Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH : AUDIT 2

CHAPTER 23
AUDIT KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN (AUDIT
OF CASH AND FINANCIAL INSTRUMENT)

Disusun oleh :
Kelompok 10

1. Anisah Sabilillah 1802124700


2. Hanifah 1802112028
3. Nadina Larozsa 1802124240

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Audit II, mengenai Audit Kas dan Instrumen
Keuangan.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata
kuliah Audit II semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 Jurusan Akuntansi Universitas Riau,
serta meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai auditing dan mahasiswa pada khususnya
dalam memahami dan mengerti Menyelesaikan Audit Kas dan Instrumen Keuangan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Audit II, Buk Yuneita Anisma
SE.,MSi.,Ak yang telah memberikan arahan kepada penulis, serta semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.

Pekanbaru, 7 Desember November 2020

Penulis

1
2
3
BAB 23

AUDIT KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN

Kas merupakan satu-satunya akun yang dimasukkan dalam setiap siklus kecuali persediaan dan
pergudangan. Bukti yang diakumulasi untuk saldo kas sangat tergantung pada hasil pengujian dalam
siklus lainnya. Kas merupakan hal yang penting karena kerentanannya terhadap pencurian, dank as
juga dapat salah saji secara signifikan. Bab ini menyoroti hubungan antara kas di bank dengan siklus
transaksi dan menggambarkan pengujian substantive atas saldo kas.

Instrumen keuangan yang meliputi investasi dalam sekuritas utang dan ekuitas serta instrument
derivative, bervariasi secara signifikan. Penilaian instrument keuangan dapat menjadi kompleks akibat
adanya standar akuntansi dan memerlukan jasa spesialis. Bab ini membahas kategori investasi,
pengendalian yang relevan, dan prosedur audit yang dirancang untuk menguji saldo instrument
keuangan.

2.1 JENIS AKUN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN

 Akun Kas Umum (General Cash Account)


Merupakan kas yang penting karena hamper semua penerimaan dan pengeluaran kas mengalir
melalui akun ini. Sebagai contoh, pengeluaran untuk siklus akuisisi dan pembayaran biasanya
dibayar dari akun ini, sementara penerimaan kas dalam siklus penjualan dan penagihan
disetorkan dalam akun ini.
 Akun Imprest
Semua penerimaan disetorkan dalam akun imprest, dan totalnya ditransfer ke akun umum
secara periodic. Akun pengeluaran ini ditetapkan atas dasar imprest, tetapi dengan cara yang
berbeda dari akun penggajian imprest. Penggunaan akun bank imprest semacam itu
meningkatkan pengendalian terhadap penerimaan dan pengeluaran.
 Akun Bank Cabang
Perusahaan yang beroperasi di lokasi yang berbeda, akan lebih mudah jika memiliki saldo
bank yang terpisah di setiap lokasi. Akun bank cabang (Branch bank accounts) berguna untuk
membangun hubungan perbankan di komunitas local dan memungkinkan sentralisasi operasi
pada tingkat cabang.

 Dana Kas Kecil Imprest

4
Dana kas kecil imprest (Imprest petty cash fund) adalah akun sederhana seperti memisahkan
sejumlah kas dalam kotak terkunci untuk beban yang tidak terduga. Dibentuk atas dasar yang
sama dengan akun bank cabang imprest tetapi digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah
yang lebih kecil.
 Ekuivalen Kas
Perusahaan menginvestasikan kelebihan kas yang diakumulasikan selama bagian tertentu dari
siklus operasi yang akan diperlukan tidak lama lagi dalam bentuk ekuivalen kas (cah=sh
equivalent) yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid. Contohnya adalah deposito
berjangka, sertifikat deposito dan dana pasar uang.
 Instrumen Keuangan
Mencakup investasi dalam sekuritas yang dapat diperdagangkan seperti sekuritas dan ekuitas,
instrument derivative, dan aktivitas lindung (hedging). Investasi dalam instrument keuangan
dapat diklasifikasikan sebagai sekuritas perdagangan, sekuritas yang tersedia untuk dijual,
atau sekuritas yang ditahan hingga jatuh tempo (held-to-maturity), sedangkan instrument
derivative dapat diklasifikasikan sebagai asset atau kewajiban sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.

2.2 KAS DI BANK DAN SIKLUS TRANSAKSI

5
Dalam audit kas, auditor harus membedakan antara memverifikasi rekonsiliasi saldo pada laporan
bank klien dan saldo di buku besar umum, serta memverifikasi apakah kas yang tercatat di buku besar
umum merefleksikan dengan benar semua transaksi kas yang terjadi selama tahun berjalan.

