Anda di halaman 1dari 25

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

RINGKASAN MATERI KULIAH RPS 4


LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Oleh:
Kelompok 3 (Kelas C2)

Made Shinta Widayanti (1907531080)


Andrian Tedja (1907531092)

I Nyoman Toniarta (1907531099)


Ni Putu Adelia Maya Pratiwi (1907531180)
Ni Made Ayu Nadia Rasintya Putri (1907531260)

Disampaikan kepada:

Ibu Luh Gede Krisna Dewi, S.E, M.Si.,Ak.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
RINGKASAN MATERI KULIAH
RPS 4 LIKUIDASI PERSEKUTUAN

4.1 Gambaran Umum Likuidasi Persekutuan


Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha) secara
keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua
hutang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para sekutu
sesuai dengan rasio laba atau rugi. Adapun tujukan likuidasi secara umum, yaitu:
1. Mengkonversi aktiva menjadi cash dengan kerugian minimum dari realisasi aktiva
2. Penyelesaian kewajiban sah persekutuan
3. Pembagian cash dan aktiva lainnya yang tidak bias dicairkan pada setiap sekutu
dengan adil
4.1.1 Pengunduran Diri atau Disosiasi (Dissociation)
Pengunduran diri atau disosiasi (dissociation) adalah konsep hukum untuk
pengunduran diri sekutu karena:
1. Sekutu meninggal
2. Sekutu secara suka rela mengundurkan diri (misal: pensiun)
3. Keputusan pengadilan, seperti:
a) Sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum yang secara
signifikan berakibat negatif bagi persekutuan.
b) Sekutu melanggar perjanjian persekutuan
c) Sekutu menjadi debitur dalam kebangkrutan
d) Sekutu individual sudah tidak mampu melaksanakan kewajibannya
berdasarkan perjanjian persekutuan.
Tidak seluruh disosiasi menimbulkan pembubaran persekutuan. Banyak disosiasi
hanya melibatkan pembelian kepemilikan sekutu yang mengundurkan diri dibandingkan
melakukan terminasi dan membubarkan bisnis persekutuan.
4.1.2 Pembubaran Bisnis Persekutuan (Dissolution)
Dissolution merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian yang dapat menyebabkan
pembubaran dan terminasi bisnis pesekutuan adalah sebagai berikut:
1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu seorang sekutu dapat mengeluarkan
pemberitahuan pengunduran diri dari persekutuan. Pengunduran diri sewaktu-waktu
ini dapat terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk pemahaman secara lisan
diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang
diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian seperti ini yang dapat
menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukan, misalnya sebuah ketentuan
untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari persekutuan.
2. Pada pesekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu,pembubaran
dapat terjadi karena:
a) Seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena melakukan
kesalahan, paling tidak terdapat setengah sekutu yang tinggal memutuskan
menghentikan bisnis persekutuan.
b) Ketika seluruh sekutu setuju untuk menghentikan persekutuan.
c) Ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi atau selesai.
3. Suatu peristiwa yang merupakan pelanggaran hukum jika diterapkan pada bagian
penting suatu kemitraan bisnis.
4. Adanya keputusan pengadilan bahwa:
a) Tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak dapat tercapai
b) Seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan bisnis
persekutuan yang membuat bisnis persekutuan tidak mungkin dilanjutkan
secara praktik.
c) Ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis persekutuan secara
praktik sejalan dengan perjanjian persekutuan.
4.1.3 Terminasi dan Likuidasi Persekutuan
Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran persekutuan.
Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu penyelesaian proses penghentian
bisnis. Proses terminasi mencakup transaksi-transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi
persekutuan, seperti:
a. Penagihan piutang, termasuk piutang sekutu, konversi aset non kas menjadi kas,
b. Pembayaran kewajiban persekutuan,
c. Distribusi saldo bersih yang tersisa kepada para sekutu dalam bentuk kas sesuai
proporsi kepemilikan modal.
Jika perjanjian persekutuan tidak memberikan rasio khusus untuk likuidasi, maka laba
atau rugi yang terjadi selama proses likuidasi didistribusikan berdasarkan rasio normal
laba dan rugi yang biasa digunakan selama operasi persekutuan.
Pinjaman dari Sekutu
Kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan kepada persekutuan memiliki
status yang sama dengan kewajiban persekutuan kepada kreditur pihak ketiga. Jadi, tidak
ada saling hapus diantara kewajiban dengan akun modal sekutu. Kewajiban persekutuan
ke sekutu individual ini harus dibayar selama proses terminasi persekutuan.
Defisit Akun Modal Sekutu
Dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki akun modal defisit harus melakukan
kontribusi kepada persekutuan untuk menghilangkan defisit modal tersebut. Persekutuan
melakukan distribusi likuidasi, dalam bentuk kas, kepada tiap sekutu dengan saldo modal
kredit. Jika seorang sekutu gagal melakukan kontribusi untuk menghilangkan defisit
modalnya, maka seluruh sekutu harus melakukan kontribusi, sesuai dengan proporsi
pembagian kerugian, berupa tambahan jumlah yang diperlukan untuk membayar
kewajiban persekutuan.
Laporan Realisasi dan Likuidasi Persekutuan
Untuk mengarahkan dan meringkas proses likuidasi persekutuan, sebuah laporan
realisasi dan likuidasi persekutuan (statement of paertnership realization and liquidation)
harus disiapkan. Laporan ini merupakan dasar pembuatan ayat jurnal untuk mencatat
likuidasi. Laporan ini menyajikan pengaruh likuidasi terhadap akun-akun laporan posisi
keuangan persekutuan dalam bentuk kertas kerja.

