LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL (DIARE)
DISUSUN OLEH :
Nama : Lee
NIM : 212200
A. DEFINISI
Eliminasi fekal adalah proses pengeluaran sisa pencernaan melalui anus, makanan
yang sudah di cerna kemudian sisanya akan di keluarkan dalam bentuk fases. Sisten
pencernaan merupakan saluran panjang (kurang lebih 9 meter) yang terlibat dalam
proses pencernaan makanan, mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan
menerima makanan dari luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta
bercampur dengan enzim dan zat cair melalui pencernaan baik dengan cara
mengunyah, menelan dan mencampur menjadi zat-zat gizi.
B. ETIOLOGI
b. Cairan
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan
dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan
terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras.
e. Obat – obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar
dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan
codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi
eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan
eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-
obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas
peristaltik dan kadang- kadang digunakan untuk mengobati diare.
f. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.
Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung.
Di antaranya adalahatony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot
polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga
menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang
dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang
dapat berdampak pada proses defekasi.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus
sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien
untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau
seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya
fungsi dari spinkter ani.
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Konstipasi
3) Nyeri rektum
b. Impaction
1) Tidak BAB
2) Anoreksia
3) Kembung / kram
4) Nyeri rektum
c. Diare
4) Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan
BAB.
d. Inkontinensia fekal
e. Flatulens
2) Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
f. Hemorrhoid
4) Nyeri
D. KOMPLIKASI
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut.
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam
hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak– anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh
makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan
terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.
E. IMPLEMENTASI
a. Pemberian Cairan
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa.
2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
a) Dehidrasi ringan.
c) Dehidrasi berat.
b. Diatetik
Hiperparatiroid
Hiperkalsemia
Diare
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Alamat
5) No rekam medis
6) Diagnose medis
b. Riwayat Keperawatan
1) Inpeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
d. Karakteristik Feses
1) Warna
2) Bau
3) Konsistensi
4) Frekuensi
5) Pemeriksaan Laboratorium
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diare berhubungan dengan malabsorpasi ditandai dengan .defekasi feses cair
>3 dalam 24 jam
3. ASUHAN KEPERAWATAN
5. Observasi 5. Untuk
turgor kulit menentukkan
secara rutin status dehidrasi
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC,
1997.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.