Kesalahsajian berikut menghasilkan pembayaran yang tidak tepat atau kegagalan untuk menerima kas
(tetapi biasanya tidak ditemukan sebagai bagian dari audit rekonsiliasi bank) :

 Kegagalan menagih pelanggan


 Penggelapan kas dengan memotong penerimaan kas dari pelanggan sebelum penerimaan itu
dicatat, dengan menghapus akun sebagai piutang tak tertagih
 Salinan pembayaran faktur vendor
 Pembayaran yang tidak semestinya berupa pengeluaran pribadi pejabat
 Pembayaran bahan baku yang tidak diterima
 Pembayaran kepada karyawan untuk jam kerja yang lebih besar dari yang dia kerjakan
 Pembayaran bunga kepada pihak terkait dalam jumlah yang melampaui tingkat yang berlaku

Seluruh jenis salah saji yang berbeda itu umumnya ditemukan sebagai bagian dari pengujian
rekonsiliasi bank. Hal tersebut termasuk :

 Kegagalan memasukkan cek yang belum dikliring oleh bank pada daftar cek yang beredar,
walaupun telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
 Kas yang diterima oleh klien setelah tanggal neraca tetapi dicatat sebagai penerimaan kas
pada tahun berjalan
 Setoran yang dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan ke bank pada
bulan yang sama, dan dicantumkan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam perjalanan
 Pembayaran wesel bayar yang didebet langsung ke saldo bank oleh bank, tetapi belum
dimasukkan dalam catatan klien

6
2.3 Audit akun kas umum

Dalam menguji saldo akhir tahun pada akun kas umum, auditor harus mengakumuladi bukti
yang cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah kas, seperti yang tercantum dalam neraca, telah
dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secara layak sesuai dengan lima dari delapan tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo yang digunakan untuk semua pengujuan atas rincian saldo (ekstensi,
kelengkapan, keakrutan, pisah batas, detail tie-in). Ha katas kas umum, klarifikasinya pada neraca dan
nilai realisasi kas tidak dapat diterapkan.

Sebagian besar perusahaan mungkin tidak menghadapi risiko bisnis klien yang signifikan yang
mempengaruhi saldo kas. Akan tetapi, risiko bisnis klien bisa saja berasal dari kebijakan manajemen
kas yang tidak tepat atau penanganan dana yang dilakukan oleh pihak lain.

Risiko bisnis klien kemungkinan besar berasal dari ekuivalen kas dan jenis investasi lainnya. Auditor
harus memahami risiko yang berasal dari kebijakan dan strategi investasi klien, serta pengendalian
manajemen yang mengurangi risiko tersebut.

7
Saldo kas bersifat tidak material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas yang mempengaruhi
saldo itu hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, potensi salah saji kas yang material sering
kali ada.

Karena kas lebih rentan terhadap pencurian ketimbang aset lainnya, risiko inheren yang tinggi untuk
tujuan eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan.Tujuan-tujuan tersebut biasanya menjadi fokus dalam
mengaudit saldo kas.Pada umumnya, risiko inheren untuk semua tujuan lainnya adalah rendah.

Pengendalian internal terhadap saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi dalam dua
kategori:

1. terhadap siklus transaksi yang mempengaruhi pencatatan Pengendalian penerimaan dan


pengeluaran kas.

2.Rekonsiliasi bank independent

Rekonsiliasi bank (bank reconciliation) bulanan terhadap akun bank umum atas dasar tepat waktu
oleh orang yang independen menangani atau mencatat menerimaan serta pengeluaran kas merupakan
pengendalian yang penting peneran terhadap saldo kas akhir. Perusahaan yang memiliki saldo kas
yang signifikan dan volume transaksi kas yang besar dapat merekonsiliasi kas setiap hari dengan
catatan perbankan online. Jika suatu perusahaan menunda penyiapan rekonsiliasi dalam periode yang
lama, nilai pengendalian akan berkurang bank dan mungkin mempengaruhi penilaian risiko
pengendalian kas oleh auditor. Rekonsiliasi itu akan memastikan bahwa catatan akuntansi
merefleksikan saldo kas yang sama seperti jumlah aktual kas di bank setelah mempertimbangkan
item-item rekonsiliasi. Lebih penting lagi, rekonsiliasi independen memberikan kesempatan bagi
verifikasi internal atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Jika laporan bank diterima dalam
kondisi tertutup oleh orang yang melakukan rekonsiliasi, dan pengendalian fisik diterapkan terhadap
laporan itu hingga rekonsiliasi selesai, cek yang dibatalkan, salinan slip deposit, dan dokumen lainnya
yang dicantumkan dalam laporan dapat diperiksa tanpa khawatir dengan kemungkinan adanya
perubahan, penghapusan, atau penambahan. Rekonsiliasi bank yang cermat ole personil klien yang
kompeten meliputi tindakan-tindakan berikut:

 Membandingkan cek yang dibatalkan atau catatan bank elektronik tentang pembayaran
dengan catatan pengeluaran. kas pihak yang dibayar, dan jumlahnya menyangkut tanggal,
payee atau pihak yang dibayar dan jumahnya
 Memeriksa cek yang dibatalkan atau catatan bank elektronik tentang pembayaran
menyangkut tanda tangan, endorsement, dan pembatalan
 Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat menyangkut tanggal,
pelanggan, dan jumlah p

8
 Memeriksa urutan nomor cek, dan menyelidiki cek yang hilang
 Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan perbedaan antara nilai buku dan saldo bank
serta memverifikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien
 Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas
 Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan kas
 Mereview transfer antarbank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian dan pencatatan yang
tepat
 Menindak lanjuti cek yang beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran

Sebagian besar paket perangkat lunak akuntansi memasukkan rekonsiliasi bank sebagai bagian dari
prosedur mengurangi tugas klerikal dalam melaksanakan rekonsiliasi bank, penyusunnya akhir bulan.
Walaupun perangkat lunak itu disebutkan di atas. Pengendalian harus melakukan sebagian besar
prosedur yang masih dengan cara mereview rekonsiliasi bank bulanan rekonsiliasi bank dapat
ditingkatkan oleh karyawan yang kompeten segera setelah rekonsiliasi itu selesai.

