Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi adalah sebuah anugrah terindah yang di berikan Allah kepada sepasang suami
istri, dengan kehadiran bayi di sekeliling mereka menghadirkan kebahagiaan keluarga,
selain itu bayi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga dan dibina agar kelak
menjadi anak yang sholeh dan solehah , pejuang umat, dan meneruskan perjuangan
Rasulullah SAW. Oleh karna itu kehadiran bayi harus di sambut oleh pihak keluarga,
diantaranya dengan adzan, iqomah, mentahnik dengan kurma, potong rambut, aqiqah dan
pemberian nama, sesuai dengan yang dicontohkan Rosululloh SAW.
Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada umatnya akhlak yang baik dan bijaksana,
semua yang di ajarkan oeh beliau pasti ada dasarnya dan memiliki atsar (pengaruh) yang
sangat besar, baik itu berupa perintah ataupun larangan.
Sebagai seorang calon ibu dan ayah harus mengatahui hal – hal apa saja yang pertama
dilakukan saat bayi baru lahir yang sesuai dengan syariat islam. Jangan sampai saat bayi
baru lahir ibu dan ayah tidak mengerti harus melakukan apa. Apalagi melakukan hal – hal
yang tidak sesuai dengan syariat islam.
Landasan Hukum Hak-Hak Anak
Hak-hak anak sudah melekat dalam diri setiap anak dan diakomodasi melalui undang-
undang. Landasan hukum yang mengatur pemenuhan hak-hak anak, antara lain:
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28B ayat 2 mengatakan: “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, pasal 2 ayat 1-4:
(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan
berkembang dengan wajar.
(2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga
negara yang baik dan berguna.
(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan.
(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

15
Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20
November 1989 dan telah ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia di New
York pada tanggal 26 Januari 1990 melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990
tentang Pengesahan Convention on The Rights of The Child. Seluruh bagian dalam
Konvensi ini mengatur pemenuhan hak-hak anak. Ada 4 prinsip dasar hak anak yang
terkandung di dalam Konvensi Hak Anak, yaitu:
1. Non-diskriminasi.
2. Kepentingan yang terbaik bagi anak.
3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan.
4. Penghargaan terhadap pendapat anak.
Setiap orang dewasa, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk menghormati,
melindungi dan memenuhi hak-hak anak sejak anak masih di dalam kandungan,
memenuhi kebutuhan dasar anak dalam bentuk asih (kebutuhan fisik biologis termasuk
pelayanan kesehatan), asah (kebutuhan kasih saying dan emosi), dan asuh (kebutuhan
stimulasi dini) agar anak bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Di samping memenuhi hak-hak yang sudah melekat pada anak, pembinaan
anak perlu pula diarahkan untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran akan kewajiban
dan tanggung jawab anak kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.
Batasan Usia AnakMenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan
menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai
usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia
pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia
di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.

15
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses kelahiran menurut agama?
2. Bagaimana ciri-ciri bayi baru lahir ?
3. Apa tujuan perawatan bayi baru lahir ?
4. Apa saja hal pertama yang harus dilakukan pada bayi yang baru lahir menurut agama?
1.3 Tujuan Pelaksanaan
1. Mengetahui Proses kelahiran menurut agama
2. Mengetahui ciri-ciri bayi baru lahir
3. Mengetahui tujuan perawatan bayi baru lahir
4. Mengetahui apa saja hal pertama yang harus dilakukan pada bayi yang baru lahir
menurut agama?

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Proses Kelahiran menurut Agama
4.1.1 Pengertian Persalinan Dan Kelahiran
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah
proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

2.1.2 Tanda-Tanda Persalinan


Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tanda kemungkinan persalinan,
tanda awal persalinan, dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja mengalami semua
tanda persalinan ini atau sebagian.
Tanda kemungkinan persalinan :
a. Sakit Pinggang.
b. Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul.
c. Kram pada perut bagian bawah.
d. Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman di paha.
e. Tinja yang lunak
f. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut
atau gangguan pencernaan.
g. Desakan untuk berbenah
h. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan banyak
aktivitas dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.

