Oleh:
Kelompok 3 (Kelas C2)
Disampaikan kepada:
KASUS 1: Persekutuan Solven dan Tidak Ada Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Aset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5 dengan
kerugian sebesar Rp 10.000.000. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada
tanggal 20 Mei dan sisa kas sebesar 48.000.000 didistribusikan kepada para sekutu pada
tanggal 30 Mei 20X5. Observasi dari ilustrasi kasus ini, yaitu:
a. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca sald pada tanggal 1 Mei 20X5.
b. Kerugian sebesar 10.000.000 didistribusikan langsung kepada akun modal para sekutu.
c. Kreditor, termasuk sekutu individu yang telah memberikan pinjaman kepada
persekutuan dibayarkan sebelum kas didistribusikan kepada sekutu.
d. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo kredit modal.
e. Saldo pascalikuidasi sebesar nol menandakan bahwa selurun akun telah ditutup dan
persekutuan benar-benar telah dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus
Saldo Modal
Kas Aset Nonkas Kewajiban Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Penjualan aset dan distribusi
80.000.000 (90.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
kerugian sebesar Rp 10.000.000
90.000.000 - (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Pembayaran untuk kreditor (42.000.000
42.000.000
eksternal )
48.000.000 - - (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Pembayaran sekaligus kepada (48.000.000
30.000.000 6.000.000 12.000.000
sekutu )
Saldo pascalikuidasi - - - - - -
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang
mencatat proses likuidasi sebagai berikut:
15 Mei 20X5
(1) Kas 80.000.000
Modal, Aldi 4.000.000
Modal, Bayu 4.000.000
Modal, Citra 2.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
(Realisasi seluruh aset nonkas Persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 10.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan
rugi)
20 Mei 20X5
(2) Kewajiban 42.000.000
Kas 42.000.000
(Pembayaran kepada kreditor eksternal)
30 Mei 20X5
(3) Modal, Aldi 30.000.000
Modal, Bayu 6.000.000
Modal, Citra 12.000.000
Kas 48.000.000
(Pembayaran sekaligus kepada para sekutu)
KASUS 2: Persekutuan Solven dan Timbul Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi apabila saldo kredit pada akun modal
sekutu terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian. Defisit tersebut dapat
diatasi dengan cara sebagi berikut:
1. Para sekutu menginvestasikan kas atau aset lain untuk mengeliminasikan defisit
modal
2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu lain berdasarkan rasio
pembagian laba dan rugi yang dihasilkan.
Pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang mengalamin
defisit akun modal. Apabila sekutu tersebut secara pribadi masih solven dan memiliki
kekayaan bersih maka sekutu tersebut dapat melakukan tambahan investasi. Apabila
secara pribadi sekutu tersebut insolven maka sekutu yang lain menanggung defisit sekutu
yang insolven tersebut. Distribusi lumsum berikut mengilustrasikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut adalah sebagai berikut :
Aldi Bayu Citra
15 Mei 20X5
(1) Kas 35.000.000
Modal, Aldi 22.000.000
Modal, Bayu 22.000.000
Modal, Citra 11.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
(Realisasi seluruh aset nonkas Persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 55.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan
rugi)
20 Mei 20X5
(2) Kewajiban 42.000.000
Kas 42.000.000
(Pembayaran kepada kreditor eksternal)
30 Mei 20X5
(5 Modal, Aldi 4.000.000
)
Kas 4.000.000
(Pembayaran sekaligus kepada para sekutu)
KASUS 3: Persekutuan Inolven dan Defisit Timbul dalam Akun Modal Sekutu
Sebuah persekutuan insolven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan dari penjualan aset
tidak cukup untuk membayar liabilitas persekutuan. Dalam kasus ini, sekutu individu
bertanggungjawab untuk sisa liabilitas persekutuan yang belum dibayar. Ilustrasi berikut
ini menunjukkan persekutuan yang insolven dan terdapat defisit dalam akun modal salah
satu sekutu.
1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven dan Bayu insolven.