Karena saldo kas dipengaruhi oleh semua siklus lain kecuali persediaan dan pergudangan, ada banyak
sekali transaksi yang mempengaruhi kas. Pada beberapa bah sebelumnya, kita membahas secara
terinci pengujian pengendalian yang teat dan pengujian substantif atas transaksi dalam mengaudit
setiap siklus

Dalam banyak audit, rekonsiliasi bank akhir tahun diaudit secara ekstensif. Karena itu, penggunaan
prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas meniadi kurang penting dibandingkan untuk
sebagian besar bidang audit lainnya.

Umumnya auditor membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan. cel
yang beredar, dan item rekonsiliasi lainnva dengan rekonsiliast tahun sebelumnya. Demikian juga,
auditor biasanya membandingkan saldo alait kas dengan saldo bulan sebelumnya. Prosedur analitis
tersebut mungkin akan mengungkap salah saji kas.

9
Auditor meminta penerimaan konfirmasi langsung dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya
di mana klien melakukan bisnis, kecuali ada sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak

10
merespons permintaan konfirmasi, auditor harus mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien
berkomunikasi dengan bank untuk memintanya melengkapi dan mengembalikan konfirmasi ke
auditor. Untuk memudahkan auditor dan juga bankir yang diminta untuk mengisi konfirmasi bank,
A1CPA menyetujui penggunaan formulir konfirmasi bank standar (standard bank confirmation form).

utang lain biasanya mencantumkan jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, suku
bunga, dan keberadaan jaminan.

Bank tidak bertanggung jawab untuk atau pinjaman mencari catatan mengenai saldo bank di luar yang
dicantumkan dalam formulir oleh klien kantor akuntan publik. Pernyataan di dekat bagian bawah
formulir mewajibkan bank untuk memberi tahu kantor akuntan publik mengenai setiap pinjaman yang
tidak dimasukkan dalam konfirmasi di mana bank mengetahui hal tersebut. Dampak dari tanggung
jawab terbatas ini adalah mengharuskan auditor untuk memenuhi sendiri tujuan kelengkapan saldo
bank dan pinjaman yang belum tercatat dengan cara lain. Demikian juga, bank tidak diharuskan
untuk menginformasikan auditor hal-hal seperti batas kredit, persyaratan saldo kompensasi, atau
kewajiban kontinjen untuk menjamin pinjaman lainnya. lika auditor menginginkan konfirmasi jenis
informasi ini, mereka harus memperoleh dari institusi keuangan mengenai konfirmasi terpisah
masalah yang menjadi perhatiannya.

Setelah auditor menerima konfirmasi bank yang lengkap, saldo akun bank yang telah dikonfirmasi
oleh bank harus ditelusuri ke jumlah yang dinyatakan pada rekonsiliasi bank. Demikian juga, semua
informasi lain mengenai rekonsiliasi harus ditelusuri ke skedul audit yang relevan. Jika konfirmasi
bank tidak sama dengan skedul audit, auditor harus menyelidiki perbedaan tersebut.

11
Penerimaan Aktivitas Pisah Batas Bank Setelah Akhir Tahun Laporan pisah batas bank (cutoff
bank statement) adalah laporan bank periode parsial dan salinan terkait atau akses digital ke cek
yang dibatalkan yang terkait, salinan slip deposit, dan dokumen lain yang tercantum dalam laporan
bank, yang dikirimkan langsung oleh bank ke kantor akuntan publik atau melalui akses online ke
catatan elektronik bank tentang informasi rekening bank klien. Tujuan dari laporan pisah batas bank
atau akses elektronik ke informasi akun pada sistem bank adalah memverifikasi item rekonsiliasi pada
rekonsiliasi bank akhir tahun klien dengan bukti yang tidak dapat diakses oleh klien. Untuk memenuhi
tujuan ini, auditor meminta klien untuk meminta bank mengirimkan laporan periode parsial, atau
akses digital ke informasi, 7 hingga 10 hari setelah tanggal neraca langsung ke auditor.

Cara lain, auditor dapat menunggu hingga laporan bank periode berikutnya tersedia untuk
memverifikasi item-item rekonsiliasi, jika laporan pisah batas tidak diterima secara langsung dari
bank. Tujuannya adalah untuk menguji apakah karyawan klien telah menghilangkan, menambah, atau
mengubah dokumen yang menyertai laporan. Jelas, ini adalah pengujian untuk salah saji yang
disengaja. Auditor melaksanakan verifikasi berikut dalam bulan setelah tanggal neraca:

 Memfoot daftar semua cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo kredit.
 Memverifikasi bahwa laporan bank dalam keadaan seimbang ketika total footing digunakan.
 Mereview item yang dilibatkan dalam footing untuk memastikan bahwa hal itu telab
dibatalkan oleh bank pada periode yang benar dan tidak memasukkan penghapusan atau
perubahan.