15
2.1.3 Adaptasi Bayi Baru Lahir
Masa bayi baru lahir (neonatus) ini, dikatakan sebagai masa-masa berbahaya dalam
hidupnya, karena anak harus beradaptasi pada lingkungan yang baru, yang jauh berbeda dari
lingkungan sebelumnya. Beberapa adaptasi bayi yang paling krusial itu, di antaranya adalah:
1. Bernafas, karena tali pusat sudah dipotong maka bayi baru lahir harus
bernafas sendiri.
2. Perbedaan suhu. Suhu di dalam rahim berkisar 100° F, sementara suhu
di luar berkisar 60° C sampai 70° F.
3. Menghisap dan menelan. Bayi yang baru lahir sudah tidak lagi
mendapatkan asupan makanan dari ibu, untuk itu ia harus menghisap
dan menelan susu/ASI sendiri.
4. Saluran dan alat-alat pembuangan akan mulai difungsikan saat bayi
sudah di luar.
2.1.4 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir dikatakan normal dan sehat
Secara umum bayi baru lahir dikatakan normal dan sehat, apabila mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Setelah bayi keluar, bayi akan segera menangis
2. Berat badan bayi berkisar antara 2500 – 4000 gram
3. Bayi menghisap ASI dengan baik
4. Bergerak aktif
5. Warna kulit kemerahan
6. Tidak ada cacat bawaan lahir
7. Umur kehamilan 37 – 40 minggu
Itulah hal-hal yang berkaitan tentang bayi baru lahir yang perlu Anda ketahui, untuk Anda
yang saat ini sedang menanti kelahiran bayi. Semoga ibu bisa melahirkan selamat dan bayi
lahir sehat.

2.1.5 Masa Melahirkan


1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik Setelah melahirkan seorang ibu akan
mengalami masa nifas (darah kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang
wanita dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang
membutuhkan kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran.
2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Pasca melahirkan wanita memerlukan
perhatian khusus dibidang kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang
keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena

15
melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah berbagai
penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan Islam telah
menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang
dikaitkan dengan keimanan. Rasulullah saw bersabda: Artinya:” Kebersihan
merupakan bagian dari iman. Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya
manusia segera berobat. Ikhtiar atau usaha merupakan kewajiban dalam
agama. Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib dengan alasan taqdir,
karena sesungguhnya Islam selalu menyuruh kita berobat ketika sakit.
Rasulullah saw bersabda: Artinya: “ Berobatlah kamu karena Allah tidak akan
mengadakan penyakit melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu
penyakit yang tidak dapat diobati yaitu ketuaan.
3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa Nifas Islam
melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa nifas sampai
darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi kesehatan, larangan
tersebut mengandung cukup banyak hikmah, seperti, jalan lahir anak pada
wanita masih dalam penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelahiran
bayi.
Ayat allah SWT Artinya: dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)
tentang haid. Katkanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor” karena itu jauhilah
istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci….
(al-Baqarah: 222) Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu
setelah haid maupun darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti
keluar).
4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas Setelah berkahirnya masa nifas,
seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan demikian maka ia kembali
menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas keagamaan mulai harus
diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa 40
hari merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita baik
kesehatan fisik maupun mentalnya.

2.1.6 Pandangan Islam tentang Kelahiran dan Persalinan


Kelahiran Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita boleh
menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan memberikan anak
perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Mengandung dan melahirkan
merupakan sebuah perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan

15
keselamatan ibu hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanita
meninggal dunia ketika hamil atau melahirkan.
Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya secara baik dan
mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana firman Allah swt: Ayat Allah
SWT Artinya: “Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna……….(QS:al-Baqarah 233) Kalau seorang wanita memberikan
ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia tidak hamil selama dalam proses tersebut.
Kehamilan itu sendiri membutuhkan sebuah perjuangan yang akan merepotkan seorang ibu
dalam menyapih bayinya.
Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses kehamilan itu sendiri
membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk
mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan. Meskipun memiliki anak merupakan
hak kedua orang tua baik ibu maupun bapak, bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin
dalam rumah tangga boleh memaksakan kehendaknya dalam menentukan jumlah anak dan
mengatur jarak antar anak, karena Islam sangat menekankan pentingya musyawarah dalam
segala urusan, apalagi dalam hal yang sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak.
Dalam hal ini Allah swt berfirman: Ayat Allah SWT: Artinya: “…………. Dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.(QS:Ali Imran:159.) 2. Persalinan Dari
rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam
membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah penting, maka
ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan
kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan lanjutan merupakan cakupan
dari pelayanan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pelayanan dasar ditujukan untuk
menangani kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan lanjutan atau rujukan diberikan kepada
mereka yang mengalami kasus-kasus beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang
memerlukan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di Rumah Sakit. Kedua
pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarkat, baik dari
aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana transportasi. Di Indonesia
manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih sangat buruk dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut survei Kesehatan dan Rumah Tangga 2001 penyebab langsung kematian ibu
diantaranya: 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, yaitu endarahan
(28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium (8%), partus macet (5%),
abortus (5%), trauma obstertik (5%), emboli (3%), dan lain-lain (11%). Oleh karena itu