4.2 Likuidasi Sekaligus


Likuidasi persekutuan secara sekaligus (lumpsum liquidation) merupakan suatu proses
likuidasi dimana seluruh aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek,
kreditor eksternal dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada
para sekutu atas bagian modal yang disetorkan.
a. Realisasi Aset
Pada umumnya sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual asetnya.
Persekutuan dapat saja melakukan penjualan “cuci gudang karena akan tutup” dimana
persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai di bawah harga jual normal dengan
maksud untuk mendorong penjualan dengan segera. Sering kali persediaan yang tersisa
dapat dijual kepada perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembelian aset usaha
yang mengalami likuidasi. Mebel, peralatan, dan aset perusahaan lainnya dapat
ditawarkan dengan harga diskon atau dijual kepada pihak likuidator.
Piutang usaha umumnya ditagihkan oleh persekutuan. Kadang kala persekutuan
menawarkan diskon tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang tepat waktu
yang penagihannya malah dapat menunda proses terminasi persekutuan. Alternatif lain
adalah piutang tersebut dijual kepada perusahaan anjak piutang (factor), yaitu
perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembelian piutang usaha dan dengan
segera membayar uang tunai kepada pihak penjual piutang. Persekutuan mencatat
penjualan piutang tersebut sama halnya dengan penjualan aset yang lain. Secara
umum, pihak anjak piutang hanya membeli piutang usaha perusahaan yang paling baik
dengan harga di bawah nilai tercatat, namun beberapa anjak piutang masih berminat
untuk membeli seluruh piutang dan membayar dengan harga yang jauh di bawah nilai
tercatatnya.
Aset persekutuan, termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontribusi yang
disyaratkan kepada sekutu untuk menutupi defisit modal, digunakan untuk membayar
kreditor persekutuan.
b. Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan liabilitas
persekutuan yang telah diketahui. Nama dan alamat kreditor serta jumlah yang
terutang dari masing-masing pihak harus dicatat. Sebagaimana umumnya terjadi,
kreditor yang belum terjadwal akan diketauhi selama proses likuidasi. Proses likuidasi
juga melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum dan akuntansi tambahan.
Persekutuan juga menanggung biaya pelepasan usaha, seperti biaya iklan khusus dan
biaya mencari agen penjual peralaatan yang khusus. Beban ini dialokasikan ke akun
modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi.
c. Ilustrasi Likuidasi Sekaligus
Ilustrasi berikut menyajikan likuidasi yang dilakukan oleh Persekutuan ABC
dengan para sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu, dan Citra pada 1 Mei 20X5. Pada
tahun 20X4, mereka menyesuaikan persentase distribusi laba rugi berdasarkan
besarnya peran masing-masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut
adalah Aldi 40%, Bayu 40%, dan Citra 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan pada
tanggal 1 Mei 20X5 pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha,
adalah sebagai berikut:
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal, Citra (20%) 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000

KASUS 1: Persekutuan Solven dan Tidak Ada Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Aset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5 dengan
kerugian sebesar Rp 10.000.000. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada
tanggal 20 Mei dan sisa kas sebesar 48.000.000 didistribusikan kepada para sekutu pada
tanggal 30 Mei 20X5. Observasi dari ilustrasi kasus ini, yaitu:
a. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca sald pada tanggal 1 Mei 20X5.
b. Kerugian sebesar 10.000.000 didistribusikan langsung kepada akun modal para sekutu.
c. Kreditor, termasuk sekutu individu yang telah memberikan pinjaman kepada
persekutuan dibayarkan sebelum kas didistribusikan kepada sekutu.
d. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo kredit modal.
e. Saldo pascalikuidasi sebesar nol menandakan bahwa selurun akun telah ditutup dan
persekutuan benar-benar telah dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.

PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus
Saldo Modal
Kas Aset Nonkas Kewajiban Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Penjualan aset dan distribusi
80.000.000 (90.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
kerugian sebesar Rp 10.000.000
90.000.000 - (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Pembayaran untuk kreditor (42.000.000
42.000.000
eksternal )
48.000.000 - - (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Pembayaran sekaligus kepada (48.000.000
30.000.000 6.000.000 12.000.000
sekutu )
Saldo pascalikuidasi - - - - - -

Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang
mencatat proses likuidasi sebagai berikut:

15 Mei 20X5
(1) Kas 80.000.000
Modal, Aldi 4.000.000
Modal, Bayu 4.000.000
Modal, Citra 2.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
(Realisasi seluruh aset nonkas Persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 10.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan
rugi)

20 Mei 20X5
(2) Kewajiban 42.000.000
Kas 42.000.000
(Pembayaran kepada kreditor eksternal)

30 Mei 20X5
(3) Modal, Aldi 30.000.000
Modal, Bayu 6.000.000
Modal, Citra 12.000.000
Kas 48.000.000
(Pembayaran sekaligus kepada para sekutu)