Pengujian Rekonsiliasi Bank Rekonsiliasi bank independen yang disiapkan dengan baik
merupakan pengendalian internal yang penting terhadap kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk
menentukan apakah personil klien telah membust rekonsiliasi bank dengan cermat dan untuk
memverifikasi apakah saldo bank yang tercatat milik klien sama jumlahnya dengan kas aktual di bank
kecuali setoran dalam perjalanan, cek yang beredar, dan item rekonsiliasi lainnya.

Dalam memverifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi yang ada dalam laporan pisah
batas bank untuk memverifikasi kelayakan item yang direkonsiliasi. Verifikasi atas rekonsiliasi yang
dilakukan auditor melibatkan beberapa prosedur:

 Memverifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien sudah akurat secara matematis.


 Menelusuri saldo pada konfirmasi bank dan/atau saldo awal pada laporan pisah batas ke saldo
per bank pada rekonsiliasi bank untuk mcmastikan saldo tersebut sama.

12
 Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan dengan laporan
pisah batas bank ke altar cek yang beredar pada rekonsilasi bank dan ke jurnal pengeluaran
kas pada periode itu tau periode-periode sebelum tanggal neraca. Semua cek yang telah
dikliring oleh bank setelah tanggal dan neraca dimasukkan dalam jurnal pengeluaran as juga
harus dimasukkan dalam daftar cek yang beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal
pengeluaran kas, cek itu harus dimasukkan sebagai cek yang beredar jika belum dikliring
sebelum tanggal neraca. Demikian juga, jika cek sudah dikliring oleh bank sebelum tanggal
neraca, cek itu tidak boleh berada dalam rekonsiliasi bank.
 Menyelidiki semua cek yang signifikan beredar yang yang tercantum dalam daftar cek belum
dikliring oleh bank yang pertama pada laporan pisah batas. Langkah dalam penyelidikan ini
adalah menelusuri jumlah setiap item belum dikliring ke jurnal pengeluaran kas. Alasan cek
itu belum yang diuangkan harus dibahas dengan klien, dan jika auditor khawatir mengenai
kemungkinan adanya kecurangan, saldo utang usaha vendor harus dikonfirmasi untuk
menentukan apakah vendor telah mengakui penerimaan kas dalam catatannya.
 Selain itu, cek yang dibatalkan juga harus diteliti sebelum hari terakhir audit jika cel tersebut
tersedia.
 Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank. Semua belum disetorkan ke
bank pada akhir tahun harus ditelusuri penerimaan kas yang ke laporan pisah batas bank
untuk memastikan bahwa hal itu disetorkan segera setelah awal tahun yang baru.
 Memperhitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan rekonsiliasi bank.
Hal tersebut termasuk item seperti beban jasa bank, kesalahan dan koreksi bank, dan transaksi
yang belum tercatat didebet atau dikredit secara langsung ke akun bank oleh bank. Item yang
direkonsiliasi tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa item itu telah diperlakukan
secara tepat oleh klien.

13
2.4 Prosedur Yang Berorientasi Kecurangan

Pertimbangan utama dalam audit saldo kas umum adalah kemungkinan terjadinya kecurangan.
Auditor harus memperluas prosedur audit kas akhir tahun untuk menentukan kemungkinan adanya
kecurangan yang material apabila pengendalian internal tidak memadai, terutama pemisahan tugas
yang tidak tepat antara penanganan kas dan pencatatan transaksi kas dalam catatan akuntansi serta
tidak adanya rekonsiliasi bank bulanan yang disiapkan secara independen.

Dalam merancang prosedur untuk mengungkapkan kecurangan, auditor harus mempertimbangkan


secara cermat sifat defisiensi pengendalian internal, jenis kecurangan yang mungkin terjadi akibat
defisiensi itu, materialitas kecurangan yang potensial, dan prosedur audit yang paling efektif dalam
mengungkapkan kecurangan.

Ketika secara khusus menguji kecurangan, auditor harus ingat bahwa prosedur audit selain pengujian
atas rincian saldo kas juga dapat bermanfaat. Prosedur yang dapat mengungkapkan kecurangan dalam
bidang penerimaan kas termasuk:

 Konfirmasi Piutang Usaha


 Pengujian yang dilaksanakan untuk mendeteksi lapping.Mereview ayat jurnal buku besar
umum dalam akun kas untuk pos-pos tidak biasa
 Membandingkan pesanan pelanggan dengan penjualan dan penerimaan kas selanjutnya.
 Memeriksa persetujuan dan dokumen pendukung piutang tak tertagih serta retur penjualan
dan pengurangan.

14
Pengujian serupa dapat digunakan untuk menguji kemungkinan pengeluaran kas yang mengandung
kecurangan.

Bahkan dengan prosedur yang berorientasi pada kecurangan, sangatlah sulit mendeteksi pencurian
kas, serta pelaporan keuangan yang curang yang melibatkan kas, terutama transaksi dan saldo akun
yang dihilangkan. Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki akun kas offshore ilegal dan melakukan
setoran ke akun tersebut dari penjualan yang tidak tercatat, tidak mungkin auditor dapat
mengungkapkan kecurangan itu. Akan tetapi, auditor bertanggung jawab melakukan upaya yang
maksimal untuk mendeteksi kecurangan apabila meyakini alasan bahwa hal tersebut memang ada.
Untuk mengungkapkan kecurangan yang berhubungan secara langsung dengan saldo kas akhir tahun
prosedurnya adalah: memperluas pengujian rekonsiliasi bank, bukti kas, dan pengujian transfer
antarbank.