15
pelayanan kesehatan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan persalinan sangatlah
berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Qur’an mengabadikan perjuangan ibu selama
kehamilan, “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah dan bertambah-
tambah…”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melaui sabda Rasulullah
saw yang artinya,”…wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid…” (HR.
Ahmad) Wajar bila Islam mewajibkan Negara untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
dan dapat dijangkau oleh semua kaum ibu sejak masa kehamilan sampai persalinan bahkan
hingga masa nifas dan menyusui. Layanan tersebut adalah bagian integral dari sistem
kehidupan Islam.
Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada Khalifah sebagai pemimpin
umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayanan bersalin (atenatal, bersalin, nifas)
berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis! Bila keuangan Negara tidak cukup, maka
Khalifah akan menarik sejumlah uang dari orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi
penyelenggaraan layanan bersalin mengacu pada 3 prinsip dasar: 1). kesederhanaan aturan, 2).
Kecepatan pelayanan, 3). Standar layanan bersalin bersalin berkalitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk tenaga
medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata di seluruh
wilayah Negara baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan (Rumah Sakit).
Dalam ranah fikih, menjadi tenaga medis (dokter kadungan, bidan, perawat) adalah fardu
kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi tersebut. Karena
itu Negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk menghasilkan tenaga
medis yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat. Dalam sejarah Masa Keemasan
Islam layanan bersalin yang memadai terlihat dari banyaknya Rumah Sakit. Hampir semua
kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan lembaga pendidikan dokter. Rumah
sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan dan ruang untuk layanan persalinan.
Belum lagi adanya rumah sakit keliling yang disediakan oleh Negara yang menelusuri
pelosok negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua ibu benar-benar direalisasikan secara
nyata. Pada zaman keemasan Islam, ilmu kedokteran kebidanan termasyur ada di Harran,
Baghdad, dan Jundi Syahpur. Lembaga pendidikan menengah dan tinggi ilmu kedokteran
merata ada di setiap kota besar seperti Damsyiq, Isfahan, Rayy, Baghdad, Al Qahirah, Tunis,
Marakisy (Maroko), dan Qurtuba (Kordoba) Juga terdapat Al Jami’ah (universitas) yang
memiliki fakultas kedokteran. Salah satu fakta di Baghdad, masa Khalifah Harun Al Rasyid
(170-193 H), disamping didirikan Rumah Sakit terbesar di kota Baghad, dan beberapa Rumah
Sakit kecil, juga didirikan rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah

15
pendidikan kebidanan. Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid
kepada Al Musawaih yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhilafahan.
Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses
(permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk
menyelesaikan problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang
terkait, baik medis maupun non medis, termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara merata.

2.1.7 Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir


1.Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
2.Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermi.
3.Memastikan keamanan dan mencegah cidera atau infeksi.
4.Mengidentifikasi masalah-masalah aktual atau potensial yang memerlukan
perhatian.

2.2 Hal Pertama Yang Dilakukan Saat Kelahiran Bayi menurut Pandangan Agama Islam
antara lain :
2.2.1 Mendoakan bayi
Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bayi yang baru lahir. Bukan hanya
orang tua bahkan orang lain turut mendoakan ketika mendengar kelahiran bayi. Ada beberapa
tuntunan doa bagi bayi yang baru lahir.
Pertama, doa memohon keberkahan untuk si anak. Kedua, doa memohon perlindungan
dari godaan setan.
2.2.2 Adzan dan iqamah
Sang ayah segera mengadzani di telinga kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri pada
anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan dan iqamah ini salah satu tujuannya agar kalimat
yang pertama kali di dengar sang bayi adalah kalimat thayyibah dan di jauhkan dari segala
gangguan setan yang terkutuk. Sebagian ulama menganggap sunnah membacakan adzan dan
iqamah untuk bayi yang baru lahir. Ulama yang berpendapat seperti ini diantaranya adalah
hasan al-bashri, umar bin abdul aziz, ulama madzhab syafi’I dan hanbali. Namun sebagian
ulama yang lain tidak menyunahkan adzan dan iqamah bagi bayi yang baru lahir bahkan
menganggapnya sebagai bid’ah. Ulama yang berpendapat seperti ini adalah imam malik bin
anas. Para ulama yang menganggap perbuatan ini sebagai bid’ah karena dalil atai hadits yang
memerintahkan untuk bayi yang baru lahir tidak kuat alias hadist dhaif. Maka tidak bisa
dipakai sebagai landasan untuk menyunnahkan adzan untuk bayi yang baru lahir. Jadi
aktivitas memperdengarkan adzan dan iqomah untuk bayi yang baru lahir dari segi hukum