KASUS 2: Persekutuan Solven dan Timbul Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi apabila saldo kredit pada akun modal
sekutu terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian. Defisit tersebut dapat
diatasi dengan cara sebagi berikut:
1. Para sekutu menginvestasikan kas atau aset lain untuk mengeliminasikan defisit
modal
2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu lain berdasarkan rasio
pembagian laba dan rugi yang dihasilkan.
Pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang mengalamin
defisit akun modal. Apabila sekutu tersebut secara pribadi masih solven dan memiliki
kekayaan bersih maka sekutu tersebut dapat melakukan tambahan investasi. Apabila
secara pribadi sekutu tersebut insolven maka sekutu yang lain menanggung defisit sekutu
yang insolven tersebut. Distribusi lumsum berikut mengilustrasikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut adalah sebagai berikut :
Aldi Bayu Citra

Aset Pribadi Rp 150.000.000 Rp 12.000.000 Rp 42.000.000


Liabilitas Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)
Kekayaan bersih (defisit) Rp 64.000.000 Rp (4.000.000) Rp 28.000.000
b. Aset nonkas persekutuan dijual seharga Rp 35.000.000 pada tanggal 15 Mei
20X5, dan kerugian sebesar Rp 55.000.000 dialokasikan ke akun modal para
sekutu.
c. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5
d. Oleh karena Bayu secara pribadi insolven, maka defisit modal Bayu sebesar
Rp12.000.000 dialokasikan ke sekutu lainnya.
e. Sisa uang tunai sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran lumsum pada tanggal 30 Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan sebagai berikut:
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus
Saldo Modal
Kas Aset Nonkas Kewajiban Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Penjualan aset dan distribusi
35.000.000 (90.000.000) 22.000.000 22.000.000 11.000.000
kerugian sebesar Rp 55.000.000
45.000.000 - (42.000.000) (12.000.000) 12.000.000 (3.000.000)
Pembayaran untuk kreditor (42.000.000
42.000.000
eksternal )
3.000.000 - - (12.000.000) 12.000.000 (3.000.000)
Distribusi defisit sekutu yang
(12.000.000)
insolven
40/60 x Rp 12.000.000 8.000.000
20/60 x Rp 12.000.000 4.000.000
3.000.000 - - (4.000.000) - 1.000.000
Kontribusi Citra untuk
1.000.000 (1.000.000)
memulihkan modal defisit
4.000.000 - - (4.000.000) - -
Pembayaran sekaligus kepada
(4.000.000) 4.000.000
sekutu
Saldo pascalikuidasi - - - - - -

Pengamatan yang muncul dari ilustrasi di atas adalah sebagai berikut:


1. Kerugian sebesar Rp55.000.000 dari realisasi aset nonkas dialokasikan dengan rasio
pembagian kerugian kepada sekutu sebesar 40% untuk Aldi, 40% untuk Bayu, dan
20% untuk Citra. Bagian Bayu atas kerugian pelepasan aset sebesar Rp22.000.000
menimbulkan defisit akun modal sebesar Rp12.000.000. Bayu secara pribadi
insolven dan tidak mampu melakukan investasi tambahan untuk menghapus defisit
modal.
2. Kreditor persekutuan dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada para sekutu.
3. Defisit bayu Rp12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra dengan rasio
pembagian kerugian, dimana Aldi menanggung dua pertiga dan Citra menanggung
sepertiga dari defisit Bayu.
4. Distribusi atas defisit Bayu menimbulkan defisit dalam akun modal Citra. Citra harus
memberikan kontribusi Rp1.000.000 untuk memulihkan defisit modalnua.
5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp4.000.000.
6. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol yang menunjukkan bahwa seluruh akun
telah ditutup dan persekutuan secara penuh telah dilikuidasi.
Ayat jurnal yang mencatat proses likuidasi sebagai berikut:

15 Mei 20X5
(1) Kas 35.000.000
Modal, Aldi 22.000.000
Modal, Bayu 22.000.000
Modal, Citra 11.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
(Realisasi seluruh aset nonkas Persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 55.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan
rugi)

20 Mei 20X5
(2) Kewajiban 42.000.000
Kas 42.000.000
(Pembayaran kepada kreditor eksternal)

(3) Modal, Aldi 8.000.000


Modal, Citra 4.000.000
Modal, Bayu 12.000.000
(Menutup defisit modal Bayu dengan distribusi modal Aldi dan Citra)

(4) Kas 1.000.000


Modal, Citra 1.000.000
(Menutup defisit modal Citra dengan kontribusi kas oleh Citra)

