ABSTRAK
Latar Belakang : Tuberkulosis paru (TB) merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang
menyebabkan morbiditas pada jutaan orang setiap tahunnya.
Tujuan penelitian : ini untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesembuhan pasien
Tuberkulosa Paru di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2019.
Metode Penelitian : yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang
menggunakan desain cross-setional. Populasi penelitian ini sebanyak 85 pasien Tb paru di
Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang yang mengikuti pengobatan dimulai bulan Februari 2019
hingga berakhir 6 bulan selanjutnya dan selesai pengobatan di bulan Agustus 2019, termasuk
pasien yang sembuh, Drop Out dan kambuh kembali.
Hasil penelitian: dari 85 pasien Tuberkulosa rata- rata berusia 35 tahun usia, usia min 17 tahun
dan usia mak 45 tahun paling banyak berjenis kelamin laki-laki (58,8 %), pendidikan SLTA (48,2
%) dan bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 47,1 %. Sebagian besar pasien Tuberkulosa
memiliki pengetahuan yang baik tentang Tuberkulosa (72 %), dukungan keluarga yang baik (78
%) memiliki pengawasan menelan obat baik (69 %), motivasi yang baik (71 %) dan pasien
sembuh dari Tuberkulosa Paru (78 %).
Kesimpulan : Ada hubungan antara pengetahuan (P value 0,003), dukungan keluarga ( P value
0,029 ) peran pengawas menelan obat ( P value 0,022 ), motivasi pasien ( P value 0,004 ) terhadap
kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang
Tahun 2019. Kesimpulan Ada hubungan antara pengetahuan, dukungan keluarga, peran pengawas
menelan obat, dan motivasi pasien terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru.
Kata Kunci : Pengetahuan, Keluarga, PMO, Motivasi, Kesembuhan
ABSTRACT
Background : Pulmonary tuberculosis (TB) is a major health problem in the world that causes
morbidity in millions of people annually
Research Objectives : of this research is to find out the factors that affect the healing of
pulmonary tuberculosis patients at the Community Health Center in Tangerang District in 2019.
Research Method used in this study is a quantitative approach that uses cross-setional design. The
population of this study was 85 patients with pulmonary tuberculosis at a clinic in Mauk
Tangerang district that followed the treatment began in February 2019 until the next 6 months and
completed treatment in August 2019, including cured patients, Drop Out and relapse
Results : of the study of 85 Tuberkulosa patients on average aged 35 years, age 17 and up to 45
years of age at most male gender (58.8%), education SLTA (48.2%) and worked as a private
worker as much as 47.1%. Most tuberculosis patients have a good knowledge of tuberculosis
(72%), good family support (78%) Have the supervision of swallowing good medicines (69%),
good motivation (71%) And the patient recovered from pulmonary tuberculosis (78%). There is a
relationship between knowledge (P value 0.003), Family Support (P value 0.029) The role of
watchdog swallowing drugs (P value 0.022), Patient motivation (P value 0.004) to the healing of
pulmonary tuberculosis patients in the working area of Mauk Regency Tangerang year 2019.
Conclusion : there is a relationship between knowledge, family support, the role of watchdog
swallowing drugs, and the patient's motivation to the healing of pulmonary tuberculosis patients.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru (TB) merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang
menyebabkan morbiditas pada jutaan orang setiap tahunnya. Menurut WHO (2016) ada
sekitar 22 negara dengan kategori beban tinggi terhadap TBC (high Burden of TBC
Number) Sebanyak 8,9 juta penderita, TBC dengan proporsi 80% pada 22 negara tersebut
memiliki angka kematian 3 juta orang per tahun dan 1 orang terinfeksi TBC (WHO,
2018).
Pencatatan jumlah penyakit TB paru di Indonesia berdasarkan pantauan oleh
tenaga kesehatan pada tahun 2019 mencapai rata-rata 0,42 %, tidak berbeda dengan 2016
Lima Provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.71%), Papua (0.59%), DKI
Jakarta (0.55%), Gorontalo (0.52%), Banten (0.42%) dan Papua Barat (0.40%) (Rikesdas,
2017).
Kejadian Tb paru di Provinsi Banten tahun 2016 diketahui jumlah kematian akibat TB
paru sebanyak 155 dan jumlah kematian tertinggi di Cilegon sebanyak 37 kasus, Serang
37 kasus, Lebak sebanyak 26 kasus dan Pandeglang sebanyak 33 kasus. Tahun 2017 di
Provinsi Banten dilaporkan sebanyak 64.781 penderita TB Paru dan 9.684 diantaranya
merupakan pasien baru dengan BTA (+) (Kemenkes RI, 2014).
Kejadian Tb paru di Provinsi Banten tahun 2016 diketahui jumlah kematian akibat
TB paru sebanyak 155 dan jumlah kematian tertinggi di Cilegon sebanyak 37 kasus,
Serang 37 kasus, Lebak sebanyak 26 kasus dan Pandeglang sebanyak 33 kasus (Profil
kesehatan Banten 2017). Pada tahun 2017 di Provinsi Banten dilaporkan sebanyak 64.781
penderita TB Paru Klinis (Suspek ditemukan) dan 9.684 diantaranya merupakan pasien
baru TB paru dengan BTA (+) (Kemenkes RI, 2014).