15
fiqih termasuk amal yang di perdebatkan oleh para ulama. Walaupun dari segi manfaat dapat
diterima, bahwa memperdengarkan kalimat tauhid bagi bayi yang baru lahir merupakan
bagian dari penddikan keimanan untuk anak.
Dari ‘Ubaidillah bin Abi Rofi’, dari ayahnya (Abu Rofi’), beliau berkata:

ِ َ ‫ال رأَيت رس‬ ِِ ِ ِ ِ


ُ‫ص لَّى اللَّه‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ُ ْ َ َ َ‫َع ْن عَُبْيد اللَّه بْ ِن أَيِب َراف ٍع َع ْن أَبيه ق‬
ِ َ‫علَي ِه وسلَّم أَذَّ َن يِف أُذُ ِن احْل س ِن ب ِن علِي ِحني ولَ َدتْه ف‬
‫اط َمةُ بِالصَّاَل ِة‬ ُ َ َ ٍّ َ ْ َ َ َ َ َ َْ
Dari Ubaidillah bin Abi Rofi’ dari ayahnya beliau berkata: “Saya melihat Rasulullah
shollallahu alaihi wasallam adzan di telinga al-Hasan bin ‘Ali ketika dilahirkan Fathimah,
dengan (adzan) sholat”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

2.2.3 Tahnik
Tahnik secara bahasa dan syr’i adalah mengunyah sesuatu dan meletakkanya di mulut
bayi. Maka dikatakan engkau mentahnik bayi, jika engkau mengunyah kurma kemudian
menggosokkannya di langit-langit mulut bayi. Dianjurkan agar yang melakukan tahnik adalah
orang yang memiliki keutamaan, dikenal sebagai orang yang baik dan berilmu. Dan
hendaklah ia mendo’akan kebaikan (barakah) bagi bayi tersebut.
Apakah tidak bahaya bagi bayi?
Bayi yang baru lahir terutama bayi yang lahir prematur atau bayi dengan berat lahir
kurang, memiliki kandungan glukosa yang sangat kecil dalam darahnya (umumnya hanya di
bawah 30mg per 100 ml darah). Jika kekurangan zat gula ini tidak segera dipenuhi, biasanya
bayi akan mudah menolak ASI ibunya, otot-ototnya lemas, gangguan syaraf, bahkan berujung
pada kematian. Biasanya, dokter akan memberikan tambahan zat gula pada bayi baru lahir
yang kurang berat badannya atau prematur mellaui infus atau langsung melalui mulut.
Dan kurma adalah penghasil glukosa yang sangat baik dan bagus untuk kesehatan
bayi. Mentahnikbayi dengan kurma dapat memperkuat otot-otot mulut bayi sehingga bayi
akan kuat menyusu pada ibunya. Dan ketika bayi kuat menyusu, maka insya Allah ASI akan
menjadi lancar dan berlimpah.

15
Dalil tentang tahnik ini disebutkan dalam beberapa hadits di antaranya:
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari Abu Musa,
dia berkata:

ُ‫ فَ َس َّماه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ ُ ‫د لِى ُغالَ ٌم فَأَتَي‬nَ ِ‫ُول‬