30 Mei 20X5
(5 Modal, Aldi 4.000.000
)
Kas 4.000.000
(Pembayaran sekaligus kepada para sekutu)

KASUS 3: Persekutuan Inolven dan Defisit Timbul dalam Akun Modal Sekutu
Sebuah persekutuan insolven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan dari penjualan aset
tidak cukup untuk membayar liabilitas persekutuan. Dalam kasus ini, sekutu individu
bertanggungjawab untuk sisa liabilitas persekutuan yang belum dibayar. Ilustrasi berikut
ini menunjukkan persekutuan yang insolven dan terdapat defisit dalam akun modal salah
satu sekutu.
1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven dan Bayu insolven.
2. Aset nonkas dijual sebesar Rp20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5
3. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp42.000.000 pada 20 Mei 20X5
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan sebagai berikut:
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus
Saldo Modal
Kas Aset Nonkas Kewajiban Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Penjualan aset dan distribusi
20.000.000 (90.000.000) 28.000.000 28.000.000 14.000.000
kerugian sebesar Rp70.000.000
30.000.000 - (42.000.000) (6.000.000) 18.000.000 -
Distribusi defisit sekutu yang
(18.000.000)
insolven
40/60 x Rp18.000.000 12.000.000
20/60 x Rp18.000.000 6.000.000
30.000.000 - (42.000.000) 6.000.000 - 6.000.000
Kontribusi Aldi dan Citra untuk
12.000.000 (6.000.000) (6.000.000)
memulihkan modal defisit
42.000.000 - (42.000.000) - - -
(42.000.000
Pembayaran untuk kreditor 42.000.000
)
Saldo pascalikuidasi - - - - - -

Pengamatan yang muncul dari ilustrasi di atas adalah sebagai berikut:


1. Kerugian sebesar Rp70.000.000 dialokasikan dengan rasio pembagian kerugian
kepada sekutu. Alokasi ini menimbulkan defisit akun modal Bayu sebesar
Rp18.000.000.
2. Dikarenakan Bayu secara pribadi insolven, maka defisit Rp18.000.000 dialokasikan
kepada Aldi 40:60 dan Citra 20:60. Distribusi defisit Bayu menghasilkan defisit
sebesar masing-masing Rp6.000.000 untuk Aldi dan Citra
3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk memulihkan defisit
modalnya masing-masing sebesar Rp6.000.000
4. Uang tunai persekutuan yang tersedia Rp42.000.000 digunakan untuk member
kreditor perusahaan.
5. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol yang menunjukkan penyelesaian likuidasi
persekutuan.

Ayat jurnal yang mencatat proses likuidasi sebagai berikut:

15 Mei 20X5
(1) Kas 20.000.000
Modal, Aldi 28.000.000
Modal, Bayu 28.000.000
Modal, Citra 14.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
(Realisasi seluruh aset nonkas Persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 70.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan
rugi)

(2) Modal, Aldi 12.000.000


Modal, Citra 6.000.000
Modal, Bayu 18.000.000
(Menutup defisit modal Bayu dengan distribusi modal Aldi dan Citra)

(3) Kas 12.000.000


Modal, Aldi 6.000.000
Modal, Citra 6.000.000
(Menutup defisit modal Aldi dan Citra dengan kontribusi kas oleh Aldi
dan Citra)

20 Mei 20X5
4.3
(4) Kewajiban 42.000.00
0
Kas 42.000.000
(Pembayaran sekaligus kepada para sekutu)

Likuidasi Bertahap
Likuidasi bertahap merupakan likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa bulan
dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran periodik, atau cicilan bertahap kepada
para sekutunya selama periode likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan dalam
periode yang diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi aset yang sebesar
mungkin. Umumnya, para sekutu menerima pembayaran periodik selama likuidasi
karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi.
Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas ke para sekutu sebelum menyelesaikan
likuidasi aset yang terjadi. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat
mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa di masa mendatang yang
mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Untuk
alasan ini, panduan praktis berikut ini dapat digunakan untuk membantu para akuntan
dalam menentukan pembayaran angsuran yang aman kepada para sekutu.
1. Tidak mendistribusikan uang tunai kepada para sekutu hingga seluruh liabilitas dan
beban likuiditas aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan
seperlunya.
2. Antisipasi kemungkinan yang terburuk, atau lebih membatasi sebelum menentukan
jumlah angsuran tunai yang diterima oleh masing- masing sekutu:
a. Asumsikan bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan sebagai
kerugian, yaitu dengan mengasumsikan bahwa tidak ada yang dapat
direalisasikan pada pelepasan aset.
b. Asumsikan bahwa defisit yang timbul dalam akun modal para sekutu akan
didistribusikan kepada sekutu yang tersisa. Yaitu dengan mengasumsikan
bahwa defisit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan
para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo
kredit pada akun modal menunjukkan distribusi kas yang aman yang dapat
didistribusikan kepada para sekutu dalam jumlah yang sesuai.
Ilustrasi Likuidasi Bertahap
Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus dari persekutuan ABC sekarang
juga digunakan untuk mengilustrasikan likuidasi secara bertahap atau berangsur. Aldi,
Bayu, dan Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama
beberapa periode waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap
selama proses likuidasi. Ringkasan neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei
20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai
berikut. Persentase pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu juga ditunjukkan.
PERSEKUTUAN ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp 10.000.000
Aset nonkas Rp 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) Rp 34.000.000
Modal, Bayu (40%) Rp 10.000.000
Modal, Citra (20%) Rp 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Berikut adalah penjelasan mengenai kasus tersebut.
1. Laporan kekayaan bersih para sekutu pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah sebagai
berikut:
Aldi Bayu Citra
Aset Pribadi Rp 150.000.000 Rp 12.000.000 Rp 42.000.000
Liabilitas Pribadi (Rp 86.000.000) (Rp 16.000.000) (Rp 14.000.000)
Kekayaan Bersih Rp 64.000.000 (Rp 4.000.000) Rp 28.000.000
(Defisit)
Bayu secara pribadi insolven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.