Memperluas Pengujian Rekonsiliasi Bank

Jika auditor yakin bahwa rekonsiliasi bank akhir tahun disalahsajikan dengan sengaja, maka tepat
melaksanakan pengujian lebih lanjut atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang diperluas ini
memverifikasi apakah semua transaksi yang dicantumkan dalam jurnal selama beberapa bulan
terakhir tahun berjalan telah dimasukkan dalam atau dikeluarkan dari rekonsiliasi bank secara benar,
dan memverifikasi apakah semua item dalam rekonsiliasi bank telah dicantumkan secara benar. Mari
kita asumsikan bahwa ada kelemahan pengendalian internal yang material dan akhir tahun klien
adalah 31 Desember. Dengan menggunakan pendekatan umum,auditor:

1. Memulai dengan rekonsiliasi bank bulan November dan membandingkan semua item yang
direkonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lain dalam laporan bank bulan
Desember.
2. Membandingkan semua cek yang dibatalkan yang tersisa dan slip setoran dalam laporan bank
bulan Desember dengan jurnal pengeluaran kas dan penerimaan kas.
3. Menelusuri semua item yang belum dikliring dalam rekonsiliasi bank bulan November serta
jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan Desember ke rekonsiliasi bank tanggal 31
Desember untuk memastikan bahwa itemitem tersebut telah dimasukkan.
4. Memverifikasi bahwa semua item rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank tanggal 31 Desember
menyajikan item dari rekonsiliasi bank bulan November dan jurnal bulan Desember yang
belum dikliring oleh bank.

Selain keempat pengujian tersebut, auditor juga harus melaksanakan prosedur setelah akhir tahun
dengan menggunakan laporan pisah batas bank. Pengujian tersebut sama seperti yang telah dibahas
sebelumnya.

15
Bukti Kas

Auditor terkadang menyiapkan bukti kas ketika klien memiliki kelemahan Pengendalian internal yang
material terhadap kas. Auditor menggunakan bukti kas untuk menentukan apakah hal-hal berikut
dilakukan:

 Semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan


 Semua setoran di bank dicatat dalam catatan akuntansi
 Semua pengeluaran kas yang tercatat telah dibayarkan oleh bank
 Semua jumlah yang telah dibayar oleh bank dicatat

Bukti kas (proof of cash) meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut:

1. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode bukti kas.
2. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan per bank dengan penerimaan yang dicatat
dalam Jurnal penerimaan kas selama periode tertentu.
3. Merekonsiliasi pembayaran elektronik dan kliring cek yang dibatalkan oleh bank dengan yang
dicatat di jurnal pengeluaran kas selama periode tertentu.
4. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar umum pada akhir periode bukti
kas.

Bukti kas jenis ini sering kali disebut bukti kas empat kolom yang masing-masing kolom berisi jenis
informasi yang telah disebutkan. Bukti kas dapat dilaksanakan untuk satu atau lebih bulan interim,
setahun, atau bulan terakhir dari suatu tahun. Hal yang menjadi perhatian dari bukti kas bulan interim,
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 23-6, bukanlah saldo kas akhir. Akan tetapi, auditor berfokus
pada merekonsiliasi jumlah yang dicatat dalam pembukuan dengan jumlah yang dimasukkan dalam
laporan bank.

Ketika mengumpulkan bukti kas, auditor mengombinasikan pengujian substantif atas transaksi dengan
pengujian atas rincian saldo. Penerimaan bukti kas adalah pengujian atas transaksi yang tercatat,
sementara rekonsiliasi bank adalah pengujian atas saldo kas pada suatu waktu tertentu. Bukti kas
merupakan metode yang jitu untuk membandingkan penerimaan dan pengeluaran kas yang tercatat
dengan rekening bank dan dengan rekonsiliasi bank. Akan tetapi, bukti pengeluaran kas tidak efektif
untuk mengungkapkan cek yang ditulis dalam jumlah yang tidak sesuai, cek palsu, atau salah saji
lainnya di mana jumlah dolar yang muncul dalam catatan pengeluaran kas tidak benar. Demikian
juga, bukti penerimaan kas tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan pencurian kas atau
pencatatan dan penyetoran jumlah kas yang tidak tepat.

Pengujian Transaksi Antarbank

Para penggelap uang biasanya menutupi pencurian kas dengan praktik yang dikenal sebagai kiting:
mentransfer uang dari satu bank ke bank lainnya dan mencatat transaksi tersebut dengan tidak benar.
Mendekati tanggal neraca, sebuah cek ditarik dari satu rekening bank dan dengan segera disimpan di
rekening kedua untuk dikredit sebelum akhir periode akuntansi. Dalam melakukan transfer tersebut,
penggelap uang memastikan bahwa cek disimpan pada saat-saat terakhir sehingga tidak dikliring oleh
bank pertama hingga akhir periode. Jika transfer antarbank tidak dicatat hingga setelah tanggal neraca,
jumlah yang ditransfer dicatat sebagai aset di kedua bank. Walaupun terdapat cara lain untuk
melakukan kecurangan ini, masing-masing melibatkan peningkatan saldo rekening bank untuk
menutupi kekurangan karena menggunakan transfer antarbank itu.