Permasalahan lain di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang tahun 2018 angka
kejadian tuberkulosa masih cukup tinggi yaitu 145 penderita dengan pravelensi Penderita
TB BTA positif sebanyak 119 penderita, 9 orang Tuberkulosa Anak, 3 orang penderita
kambuh, 8 orang penderita putus obat, 4 orang pasien gagal dan 2 orang pasien pindahan.
Sedangkan angka kejadian tuberkulosa pada tahun 2017 sebanyak 142 penderita dengan
pravelensi Penderita TB BTA positif sebanyak 112 penderita, 10 orang Tuberkulosa
Anak, 5 orang penderita kambuh, 8 orang penderita putus obat, 5 orang pasien gagal dan
2 orang pasien pindahan. (Laporan Tuberkulosa Puskesmas Mauk Kabupaten
Tanggerang 2017).
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 7 No. 2 (2018). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v6i3.9
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu
dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari
hubungan antara variabel bebas dengan varaibel terikat.
Populasi di Kabupaten Tangerang sebanyak 85 pasien Tb paru yang mengikuti
pengobatan dimulai bulan Februari 2019 hingga berakhir 6 bulan selanjutnya dan selesai
pengobatan di bulan Agustus 2019, termasuk pasien yang sembuh, Drop Out dan kambuh
kembali. Peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 85
orang berdasarkan total sampling dengan kriteria sampel inklusi dan eksklusi.
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Banten.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus 2019. Intrumens yang digunakan
untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa lembaran kuesioner. Analisis data
yang digunakan uji Chi-square yaitu uji statistik yang di gunakan untuk menguji
signifikasi dua variabel.
HASIL PENELITIAN
Variabel f %
Kesembuhan Sembuh 66 78
Tidak sembuh 19 12
Pengetahuan Baik 61 72
Kurang 24 28
Dukungan Baik 66 78
Keluarga Kurang 19 12
Peran PMO Baik 67 79
Kurang 18 21
Motivasi Baik 60 71
Kurang 25 29
Total 85 100
(79%) responden memiliki pengawasan menelan obat dari tenaga kesehatan dengan baik
terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa paru. sebanyak 60 orang (71%) responden
memiliki motivasi yang baik terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa paru.
Tabel 2. Hubungan pengetahuan, dukungan keluarga, peran pengawas menelan obat dan
motivasi pasien terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang.
Kesembuhan Pasien
P-
Tb Paru
Variabel Value Odd Rasio
Sembuh Tidak sembuh Total
n % n %
Pengetahuan
5,60
Baik 53 87 8 13 61 0,003
(1,87 - 16,74)
Kurang 13 54 11 46 24
Dukungan Keluarga
Baik 55 83 11 17 66 3,63
0,029
Kurang 11 58 8 42 19 (1,19 - 11,11)
Peran PMO
Baik 56 84 11 16 67 4,07
0,022
Kurang 10 56 8 44 18 (1,31 – 12,64)
Motivasi
Baik 52 87 8 13 60 5,1
0,004
Kurang 14 56 11 44 25 (1,72 - 15,11)
Jumlah 66 78 19 22 85
hipetosis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan pasien terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2019. Hasil Uji diperoleh
nilai OR = 5,60 artinya pasien yang memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 5
kali pasien sembuh dari Tuberkulosa paru dibandingkan dengan pasien yang memiliki
pengetahuan kurang
Hasil hubungan peran PMO pasien terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru
di Wilayah Kerja Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2019, diketahui dari 67
responden yang memiliki peran PMO yang baik, sebanyak 56 responden (84%)
diantaranya memiliki kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru dan 11 responden (16%)
lainnya tidak memiliki kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru. Hasil uji statistik chi
square hubungan peran PMO pasien dengan kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru
diperoleh nilai p = 0,022 artinya p. value < alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan
hipetosis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan yang
bermakna antara peran PMO pasien terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2019. Hasil Uji diperoleh
nilai OR = 4,07 artinya pasien yang memiliki peran PMO dengan baik mempunyai
peluang 4 kali pasien sembuh dari Tuberkulosa paru dibandingkan dengan pasien yang
memiliki peran PMO yang kurang baik.
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 7 No. 2 (2018). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v6i3.9
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik chi square hubungan pengetahuan pasien dengan kesembuhan
pasien Tuberkulosa Paru diperoleh nilai p = 0,003 artinya p. value < alpha (0,05),
sehingga dapat disimpulkan ada pengetahuan pasien terhadap kesembuhan pasien
Tuberkulosa Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2019.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian Fishbein dalam Azwar (2013), bahwa
kesembuhan atau ketaatan berobat dipengaruhi oleh pengetahuan dan disiplin yang kuat
dalam menjalankan prosedur berobat yang telah ditetapkan. Teori tersebut juga sejalan
dengan penelitian oleh Green dalam Notoadmojo (2015), bahwa pengetahuan sangat erat
hubungan yang positif dengan perilaku kesehatan. Menurut Green perilaku kesehatan
pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan.
