ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DIABETES MELLITUS DI RUANG
ICU RSUD RAA SOEWONDO PATI
Disusun Oleh : Sinta Lailatul F P1337420418107
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN BLORA 2021 LEMBAR PENGESAHAN
Telah dan disahkan “ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DIABETES
MELLITUS DI RUANG ICU RSUD RAA SOEWONDO PATI” pada : Hari : Tangal : Mengetahui Dosen Pembimbing Akademik CI Ruang ICU BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETESMELLITUSTIPE II 1. Konsep Dasar A. Definisi Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana Elin, 2009 dalam Nurarif dan Kusuma, 2015, p.188). Menurut (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) PERKENI (2019) menyatakan “Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya” (p. 7). B. Etiologi Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) menyatakan “Diabetes mellitus disebabkan oleh kegagalan relevasi sel beta dan resistensi insulin, Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus : Usia, Kegemukan dan Riwayat dan Keluarga” (p. 188). C. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (price & Wilson dalam Nurarif Kusuma, 2015, p.189) : 1. Kadar gula puasa tidak normal 2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic (meningkatkan jumlah cairan tubuh) yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria) dan timbul rasa haus (polydipsia). 3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang. 4. Lelah dan mengantuk. 5. Gejala lain yang dikeluarkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva. Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus (Sudoyo aru dkk, dalam Nurarif dan Kusuma, 2015, p.189) : 1. Gejala klasik Diabetes Mellitus + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatau hari tanpa memperhatikan waktu. 3. Gejala klasik Diabetes Mellitus + glukosa plasma ≥ 126 mg/ dL (7,0 mmol/L), puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. 4. Glukosa plasma dua jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L), tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan dengan standar World Health Organization (WHO), menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa dilarutkan kedalam air (Price & Wilson dalam Nurarif dan Kusuma, 2015, p.189). D. Patofisiologi Menurut Corwin, EJ. (2009) menyatakan “Pada Diabetes Mellitus terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel”. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Mellitus disertai dengan penurunan reaksi intrasel. insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Corwin, EJ, 2009). Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat (Corwin, EJ, 2009). Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Mellitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas Diabetes Mellitus, namun masih terdapat insulin dengan junlah yang adekuat produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada Diabetes Mellitus. Dabetes Mellitus yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes Mellitus tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes mellitus yang berusia lebih dari 30 taun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat atau selama bertahun-tahun dan progrsif, maka awalan Diabetes Mellitus tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (Corwin, EJ, 2009). E. Pathway DM Tipe I DM Tipe II
Reaksi Autoimun Usia, genetic, Obesitas
Sel β pancreas hancur Jml sel pancreas menurun
Defisiensi Insulin
Hiperglikemia katabolisme protein meningkat Lipolisis meningkat
Pembatasan diit Penurunan BB
Intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang
Fleksibilitas darah merah
Pelepasan O2 poliuria Ketidakseimbangan volume
cairan
Hipoksia perifer Perfusi jaringan perifer tidak
efektif
Nyeri
Sumber : Diabetes Mellitus (Corwin, EJ. 2009)
F. Penatalaksanaan Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu : 1. Diet Syarat diet DM hendaknya dapat : a) Memperbaiki kesehatan umum penderita b) Mengarahkan pada berat badan normal c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita e) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM adalah
a) Jumlah sesuai kebutuhan b) Jadwal diet ketat c) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu : a) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah. b) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya c) Jenis makanan yang manis harus dihindari 2. Latihan/ Olah raga Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat latihan. 3. Penyuluhan Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya. 4. Obat-Obatan Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Mekanisme kerja sulfanilurea Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih. Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin. 2. Konsep Asuhan Keperawatan Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut a. Pengkajian Primer Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain : 1) Airway + cervical control - Airway Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah pada rongga mulut. - Cervical Control : - 2) Breathing + Oxygenation - Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan KAD : Pernafasan kussmaul HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam) - Oxygenation : Kanula, tube, mask 3) Circulation + Hemorrhage control - Circulation : Tanda dan gejala schok Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena. - Hemorrhage control : - 4) Disability : pemeriksaan neurologis è GCS A : Allert : sadar penuh, respon bagus V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon terhadap rangsangan nyeri. U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd nyeri. b. Pengkajian Sekunder Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan pada pemeriksaan primer. Pemeriksaan sekunder meliputi : 1) AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event 2) Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe 3) Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang c. Pemeriksaan Diagnostik 1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress. 2) Gula darah puasa normal atau diatas normal. 3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. 4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. 