Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM PENTING UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN


Oleh: H. Syaiful Sagala

Abstrak
Kurikulum sebagai program pengajaran suatu jenjang pendidikan dirancang oleh guru
dengan cara mengorganisasikan isi dan bahan pelajaran dalam bentuk dokumen. Mengacu
pada dokumen pembelajaran yang telah dirancang oleh guru, pada prinsipnya implementasi
kurikulum dalam bentuk pengalaman belajar harus lebih mudah dan efektif untuk dikomu-
nikasikan ke berbagai pihak seperti pimpinan sekolah, pengawas sekolah, pelaksana dan
staf pendukung lainnya. Sasaran utama pengembangan kurikulum adalah peserta didik,
masyarakat, dan subjek yang akan diajarkan. Adapun model kurikulum berkaitan dengan
rancangan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam
realitas, yang sifatnya lebih praktis. Oleh karena itu, rencana, ide-ide, atau gagasan-gagasan
yang akan dituliskan ke dalam suatu dokumen kurikulum seyogianya berpegang pada
acuan teknis kurikulum sebagai rencana. Rencana dan ide ide diformulasikan dalam
dokumen kurikulum yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Proses implementasi kurikulum untuk semua bidang studi atau mata pelajaran selalu
menggambarkan keterkaitan proses dengan, tujuan dan konten, kejelasan teori belajar,
keterkaitan dengan sosial, budaya, teknologi, ketersediaan fasilitas dan alat, alokasi waktu,
fleksibilitas, peran guru dan siswa, peran evaluasi dan feedback mechanism.

Kata kunci: kurikulum, kualitas, pembelajaran, implementasi kurikulum

PENDAHULUAN dasar dari bidang studi atau mata pelajaran;


dan (2) kompetensi proses dan kompeten yang
Sebelum kurikulum diimplementasikan dapat diajarkan berkali-kali dalam kompetensi
perlu ditinjau secara berkala, sebagian atau dari bidang studi atau mata pelajaran.
secara keseluruhan apakah sudah sesuai Dalam melakukan bedah kurikulum
dinamika perkembangan bidang-bidang guru harus memahami seluruh standar
keilmuan yang dituangkan dalam bentuk kompetensi (SK), kompetesi dasar (KD), dan
materi pelajaran. Para perencana, pengembang indikator dari mata pelajaran yang akan
dan pelaku kurikulum perlu melakukan diajarkan. Langkah-langkah scan kurikulum
analisis secara cermat dengan cara membedah antara lain dilakukan dengan cara (1) analisis
(scan) kurikulum. Hal ini dilakukan agar dapat kurikulum untuk satu semester dan setahun
dirumuskan kembali standar kompetensi, pada mata pelajaran yang menjadi tanggung
kompetensi dasar, dan indikator yang jawab guru; (2) menentukan beberapa
diperlukan dengan cara menetapkan hasil kompetensi yang cocok dengan materi
belajar dan indikator pengukuran hasil belajar. pelajaran. Tempatkan kompetensi-kompetensi
Scan kurikulum dilakukan untuk mengetahui kunci/utama pada bagian yang sesuai dalam
suatu peta kurikulum baik untuk satu semester scan kurikulum; (3) guru melakukan revieu
maupun untuk satu tahun. Scan kurikulum pada scan kurikulum untuk penyesuaian
mempunyai dua bagian, yaitu (1) kompetensi materi dengan kompetensi dan indikator; (4)