َّ ِ‫ْت بِ ِه النَّب‬
‫إِب َْرا ِهي َم َو َحنَّ َكهُ ِبتَ ْم َر ٍة‬
“Aku pernah dikaruniai anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah
kurma (tamr).”
Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin
Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota Madinah.
Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku
mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di pangkuan
beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan meludahkannya ke mulut bayi itu,
maka yang pertama kali masuk ke kerongkongannya adalah ludah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah
baginya. Lalu Allah memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).”
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Aku pergi membawa Abdullah
bin Abi Thalhah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia baru dilahirkan.
Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu sedang mencat seekor
untanya dengan ter. Beliau bersabda kepadaku “Adakah kurma bersamamu?”. Aku jawab,
“Ya (ada)”. Beliau lalu mengambil bebeberapa kurma dan memasukkannya ke dalam mulut
beliau, lalu mengunyahnya sampai lumat. Kemudian beliau mentahniknya, maka bayi itu
membuka mulutnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memasukkan kurma yang
masih tersisa di mulut beliau ke maulut bayi tersebut, maka mulailah bayi itu menggerak-
gerakan ujung lidahnya (merasakan kurma tersebut). Melihat hal itu Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kesukaan orang Anshar adalah kurma”. Lalu beliau
menamakannya Abdullah.”
Hikmah Tahnik
Hikmah tahnik adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si anak dengan keimanan,
karena kurma adalah buah dari pohon yang disamakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan seorang mukmin dan juga karena manisnya. Lebih-lebih bila yang mentahnik
itu seorang yang memiliki keutamaan, ulama dan orang shalih, karena ia memasukkan air
ludahnya ke dalam kerongkongan bayi. Dan tujuan tahnik adalah persiapan agar bayi nantinya

15
mudah untuk merasakan manisnya air susu ibu dan juga agar mulut bayi kuat sehingga
mampu menghisap air susu ibunya.
2.2.4 Aqiqah
Kata aqiqah berasal dari bahasa arab  ‫ عقيقة‬artinya penyembelihan binatang dari kelahiran
seorang anak pada hari yang ketujuh. Aqiqah juga berarti rambut yang tumbuh dikepala anak
yang baru lahir.
Menurut istilah Islam Aqiqah adalah menyembelih binatang ternak berkenaan dengan
kelahiran anak, sebagai bukti rasa syukur kepada Allah swt., dengan syarat-syarat tertentu
menurut syariat. Menurut sunnah Rasulullah saw., anak laki-laki dua ekor kambing sedangkan
bayi perempuan disembelikan satu ekor kambing.
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata

3 ‫ أَ َم َرهُ ْم َع ِن ْال ُغالَ ِم َشاتَا ِن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬ َ ‫أَ َّن َرس‬
“Rasululllah shallallahu ‘alaihi ٌ‫ِة َشاة‬waَ‫اري‬ ‫ ِن ْال َج‬memerintahkan
ِ sallam ِ َ‫ ُم َكافِئَت‬mereka, untuk anak laki-laki akikah
‫ان َو َع‬
dengan dua ekor kambing dan anak perempuan dengan satu ekor kambing.” (HR. Tirmidzi
no. 1513. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Aqiqah adalah sembelihan yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran
seorang bayi. Jumhur ulama menyatakan bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkad baik
bagi bayi laki-laki maupun bayi perempuan. Pelaksanaannya dapat dilakukan pada hari ke
tujuh (ini yang lebih utama menurut para ulama), keempat belas, dua puluh satu atau pada
hari-hari yang lainnya yang memungkinkan.
Ketentuan syarat binatang aqiqah sama dengan ketentuan syarat-syarat binatang qurban
yakni cukup umur dan terhindar dari cacat fisik.
Menurut Syaikh Jibrin, beliau berkata “Sunnahnya dia memakan sepertiganya,
menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga lagi
kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan kerabat untuk
menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya”.
Pendapat lain menurut Syaikh Ibnu Bazz, beliau berkata, “Dan engkau bebas memilih
antara mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang
orang yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-teman
seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-
ulama yang terhimpun di dalam Al lajnah Ad Daimah”.

15
2.2.5 Member nama yang baik
Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat mengenal
dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur’anul Kariim disebutkan

‫ك بِ ُغاَل ٍم ا ْس ُمهُ يَحْ يَى لَ ْم نَجْ َعل لَّهُ ِمن قَ ْب ُل‬


َ ‫يَا َز َك ِريَّا إِنَّا نُبَ ِّش ُر‬
‫) سورة مريم‬7( ‫َس ِميًّا‬
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang
anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu
sebelumnya” (QS. Maryam: 7).
Dan hakikat pemberian nama kepada anak adalah agar ia dikenal serta memuliakannya.
Oleh sebab itu para ulama bersepakat akan wajibnya memberi nama kapada anak laki-laki
dan perempuan . Oleh sebab itu apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan
menjadi seorang yang majhul (=tidak dikenal) oleh masyarakat.