2. Aset nonkas yang dijual adalah sebagai berikut:


Tanggal Nilai Buku Proceed Kerugian
15 Mei 20X5 Rp 55.000.000 Rp 45.000.000 Rp 10.000.000
15 Juni 20X5 Rp 30.000.000 Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
15 Juli 20X5 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 -

3. Kreditur akan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei.


4. Para sekutu bersepakat untuk mengelola cadangan kas sebesar Rp 10.000.000 selama
proses likuidasi yang digunakan untuk membayar beban likuidasi.
5. Para sekutu bersepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap
bulan, yaitu likuidasi bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Mei dan 30 Juni.
Distribusi kas final kepada para sekutu akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 20X5,
akhir proses likuidasi.

Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk likuidasi bertahap persekutuan ABC
disajikan pada figur 16-4 berikut:
Figur 16-4 Kertas Kerja Likuidasi Bertahap

PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Bertahap
Saldo Modal
Kas Aset Nonkas Liabilitas Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Mei 20X5
Penjualan aset dan distribusi
kerugian sebesar Rp 10.000.000 45.000.000 (55.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000

55.000.000 35.000.000 (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)


Pembayaran untuk kreditor (42.000.000) 42.000.000
13.000.000 35.000.000 - (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Pembayaran kepada sekutu
(3.000.000) 3.000.000
(Skedul 1, Figur 16-5)
10.000.000 35.000.000 - (27.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Juni 20X5:
Penjualan aset dan distribusi
kerugian sebesar Rp 15.000.000 15.000.000 (30.000.000) 6.000.000 6.000.000 3.000.000

25.000.000 5.000.000 - (21.000.000) - (9.000.000)


Pembayaran kepada sekutu
(15.000.000) 11.000.000 4.000.000
(Skedul 2, Figur 16-5)
10.000.000 5.000.000 - (10.000.000) - (5.000.000)
Juli 20X5:
Penjualan aset sebesar nilai buku
5.000.000 (5.000.000)
15.000.000 - - (10.000.000) - (5.000.000)
Pembayaran biaya likuidasi
(7.500.000) 3.000.000 3.000.000 1.500.000
Rp 7.500.000
7.500.000 (7.000.000) 3.000.000 (3.500.000)
Distribusi defisit sekutu yang
(18.000.000)
insolven
40/60 x Rp 3.000.000 2.000.000
20/60 x Rp 3.000.000 1.000.000
7.500.000 - - (5.000.000) - (2.500.000)
Pembayaran untuk sekutu (7.500.000) 5.000.000 2.500.000
Saldo pascalikuidasi, 31 Juli - - - - - -
Figur 16-5 Skedul Pembayaran kepada Para Sekutu dalam Likuidasi Bertahap

PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman kepada Sekutu
Sekutu
Aldi Bayu Citra
40% 40% 20%
Skedul 1, 31 Mei 20X5
Perhitungan distribusi kas yang tersedia pada tanggal 31 Mei 20X5
Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi kas (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Asumsikan terjadi kerugian penuh sebesar Rp 35.000.000 atas sisa aset
nonkas dan kemungkinan terjadinya biaya likuidasi masa depan
sebesar Rp 10.000.000 18.000.000 18.000.000 9.000.000
(12.000.000) 12.000.000 (3.000.000)
(12.000.000
Asumsikan potensi defisit Bayu harus diserap oleh Aldi dan Citra
)
40/60 x Rp 12.000.000 8.000.000
20/60 x Rp 12.000.000 4.000.000
(4.000.000) - 1.000.000
Asumsikan defisit Citra harus diserap oleh Aldi 1.000.000 (1.000.000)
Pembayaran yang aman kepada sekutu, 31 Mei (3.000.000) - -

Skedul 2, 30 Juni 20X5


Perhitungan distribusi kas yang tersedia pada tanggal 30 Juni 20X5
Saldo modal, 30 Juni, sebelum distribusi kas (21.000.000) - (9.000.000)
Asumsikan terjadi kerugian penuh sebesar Rp 5.000.000 atas sisa aset
nonkas dan kemungkinan terjadinya biaya likuidasi masa depan 6.000.000 6.000.000 3.000.000
sebesar Rp 10.000.000
(15.000.000) 6.000.000 (6.000.000)
Asumsikan potensi defisit Bayu harus diserap oleh Aldi dan Citra (6.000.000)
40/60 x Rp 6.000.000 4.000.000
20/60 x Rp 6.000.000 2.000.000
Pembayaran yang aman kepada sekutu, 30 Juni (11.000.000) - (4.000.000)

Transaksi Selama Bulan Mei 20X5


1. Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar
Rp 5.000.000 kepada para sekutu. Prosedur yang digunakan untuk menghasilkan
jumlah ini adalah sebagai berikut:Penjualan aset yang bernilai Rp 55.000.000
menghasilkan kerugian sebesar Rp 10.000.000 yang didistribusikan kepada
ketiga sekutu berdasarkan rasio pembagian kerugian.
2. Pembayaran sebesar Rp 42.000.000 dilakukan kepada kreditur persekutuan atas
liabilitas yang diketahui.
3. Kas yang tersedia didistribusikan pada tanggal 31 Mei 20X5.

