Anda di halaman 1dari 21

SUSPENSI dan PENDISPERSI

TUGAS 1
FORMULASI KOSMETIKA II

DISUSUN OLEH : Dhyneu Dwi Jayantie

NPM : 5419221060

KOSMETIK BAHAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASILA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendispersi dan suspensi”.
Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai penunjang Mata Kuliah Formulasi Kosmetik I
yang nantinya dapat digunakan mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pengetahuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam proses Penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penyusunannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, masukan, saran, kritik, dan usul yang sifatnya untuk
perbaikan dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibu sangat diharapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 5

BAB II TINJUAN PUSTAKA


A. Definisi suspense dan Suspensi Kering.................................. 6
B. Jenis – Jenis Sediaan Suspensi............................................... 7
C. Macam – macam Suspensi...................................................... 8
D. Syarat – Syarat Suspensi......................................................... 9
E. Stabilitas Suspensi.................................................................. 9
F. Bahan Pensuspensi atau Suspending Agent............................ 10
G. Dispersi dan Pendispersi......................................................... 19

BAB III PEMBAHASAN


A. Jenis – Jenis Pengsuspensi atau Suspending Agent.................. 14
B. Contoh Formula........................................................................ 16

BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh
cepat mengendap, dan bila digojog perlahan – lahan, endapan harus terdispersi kembali.
Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat
partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel), Zat pembasah, Medium pendispersi serta
komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet
yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga
dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan
dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
Zat pendipersi adalah medium yang menjadi pelarut dalam koloid dan jumlahnya lebih
banyak serta lebih mendominasi. Zat terdispersi adalah zat yang tersebar merata dalam
koloid.
Suspense adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat, atau dengan
kata lain suspensi adalah campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan
dalam zat cair tersebut.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari system pendispersi
dan suspensi karena mempermudah untuk mengetahui zat – zat pengemulsi dan pengsuspensi
apa saja yang cocok untuk menstabilkan suspense.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian suspensi untuk sediaan kosmetik ?
2. Apakah Macam – macam suspensi ?
3. Bagaimana stabilitas fisik supensi?
4. Apa definisi dari disperse dan pendispersi?

4
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian suspensi pada sediaan kosmetik
2. Untuk memahami Jenis-jenis suspensi
3. Untuk mengetahui stabilitas fisik suspensi
4. Untuk mengetahui definisi disperse dan suspensi

5
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Definisi Suspensi Dan Suspensi Kering


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalan dua jenis, yaitu suspensi yang
siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut lain
yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang
mengandung obat dan bahan pensuspensi yang cocok untuk diberikan. Definisi suspensi
menurut :
a. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
(Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)
Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan
oral.
b. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
c. USP XXVII, 2004, hal 2587
Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi
dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan
untuk pemberian oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi
jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan.

6
Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan
maksud ditanamkan di luar telinga.
B. Jenis – Jenis Sediaan Suspensi
Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah :
1. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket
sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa suspensi
dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat
yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada
kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam
kategori ini.
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak
menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak
boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
Syarat suspensi optalmik :
- Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.
- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang
mengeras atau penggumpalan.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau
kedalam larutan spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang sesuai.

7
D. Macam – macam suspensi berdasarkan Sifat :
1. Suspensi Deflokulasi
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip
diantara sesamanya pada waktu mengendap.
Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi
partikel yang halus sangat lambat.
Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada
waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk
masa yang kompak.
Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat
dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.
2. Suspensi Flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok
partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-
flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan
sedimentasinya tinggi.
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a. Kombinasi ukuran partikel
b. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.
D. Syarat – Syarat Suspensi
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung
zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali

8
5. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
6. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
7. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
8. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
9. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad
renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang
akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.
E. Stabilitas suspensi
Salah satu problem yang dihadapu dalam proses pembuatan suspensi adalah
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homo genitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta
daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara
luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume
yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas
cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental susu caira kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran
dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan ,
gerakan turun dari partikel yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum
“STOKES”
3. Jumlah partikel (konsentrasi)

