TERMOREGULASI : BBLR
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Anak yang berjudul BBLR . Dalam penyusunan makalah ini penulis
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat
serta doa untuk keberhasilan penulis, antara lain :
1. Ibu Ns. Marthalena Simamor., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak, yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis.
2. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan
paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada
pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem
pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum
sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain
itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta
tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi
seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari
pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan
pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan
BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas
tentang kasus BBLR pada bayi NY. U yang akan penulis bahas pada BAB
berikutnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian
prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu.
(Suryadi dan Yuliani, 2006 )
C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
berkurang.
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,
menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki
kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu
Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada
bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh
serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi
(Ngastiyah, 2005)
D. Pathways
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 50 kali / menit
13. Nadi 100 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
H. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
I. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan
membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau
berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi ampelas pada
auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan
atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan,
akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
(IDAI, 2004)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru
(Ngastiyah, 2005)
K. Intervensi Keperawatan
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas,
ada residu
kuat
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Desember 2020 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
c. Tanggal Lahir/ Umur : 09 Desember 2020/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 09 Desember 2020 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
a. Nama Ayah : Tn. W
b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. U
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat
dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak
boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.
7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali
sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek
cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti
setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor
setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan
selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran
hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki
kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
9. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga paru
2 Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan
subkotis tipis
3 Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi
4 Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas
dan system imun yang tidak adekuat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TT
KEPERAWATAN TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai
pola nafas tindakan TTV, cuping acuan
berhubungan keperawatan hidung, penatalaksan
dengan selama 3x24 jam retraksi dada aan tindakan
penumpukan cairan jalan nafas - Berikan - Mensuplai
dirongga paru, adekuat, dengan terapi O2 O2 dalam
penurunan ekspansi kriteria hasil : 2lt/menit tubuh
paru - Pernafasan - Posisikan - Memberikan
adekuat 16-30 klien semi rasa nyaman
x/menit fowler klien
- Perkusi paru - Jaga - Jalan nafas
sonor kepatenan tidak ada
- Auskultasi jalan nafas : sumbatan
vesikuler suction
- Tidak ada
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksan
subkotis tipis selama 3x24 jam
aan tindakan
hipotermi tubuh
stabil , dengan - Mengikuti
kriteria hasil : -Atur suhu program
- Suhu tubuh incubator yang
normal sesuai indikasi dianjurkan
36-37,5°C -Hindarkan
- Akral hangat bayi kontak
- Bayi tidak
langsung
menggigil
dengan
sumber
dingin/panas - Menjaga
-Ganti popok kenyamanan
bila basah klien
F. EVALUASI
NO
EVALUASI TT
DX
1 S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98% , auskultasi paru : ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2
S:-
O : Suhu : 36,2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3
S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4
S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan tekhnik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
1
S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2
S:-
O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3
S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4
S:-
O : Leukosit 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
1
S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler
2
S :-
O : Suhu 36,4oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
- Ganti popok bila basah
3
S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4 pemberian nutrisi
S:
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan teknik aseptic selama berinteraksi
dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm dengan
berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta :
JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.