Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TRIAGE

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RIA SANDRA SAPUTRI

NIM : PO.71.20.3.18.056

SEMESTER : V.B

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Sapondra Wijaya, S.Kep,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019/2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………

B. Rumusan Masalah ……………………………………………

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Triage………………………………………….

B. Tujuan triage ………………………………………………

C. Fungsi Triage………………………………………………..

D. Prinsip Triage ....................................................................

E. Klasifikasi Triage....................................................................
A. Pendahuluan

Triase menjadi komponen yang sangat penting di unit gawat darurat terutama karena
terjadi peningkatan drastis jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit melalui unit ini.
Berbagai laporan dari UGD menyatakan adanya kepadatan (overcrowding)
menyebabkan perlu ada metode menentukan siapa pasien yang lebih prioritas sejak
awal kedatangan.2 Ketepatan dalam menentukan kriteria triase dapat memperbaiki
aliran pasien yang datang ke unit gawat darurat, menjaga sumber daya unit agar dapat
fokus menangani kasus yang benar-benar gawat, dan mengalihkan kasus tidak gawat
darurat ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Dalam rangka meningkatkan performa
pelayanan di UGD, revitalisasi peran dan fungsi triase harus dilakukan.

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara
yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang
paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang
memerlukan  pertolongan dan menetapkan prioritas penanganan korban sebelum
ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada. Triage  adalah
suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi
klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan
dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit. Triase  berasal dari bahasa
prancis  trier   bahasa inggris triage  dan diturunkan dalam  bahasa Indonesia triase
yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar  beratnya cedera
ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kiniistilah tersebut
lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang
memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010)

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan triage?
2. Apa yang di maksud dengan tujuan trias ?
3. Apa saja fungsi triage?
4. Apa saja prinsip triage ?
5. Apa saja klasifikasi dalam triase ?
C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian triage


2. Mengetahui tujuan triage
3. Mengetahui fungsi triage
4. Mengetahui prinsip triage
5. Mengetahui klasifikasi triage
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam rangka


menentukan pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan,
atau berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan
medis segera, dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. 3-7 Berdasarkan
definisi ini, proses triase diharapkan mampu menentukan kondisi pasien yang memang
gawat darurat, dan kondisi yang berisiko gawat darurat.Untuk membantu mengambil
keputusan, dikembangkan suatu sistim penilaian kondisi medis dan klasifikasi
keparahan dan kesegeraan pelayanan berdasarkan keputusan yang diambil dalam
proses triase. Penilaian kondisi medis triase tidak hanya melibatkan komponen
topangan hidup dasar yaitu jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation) atau disebut juga ABC approach, tapi juga melibatkan berbagai keluhan
pasien dan tanda-tanda fisik. Penilaian kondisi ini disebut dengan penilaian
berdasarkan kumpulan tanda dan gejala (syndromic approach). Contoh sindrom yang
lazim dijumpai di unit gawat darurat adalah nyeri perut, nyeri dada, sesak nafas, dan
penurunan kesadaran.Triase konvensional yang dikembangkan di medan perang dan
medan bencana menetapkan sistim pengambilan keputusan berdasarkan keadaan
hidup dasar yaitu ABC approach dan fokus pada kasus-kasus trauma. Setelah kriteria
triase ditentukan, maka tingkat kegawatan dibagi dengan istilah warna, yaitu warna
merah, warna kuning, warna hijau dan warna hitam. Penyebutan warna ini kemudian
diikuti dengan pengembangan ruang penanganan medis menjadi zona merah, zona
kuning, dan zona hijau (tabel 1). Triase bencana bertujuan untuk mengerahkan segala
daya upaya yang ada untuk korban-korban yang masih mungkin diselamatkan
sebanyak mungkin (do the most good for the most people).

Tabel 1. Triase Bencana

Kriteria Deskripsi

Merah, Korban dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan segera

Kuning, Korban tidak dalam kondisi kritis namun membutuhkan pertolongan segera

Hijau, Trauma minor dan masih mampu berjalan (walking wounded)

Hitam, Meninggal

Sedangkan triase rumah sakit bertujuan menetapkan kondisi yang paling mengancam
nyawa agar dapat mengerahkan segala daya upaya dan fokus untuk melakukan
pertolongan medis pada pasien sampai keluhan pasien dan semua parameter
hemodinamik terkendali. Prinsip yang dianut adalah bagaimana agar pasien
mendapatkan jenis dan kualitas pelayanan medik yang sesuai dengan kebutuhan klinis
(prinsip berkeadilan) dan penggunaan sumber daya unit yang tepat sasaran (prinsip
efisien).