9
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalm jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari
zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam
cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah mempengaruhi sifat alam. Maka
kita tidak dapat mempengaruhinya.
F. Bahan Pensuspensi Atau Suspending Agent
1. Bahan Pensuspensi alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat
larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan
menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph
dan fermentasi bakteri. Termasuk golongan gom adalah :
a. Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,dapat larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9.
Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9
akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan
kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet(preservatif).
b. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus dan mamilosa, dapat larut dalam air, tidak
larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang
banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida,
jadi mudah dirusak oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet untuk
suspensi tersebut.
c. Tragacanth

10
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragcanth sangat lambat
mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan,
mucilago tragacath lebih kental dari mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik
sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
d. Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam
bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang
mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dalam algin memerlukan
bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.
Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering
dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada tiga macam yaitu bentonite,
hectorite dan veegum. Apabila tanah liatdimasukkan kedalam air mereka akan mengembang
dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena
peristiwa tersebut, kekentalancairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi
lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan
tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan
bahan suspensi dari bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan
fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan
golongan karbohidrat.

2. Bahan pensuspensi sintesis


a. Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methol, tylose), karbrsi metil
selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya
terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan
kemampuanmenambah vislositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya
semakin besar angkanya bearti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak
diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi
makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga diginakan sebagai
laksansia dan bahan penghancur (disintergator) dalam pembuatan tablet.
b. Golongan organik polimer

11
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Cabophol 934 (nama dagang
suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak
beracun dan tidak mengiritasi kulit,serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan
tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh
viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas
dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari
larutannya.
G. Dispersi dan Pendispersi
Suatu zat yang dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara
merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut sistem dispers atau campuran. Zat
yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.

Sistem dispersi dibagi menjadi 3 :


1. Dispersi molekuler (Larutan)
Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran diamter partikel zat terdipersinya
sangat kecil <1 nm, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel pendispersi dengan
partikel terdispersi.
Contoh : larutan gula, larutan garam, udara bersih.

2. Dispersi halus (Koloid)


Koloid merupakan sistem dispersi yang ukuran diameter partikel zat terdispersinya 1-
100 nm. Secara makroskopis tampak homogen, tetapi sebenarnya heterogen (dengan
mikroskop ultra dapat dibedakan antar partikel pendispersi dengan partikel
terdispersi).
Koloid juga dinamakan dispersi koloid atau suspensi koloid, yaitu campuran
pertengahan antara larutan sejati dan suspensi.
Contoh : susu cair, asap, dan kabut.

3. Dispersi kasar (Suspensi)


Suspensi merupakan sistem dispersi yang ukuran diameter partikel zat terdispersinya
relatif besar >100 nmdan tersebar merata dalam medium pendispersinya. Pada
umumnya suspensi merupakan campuran heterogen.
Contoh : pasir yang dicampurdengan air, air sungai, dan air kopi.

12
Perbedaan antara Larutan, Koloid, dan Suspensi
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
Bentuk Campuran Homogen Tampak homogen Heterogen
Kestabilan Stabil Umumnya stabil Tidak stabil
Pengamatan Homogen Heterogen Heterogen
Mikroskop
Jumlah Fasa Satu fasa Dua fasa Dua frasa
Sistem Despersi Molekuler Padatan halus Padatan kasar
Penyaringan Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring
dengan KS biasa,
kecuali dengan KS
ultra
Ukuran Partikel <1nm 1nm-100nm >100nm

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. Jenis – Jenis Pengsuspensi Atau suspending agent


3. Bahan Pensuspensi alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat
larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan
menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph
dan fermentasi bakteri. Termasuk golongan gom adalah :
e. Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,dapat larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9.
Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9
akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan
kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet(preservatif).
f. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus dan mamilosa, dapat larut dalam air, tidak
larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang
banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida,
jadi mudah dirusak oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet untuk
suspensi tersebut.
g. Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragcanth sangat lambat
mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan,
mucilago tragacath lebih kental dari mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik
sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
h. Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam
bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang

14
mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dalam algin memerlukan
bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.
Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering
dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada tiga macam yaitu bentonite,
hectorite dan veegum. Apabila tanah liatdimasukkan kedalam air mereka akan mengembang
dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena
peristiwa tersebut, kekentalancairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi
lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan
tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan
bahan suspensi dari bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan
fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan
golongan karbohidrat.