Untuk menentukan pembayaran kas yang aman untuk didistribusikan kepada para
sekutu, pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi masa depan
atas aset yang tersisa. Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi,
sisa aset yang bernilai Rp 35.000.000 akan mengakibatkan total kerugian. Sebelum
melakukan distribusi kas ke para sekutu, seorang akuntan menyusun skedul pembayaran
yang aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Ilustrasi 2
menunjukkan skedul pembayaran yang aman kepada para sekutu pada tanggal 31 Mei
20X5.
Skedul ini dimulai dengan saldo modal para sekutu pada tanggal 31 Mei. Skedul ini
secara logika hanya menggunakan akun modal yang berasal dari persamaan akuntansi
(Aset – Liabilitas = Saldo Modal Sekutu). Dengan demikian, misalnya jika ada kenaikan
liabilitas yang membuat aset neto berkurang, kesetaraan persamaan akuntansi juga akan
menghasilkan penurunan total saldo modal para sekutu. Oleh karena akun modal sekutu
yang menjadi fokus pembayaran kepada sekutu, maka tidak perlu memasukkan aset dan
liabilitas ke dalam skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup
seluruh informasi yang diperlukan agar para sekutu mengetahui berapa besar kas yang
akan mereka terima pada setiap tanggal distribusi kas.
Aldi, Bayu, dan Citra bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp 10.000.000
untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Selain itu, aset nonkas memiliki
saldo sisa sebesar Rp 35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk berupa
kerugian total atas aset nonkas dan beban likuidasi sebesar Rp 10.000.000, menimbulkan
total biaya sebesar Rp 45.000.000 yang harus didistribusikan ke akun modal para sekutu.
Akun modal Aldi, Bayu, dan Citra dikenakan beban masing – masing sebesar Rp
18.000.000, Rp 18.000.000, dan Rp 9.000.000 untuk bagian dari kerugian yang
diasumsikan sebesar Rp 45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan pro forma defisit
dalam akun modal Bayu. Ingat, ini bukan defisit aktual yang harus dipulihkan. Ini hanya
hasil dari penerapan asumsi kasus terburuk.
Dengan melanjutkan perencanaan kasus terburuk tersebut, akuntan mengasumsikan
bahwa Bayu insolven (yang benar terjadi dalam contoh ini) dan mendistribusikan pro
forma defisit dalam akun modal Bayu kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio
pembagian kerugian sebesar 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang
dihasilkan mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman dapat didistribusikan kepada
para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan dalam Figur 16-5. Kas
yang tersedia sebesar Rp 3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir seharusnya
memenuhi kesetaraan jumlah aset dan ekuitas pada persamaan akuntansi. Jika kesetaraan
tidak terwujud, maka kemungkinan telah terjadi kesalahan yang harus dikoreksi sebelum
meneruskan lebih lanjut. Pada tanggal 31 Mei, setelah distribusi bertahap dilakukan,
persamaan akuntansi akan menjadi:
Aset – Liabilitas = Ekuitas Pemilik
Rp 45.000.000 – Rp 0 = Rp 45.000.000

Transaksi Selama Bulan Juni 20X5


Ilustrasi berlanjut dengan transaksi untuk bulan Juni 20X5, yaitu sebagai berikut:
1. Aset nonkas sebesar Rp 30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian
sebesar Rp 15.000.000. Kerugian tersebut didistribusikan ke para sekutu dengan
rasio pembagian kerugian, yang menghasilkan saldo modal Bayu sebesar 0.
2. Pada tanggal 30 Juni 20X5, kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu
sebagai pembayaran bertahap.
Skedul pembayaran yang aman kepada para sekutu pada tanggal 30 Juni 20X5 dalam
Ilustrasi 2 menunjukkan bagaimana jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk
mengasumsikan bahwa aset nonkas yang tersisa sebesar Rp 5.000.000 harus dihapuskan
sebagai kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp 10.000.000 sepenuhnya akan
digunakan untuk beban likuidasi. Pro forma kerugian sebesar Rp 15.000.000 ini
dialokasikan kepada para sekutu dengan rasio pembagian kerugian, sehingga
menimbulkan defisit sebesar Rp 6.000.000 dalam akun modal Bayu. Dengan melanjutkan
skenario kasus terburuk ini, diasumsikan bahwa Bayu tidak dapat menghapus saldo debit
dalam modal ini. Oleh karena itu, potensi defisit sebesar Rp 6.000.000 ini dialokasikan
kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi yaitu
40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang terjadi dalam akun modal para
sekutu menunjukkan jumlah kas yang dapat didistribusikan dengan aman. Uang tunai
yang tersedia sebesar Rp 15.000.000 akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra pada
tanggal 30 Juni, sebagaimana ditunjukkan dalam Figur 16-4.