2. Aset nonkas dijual sebesar Rp20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5
3. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp42.000.000 pada 20 Mei 20X5
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan sebagai berikut:
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus
Saldo Modal
Kas Aset Nonkas Kewajiban Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Penjualan aset dan distribusi
20.000.000 (90.000.000) 28.000.000 28.000.000 14.000.000
kerugian sebesar Rp70.000.000
30.000.000 - (42.000.000) (6.000.000) 18.000.000 -
Distribusi defisit sekutu yang
(18.000.000)
insolven
40/60 x Rp18.000.000 12.000.000
20/60 x Rp18.000.000 6.000.000
30.000.000 - (42.000.000) 6.000.000 - 6.000.000
Kontribusi Aldi dan Citra untuk
12.000.000 (6.000.000) (6.000.000)
memulihkan modal defisit
42.000.000 - (42.000.000) - - -
(42.000.000
Pembayaran untuk kreditor 42.000.000
)
Saldo pascalikuidasi - - - - - -
15 Mei 20X5
(1) Kas 20.000.000
Modal, Aldi 28.000.000
Modal, Bayu 28.000.000
Modal, Citra 14.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
(Realisasi seluruh aset nonkas Persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 70.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan
rugi)
20 Mei 20X5
4.3
(4) Kewajiban 42.000.00
0
Kas 42.000.000
(Pembayaran sekaligus kepada para sekutu)
Likuidasi Bertahap
Likuidasi bertahap merupakan likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa bulan
dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran periodik, atau cicilan bertahap kepada
para sekutunya selama periode likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan dalam
periode yang diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi aset yang sebesar
mungkin. Umumnya, para sekutu menerima pembayaran periodik selama likuidasi
karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi.
Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas ke para sekutu sebelum menyelesaikan
likuidasi aset yang terjadi. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat
mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa di masa mendatang yang
mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Untuk
alasan ini, panduan praktis berikut ini dapat digunakan untuk membantu para akuntan
dalam menentukan pembayaran angsuran yang aman kepada para sekutu.
1. Tidak mendistribusikan uang tunai kepada para sekutu hingga seluruh liabilitas dan
beban likuiditas aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan
seperlunya.
2. Antisipasi kemungkinan yang terburuk, atau lebih membatasi sebelum menentukan
jumlah angsuran tunai yang diterima oleh masing- masing sekutu:
a. Asumsikan bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan sebagai
kerugian, yaitu dengan mengasumsikan bahwa tidak ada yang dapat
direalisasikan pada pelepasan aset.
b. Asumsikan bahwa defisit yang timbul dalam akun modal para sekutu akan
didistribusikan kepada sekutu yang tersisa. Yaitu dengan mengasumsikan
bahwa defisit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan
para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo
kredit pada akun modal menunjukkan distribusi kas yang aman yang dapat
didistribusikan kepada para sekutu dalam jumlah yang sesuai.
Ilustrasi Likuidasi Bertahap
Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus dari persekutuan ABC sekarang
juga digunakan untuk mengilustrasikan likuidasi secara bertahap atau berangsur. Aldi,
Bayu, dan Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama
beberapa periode waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap
selama proses likuidasi. Ringkasan neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei
20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai
berikut. Persentase pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu juga ditunjukkan.
PERSEKUTUAN ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp 10.000.000
Aset nonkas Rp 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) Rp 34.000.000
Modal, Bayu (40%) Rp 10.000.000
Modal, Citra (20%) Rp 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Berikut adalah penjelasan mengenai kasus tersebut.
1. Laporan kekayaan bersih para sekutu pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah sebagai
berikut:
Aldi Bayu Citra
Aset Pribadi Rp 150.000.000 Rp 12.000.000 Rp 42.000.000
Liabilitas Pribadi (Rp 86.000.000) (Rp 16.000.000) (Rp 14.000.000)
Kekayaan Bersih Rp 64.000.000 (Rp 4.000.000) Rp 28.000.000
(Defisit)
Bayu secara pribadi insolven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk likuidasi bertahap persekutuan ABC
disajikan pada figur 16-4 berikut:
Figur 16-4 Kertas Kerja Likuidasi Bertahap
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Bertahap
Saldo Modal
Kas Aset Nonkas Liabilitas Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Mei 20X5
Penjualan aset dan distribusi
kerugian sebesar Rp 10.000.000 45.000.000 (55.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman kepada Sekutu
Sekutu
Aldi Bayu Citra
40% 40% 20%
Skedul 1, 31 Mei 20X5
Perhitungan distribusi kas yang tersedia pada tanggal 31 Mei 20X5
Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi kas (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Asumsikan terjadi kerugian penuh sebesar Rp 35.000.000 atas sisa aset
nonkas dan kemungkinan terjadinya biaya likuidasi masa depan
sebesar Rp 10.000.000 18.000.000 18.000.000 9.000.000
(12.000.000) 12.000.000 (3.000.000)
(12.000.000
Asumsikan potensi defisit Bayu harus diserap oleh Aldi dan Citra
)
40/60 x Rp 12.000.000 8.000.000
20/60 x Rp 12.000.000 4.000.000
(4.000.000) - 1.000.000
Asumsikan defisit Citra harus diserap oleh Aldi 1.000.000 (1.000.000)
Pembayaran yang aman kepada sekutu, 31 Mei (3.000.000) - -
Untuk menentukan pembayaran kas yang aman untuk didistribusikan kepada para
sekutu, pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi masa depan
atas aset yang tersisa. Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi,
sisa aset yang bernilai Rp 35.000.000 akan mengakibatkan total kerugian. Sebelum
melakukan distribusi kas ke para sekutu, seorang akuntan menyusun skedul pembayaran
yang aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Ilustrasi 2
menunjukkan skedul pembayaran yang aman kepada para sekutu pada tanggal 31 Mei
20X5.
