan diberi upah yang sesuai dengan kesepakatan
bersama.
46
sawah yang berkembang luas di wilayah Bangkinang Riau. “Batobo"
memiliki filosopi bahwa kegiatan yang berat akan mudah untuk
diselesaikan bila di kerjakan secara bersama-sama. Selain ada unsur
kebersamaan, dalam kegiatan ini juga mengandung unsur kedisiplinan
karena tiap anggota Batobo harus menunggu jadwal pengerjaan sawahnya
secara bergiliran, dengan demikian akan lebih cepat selesai , lebih mudah
dan hasilnya dapat dinikmati secara bersama.
47
1. Tari Batobo
Tari Batobo merupakan tarian berkelompok . Dalam tarian ini
menceritakan tentang Proses untuk penanaman padi di ladang. Cerita
tersebut tersampaikan oleh penari dengan gerakan-gerakan gotong
royong, menebas semak, manugal , menyiang ladang hingga sampai
pada ujungnya ialah disampaikan dengan gerakan menuai padi. Selain
itu tari Batobo juga mengombinasikan dengan Randai yang merupakan
ciri khas dari daerah Kuantan Singingi.
2. Nyanyian Pantun
Beberapa dari nyanyian pantun batobo dapat kita lihat di bawah ini :
pamagau bonio
mananam bonio...
Tidak hanya itu, Batobo juga sering di iringi dengan rarak godang.
48
instrumen lagu-lagu daerah yang sudah sejak lama di kenal di masyarakat.
adat.
bubur yang terbuat dari tepung, dan santan kelapa. Dimasak dalam kuali
yang besar, kemudian diadakan doa bersama) .Pada malam hari setelah
a. Faktor Intern
faktor intern adalah perubahan yang di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah
sebagai berikut:
49
b). Dorongan dalam Diri Masyarakat Untuk Berubah
merupakn factor yang penting, karena apabila dalam diri masyarakat itu
sendiri tidak ada keinginan untuk berubah, maka tidak akan pernah ada
kemajuan dan perubahan dalam sistem sosial tersebut. Budaya yang dulu
dianggap kuno tetap akan dipakai meskipun tidak sesuai lagi dengan
berubah.
50
DAFTAR PUSTAKA
M.A. Effendi, et al. 2004. Busana Melayu, Pakaian Adat Tradisional Daerah
Riau. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.
O.K. Nizami Jamil et al. 2005. Pakaian Tradisional Melayu Riau. Pekanbaru:
LPNU Press dan Lembaga Adat Melayu Riau.
Siti Zainon Ismail, 2004. “Busana Melayu Melaka” dalam Abdul Latiff Abu
Bakar dan Mohd. Nefi Imran, 2004. Busana Melaka. Bukit Peringgit: Institut
Seni Malaysia Melaka.
51
U.U. Hamidy, Riau Doeloe-Kini dan Bayangan Masa Depan, Pekanbaru: UIR
Press, 2002. Ahmad Darmawi, Sastra Lisan Nandung Indragiri Hulu,
Pekanbaru: Disbudsenipar Prof. Riau 2006.
melayuonline.com/ind/culture/dig/1255/permainan-tali-merdeka 2/3
http://revaldie.multiply.com/journal/item/14
52