Transaksi selama Bulan Juli 20X5


Bagian terakhir Figur 16-4 menunjukkan penyelesaian transaksi likuidasi selama bulan
Juli 20X5:
1. Aset yang tersisa dijual pada nilai bukunya sebesar Rp 5.000.000.
2. Biaya likuidasi yang sebenarnya sebesar Rp 7.500.000 dibayarkan dan
dialokasikan kepada para sekutu dengan rasio pembagian kerugian, menimbulkan
defisit sebesar Rp 3.000.000 dalam akun modal Bayu. Sisa sebesar Rp 2.500.000
dari Rp 10.000.000 yang dicadangkan untuk biaya yang dikeluarkan untuk
distribusi kepada para sekutu.
3. Oleh karena Bayu secara pribadi insolven dan tidak dapat memberikan kontribusi
kepada persekutuan, maka defisit sebesar Rp 3.000.000 tersebut didistribusikan
kepada Aldi dan Citra dengan rasio pembagian kerugian. Perhatikan bahwa ini
merupakan defisit aktual, bukan pro forma defisit.
4. Sisa kas sebesar Rp 7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra sampai sebatas
saldo modal mereka. Setelah distribusi akhir ini, semua saldo akun menjadi 0,
yang mengindikasikan penyelesaian proses likuidasi.

Rencana Distribusi Kas (Cash Distribution Plan)


Pada awal proses likuidasi, akuntan umumnya menyusun rencana distribusi kas yang
memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai pembayaran kas secara bertahap
yang akan diterima oleh masing – masing pada saat telah tersedia kas dalam persekutuan.
Distribusi bertahap aktual ditentukan dengan menggunakan laporan realisasi dan
likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Rencana
distribusi kas merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas apabila telah tersedia uang
tunai.
Daya Serap Kerugian (Lost Absorption Power/ LAP)
Konsep dasar dari rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah daya serap
kerugian (LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai kerugian maksimum yang dapat
terjadi dalam persekutuan sebelum saldo akun modal sekutu dilunasi. Daya serap
kerugian merupakan fungsi dari 2 elemen, sebagai berikut:
Saldo Akun Modal Sekutu
LAP =
Bagian Kerugian Sekutu
Sebagai contoh, pada 1 Mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar Rp
34.000.000 dan 40% bagian dalam kerugian persekutuan ABC. LAP Aldi adalah:
Rp 34.000 .000
LAP = = Rp 85.000.000
0,4
Ini berarti bahwa kerugian atas pelepasan aset nonkas atau dari biaya likuidasi tambahan
sebesar Rp 85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal Aldi sebagai
berikut:
Rp 85.000.000 × 0,4 = Rp 34.000.000

Ilustrasi Rencana Distribusi Kas


Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun laporan
posisi keuangan persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, hari pada saat sekutu
memutuskan melikuidasi usaha, disajikan sebagai berikut:

PERSEKUTUAN ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas Rp 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) Rp 34.000.000
Modal, Bayu (40%) Rp 10.000.000
Modal, Citra (20%) Rp 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000

Para sekutu meminta rencana distribusi kas pada tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan
distribusi atau kas setelah tersedia selama proses likuidasi. Rencana semacam itu selalu
memberikan pembayaran kepada kreditur persekutuan sebelum distribusi dapat
dilakukan kepada para sekutu. Figur 16-6 berikut ini menyajikan rencana distribusi kas
pada tanggal 1 Mei, tanggal awal proses likuidasi.
Figur 16-6 Rencana Distribusi Kas untuk Melikuidasi Persekutuan

PERSEKUTUAN ABC
Rencana Distribusi Kas
1 Mei 20X5
Daya Serap Kerugian Saldo Modal
Aldi Bayu Citra Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Persentase pembagian kerugian 40% 40% 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Daya serap kerugian (LAP)
(85.000.000) (25.000.000) (70.000.000)
(Saldo modal/rasio kerugian)

Penurunan LAP tertinggi menjadi


LAP tertinggi berikutnya:
Penurunan Aldi sebesar
Rp15.000.000 (distribusi kas:
Rp15.000.000 x 0,40 =
Rp6.000.000) 15.000.000 6.000.000
(70.000.000) (25.000.000) (70.000.000) (28.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Penrunan LAP tertinggi menjadi
LAP tertinggi berikutnya:
Penurunan Aldi sebesar
Rp45.000.000 (distribusi kas:
Rp45.000.000 x 0,40 =
Rp18.000.000) 45.000.000 18.000.000
Penurunan Citra sebesar
Rp45.000.000 (distribusi kas:
Rp45.0000 x 0,20 =
Rp9.000.000) 45.000.000 9.000.000
(25.000.000) (25.000.000) (25.000.000) (10.000.000) (10.000.000) (5.000.000)
Penurunan LAP dengan
mendistribusikan uang tunai
40% 40% 20%
dengan persentase pembagian
kerugian
Ringkasan Rencana Distribusi Kas
Langkah 1: Pertama sebesar Rp42.000.000
untuk kreditor
Langkah 2: Berikutnya sebesar Rp10.000.000
untuk biaya likuidasi
Langkah 3: Berikutnya sebesar
Rp6.000.000 untuk Aldi 6.000.000
Langkah 4: Rp45.000.000 untuk
Aldi dan Citra sesuai rasio
pembagian kerugian 18.000.000 9.000.000
Langkah 5: Distribusi tambahan
dengan rasio pembagian kerugian 40% 40% 20%
sekutu
Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut:
1. Daya serap kerugian masing – masing sekutu dihitung ketika saldo modal sebelum
likuidasi dibagi dengan persentase pembagian kerugian para sekutu. Aldi memiliki