Skedul ini dimulai dengan saldo modal para sekutu pada tanggal 31 Mei. Skedul ini
secara logika hanya menggunakan akun modal yang berasal dari persamaan akuntansi
(Aset – Liabilitas = Saldo Modal Sekutu). Dengan demikian, misalnya jika ada kenaikan
liabilitas yang membuat aset neto berkurang, kesetaraan persamaan akuntansi juga akan
menghasilkan penurunan total saldo modal para sekutu. Oleh karena akun modal sekutu
yang menjadi fokus pembayaran kepada sekutu, maka tidak perlu memasukkan aset dan
liabilitas ke dalam skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup
seluruh informasi yang diperlukan agar para sekutu mengetahui berapa besar kas yang
akan mereka terima pada setiap tanggal distribusi kas.
Aldi, Bayu, dan Citra bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp 10.000.000
untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Selain itu, aset nonkas memiliki
saldo sisa sebesar Rp 35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk berupa
kerugian total atas aset nonkas dan beban likuidasi sebesar Rp 10.000.000, menimbulkan
total biaya sebesar Rp 45.000.000 yang harus didistribusikan ke akun modal para sekutu.
Akun modal Aldi, Bayu, dan Citra dikenakan beban masing – masing sebesar Rp
18.000.000, Rp 18.000.000, dan Rp 9.000.000 untuk bagian dari kerugian yang
diasumsikan sebesar Rp 45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan pro forma defisit
dalam akun modal Bayu. Ingat, ini bukan defisit aktual yang harus dipulihkan. Ini hanya
hasil dari penerapan asumsi kasus terburuk.
Dengan melanjutkan perencanaan kasus terburuk tersebut, akuntan mengasumsikan
bahwa Bayu insolven (yang benar terjadi dalam contoh ini) dan mendistribusikan pro
forma defisit dalam akun modal Bayu kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio
pembagian kerugian sebesar 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang
dihasilkan mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman dapat didistribusikan kepada
para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan dalam Figur 16-5. Kas
yang tersedia sebesar Rp 3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir seharusnya
memenuhi kesetaraan jumlah aset dan ekuitas pada persamaan akuntansi. Jika kesetaraan
tidak terwujud, maka kemungkinan telah terjadi kesalahan yang harus dikoreksi sebelum
meneruskan lebih lanjut. Pada tanggal 31 Mei, setelah distribusi bertahap dilakukan,
persamaan akuntansi akan menjadi:
Aset – Liabilitas = Ekuitas Pemilik
Rp 45.000.000 – Rp 0 = Rp 45.000.000
PERSEKUTUAN ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas Rp 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) Rp 34.000.000
Modal, Bayu (40%) Rp 10.000.000
Modal, Citra (20%) Rp 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Para sekutu meminta rencana distribusi kas pada tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan
distribusi atau kas setelah tersedia selama proses likuidasi. Rencana semacam itu selalu
memberikan pembayaran kepada kreditur persekutuan sebelum distribusi dapat
dilakukan kepada para sekutu. Figur 16-6 berikut ini menyajikan rencana distribusi kas
pada tanggal 1 Mei, tanggal awal proses likuidasi.
Figur 16-6 Rencana Distribusi Kas untuk Melikuidasi Persekutuan
PERSEKUTUAN ABC
Rencana Distribusi Kas
1 Mei 20X5
Daya Serap Kerugian Saldo Modal
Aldi Bayu Citra Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Persentase pembagian kerugian 40% 40% 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Daya serap kerugian (LAP)
(85.000.000) (25.000.000) (70.000.000)
(Saldo modal/rasio kerugian)
Rp 34.000 .000
LAP tertinggi (Rp 85.000.000 ( )), Citra memiliki LAP tertinggi
0,4
Rp 14.000 .000
berikutnya (Rp 70.000.000 ( )), dan Bayu memiliki LAP terendah (Rp
0,2
Rp 10.000 .000
25.000.000 ( )). LAP masing – masing sekutu merupakan jumlah
0,4
kerugian yang sepenuhnya mengeliminasi saldo kredit modal netonya. Aldi adalah
sekutu yang paing tidak rentan terhadap kerugian dan Bayu adalah yang paling rentan
terhadap kerugian.