5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis. d. Anamnese 1) Keluhan Utama Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala. 2) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. 3) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat- obatan yang biasa digunakan oleh penderita. 4) Riwayat kesehatan keluarga yat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral). 5) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. 6) Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitu poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis. e. Diagnosa Keperawatan Menurut PPNI (2016) dalam buku ajar Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita Diabetes Mellitus adalah. 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. a) Penyebab : 1) Ketidakmampuan menelan makanan 2) Ketidakmampuan mencerna makanan. 3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. 4) Peningkatan metabolisme. 5) Faktor ekonomi. 6) Faktor psikologi. b) Gejala dan tanda Mayor 1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang. c) Gejala dan Tanda Minor. 1) Bising usus hiperaktif. 2) Otot pengunyah lemah 3) Otot menelan lemah. 4) Membrane mukosa pucat 5) Sariawan 6) Serum albumin turun 7) Rambut rontok berlebih. 8) Diare 2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit. Definisi : beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial atau intraseluler. a) Penyebab 1) Defisiensi volume cairan. 2) Disfungsi endokrin 3) Muntah b) Gejala dan tanda mayor 1) Membrane mukosa lembab 2) Asupan makanan dan cairan adekuat untuk kebutuhan harian 3) Turgor jaringan baik 4) Tidak ada tanda edema atau dehidrasi. c) Gejala dan tanda minor 1) Urin berwarna kuning bening dengan berat jenis dalam rentang normal. 2) Haluaran urin sesuai dengan asupan 3) Berat badan stabil 3. Ketidakefektifan perfusi jaringan parifer. Definisi : penurunan sirkulasi darah ke parifer yang dapat mengganggu kesehatan. a) Penyebab 1) Hiperglikemia 2) Penurunan konsentrasi hemoglobin 3) Peningkatan tekanan darah 4) Kekurangan volme cairan b) Gejala dan tanda mayor 1) Pengisian kapieler > 3 detik 2) Nadi parifer menurun atau tidak teraba 3) Akral teraba dingin 4) Warna kulit pucat c) Gejala dan tanda minor 1) Edema 2) Penyembuhan luka lambat 3) Indeks ankle-brachial. 4) Bruit femoral. f. Intervensi Keperawatan Perencanaaan Asuhan Keperawatan diabetes mellitus menurut NANDA NIC NOC (2015) adalah sebagai berikut : a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Setelah dilakukan tindakan rencana keperawatan diharapkan nutrisi dapat terpenuhi dengan Kriteria Hasil : 1) Klien tidak mual muntah 2) Badan pasien tidak lemah 3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5) Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6) Tidak terjadi penurunan berat badan 7) Mampu mengontrol kadar glukosa darah dlm batas normal. Intervensi : 1) Merencanakan Monitor berat badan pasien dalam batas normal 2) Kaji adanya alergi makanan 3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 4) Berikan substansi gula 5) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi. 6) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. 7) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. 8) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi). b. Resiko ketidakseimbangan elektrolit. Setelah dilakukan tindakan rencana keperawatan diharapkan nutrisi dapat terpenuhi dengan Kriteria Hasil : 1) Mukosa bibir tidak kering 2) Turgor kulit membaik. 3) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine noemal, HT normal. 4) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal. 5) Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. Intervensi : 1) Monitor vital sign 2) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian. 3) Kolaborasi pemberian cairan IV c. Ketidakefektifan perfusi jaringan parifer. Setelah dilakukan tindakan rencana keperawatan diharapkan keefektifan perfusi jaringan dapat kembali efektif dengan kriteria hasil : 1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan 2) Tidak ada ortostatik hipertensi. 3) Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial.
Intervensi
1) Monitor adanya darah tertentu Yng hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul. 2) Monitor adanya paretese 3) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isu atau laserasi. 4) Gunakan sarung tangan un ntuk proteksi. g. Implmentasi Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam rencana keperawatan. Mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien baik secara umum maupun secara khusus pada pasien Diabetes Mellitus pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsi secara independen, interdependen dan dependen. (Tarwoto & Wartonah, 2011). a. Melakukan monitor berat badan pasien supaya teap dalam batas normal. b. Mendiskusikan pentingnya meningkatkan konsumsi protein dan vitamin C (melakukan penkes). c. Mendiskusikan tentang pentingnya diet yang mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi. d. Melakukan monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang terpilih (sudah dikonsulkan dengan ahli gizi). h. Evaluasi Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien Diabetes Mellitus dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan (Herdman, 2015). Evaluasi yang diharapkan dari pasien DM adalah : a. Pasien memiliki berat badan ideal normal. b. Pasien dan keluarga mampu memahami apa saja yang harus dikonsumsi oleh pasien. c. Pasien dan keluarga mampu menunjukkan ekspresi paham setelah dilakukan penyuluhan tentang Diabetes Mellitus. d. Pasien dan keluarga mampu melakukan tindakan yang sudah direncanakan kepada pasien. DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC
Damayanti, S. (2016). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta
Wijayaningsih, K. S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta :
CV. Trans Info Medika
Akmaliyah, N. (2018). Pengaturan Pola Makan Diabetes. (Online),
(http://lagizi.com/pengaturan-pola-makan-diabetes/) diakses tanggal 02 Oktober 2020.
Decroli, E. (2019). Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang : Pusat Penerbit
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. (Online), (http://repo.unand.ac.id/21867/1/Buku%20Diabetes %20Melitus%20%28Lengkap%29.pdf) diakses tanggal 20 Oktober 2020.