16
Untuk menguji kiting, serta kesalahan tidak sengaja dalam mencatat transfer antarbank, auditor dapat
mendata semua transfer antarbank yang dilakukan beberapa hari sebelum dan setelah tanggal neraca
dan menelusuri masing-masing ke catatan akuntansi agar pencatatannya benar. Gambar 23 7
menunjukkan skedul transfer antarbank dengan empat transfer antarbank yang dilakukan segera
sebelum dan setelah tanggal neraca. Terdapat beberapa hal yang sebaiknya diaudit dalam skedul
transfer antarbank.

 Ketepatan informasi di skedul transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus


membandingkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul dengan catatan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan bahwa informasi tersebut akurat. Begitu
pula, tanggal pada skedul transfer yang diterima dan dikeluarkan harus disesuaikan dengan
laporan bank. Terakhir, catatan pengeluaran dan penerimaan kas harus diperiksa untuk
memastikan bahwa semua transfer beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca saldo
telah dimasukkan dalam skedul. (Tanda (ceklis) pada skedul di Gambar 23-7 menunjukkan
bahwa langkah-langkah tersebut telah dilakukan).

17
 Transfer antarbank harus dicatat baik dalam laporan bank yang menerima maupun bank yang
mengeluarkan. Iika, misalnya, terdapat transfer sebesar 510.000 dari Bank A ke Bank B tapi
hanya pengeluaran yang dicatat, maka hal tersebut membuktikan bahwa terdapat usaha untuk
menutupi pencurian kas.
 Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan dari setiap transfer harus berada dalam tahun
fiskal yang sama. Dalam Gambar 23-7, tanggal di kedua kolom "tanggal yang tercatat di
pembukuan" [(4) dan (7) berada dalam periode yang sama untuk setiap transfer; oleh karena
itu, transfer tersebut benar.

 Pengeluaran dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau


dikeluarkan dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai cek yang
beredar. Dalam Gambar 23-7, rekonsiliasi bank 31-12-13 untuk akun kas umum harus
mencantumkan cek yang beredar untuk transfer kedua dan ketiga tetapi tidak dua
lainnya. [Bandingkan tanggal di kolom (4) dan (5).] Kurang saji mengenai cek yang
beredar pada rekonsiliasi bank menunjukkan kemungkinan adanya kiting.
 Penerimaan dalam skedul transfer antarbank harus dimasukkan dalam atau
dikeluarkan dari rekonsiliasi bank akhir tahun dengan benar sebagai setoran dalam
perjalanan. Dalam Gambar 23-7, rekonsiliasi bank 31-12-13 untuk akun tabungan dan
payroll harus mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer ketiga tapi
bukan untuk tiga yang lainnya. (Bandingkan tanggal dari masing-masing transfer di
kedua kolom terakhir). Lebih saji setoran dalam perjalanan di rekonsiliasi bank
mengindikasikan kemungkinan adanya kiting.

18
Walaupun pengujian audit untuk transfer antarbank biasanya berorientasi pada kecurangan,
pengujian tersebut sering kali dilakukan pada audit di mana terdapat sejumlah transfer bank, tanpa
memperhatikan pengendalian Internal. Selain kemungkinan adanya kiting, penanganan transfer yang
salah dapat juga menghasilkan misklasifikasi antara kas dan utang usaha. Materialitas transfer dan
kemudahan melaksanakan pengujian membuat banyak auditor yakin bahwa prosedur tersebut harus
selalu dilaksanakan.

2.5 Audit Atas Akun Instrumen Keuangan

Dalam menguji saldo akhir tahun instrumen keuangan, auditor harus mengumpulkan bukti yang
cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah akun instrumen keuangan, sebagaimana tercantum dalam
neraca, telah disajikan secara wajar dan diungkapkan layak sesuai dengan kedelapan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo yang digunakan dalam pengujian atas rincian saldo (eksistensi, kelengkapan,
keakuratan, klasifikasi, pisah batas, detail tie-in, nilai realisasi, dan hak) sebagaimana tercantum lebih
terinci pada Tabel 23-2. Kita sekarang membahas metodologi untuk mengaudit instrumen keuangan
akhir tahun.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Instrumen Keuangan (Tahap I)

Risiko bisnis yang terkait dengan instrumen keuangan akan bervariasi tergantung pada signifikansi
dan agresivitas aktivitas investasi perusahaan. Risiko yang lebih tinggi akan ditanggung oleh
perusahaan yang berinvestasi dalam sekuritas yang kurang likuid atau instrumen keuangan derivatif,
dan jika proporsi investasi lebih besar dari total aset. Perusahaan jasa keuangan akan menanggung
risiko yang lebih besar akibat minimnya volume aktivitas dan jenis instrumen yang diperdagangkan,
misalnya, beberapa perusahaan menderita kerugian perdagangan yang besar dari aktivitas "pedagang
nakal" (rogue trader) individu yang disembunyikan dengan menyalahsajikan saldo investasi dan kas.
Selain itu, seperti diilustrasikan dalam sketsa yang terkait dengan "program nakal" (rogue program),
volatilitas pasar secara keseluruhan juga lebih tinggi hanya karena sifat dari aktivitas perdagangan di
pasar. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, serta pengendalian
manajemen yang mengurangi risiko tersebut.

Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Saldo akun instrumen keuangan mungkin bersifat material tergantung pada jenis dan frekuensi
aktivitas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko inheren atas instrumen keuangan meliputi
tujuan manajemen terkait dengan aktivitas investasi (misalnya, hedging untuk meminimalkan risiko),
kompleksitas sekuritas atau derivatif, pengalaman sebelumnya perusahaan dengan investasi tertentu,
dan apakah faktor-faktor eksternal seperti risiko kredit atau risiko suku bunga mempengaruhi asersi
yang relevan. Banyak dari risiko tersebut berhubungan dengan tujuan audit keakuratan, klasifikasi,
dan nilai realisasi. Faktor lainnya yang meningkatkan risik inheren atas instrumen keuangan adalah
kompleksitas standar akuntansi yang relevan. Mayoritas instrumen keuangan dinilai dengan
menggunakan estimasi nilai wajar (fair value estimates), Standar akuntansi membedakan antara
estimasi nilai wajar tingkat 1 (harga yang dapat diamati, yaitu ditetapkan, di pasar aktif untuk aset ata
kewajiban yang identik) dan estimasi tingkat 2 atau tingkat 3. Estimasi tingkat menggunakan input

19
yang dapat diamati (langsung atau tidak langsung) selain harga Yang ditetapkan, seperti harga aset
atau kewajiban yang serupa, sedangkan estimasi tingkat 3 menggunakan input yang tidak dapat
diamati seperti model penetapan harga atau arus kas yang didiskontokan. Estimasi ini memerlukan
pertimbangan manajemen yang signifikan dan auditor juga perlu mempertimbangkan insentif
manajemen untuk mengklasilikasikan investasi sebagai nilai wajar tingkat 2 atau tingkat 3. Semua
risiko ini, dikombinasikan dengan volatilitas pasar baru-baru ini dan potensi pasar menjadi tidak
likuid, akan menghasilkan potensi salah saji dan misklasifikasi saldo instrumen keuangan yang
signifikan.

Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)

Auditor harus memahami efektivitas perancangan dan pengoperasian pengendalian internal


menyangkut inisiasi, otorisasi, pemrosesan, pengukuran nilai wajar, dan pengungkapan aktivitas
investasi. Hal yang paling penting, manajemen harus memiliki (1) strategi investasi dan kesadaran
atas tingkat exposure berbagai risiko; (2) prosedur untuk mengklasifikasikan instrumen keuangan
dengan benar sebagai perdagangan, tersedia untuk dijual, atau dimiliki hingga jatuh tempo
berdasarkan niat; (3) prosedur untuk memulai dan mencatat transaksi; dan (4) pengendalian internal
yang ketat atas penentuan estimasi nilai wajar, seperti personil dengan keahlian atau pengalaman yang
tepat dalam menilai estimasi tingkat 2 atau 3. Jika perusahaan menggunakan organisasi jasa, seperti
penasihat atau manajer investasi, untuk mengelola aktivitas investasinya,auditor juga harus
memahami pengendalian organisasi jasa itu. Auditor sering kali dapat mengandalkan pengendalian
internal organisasi jasa jika auditor organisasi jasa tersebut menerbitkan laporan tentang pengendalian
internal organisasi jasanya, seperti dibahas dalam Bab 12 (di Jilid 1). Sebaliknya, auditor mungkin
memerlukan pengetahuan khusus atau mungkin harus mengandalkan spesialis internal perusahaan
untuk membantu memahami sistem informasi yang relevan.

Merancang dan melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas


Transaksi (Tahap II)

Tidak seperti beberapa akun lain di mana auditor dapat memilih untuk melakukan pengujian
substantif yang lebih ekstensif dan mengurangi ketergantungan pada pengendalian, penilaian
pengendalian internal yang terkait dengan instrume keuangan mungkin diperlukan demi mengurangi
risiko audit ke tingkat yang dapat diterima, terutama untuk tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Pengujian transaksi yang akan dilakukan terkait dengan instrumen keuangan meliputi
pengujian pembelian dan penjualan sekuritas serta derivatif atau penyelesaian transaksi hedging atau
lindung-nilai, keuntungan atau kerugian yang terkait, serta bunga dan pendapatan dividen. Biasanya
auditor mengandalkan laporan dan saran broker (notiiikasi yang dikirim dari broker kepada klien
berupa rincian pembelian atau penjualan) dari manajer investasi untuk menguji pembelian dan
penjualan selama pengendalian dianggap efektif, menelusuri pembayaran atau hasil ke pengeluaran
atau penerimaan kas, kemudian menguji keakuratan matematis keuntungan dan kerugian. Pendapatan
bunga dapat dihitung ulang, sementara dividen dapat dihitung ulang dan dibandingkan dengan sumber
publik seperti catatan dividen Standard and Poor's.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap II)

Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir tahun Maumen keuangan
karena saldo tersebut dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun dan tidak selalu terkait dengan akun
lainnya. Namun, prosedur analitis dapat digunakan untuk menguji kewajaran pendapatan bunga dan
dividen. Auditor juga dapat membandingkan persentase relatif investasi di masing-masing dari tiga

20
kategori nilai wajar (tingkat 1, 2, atau 3) dari tahun-ke-tahun untuk menilai perubahan strategi
investasi atau risiko portofolio.

Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Instrumen Keuangan (Tahap III)

Titik awal pengujian saldo akhir akun instrumen keuangan adalah mendapatkan skedul aktivitas
investasi selama tahun berjalan. Skedul aktivitas investasi akan meliputi saldo awal, pembelian dan
penjualan instrumen keuangan serta keuntungan dan kerugian terkait, saldo akhir yang dicatat pada
nilai pasar wajar atau nilai lain yang konsisten dengan standar akuntansi. Skedul itu juga akan
menunjukkan pendapatan dividen dan bunga. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan pengujian
atas rincian saldo yang umum dalam audit instrumen keuangan ditampilkan pada Tabel 23-2. Tujuan
yang paling penting adalah eksistensi, keakuratan, dan nilai realisasi bagi investasi dalam sekuritas,
sementara kelengkapan juga penting bagi instrumen keuangan derivatif. Tujuan penyajian dan
pengungkapan juga sangat penting menurut persyaratan pengungkapan catatan kaki yang ekstensif
terkait estimasi nilai wajar. Dalam pembahasan tentang pengujian yang terinci, kita mengasumsikan
bahwa entitas menggunakan organisasi jasa sebagai manajer investasi dan auditor telah menentukan
bahwa organisasi jasa itu memiliki pengendalian yang efektif. Manajer investasi, atau penasihat
investasi, biasanya yang mengawali transaksi, memegang sekuritas, serta memroses dan menyimpan
catatan yang terkait dengan transaksi itu. Kita mengacu organisasi jasa itu sebagai broker-dealer
dalam pembahasan kita tentang prosedur audit.

Auditor meminta konfirmasi dari broker-dealer untuk mengkonfirmasi holdings akhir tahun serta
transaksi yang telah selesai dan belum selesai yang terjadi selama tahun bersangkutan. Konfirmasi ini
memberikan assurance atas eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan. Sangatlah penting memverifikasi
saldo kas, ekuivalen kas, dan instrumen keuangan secara simultan untuk memastikan bahwa
manajemen tidak berupaya menutupi kekurangan kas dengan menghitung ganda kas. Pengujian yang
lebih ekstensif terkait dengan kelengkapan juga akan diperlukan jika ada instrumen keuangan
derivatif, seperti memeriksa kontrak derivatif terlampir serta membaca notulen rapat dewan direksi
yang berhubungan dengan aktivitas hedging dan investasi.

Pengujian yang berkaitan dengan nilai realisasi akan bervariasi menurut jenis sekuritas dan standar
akuntansi terkait. Standar akuntansi mungkin mengharuskan agar instrumen keuangan dicatat pada
harga pokok, nilai wajar, atau berdasarkan hasil keuangan investee. Pedoman auditing disediakan
untuk mengaudit estimasi akuntansi dan terutama untuk mengestimasi nilai wajar karena melibatkan
banyak pertimbangan auditor. Estimasi nilai wajar tingkat 1 (aset identik dengan harga pasar yang
ditetapkan) lebih mudah diaudit dan biasanya melibatkan observasi harga pasar pada akhir tahun,
yang dapat dilakukan dengan memeriksa The Wall Street Journal atau publikasi keuangan ternama
lainnya. Estimasi nilai wajar tingkat 2 dan tingkat 3 lebih sulit diaudit karena melibatkan
pertimbangan manajemen yang signifikan baik dalam klasifikasi (tingkat 2 atau 3) maupun dalam
menentukan nilai wajar. Auditor harus menguji kelayakan dan ketepatan asumsi serta model Yang
digunakan oleh manajemen ketika menentukan estimasi nilai wajar. Jika auditor memilih
menggunakan spesialis untuk menguji estimasi nilai wajar, standar auditing mengharuskan auditor
menentukan apakah spesialis tersebut objektif dan memenuhi kualifikasi, selain harus memahami
metode yang digunakan oleh spesialis untuk menentukan nilai wajar. Juga penting bagi auditor untuk
mempertimbangkan insentif manajemen dalam mengklasifikasikan instrumen keuangan sebagal
tmgkat 2 atau tingkat 3 akibat perbedaan estimasi yang diperoleh menurut pandekatan yang berbeda,
persyaratan pengungkapan yang lebih ekstensif terkait dengan estimasi nilai wajar tingkat 3.

21
22
BAB 3

KESIMPULAN

Dalam bab ini kita telah melihat bahwa transaksi di sebagian besar siklus mempengaruhi akun kas.
Karena hubungan antara transaksi di beberapa siklus dan saldo akun kas akhir, auditor biasanya
menunda audit saldo kas akhir hingga hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk semua siklus telah selesai dan dianalisis. Pengujian saldo kas biasanya memasukkan
pengujian rekonsiliasi bank dari akun kas utama, seperti akun kas umum, akun penggajian imprest,
dan dana kas kecil imprest. Jika kemungkinan kecurangan pada kas dinilai tinggi oleh auditor, mereka
mungkin melaksanakan pengujian tambahan seperti prosedur rekonsiliasi bank yang diperluas, bukti
kas, atau pengujian transfer antarbank. Upaya dan banyaknya pertimbangan yang dilibatkan ketika
mengaudit instrumen keuangan akan bervariasi tergantung pada strategi investasi klien dan insentif
manajemen. Pengujian utama meliputi konfirmasi dengan broker-dealer serta pengujian estimasi nilai
wajar.

23

Anda mungkin juga menyukai