Rp 34.000 .000
LAP tertinggi (Rp 85.000.000 ( )), Citra memiliki LAP tertinggi
0,4

Rp 14.000 .000
berikutnya (Rp 70.000.000 ( )), dan Bayu memiliki LAP terendah (Rp
0,2

Rp 10.000 .000
25.000.000 ( )). LAP masing – masing sekutu merupakan jumlah
0,4
kerugian yang sepenuhnya mengeliminasi saldo kredit modal netonya. Aldi adalah
sekutu yang paing tidak rentan terhadap kerugian dan Bayu adalah yang paling rentan
terhadap kerugian.
2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima
pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para kreditur. Aldi akan menjadi satu –
satunya sekutu yang menerima kas hingga LAP menurun ke tingkat sekutu tertinggi
berikutnya, yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar Rp 15.000.000 (Rp
85.000.000 – Rp 70.000.000) membutuhkan pembayaran sebesar Rp 6.000.000 (Rp
15.000.000 × 0,4) kepada Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp 6.000.000 kepada
Aldi, daya serap kerugian yang baru akan sama dengan Citra, yang dihitung dengan
saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp 28.000.000 (Rp 34.000.000 – Rp
6.000.000) dibagi dengan persentase pembagian kerugiannya sebesar 40% (

Rp 28.000 .000
= Rp 70.000.000).
0,4
3. LAP Aldi dan Citra sekarang akan sama, dan mereka akan menerima distribusi kas
hingga LAP masing – masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar
Rp 25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP Rp 45.000.000 (Rp
70.000.000 – Rp 25.000.000) dengan rasio pembagian kerugian kedua sekutu
menunjukkan berapa banyak kas yang tersedia berikutnya agar dapat dibayarkan
dengan aman kepada masing – masing sekutu. Aldi dan Citra akan menerima
distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian kerugiannya. Dengan tersedianya kas
sebesar Rp 27.000.000, maka yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra
masing – masing adalah dengan rasio 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra.
4. Saat ketiga sekutu memiliki LAP yang sama, maka sisa kas yang tersedia akan
didistribusikan menurut rasio pembagian kerugian masing – masing sekutu.

Ringkasan rencana distribusi kas pada bagian bawah Figur 16-6 diberikan kepada
masing – masing sekutu. Dari ringkasan ini, para sekutu mampu menentukan jumlah
relatif yang akan diterima masing – masing apabila telah tersedia kas pada persekutuan.
Figur 16-7 menyajikan saldo modal untuk tiap – tiap sekutu dalam persekutuan ABC
selama periode likuidasi bertahap dari tanggal 1 Mei 20X5 hingga 31 Juli 20X5.
Pembayaran secara bertahap kepada para sekutu dihitung dalam laporan realisasi dan
likuidasi persekutuan (Figur 16-4) dengan menggunakan skedul distribusi aman kepada
para sekutu (Figur 16-5). Figur 16-7 menunjukkan bahwa distribusi yang sebenarnya dari
kas yang tersedia sesuai dengan rencana distribusi kas yang telah dipersiapkan pada awal
proses likuidasi.
Figur 16-7 Konfirmasi Rencana Distribusi Kas

PERSEKUTUAN ABC
Saldo Akun Modal
1 Mei 20X5 sampai dengan 31 Juli 20X5
Saldo Modal
Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 31 Mei (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Kerugian bulan Mei sebesar Rp10.000.000 atas pelepasan aset 4.000.000 4.000.000 2.000.000
(30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Distribusi kas yang tersedia tanggal 31 Mei sebesar Rp3.000.000 untuk para
sekutu: Pertama sebesar Rp3.000.000 (prioritas Aldi sebesar Rp6.000.000) 3.000.000
(27.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Kerugian bulan Juni sebesar Rp15.000.000 atas pelepasan aset 6.000.000 6.000.000 3.000.000
(21.000.000) - (9.000.000)
Distribusi kas yang tersedia tanggal 30 Juni sebesar Rp15.000.000 untuk para
sekutu:
3.000.000
Berikutnya sebesar Rp3.000.000 (prioritas Aldi Rp6.000.000)
Sisa sebesar Rp 12.000.000
40/60 untuk Aldi 8.000.000
20/60 untuk Citra 4.000.000
(10.000.000) - (5.000.000)
Biaya likuidasi sebesar Rp7.500.000 3.000.000 3.000.000 1.500.000
(7.000.000) 3.000.000 (3.500.000)
Distribusi defisit actual Bayu 2.000.000 (3.000.000) 1.000.000
(5.000.000) - (2.500.000)
Pembayaran final sebesar Rp7.500.000 untuk para sekutu pada 31 Juli 20X5:
5.000.000
40/60 untuk Aldi
20/60 untuk Citra 2.500.000
Saldo pasca likuidasi, 31 Juli - - -
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Richard E., Theodore E. Christensen, David M. Cottrell, Kurnia I.R, Widhi Astono,
dan Etty Retno W. Akuntansi Keuangan Lanjutan Perspektif Indonesia. Edisi 2-Buku
2. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai