Anda di halaman 1dari 3

NAMA : drg.

Iradatul Hasanah
ANGKATAN : I (satu)
NO PRESENSI : 20
NIP : 199301162020122022
INSTANSI : UPDT Puskesmas Sindang Jaya, Dinkes Kab. Tangerang

Kasus : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56244486

Nurdin Abdullah, Gubernur Sulawesi Selatan yang ‘sarat prestasi terjerat kasus korupsi karena
biaya politik yang tinggi’.

Nurdin Abdullah, pejabat publik yang mendapat beragam prestasi, ditangkap Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga menerima suap miliaran rupiah terkait proyek
infrastruktur di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebelum kasus dugaan korupsi terungkap, Nurdin Abdullah adalah cerminan kepala daerah yang
berintegritas, berinovasi, membawa perubahan dan antikorupsi.
Ia memperoleh beragam yang diterima mayoritas saat Nurdin menjabat sebagai Bupati Bantaeng,
Sulsel dari 2008 hingga 2018.
Sejumlah penghargaan itu termasuk Satya Lencana bidang pertanian dari presiden tahun 2009,
piagam dan medali dari Kejaksaan Agung terhadap kepedulian pengelolaan dan pengembangan
kantin kejujuran di Kabupaten Bantaeng tahun 2010, Piala Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup.
Lalu menjadi People of The Year tahun 2012 dari Harian Seputar Indonesia, mendapatkan Piala
Adipura empat tahun berturut-turut, dan penghargaan sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2014 dari
Republika.
Kemudian, ia mendapatkan penghargaan Ganesa Prajamanggala Bakti Adiutama dari Rektor Intitut
Teknologi Bandung (ITB) tahun 2016.
Pada 2017, Nurdin menerima anugerah Kepala Daerah Pilihan Tempo, sebagai Kepala Daerah
Teladan, penghargaan atas predikat kepatuhan terhadap standar pelayanan publik dari
Ombudsman Republik Indonesia (ORI), dan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA).
KPK menetapkan Nurdin sebagai tersangka karena diduga menerima uang sejumlah Rp5,4 miliar
terkait sejumlah proyek infrastruktur di Sulsel.
Selain Nurdin, KPK juga menetapkan Sekretaris Dinas PUTR Sulsel, Edy Rahmat, dan Direktur PT
Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto, sebagai tersangka.
Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, segala prestasi yang didapat Nurdin "terjadi pada waktu dan
tempat tertentu. Tetapi korupsi itu disebabkan oleh karena ada kekuasaan, kesempatan,
keserakahan, ada kebutuhan dan paling penting jangan berpikir bahwa setiap orang yang sudah
menerima penghargaan tidak adak melakukan korupsi.
Kenapa? Karena korupsi adalah pertemuan antara kekuasaan dan kesempatan serta minus
integritas."
Firli berharap melalui kasus ini, seluruh penyelenggara negara hingga pejabat publik untuk
memegang teguh amanah rakyat dengan menjauhi perilaku korupsi.

Deskripsi tokoh:

Nurdin Abdullah : Seorang gubernur sulawesi selatan yang tertangkap KPK karena dugaan
kasus korupsi berupa suap dan gratifikasi proyek infrastruktur tahun anggaran 2020-2021 di
lingkungan pemerintah provinsi sulawesi selatan. Sebelum menjabat sebagai gubernur, Nurdin
Abdullah adalah seorang bupati dengan banyak prestasi yang diperoleh.
Agung Sucipto : Seorang direktur proyek penyelenggara pembangunan infrastruktur (pelaku
gratifikasi).
Firli Bahuri : Ketua KPK, penindak dan penegak Nurdin Abdullah.

Identifikasi nilai ANEKA yang dilanggar:

Nasionalisme: mementingkan kepentingan pribadi (menerima suap) daripada kepentingan


masyarakat yang membutuhkan infrastruktur layak.
Komitmen Mutu: terdapat ketidaksesuaian antara yang harapan masyarakat (APBN yang
bermanfaat) dengan yang terjadi (menerima sejumlah uang pada proyek infrastruktur).
NAMA : drg. Iradatul Hasanah
ANGKATAN : I (satu)
NO PRESENSI : 20
NIP : 199301162020122022
INSTANSI : UPDT Puskesmas Sindang Jaya, Dinkes Kab. Tangerang

Anti Korupsi : Nurdin diduga menerima uang sejumlah Rp5,4 miliar terkait proyek infrastruktur di
Sulawesi Selatan pada saat menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan.

Identifikasi nilai ANEKA yang di lakukan

Akuntabilitas : Nurdin melaksanakan tugasnya sebagai bupati dan gubernur dengan baik.
Etika Publik : Berbicara dengan sopan dan ramah kepada masyarakat, sehingga warga
sulawesi selatan percaya dengan kepemimpinan Nurdin
Komitmen Mutu : Nurdin bekerja dengan penuh inovasi dan banyak mendapat penghargaan
selama menjabat sebagai bupati Bantaeng, Sulawesi selatan, diantaranya adalah:
▪ Satya Lencana bidang pertanian dari presiden tahun 2009;
▪ Piagam dan medali dari Kejaksaan Agung terhadap kepedulian pengelolaan dan
pengembangan kantin kejujuran di Kabupaten Bantaeng tahun 2010;
▪ Piala Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup;
▪ People of The Year tahun 2012 dari Harian Seputar Indonesia;
▪ Piala Adipura empat tahun berturut-turut;
▪ penghargaan sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2014 dari Republika;
▪ Penghargaan Ganesa Prajamanggala Bakti Adiutama dari Rektor Intitut Teknologi
Bandung (ITB) tahun 2016;
▪ Kepala Daerah Pilihan Tempo, sebagai Kepala Daerah Teladan tahun 2017;
▪ Penghargaan atas predikat kepatuhan terhadap standar pelayanan publik dari
Ombudsman Republik Indonesia (ORI) tahun 2017;
▪ Penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) tahun 2017.

Analisa penyebab

MONEY MAN

Dugaan parpol pengusung yang Kurangnya pegangan


membutuhkan mahar besar pada nilai dasar antikorupsi
saat pilkada, semntara gaji dan adanya tekanan dari Dugaan suap
gubernur ‘kurang besar’. lingkungan. dan gratifikasi
terhadap
Gubernur
Sulsel, Nurdin
Pengaruh kebiasaan di Kontrol auditor terhadap Abdullah.
lingkungan pejabat terhadap pengadaan barang jasa
suap dan gratifkasi. dan audit terhadap
pihak ke-3 kurang.

ENVIRONMENT
METHOD
NAMA : drg. Iradatul Hasanah
ANGKATAN : I (satu)
NO PRESENSI : 20
NIP : 199301162020122022
INSTANSI : UPDT Puskesmas Sindang Jaya, Dinkes Kab. Tangerang

Tindakan penerimaan sejumlah uang dari tender pengadaan barang jasa (infrastruktur) oleh
gubernur Nurdin disebabkan karena berbagai faktor. Dari analisa tulang ikan tersebut dapat
dilihat bahwa faktor pertama adalah uang, pejabat tersebut memerlukan sejumlah uang untuk
mahar kepada parpol yang telah mendukungnya saat pemilihan gubernur.
Faktor kedua adalah orang itu sendiri, pejabat tersebut tidak konsisten terhadap nilai-nilai dasar
anti korupsi, padahal beliau pernah mendapat penghargaan Bung Hatta Anti Corruption Award.
Faktor ketiga adalah lingkungan, meskipun beliau pernah mendapat penghargaan atas
predikat kepatuhan terhadap standar pelayanan publik dari Ombudsman Republik Indonesia,
tetapi tetap terpengaruh oleh kebiasaan di lingkungan pejabat terhadap suap dan gratifkasi.
Faktor keempat adalah metode, yaitu kurangnya kontrol auditor terhadap pengadaan barang
jasa di lingkungan pemerintahan dan terhadap pihak ke-3 (penyelenggara).

Analisa dampak yang terjadi apabila tidak dihentikan

▪ Apabila tindakan tersebut tidak dihentikan, dapat menyebabkan kerugian negara dari
kualitas infrastruktur yang tidak sesuai dengan spesifikasi awal, sehingga umur
infrastruktur tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena pemborong atau
pihak ketiga pasti menurunkan spesifikasi agar terdapat dana lebih untuk di berikan
kepada pejabat yang bersangkutan. Sehingga dalam beberapa tahun kedepan akan di
usulkan lagi pengadaan barang jasa terhadap infrastruktur / perbaikan infrastruktur,
yang seharusnya belum terjadi apabila spesifikasi bangunan awal sesuai dengan
aslinya.
▪ Menjadikan suap dan gratifkasi adalah hal yang biasa terjadi di lingkungan
pemerintahan, sehingga akan semakin jauh dari nilai-nilai dasar ANEKA.

Anda mungkin juga menyukai