4. Bahan pensuspensi sintesis


c. Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methol, tylose), karbrsi metil
selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya
terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan
kemampuanmenambah vislositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya
semakin besar angkanya bearti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak
diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi
makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga diginakan sebagai
laksansia dan bahan penghancur (disintergator) dalam pembuatan tablet.

d. Golongan organik polimer


Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Cabophol 934 (nama dagang suatu
pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun
dan tidak mengiritasi kulit,serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut
banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang
baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal
tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.

15
B. Contoh Formulasi EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN
KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-Na
(Carboxymethylcellulosum Natrium)
Dalam penelitian ini, akan dilakukan formulasi suspens menggunakan kombinasi
suspending agent yaitu Pulvis Gummi Arabici (PGA) dan Carboxymethylcellulosum
Natrium (CMC-Na). Menurut Rowe dkk (2009), konsentrasi PGA sebagai suspending
agent adalah 5-10%. Menurut Nussinovitch (1997) dalam Anggreini DB (2013), PGA
pada konsentrasi kurang dari 10% memiliki viskositas yang rendah dapat mempercepat
terjadinya sedimentasi yang menyebabkan sediaan menjadi tidak stabil. Oleh karena itu
PGA dikombinasikan dengan CMC-Na yang merupakan suspending agent yang dapat
meningkatkan viskositas serta dapat meningkatkan kestabilan dari suspensi yang
dihasilkan.

a. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Talk : 10 g
2. PGA : 12,5 g
3. CMC-Na : 2,5 g
4. Gliserin : 40 ml
5. Sirop Gula : 80 ml
6. Aqua Destillata : 258 ml
b. Formulasi Suspensi

16
c. Pembuatan Suspensi
Sediaan suspensi terdiri dari empat formula (Tabel 1). PGA dan CMC-Na digerus
sampai homogen kemudian dilarutkan dengan air sampai terbentuknya mucilago,
kemudian bahan yang akan dibuat suspensi ditambahkan gliserin dan digerus sampai
homogen pada mortir dan stamper lain. Campuran bahan yang akan dibuat suspensi
dan gliserin dituang sedikit demi sedikit ke dalam larutan PGA dan CMC-Na sambil
diaduk sampai homogen. Setelah itu, dimasukkan ke dalam gelas ukur beserta dengan
air bilasan dari mortir dan ditambahkan sirop gula. Terakhir ditambahkan Aqua
destillata hingga 100 ml.
d. Evaluasi Organoleptik
Pengamatan tampilan dilakukan secara manual dengan pencahayaan masing-masing
formula dalam gelas ukur dengan senter dari hari pertama sampai hari ke tujuh. Pokok
pengamatannya adalah warna dan tampilan sedimen, tingkat kekeruhan, serta
terbentuknya cake/endapan
e. Pengamatan Warna, Rasa Dan Bau
Pengamatan warna dilakukan secara manual dengan pencahayaan masing-masing
formula dalam gelas ukur dengan senter dari hari pertama sampai hari ke tujuh,
sedangkan pengamatan bau dan rasa dilakukan di awal dan di akhir pengujian.
f. Perhitungan kecepatan sedimentasi dan volume sedimentasi, serta pengujian
redispersibilitas
Suspensi disimpan dalam gelas ukur dengan keadaan tidak terganggu. Suspensi
tersebut diukur meliputi tinggi suspensi, tinggi sedimentasi, volume suspensi, serta
volume akhir sedimentasi dari hari pertama sampai hari ke tujuh. Data yang didapat,
digunakan untuk menghitung kecepatan dan volume sedimentasi. Kecepatan
sedimentasi dihitung menggunakan rumus umum kecepatan yaitu persamaan satu (1)
sedangkan untuk mengukur rasio volume akhir endapan terhadap volume awal dari
suspensi (volume sedimentasi) digunakan persamaan dua (2). V = ∆s/∆t
................Persamaan 1 (Hartanto, 2010)
F = Vu/Vo..........Persamaan 2 (Martin dkk, 2008) Pengujian redispersibilitas
dilakukan secara manual dengan menggojok silinder setelah terjadi sedimentasi. Satu
kali inversi menyatakan bahwa suspensi 100 % mudah teredisperi. Setiap penambahan
inversi mengurangi persen kemudahan redispersi sebanyak 5% seluruh sediaan
(Anggreini, 2013).