121
analisis apakah materi pelajaran terlalu banyak tersebut pada kesempatan ini akan dikaji
atau terlalu sedikit?; (5) apakah perlu mengenai pengembangan dan implementasi
mengatur kembali atau hanya menambahkan kurikulum penting untuk meningkatkan
hal-hal penting saja?; dan (6) apakah guru kualitas pembelajaran.
puas dengan hasilnya.
Setelah dilakukan bedah kurikulum, PEMBAHASAN
selanjutnya menyusun rencana pembelajaran Kurikulum bukan hanya menyiapkan
yang dapat menentukan model dan mengatur anak untuk kehidupannya sekarang tetapi juga
sejumlah strategi pembelajaran dan yang akan datang. Kebijakan yang dapat
implementasikan dalam kegiatan belajar. memberi jaminan bahwa kualitas
Ketika implementasi kurikulum pengembangan kurikulum memenuhi standar
dipertimbangkan menjadi suatu yang harus kualitas layanan belajar di sekolah dengan
dilaksanakan, menurut Miler dan Seller memperhitungkan setiap tahapannya akan
(1985:277) ada sesuatu yang baru sebagai menunjukkan adanya peningkatan kualitas,
inovasi yang mesti dipertimbangkan untuk jika tidak tampak adanya indikasi peningkatan
dimasukkan dalam kurikulum. Hasil dari kualitas, maka dilakukan penyesuaian pada
bedah kurikulum dimungkinkan adanya suatu hal-hal yang dipandang perlu. Isi kurikulum
inovasi yang mesti dilakukan baik kegiatan adalah mempersiapkan siswa untuk tugas
belajar yang dilaksanakan di kelas, di tersebut. Fungsi kurikulum bagi guru adalah
laboratorium, di perpustakaan, maupun di sebagai alat untuk mencapai tujuan
tempat lainnya. Implementasi inovasi baru pendidikan, maka guru mestinya mencermati
dalam pengembangan kurikulum ini akan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Kajian
mempengaruhi interaksi antar orang dalam ini akan membahas mengenai apa itu
kelas dan organisasi yang bertanggung jawab kurikulum, model kurikulum dan hasil belajar,
terhadap guru dan juga sekolah dimana kurikulum teknologis atau berbasis
inovasi itu diimplementasikan. kompetensi, prinsip-prinsip umum
Organisasi yang bertanggung jawab pengembangan kurikulum, dan implementasi
terhadap guru ada organisasi pemerintah kurikulum
seperti dinas pendidikan juga sekolah dan ada
organisasi profesi seperti Persatuan Guru Apa itu Kurikulum ?
Republik Indonesia (PGRI). Dinas pendidikan Kurikulum mempunyai pengertian
memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang yang cukup kompleks, dan sudah banyak
mampu membantu guru mengembangkan dan didefinisikan oleh para pakar kurikulum. Kata
mengimplementasikan kurikulum yaitu “kurikukum” bukan berasal dari bahasa
pengawas sekolah. Sedangkan PGRI melalui Indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin yang
organ organisasinya dapat mengembangkan kata dasarnya adalah “currere”, secara
kurikulum bersama guru sebagai anggotanya. harafiah berarti lapangan perlombaan lari.
Namun fakta menunjukkan masih ada diantara Lapangan tersebut ada garis start dan batas
pengawas sekolah yang tidak mampu finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian
membantu guru mengembangkan kurikulum. tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar
Bertitik tolak dari latar belakang pemikiran sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai

122
diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana maupun sempit, pada dasarnya menyiratkan
cara untuk menguasai bahan ajar agar dapat hal yang sama yaitu interaksi antara pelajar
mencapai kelulusan. Menurut Grayson dan guru-guru untuk mencapai tujuan
(1978), kurikulum adalah suatu perencanaan pendidikan. Dapat dipahami bahwa kurikulum
untuk mendapatkan keluaran (out-comes) yang adalah produk dari perencanaan yang disusun
diharapkan dari suatu pembelajaran. secara terstruktur untuk suatu bidang studi.
Pasal 1, ayat 19 UUSPN No. 20 tahun Sehingga kurikulum memberikan
2003 mengatakan kurikulum adalah pedoman dan instruksi untuk mengembangkan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai strategi pembelajaran. Materi dalam
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang kurikulum harus diorganisasikan dengan baik
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives)
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Setiap
pendidikan tertentu. Zais (1976: 7) kurikulum membentuk suatu desain yang
mendefinisikan “curriculum is a racecourse of menggambarkan pola organisasi dari
subject matters to be mastered”. Pengertian komponen-komponen kurikulum yang terdiri
kurikulum yang serupa dengan pengertian dari (1) tujuan; (2) isi atau materi; (3) proses
kurikulum tersebut dikemukakan pula oleh atau sistem penyampaian materi; dan (4)
Beauchamp (1972), Seller dan Miller (1985), evaluasi. Keempat komponen kurikulum
dan Oliva (1992), yang semuanya tersebut baik dalam dokumen maupun
menyebutkan cakupan kurikulum dalam implementasi merupakan suatu sistem yang
lingkup yang luas. Kurikulum juga dapat saling berkait erat dan saling mempengaruhi
diberi pengertian secara sempit, seperti satu sama lainnya.
silabus, program pengajaran suatu mata Keberadaan empat komponen ini,
pelajaran, atau Satuan Acara Perkuliahan secara operasional menurut Tyler (1949:1)
(SAP). mengacu pada pertanyaan berikut (1) What
Dalam arti sempit kurikulum educational purposes should the school seek
ditafsirkan sebagai materi pelajaran, to attain?; (2) What educational experiences
sedangkan pengertian yang luas ditafsirkan can be provided that are likely to attain these
sebagai segala upaya yang dilakukan di bawah purposes?; (3) How can these educational
naungan sekolah. Spektrum di antara kedua experiences be effectively organized?; dan (4)
kutub itu menafsirkan kurikulum sebagai pe- How can we determine whether theses
rencanaan interaksi antara pelajar dan guru- purposes are being attained?. Pertanyaan
guru untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut meminta para pelaku pendidikan
(Miller & Siller, 1985:3). Colombo Plan Staff khususnya pengawas sekolah pada dinas
College for Technician Education (1982: 9), pendidikan kemudian kepala sekolah dan guru
misalnya, mengemukakan bahwa “curriculum di sekolah mampu memberi jaminan bahwa
is the product of curriculum planning. It is a pengalaman belajar bagi para peserta didik
written document intended to be used by merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
teachers for developing teaching strategies for disain kurikulum. Pengalaman belajar
specific groups of student”. Cakupan dirancang dalam kurikulum yang dalam
pengertian kurikulum di atas, baik yang luas prosesnya jelas semua tahapan belajar yang

123
dilalui oleh siswa, sehingga mereka memiliki Interaksionalisme; dan (4) model kurikulum
pengetahuan dan keterampilan yang teknologis atau berbasis kompetensi (KBK).
menggambarkan kompetensi. Dengan modal Pembelajaran berbasis kompetensi menurut
pengetahuan dan keterampilan tersebut siswa Miller dan Seller (1985:51) cenderung
akan mampu memecahkan masalah dalam terfokus pada sasaran-sasaran belajar dan
hidupnya bahkan masalah dalam penilaian dengan menegaskan waktu menjadi
lingkungannya. variabel yang ditentukan oleh kebutuhan
Model Kurikulum dan Hasil Belajar eksternal dan internal.
Apabila pelajar diberi waktu yang
Dalam khasanah ilmu kurikulum cukup sesuai tingkat kemampuannya, maka
terdapat banyak konsep kurikulum, model pelajar akan mampu menguasai materi
kurikulum yang bersandar pada kebutuhan pelajaran. Kemunculan KBK bukan obat
individu untuk memecahkan masalah. Artinya manjur atau penyelesaian akhir untuk
kurikulum merupakan landasan untuk semua pendidikan profesional dan bukan yang
aktivitas dalam usaha-usaha memberhasilkan terakhir, tetapi merupakan media untuk
kegiatan pembelajaran. Good (1972) dan memperbaiki pendidikan. Setelah pemerintah
Travers (1973) mengemukakan bahwa model berulangkali melakukan perbaikan model
adalah abstraksi dunia nyata atau representasi kurikulum, maka pemerintah Indonesia
peristiwa kompleks atau sistem dalam bentuk sampailah pada kesimpulan menggunakan
naratif, matematis, grafis, serta lambang- kurikulum berbasis kompetensi pada tingkat
lambang lainnya. Lebih lanjut ditegaskannya satuan pendidikan (KTSP). KTSP menurut
bahwa model bukanlah realitas, akan tetapi Sanjaya (2008:127) merupakan kurikulum
merupakan representasi realitas yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh
dikembangkan dari keadaan (Sanjaya, karena itu kurikulum ini merupakan
2008:82). penyempurnaan dari kurikulum berbasis
Model kurikulum berfungsi kompetensi (KBK). KTSP memperjelas
memberikan arah dalam pendesainan kewenangan guru mengembangkan kurikulum
pembelajaran yang dapat membantu peserta sebagai implemenntasi manajemen berbasis
didik mencapai berbagai tujuan dan/atau sekolah.
kompetensi. Secara konseptual, model Hal ini dapat dilihat dari unsur yang
kurikulum menurut Sukmadinata (2002: 81- melekat pada KTSP itu sendiri, yakni adanya
101) dapat dibedakan menjadi empat macam, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
yaitu (1) model kurikulum subyek akademik adanya prinsip yang sama dalam pengelolaan
(KSA), sebagai pendidikan klasik yang kurikulum. Kompetensi kunci dalam
dipengaruhi oleh filsafat pendidikan implementasi KBK-KTSP menggambarkan
perenialisme dan esensialisme; (2) model kemampuan kunci atau generik yang
kurikulum humanistik, yang banyak dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas
dipengaruhi oleh filsafat pendidikan pada setiap unit kompetensi. Pertanyaannya
progresivisme dan romantisisme; (3) model siapa yang menyusun dan mengelolanya.
kurikulum rekonstruksi sosial, yang banyak Pengelolaan kurikulum menurut Sujanto
dipengaruhi oleh filsafat pendidikan (2007:44) sepenuhnya ditangani oleh sekolah

124
sesuai kemampuan dan kebutuhannya. Sesuai taraf kehidupan masyarakat pada umumnya;
model manajemen berbasis sekolah (MBS) (2) referensi mengenai mutu pendidikan perlu
gurulah yang bertanggungjawab menyusun didudukkan secara utuh yang mencakup
dan mengembangkan kurikulum dalam bentuk dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni
silabus dan rencana pembelajaran mengacu dari segi moral, akhlak, akal, pengetahuan,
pada standar isi yang dikembangkan keterampilan, dan amal perbuatan; dan (3)
pemerintah. Permasalahannya, bagaimanakah selama ini telah terjadi kecenderungan dalam
kurikulum disampaikan melalui kegiatan memberikan makna mutu pendidikan yang
mengajar agar kualitas, lulusan/output hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan
bertambah tinggi dan siswa menjadi kognitif.
kompeten. Hal ini tergantung pada Pandangan ini membawa dampak
kemampuan dan profesionalisme guru dalam terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi
menyusun dan mengimplementasikan pekerti, seni, olah raga, dan ”life skil”. Dengan
kurikulum dan pemerintah daerah pertimbangan tersebut, maka dilakukan
memfasilitasinya. penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan
berbasis kompetensi. Jika disimak lebih lanjut,
Kurikulum Teknologis atau Berbasis ciri-ciri kurikulum berbasis kompetensi
Kompetensi menurut Sukmadinata, (2002: 97-98) adalah
(1) tujuan di arahkan pada penguasaan
Model kurikulum teknologis atau kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk
kurikulum berbasis kompetensi (Competency perilaku; (2) metode merupakan kegiatan
Based Curriculum) juga menekankan isi pembelajaran sering dipandang sebagai proses
kurikulum, tetapi berupa kompetensi atau mereaksi terhadap perangsang-perangsang
kecakapan dan keterampilan kerja, dengan ciri yang diberikan dan apabila terjadi tanggapan
utama pencapaian kompetensi minimal dalam yang diharapkan maka tanggapan tersebut
bidang studi tertentu, oleh karena itu disebut diperkuat; (3) bahan ajar atau isi kurikulum
berbasis kompetensi (Sukmadinata, 2002: 96). banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah
Guru menyusun KTSP menggunakan diramu sedemikian rupa sehingga mendukung
pendekatan KBK meyakini bahwa pendidikan penguasaan suatu kompetensi; dan (6) evaluasi
memfokuskan pada kemahiran pelajar pada dilakukan setiap saat, pada akhir suatu
kompetensi khusus. Kompetensi itu pelajaran, suatu unit atau semester terdiri dari
merupakan gabungan keterampilan, perilaku, evaluasi formatif dan sumatif yang umumnya
dan pengetahuan yang dapat didemonstrasikan berbetuk tes objektif yang telah diuji validitas
oleh pelajar setelah mereka belajar. dan reliabilitasnya.
Beberapa pokok pikiran yang Ciri-ciri pembelajaran berbasis
melandasi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi ini pada dasarnya sama dengan
kompetensi menurut Nurhadi, Yasin, dan belajar-tuntas (BT). Hanya saja, pada BT lebih
Senduk (2004:82) antara lain (1) menyadari mengutamakan aspek pengajaran, sedangkan
bahwa peningkatan mutu pendidikan selama pembelajaran berbasis kompetensi cenderung
ini belum mencapai pada taraf yang memadai terfokus pada sasaran-sasaran belajar dan
(critical mass) yang mampu meningkatkan penilaian kompetensi dari hasil belajar (Miller

125
& Seller, 1985: 51). Pembelajaran berbasis Sedangkan Sukmadinata (2000:150-152)
kompetensi memberi ruang yang cukup pada menyebutkan dua prinsip pengembangan
aspek psikomotorik, sehingga ada kurikulum prinsip umum berkaitan dengan
keseimbangan antara kognitif dan kebijakan dalam pengembangan kurikulum
psikomotorik. Agar siswa memiliki karakter secara makro dan prinsip khusus.
jujur, kerja keras, cermat, arif dan bijaksana Prinsip umum pengembangan
maka diberi muatan afektif. Keseimbangan kurikulum terdiri dari lima prinsip, yaitu:
kognitif, afektif dan psikomotorik dalam 1. Prinsip relevansi, dua macam
pengembangan kurikulum dan relevansi yang harus dimiliki
implementasinya akan menghasilkan SDM kurikulum, yaitu (a) relevan dalam
berkarakter unggul dan mulia. kurikulum sendiri (atau meminjam
istilah fisika, relevansi yang bersifat
Prinsip-Prinsip Umum Pengembangan sentripetal), yakni ada kesesuaian atau
Kurikulum konsistensi antara komponen-
Oliva (1992:12) mengatakan bahwa komponen kurikulum yaitu antara
“curriculum itself is a construct or concept, a tujuan, isi, proses penyampaian, dan
verbalization of an extremely complex ide or penilaian. Relevansi internal ini
set of ideas”. Permasalahan yang sering terjadi menunjukkan suatu keterpaduan
adalah (1) ide atau pokok pikiran itu tidak kurikulum, dan (b) relevansi ke luar
dirumuskan secara jelas; (2) para pengembang (meminjam istilah fisika, relevansi
dokumen adalah orang yang berbeda dari yang bersifat sentrifugal) berbentuk
penemu ide tersebut, maka apa yang kesesuaian desain kurikulum dengan
diinginkan tidak dapat dipahami dengan baik tuntutan perkembangan dan
oleh para pengembang dokumen; dan (3) kebutuhan lapangan berdasarkan need
konsekuensinya, pengembangan pengalaman analysis, dan kesesuaian mutu lulusan
belajar dapat berbeda dari apa yang dengan standar pengguna (standar
dikehendaki rencana tertulis (Hasan, 2004: 2). kompetensi). Relevansi ke luar
Padahal kurikulum dan hasil belajar bagi maksudnya tujuan, isi, dan proses
setiap siswa menurut Sujanto (2007:59) belajar yang tercakup dalam
hendaknya dapat menggali, memahami, kurikulum hendaknya relevan dengan
menghargai dan melakukan sesuatu sebagai tuntutan, kebutuhan, dan
hasil belajar di sekolah. perkembangan masyarakat.
Kurikulum dan hasil belajar berfokus 2. Prinsip fleksibilitas, yakni desain
pada aktivitas siswa dan hasil belajar yang kurikulum memiliki sifat lentur atau
dapat dicapai. Hamalik (2004:14) fleksibel dalam mengorganisir dan
menyebutkan beberapa prinsip dalam melayani kebutuhan pengguna
pengembangan kurikulum, yaitu (1) (melalui program efektif) dan
objektivitas; (2) keterpaduan; (3) manfaat; (4) keragaman kemampuan dan
efisiensi dan efektifitas; (5) kesesuaian; (6) pengalaman peserta (melalui
keseimbangan; (7) kemudahan; (8) pembelajaran variasi). Kurikulum
berkesinambungan; dan (9) pembakuan. mempersiapkan peserta didik yang

126
memiliki latar belakang dan dalam melejitkan dan
kemampuan berbeda untuk kehidupan mengoptimalkan perkembangan
sekarang dan yang akan datang, di sini peserta didik, sedangkan prinisp
dan di tempat lain. efisiensi berkaitan dengan
3. Prinsip kontinuitas, yaitu pengendalian mutu, ketepatan
kesinambungan. Perkembangan dan pelaksanaan kurikulum dan
proses belajar anak berlangsung pemanfaatan komponen pendukung.
secara kesinambungan, tidak terputus- Keberhasilan kurikulum akan
putus atau berhenti-henti. mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Pengalaman-pengalaman belajar yang Karenanya pengembangan ide kurikulum
disediakan kurikulum juga hendaknya dimulai dari evaluasi kurikulum yang akan
berkesinambungan antara satu tingkat dapat mengembangkan (1) kualitas
kelas, dengan kelas lainnya, antara masyarakat masa depan yang diinginkan.
satu jenjang pendidikan dengan Untuk menjamin terpenuhinya kualitas
jenjang lainnya, juga antara jenjang masyarkat masa depan tentu perlu dijelaskan
pendidikan dengan pekerjaan. dan ditegaskan visi kehidupan masa depan.
Pengembangan kurikulum perlu Kemudian dirumuskan standar kualitas hidup
dilakukan serempak bersama-sama, masa kini sebagai dasar menuju masa depan;
perlu selalu ada komunikasi dan (2) kualitas yang harus dikembangkan. Apa
kerjasama antara pengembang saja kualitas SDM masa kini dan masa depan
kurikulum sekolah dasar dengan yang harus dikembangkan lebih dulu
SMTP, SMTA, dan Perguruan Tinggi. diidentifikasi, dianalisis, dan ditentukan. Jika
4. Prinsip praktis, mudah dilaksanakan, sudah dipilih hal-hal pokok yang dapat
menggunakan alat-alat sederhana dan mengembangkan kualitas kurikulum
biayanya murah. Prinsip ini juga selanjutnya diambil kebijakan kurikulum
disebut efisien. Betapapun bagus dan setelah mempertimbangkan penentuan filosofi,
idealnya suatu kurikulum kalau penentuan tujuan kurikulum, dan menentukan
menuntut keahlian-keahlian dan model kurikulum.
peralatan-peralatan yang sangat Dengan demikian prinsip khusus
khusus dan mahal pula biayanya, pengembangan kurikulum adalah prinsip
maka kurikulum tersebut tidak praktis efektifitas pengendalian mutu keberhasilan
dan sukar dilaksanakan. Kurikulum proses kurikulum (pembelajaran) dalam
bukan hanya harus ideal tetapi juga mengoptimalkan perkembangan kualitas
praktis. belajar peserta didik. Prinisp efisiensi
5. Prinsip efektivitas dan efisiensi. berkaitan dengan pengendalian mutu
Walaupun kurikulum harus murah dan ketepatan pelaksanaan kurikulum dan
sederhana tapi keberhasilannya tetap pemanfaatan komponen pendukung. Jenis dan
harus memberi jaminan kualitas. jumlah fasilitas yang diperlukan untuk
Prinsip efektifitas berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan
pengendalian mutu keberhasilan implementasinya diidentifikasi dengan
proses kurikulum (pembelajaran) memperhatikan kompetensi utama, substansi

127
kajian, dan proses pembelajaran. Keberhasilan Implementasi kurikulum yang
pencapaian pengalaman belajar menuntut membelajarkan peserta didik harus (1) relevan
kemitraan dan tanggung jawab bersama dari ide dengan kehidupan sosial, politik, budaya,
siswa, guru, sekolah, orang tua, perguruan ekonomi, ilmu, teknologi; (2) kejelasan ide;
tinggi, dunia usaha dan industri, dan (3) feasibility pengembangan ide; dan (4)
masyarakat. konsekuensi ide terhadap lembaga pendidikan,
Implementasi Kurikulum dana, dan kebijakan. Sedangkan
Characteristics of the innovative aspects of the
Implementasi kurikulum adalah curriculum adalah (1) amount of change(s):
terjemahan kurikulum dokumen menjadi menunjukkan ruang lingkup perubahan yang
kurikulum sebagai aktivitas atau kenyataan. dimiliki suatu kurikulum baru; dan (2) clarity
Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam of ideas kejelasan filosofis, model, konsep,
implementasi kurikulum antara lain adalah (1) istilah yang digunakan terutama dihubungkan
aspek makro pengembangan kurikulum dengan kejelasan bagi pengguna kurikulum
(kondisi masyarakat, politik, sosial, budaya, (kepala sekolah, guru, pengawas).
ekonomi, teknologi); (2) aspek materi dan Strategies of implementation yaitu
prosedur pengembangan kurikulum sebagai pelatihan dalam jabatan (resocialization),
ide; (3) aspek materi dan prosedur ketersediaan dokumen kurikulum dan
pengembangan kurikulum sebagai dokumen; curriculum materials, ketersediaan bantuan,
(4) aspek materi dan implementasi diwujudkan peran kepala sekolah (pengetahuan, sikap,
dalam kegiatan belajar dan mengajar kepedulian), guru (pengetahuan, sikap,
menjadikan siswa lebih kompeten; dan (5) ketrampilan, pengalaman, dan bantuan yang
aspek materi dan prosedur evaluasi hasil diterima), besar/kecilnya sekolah, fasilitas
belajar. belajar yang dimiliki, tradisi, suasana kerja,
Kondisi masyarakat dalam dan manajemen. Kurikulum seringkali
implementasi kurikulum adalah (1) tradisi diimplementasikan dengan memisah-misahkan
pendidikan (publik dan masyarakat); (2) mata pelajaran-mata pelajaran.
sistem pendidikan (sentralisasi dan Oleh karena itu, kurikulum ini
disentralisasi); (3) kebijakan tentang seringkali disebut sebagai separated subject
pendidikan (wajib belajar (compulsory curriculum, dan sering pula disebut sebagai
education), dana pendidikan, mata pelajaran); subject-centered curriculum, karena
(4) sistem persekolahan (misalnya 6-3-3; 8-4- menjadikan mata pelajaran sebagai porosnya
2; 7-5-2); (5) politik pengembangan kurikulum (Nasution, 1988: 143). Adapun Puskurnas
(nasional, daerah, grass-root); (6) kebijakan (2002:2) menyebutkan bahwa implementasi
tentang hari sekolah (jumlah hari, jam, libur); dan pengembangan KBK di Indonesia
(7) sikap masyarakat terhadap pendidikan; (8) mempertimbangkan prinsip-prinsip (1)
kondisi budaya, sosial, ekonomi; (9) kebijakan keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur perlu
tentang aksesabilitas, jumlah dan daya digali, dipahami, dan diamalkan oleh siswa;
tampung sekolah; dan (10) posisi sekolah (2) penguatan integritas nasional dicapai
terhadap masyarakat. melalui pendidikan yang memberikan
pemahaman tentang masyarakat Indonesia

128
yang majemuk dan kemajuan peradaban dihadapi para pelaku implementasi; (2)
bangsa Indonesia dalam tatanan peradaban perencana memperkenalkan perubahan tanpa
dunia yang multikultur dan multibahasa; (3) menjelaskan cara untuk mengidentifikasi dan
keseimbangan etika, logika, estetika, dan cara melakukan perubahan itu; dan (3)
kinestetika diperhitungkan dalam penyusunan perencana tidak berusaha memahami nilai-
kurikulum dan hasil belajar; (4) kesamaan niali, ide, dan pengalaman-pengalaman yang
memperoleh kesempatan bagi semua siswa penting bagi pelaku impelementasi, dan lain
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sebagainya.
dan sikap sangat diutamakan. Siswa kurang Untuk menghindari rintangan dan
beruntung secara ekonomi dan sosial, hambatan potensial dalam implementasi
berbakat, dan unggul berhak menerima kurikulum, maka para perencana dan
pendidikan yang tepat sesuai kemampuan dan pengambil kebijakan harus duduk bersama
kecepatannya; (5) abad pengetahuan dan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi
teknologi informasi. Belajar mengakses, masalah-masalah dan menyamakan persepsi
memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengenai pengembangan dan implementasi
mengatasi situasi yang cepat berubah dan kurikulum yang menjadikan siswa kompeten.
penuh ketidakpastian; (6) pengembangan Kemudian pengambil kebijakan
keterampilan hidup dengan memasukkan mengidentifikasi solusi dari berbagai
unsur keterampilan hidup agar siswa memiliki permasalahan dalam implementasi kurikulum
keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif, dengan guru, pekerja kurikulum, dan pihak
kooperatif, dan kompetitif dalam menghadapi lain yang memungkinkan untuk disertakan
tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari (Miller dan Seller, 1985:277). Dari uraian di
secara efektif; (7) belajar sepanjang hayat atas dapat ditegaskan bahwa implementasi
dilakukan melalui pendidikan formal dan non- kurikulum dapat dilakukan jika (1) dilakukan
formal serta pendidikan alternative yang sosialisasi (penatar, waktu, peserta, dan
diselenggarakan pemerintah maupun kriteria keberhasilan); (2) kesiapan pengelola;
masyarakat; (8) berpusat pada anak dengan (3) kesiapan guru; (4) ketersediaan sumber;
penilaian yang berkelanjutan dan (5) ketersediaan dana; (6) waktu; (8) proses;
komprehensif. Memandirikan siswa untuk (9) evaluasi; dan (10) feedback mechanism.
belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri Semua hal ini menjadi tanggung jawab
agar siswa mampu membangun pemahaman pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pengetahuannya; dan (9) pendekatan pemerintah daerah kabupaten/kota, dinas
menyeluruh dan kemitraan. pendidikan, pengawas sekolah, kepala
Semua pengalaman belajar dirancang sekolah, guru dan stakeholders pendidikan
secara berkesinambungan mulai dari TK sesuai tugas pokok, fungsi dan kewenangan
sampai PT. Fulan dan Park (1981) masing masing.
mengemukakan perencanaan untuk
implementasi kurikulum selalu gagal karena PENUTUP
beberapa alasan antara lain (1) perencana Guru perlu bertanya pada diri sendiri
mengambil keputusan sementara ia tidak apakah sebagai pendidik guru itu telah
memahami dan menyadari situasi yang sedang menyusun sendiri silabus dan rencana