2.2.6 Mencukur Rambut


Di dalam Islam, hukum mencukur rambut bayi adalah sunnah muakkad, sedangkan dari
sisi medis, mencukur rambut bayi baru lahir bisa membuat kepala si bayi bersih dan bebas
penyakit. Baik untuk bayi laki-laki maupun bayi perempuan yang pelaksanaannya dilakukan
pada hari ketujuh dari kelahiran dan alangkah lebih baik jika dilaksanakan berbarengan
dengan aqiqah. Hal tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.Dari Samurah bin Jundub
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

ُ َ‫ُكلُّ ُغالَ ٍم َر ِهينَةٌ بِ َعقِيقَتِ ِه تُ ْذبَ ُح َع ْنهُ يَ ْو َم َسابِ ِع ِه َويُحْ ل‬


‫ق َويُ َس َّمى‬
”Setiap yang dilahirkan tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh dari
kelahirannya dan dicukur rambutnya serta diberi nama” (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai
no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari Pembahasan yang kita ambil dapat di beri kesimpulan
Sebagai berikut :
Seorang bayi yang baru lahir adalah sebuah anugrah terindah yang di berikan Allah kepada
sepasang suami istri, dengan kehadiran bayi di sekeliling mereka menghadirkan kebahagiaan
keluarga, selain itu bayi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga dan dibina agar
kelak menjadi anak yang sholeh dan solehah , pejuang umat, dan meneruskan perjuangan
Rasulullah SAW. Oleh karena seorang bayi yang baru lahir harus menjalankan Adzan dan
Iqomah, Tahnik, mencukur rambut, Aqiqah, dan yang terakhir pembaerian nama sesuai
dengan perintah yang allah berikan.

3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Sehingga kami mohon kepada
para pembaca makalah ini, agar memberikan kritik dan saran kepada kami. Sehingga
apabila kami membuat makalah – malkalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Tips-tips Mendidik Anak Sejak Dini 
1. Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif.
Seperti Membersih ruangan rumah, membersihkan dan merapikan buku-buku
bacaan,mencuci sepeda dan lain-lain.
2. Berikan contoh untuk menta’ati waktu. Seperti waktu bermain untuk bermain, waktu
belajar untuk belajar, waktu tidur untuk tidur 
3. Hindarkan anak dari hal-hal yang bersifat buruk. Seperti bertengkar didepan anak-
anak,memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, dan lain-lain.
4. Sisakan waktu bersama anak ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tua.
5. Usia 7 tahun bagi yang Muslem, bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit
keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkannya agar segera sholat.
6. Diatas usia 7 tahun anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih,sehingga tidak
terlalu merepotkan orang tua

15
DAFTAR PUSTAKA

http://anasubkhan.blogspot.co.id/2011/12/makalah-bayi-baru-lahir-menurut-agama.html
(diakses pada hari jumat 30 Desember 2011)
http://www.mediangaji.com/2015/01/tata-cara-terhadap-bayi-yang-baru-lahir-menurut-
islam.html
http://www.aqiqahberkah.com/pembagian-daging-aqiqah-dalam-islam
https://rumaysho.com/3655-akikah-anak-laki-laki-dengan-satu-kambing-bolehkah.html
(diakses pada tanggal 27 September 2013)
https://muslim.or.id/10863-benarkah-tahnik-termasuk-imunisasi-islami.html
https://rumaysho.com/619-kritik-anjuran-adzan-di-telinga-bayi.html
https://buahilmu.wordpress.com/tag/tujuan-perawatan-bayi-baru-lahir/
Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga edisi kelima.
http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-pandangan-islam-terhadap-kelahiran-dan-
persalinan
https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/16/hal-pertama-yang-dilakukan-saat-
kelahiran-bayi/
http://www.kompasiana.com/yantigobel/asi-pandangan-kesehatan-dan
islam_550df227813311c52cbc6040
https://prahasti.wordpress.com/2011/02/23/menyapih-menurut-al-quran/
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.depkes.go.id/download.php%3Ffile
%3Ddownload/pusdatin/infodatin/infodatin-
anak.pdf&ved=2ahUKEwjKq5rEzbDiAhXj6nMBHTv0Du8QFjAAegQICBAC&usg=AOvVa
w2ZAweSBbRycTWg_SOJYCkk

15

Anda mungkin juga menyukai