2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima
pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para kreditur. Aldi akan menjadi satu –
satunya sekutu yang menerima kas hingga LAP menurun ke tingkat sekutu tertinggi
berikutnya, yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar Rp 15.000.000 (Rp
85.000.000 – Rp 70.000.000) membutuhkan pembayaran sebesar Rp 6.000.000 (Rp
15.000.000 × 0,4) kepada Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp 6.000.000 kepada
Aldi, daya serap kerugian yang baru akan sama dengan Citra, yang dihitung dengan
saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp 28.000.000 (Rp 34.000.000 – Rp
6.000.000) dibagi dengan persentase pembagian kerugiannya sebesar 40% (
Rp 28.000 .000
= Rp 70.000.000).
0,4
3. LAP Aldi dan Citra sekarang akan sama, dan mereka akan menerima distribusi kas
hingga LAP masing – masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar
Rp 25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP Rp 45.000.000 (Rp
70.000.000 – Rp 25.000.000) dengan rasio pembagian kerugian kedua sekutu
menunjukkan berapa banyak kas yang tersedia berikutnya agar dapat dibayarkan
dengan aman kepada masing – masing sekutu. Aldi dan Citra akan menerima
distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian kerugiannya. Dengan tersedianya kas
sebesar Rp 27.000.000, maka yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra
masing – masing adalah dengan rasio 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra.
4. Saat ketiga sekutu memiliki LAP yang sama, maka sisa kas yang tersedia akan
didistribusikan menurut rasio pembagian kerugian masing – masing sekutu.
Ringkasan rencana distribusi kas pada bagian bawah Figur 16-6 diberikan kepada
masing – masing sekutu. Dari ringkasan ini, para sekutu mampu menentukan jumlah
relatif yang akan diterima masing – masing apabila telah tersedia kas pada persekutuan.
Figur 16-7 menyajikan saldo modal untuk tiap – tiap sekutu dalam persekutuan ABC
selama periode likuidasi bertahap dari tanggal 1 Mei 20X5 hingga 31 Juli 20X5.
Pembayaran secara bertahap kepada para sekutu dihitung dalam laporan realisasi dan
likuidasi persekutuan (Figur 16-4) dengan menggunakan skedul distribusi aman kepada
para sekutu (Figur 16-5). Figur 16-7 menunjukkan bahwa distribusi yang sebenarnya dari
kas yang tersedia sesuai dengan rencana distribusi kas yang telah dipersiapkan pada awal
proses likuidasi.
Figur 16-7 Konfirmasi Rencana Distribusi Kas
PERSEKUTUAN ABC
Saldo Akun Modal
1 Mei 20X5 sampai dengan 31 Juli 20X5
Saldo Modal
Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 31 Mei (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Kerugian bulan Mei sebesar Rp10.000.000 atas pelepasan aset 4.000.000 4.000.000 2.000.000
(30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Distribusi kas yang tersedia tanggal 31 Mei sebesar Rp3.000.000 untuk para
sekutu: Pertama sebesar Rp3.000.000 (prioritas Aldi sebesar Rp6.000.000) 3.000.000
(27.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Kerugian bulan Juni sebesar Rp15.000.000 atas pelepasan aset 6.000.000 6.000.000 3.000.000
(21.000.000) - (9.000.000)
Distribusi kas yang tersedia tanggal 30 Juni sebesar Rp15.000.000 untuk para
sekutu:
3.000.000
Berikutnya sebesar Rp3.000.000 (prioritas Aldi Rp6.000.000)
Sisa sebesar Rp 12.000.000
40/60 untuk Aldi 8.000.000
20/60 untuk Citra 4.000.000
(10.000.000) - (5.000.000)
Biaya likuidasi sebesar Rp7.500.000 3.000.000 3.000.000 1.500.000
(7.000.000) 3.000.000 (3.500.000)
Distribusi defisit actual Bayu 2.000.000 (3.000.000) 1.000.000
(5.000.000) - (2.500.000)
Pembayaran final sebesar Rp7.500.000 untuk para sekutu pada 31 Juli 20X5:
5.000.000
40/60 untuk Aldi
20/60 untuk Citra 2.500.000
Saldo pasca likuidasi, 31 Juli - - -
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Richard E., Theodore E. Christensen, David M. Cottrell, Kurnia I.R, Widhi Astono,
dan Etty Retno W. Akuntansi Keuangan Lanjutan Perspektif Indonesia. Edisi 2-Buku
2. Jakarta: Salemba Empat.