Selain tingkat kegawatan suatu kondisi medis, triase juga harus menilai urgensi kondisi
pasien. Urgensi berbeda dengan tingkat keparahan. Pasien dapat dikategorikan
memiliki kondisi tidak urgen tapi masih tetap membutuhkan rawat inap dirumah sakit
karena kondisinya.Setelah penilaian keparahan (severity) dan urgensi (urgency), maka
beberapa sistim triase menentukan batas waktu menunggu. Yaitu berapa lama pasien
dapat dengan aman menunggu sampai mendapatkan pengobatan di IGD. Sistim triase
tidak pernah dirancang untuk membuat diagnosis, namun seiring dengan
berkembangnya ilmu kedokteran, tindakan-tindakan penyelamatan nyawa sudah dapat
dimulai secara simultan ketika triase berjalan, seperti tindakan pembebasan jalan nafas
dengan metode jaw thrust, pijat jantung luar, penekanan langsung sumber perdarahan,
pemasangan cervical collar.

B. TUJUAN TRIAGE

 Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.

 Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya,


untuk menetapkantingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan

C. FUNGSI TRIAGE

1. Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban.

2. menetukan kebutuhan media

3. menilai kemungkinan keselamatan terhadap korban.

4. menentukan prioritas penanganan korban.

5. memberikan pasien label warna sesuai dengan skala prioritas.

D. PRINSIP TRIAGE
Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan
gejala.Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas,
pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat
kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk
memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat.
Perawat memberikan prioritas pertama untuk  pasien gangguan jalan nafas, bernafas
atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau
nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima  pengobatan pertama.
Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan
pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan
banyak sumber daya medis. (Bagus, 2007). Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip
triase diberlakukan system prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana
yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :

 Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.

 Dapat mati dalam hitungan jam.

 Trauma ringan.

 Sudah meninggal.

Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:

 Menilai tanda vital dan kondisi umum korban

 Menilai kebutuhan medis

 Menilai kemungkinan bertahan hidup

 Menilai bantuan yang memungkinkan

 Memprioritaskan penanganan definitive

1. Prinsip Dalam Pelaksanaan Triase


a) Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu Kemampuan berespon
dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam kehidupan
atau injury adalah hal yang terpenting di departemen kegawatdaruratan.

b) Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat ketetilian dan keakuratan adalah


elemen yang terpenting dalam proses interview.

c) Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian Keselamatan dan perawatan pasien


yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat
serta data yang akurat.

d) Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisiTanggung jawab utama


seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat seorang pasien dan
menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk
intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan tugas terhadap suatu tempat yang
dapat diterima untuk suatu pengobatan.

e) Tercapainya kepuasan pasien

1. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat


menetapkanhasil secara serempak dengan pasien

2. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan yang dapat


menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit
dengankeadaan kritis.

3. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga atau


temannya. (Making the Right Decision A Triage Curriculum, 1995: page 2-3)

Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada


keluhanutama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien
serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard,
ENA tahun 1999, penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang
dan psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan
kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang atau
meningkat keparahannya. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah
kondisi klien yang meliputi :
a. Gawat , adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat

b. Darurat , adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi


memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan

c. Gawat darurat , adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan


olehgangguan ABC ( Airway  / jalan nafas,  Breathing   / pernafasan,
Circulation /sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat
(Wijaya, 2010)

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

E. KLASIFIKASI KETERANGAN DAN PRIORITAS

a. Gawat darurat (P1)

Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu tindakan
segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, traumamayor dengan
perdarahan hebat

b. Gawat tidak darurat (P2)

Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.Setelah


dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya ; pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya

c. Darurat tidak gawat (P3)

Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien
sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis
media dan lainnya

d. Tidak gawat tidak darurat (P4)

Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan
tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya  penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya

1) Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya
sebagai  berikut :

a. Prioritas 1 atau Emergensi

Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi


segera Pasien dibawa ke ruang resusitasi Waktu tunggu 0 (Nol)

b. Prioritas 2 atau Urgent

Pasien dengan penyakit yang akut Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan
kaki Waktu tunggu 30 menit Area Critical care

c. Prioritas 3 atau Non Urgent

Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal Luka lama
Kondisi yang timbul sudah lama Area ambulatory / ruang P3

d. Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian

Tidak ada respon pada segala rangsang

Tidak ada respirasi spontan

Tidak ada bukti aktivitas jantung

Hilangnya respon pupil terhadap cahaya

2. Sistem Triage

 Non Disaster : Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap


individu pasien

Disaster: Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk  pasien dalam jumlah


banyak Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yan
mengindikasikan

kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :

1. Nyeri hebat

2. Perdarahan aktif

3. Stupor / mengantuk

4. Disorientasi
5. Gangguan emosi

6. Dispnea saat istirahat

7. Diaforesis yang ekstrem

8. Sianosis

9. Tanda vital di luar batas normal

Anda mungkin juga menyukai