129
pelaksanaan pengajarannya (RPP). Karena jika Nurhadi, Yasin, B. dan Senduk, A. G. (2004).
bukan guru itu sendiri yang menyusunnya, Pembelajaran Kontekstual dan
maka guru tersebut sebetulnya belum mampu Penerapannya dalam KBK. Malang:
mengembangkan kurikulum. Kurikulum yang Universitas Negeri Malang Press.
baik disusun oleh guru adalah kurikulum yang
berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam Oliva, P. F. (1992). Developing Curriculum: A
pelaksanannya memungkinkan terjadinya Guide to Problrms, Principles and
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi Process. New York: Harper and
daerah, waktu, maupun kemampuan, dan latar Publisher.
belakang anak. Memang disadari bahwa
kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan Sagala, H. S. (2007). Konsep dan Makna
dalam keterbatasan-keterbatasan, baik Pembelajaran: Untuk membantu
keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun memecahkan problematika belajar dan
personalia. Namun demikian guru tentu mengajar. Bandung: Alfabeta.
mengetahui bahwa kurikulum menyiapkan
siswa untuk dapat hidup dan bekerja dalam Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan
masyarakat. Pengembangan suatu kurikulum Pembelajaran: Teori dan Praktik
tidak dapat dilepaskan dan merupakan Pengembangan Kurikulum Tingkat
penjabaran dari perencanaan pendidikan. Satuan Pendidikan. Jakarta: Prenada
Perencanaan di bidang pendidikan juga Media Group.
merupakan bagian yang dijabarkan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di Sujanto, Bedjo (2007). Guru Indonesia dan
bidang pendidikan. Perlu mengintegrasikan Perubahan Kurikulum: Mengorek
unsur-unsur penting dalam kurikulum yang Kegelisahan guru. Jakarta: Sagung Seto.
menunjang kemampuan untuk bertahan hidup
(soft skills). Tiler, R. W. (1974). Developing a Curriculum
A Practical Guide: Basic Principles of
KEPUSTAKAAN Curriculum and Instruction. Chicago
and Londong: The University of Chicago
Hamalik, O. (1981). Pembinaan dan Press.
Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Pustaka Martina.
Penulis adalah guru besar dan dosen pada
Miler, J. P. dan Seller, W. (1985). Curriculum Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Perspectives and Practice. New Yrk: Ekonomi Unimed; dan Program Studi
Longman. Administrasi Pendidikan Pascasrjana
Universitas Negeri Medan.
Nasution, S. (1988). Kurikulum dan
Pengajaran. Bandung: Bina Aksara.

130

Anda mungkin juga menyukai