17
BAB IV
KESIMPULAN

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalan dua jenis, yaitu suspensi yang
siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut
lain yang sesuai sebelum digunakan.

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi  suspensi dimana


partikel tidak mengalami agregasi  dan tetap terdistribusi  merata. Bila partikel
mengendap  mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan.
Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan
untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini
disebut caking .

Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,


homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut.
Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai       suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

Jenis – jenis suspense

1. Suspense oral
2. Suspense topical
3. Suspensi tetes telinga
4. Suspense optalmik
5. Suspense untuk injeksi
6. Suspense untuk injeksi terkonstitusi

Suatu zat yang dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara
merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut sistem dispers atau campuran. Zat
yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.
Macam – macam system disperse
1. Disperse molekuler ( larutan )

18
2. Disperse halus ( koloid )
3. Disperse kasar ( suspensi )

19
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Fatoni,Cokorda P. Mahandari, Dr.2011.Kajian Awal buah kepayang masaksebagai


bahan baku minyak nabati kasar. Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin
Universitas Gunadarma.
Adinugraha MP dkk, 2005, Synthesis and Characterization of Sodium Carboxymethyl
Cellulose From Cavendish Banana Pseudo Stem (Musa Cavendishii LAMBERT),
Carbohydrate Polymers,.
Agoes G, 2012, Sediaan Farmasi LiquidaSemisolida (SFI-7), Penerbit ITB Bandung.
Anggreini DB, 2013, Optimasi Formula Suspensi Siprofloksasin Menggunakan Kombinasi
Pulvis Gummi Arabici (Pga) Dan Hydroxypropyl Methylcellulose (Hpmc) Dengan
Metode Desain Faktorial, Skripsi tidak dipublikasikan, Pontianak, Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 32, 96,
271, 567, 591.
Ariestya, A., I, S., & N R, J. (2010). Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji Terhadap
Perolehan Minyak Kemiri pada Ekstraksi Biji Kemiri dengan Penekanan Mekanis.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan",.
BATAN, 2006. Membuat Minyak Bio-Diesel Dari Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linneaus)
http://www.batan.go.id.
Chaerunisaa AY, 2009, Farmasetika Dasar, Widya Padjajaran, Bandung,
Hadi,Sopian. 2010. Karakteristik Fisik, Kandungan Minyak Dan Asam Lemak Dari Biji Jarak
Pagar (Jatropha Curcas L.) Dan Jarak Kepyar (Ricinus Communis L.). Departement
Of Agriculture Technology, Mulawarman University, Indonesia
Ketaren, S. (2008). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Lachman L, Lieberman AH, Kanig LJ, 2008, Teori Dan Praktek Fisika Farmasi Industri III,
Terjemahan oleh Siti Suyatmi, 1994, Jakarta, UI-Press.
Martsiano Peluang Usaha Minyak Atsiri (Jurnal)//http;//ano.web.id/7/peluamg-usahaminyak-
atsiri.html.-(s.I),2014.-hal. 4 Juni 2016.
Nirwana, rdoni.HS,. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Pada Proses Pembuatan Biodiesel Dari
Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Dengan Menggunakan Katalis Abu Tandan
Sawit. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia UNRI.

20
Novarika, Wirda. 2011. Mekanisasi Pemecahan Biji Jarak Untuk Membuat Biodiesel. Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Volume 3,Nomor 1.
Purwatiningrum,Heni. Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Emulsi Minyak Jarak ( Oleum Ricini )
Dengan Perbedaan Emulgator Derivat Selulosa.Program Studi D III Farmasi
Politeknik Harapan Bersama.
Priyambodo B, 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,
Yogyakarta,

21

Anda mungkin juga menyukai