Menurut peneliti sebagian besar infeksi Tuberkulosa dapat dicegah dengan strategi-
strategi yang sudah ada dan relatif murah dan cepat melalui peningkatan pengetahuan
sipenderita dan petugas kesehatan dengan cara mentaati praktik-praktik pencegahan
infeksi yang di rekomendasikan di lingkungan sipenderita. Memperhatikan proses
dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor dan lain-lain yang telah dibuat dengan
baik, yang diikuti dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi. Petugas kesehatan juga
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 7 No. 2 (2018). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v6i3.9
Hasil uji statistik chi square hubungan peran PMO pasien dengan kesembuhan
pasien Tuberkulosa Paru diperoleh nilai p = 0,022 artinya p. value < alpha (0,05),
sehingga dapat disimpulkan ada peran PMO pasien terhadap kesembuhan pasien
Tuberkulosa Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2019.
Peran PMO dalam pengobatan pasien Tuberkulosa adalah perilaku PMO berupa
tindakan-tindakan mengawasi pola konsumsi obat, pengawasan perilaku menjaga
kesehatan dan pemenuhan kebutuhan obat pasien Tuberkulosa. Bentuk peran PMO yang
ditunjukkan oleh PMO dalam penelitian ini antara lain dengan PMO senantiasa
memantau kesembuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, mengingatkan pasien jika obat
akan habis, dan mau mengantar pasien untuk mengambil obat Tuberkulosa ke Puskesmas.
Peran PMO yang baik didukung oleh beberapa faktor, antara lain hubungan PMO dengan
pasien dan kedekatan PMO dengan pasien. Distribusi hubungan PMO dengan pasien
menunjukkan sebagian besar PMO adalah keluarga pasien.
Semakin baik peran PMO maka semakin tinggi keberhasilan kesembuhan pasien
Tuberkulosa paru. Secara umum penelitian menunjukkan bahwa semakin baik peran
PMO maka semakin tinggi keberhasilan kesembuhan pasien Tuberkulosa paru. Namun
dalam distribusi hubungan peran PMO dengan keberhasilan kesembuhan pasien
Tuberkulosa paru terdapat 18 (21%) responden yang tidak mendapatkan peran PMO
dengan baik tapi berhasil dalam kesembuhan pasien Tuberkulosa paru dan 1 responden
dengan peran PMO baik namun tidak mengalami keberhasilan dalam kesembuhan pasien
Tuberkulosa paru. Kondisi ini disebabkan adanya faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhi keberhasilan kesembuhan pasien Tuberkulosa paru.
Hasil uji statistik chi square hubungan motivasi pasien dengan kesembuhan pasien
Tuberkulosa Paru diperoleh nilai p = 0,005 artinya p. value < alpha (0,05), sehingga dapat
disimpulkan ada motivasi pasien terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosa Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2019.
Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel motivasi penderita, semua
indikator mampu menjelaskan variabel motivasi penderita yaitu harapan, inisiatif dan
faktor kebutuhan, hal ini membuktikan teori oleh Carpenito, (2010) menyatakan bahwa
motivasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik (salah satunya adalah
pencapaian) dan faktor ekstrinsik (salah satunya adalah kondisi kerja dan imbalan). Hasil
ini juga membuktikan penelitian Mas’ud (2014), pencapaian, harapan, inisiatif, pengaruh,
pengendalian, ketergantungan, perluasan dan pengembangan merupakan dimensi
pengukuran motivasi yang mampu memberikan kontribusi terhadap kesembuhan
ARTIKEL PENELITIAN
Jurnal Kesehatan, Vol. 7 No. 2 (2018). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587x
DOI 10.37048/kesehatan.v6i3.9
penderita. Hal yang sama juga dibuktikan oleh penelitian Nugroho (2010), bahwa faktor
yang mempengaruhi kesembuhan berobat yang paling dominan adalah adaya motivasi
sipenderita untuk sembuh. Bagitu juga hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian
Tohidi (2013), bahwa motivasi mempunyai hubungan kuat dan positif dengan perilaku
penderita, sehingga akan membentuk perilaku yang sembuh berobat secara rutin.
Motivasi mengacu pada sebab munculnya sebuah perilaku, seperti faktor-faktor
yang mendorong seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dari sini lalu
muncul perluasan makna tentang motivasi, dimana motivasi lalu diartikan sebagai
kehendak untuk mencapai status, dan pengakuan yang lebih tinggi; bagi setiap penderita
Tuberkulosa. Sebagaimana perilaku manusia sebenarnya hanyalah cerminan yang paling
sederhana dari motivasi dasar para penderita.
Sehingga penulis menganalisis dalam penelitian ini, seseorang berperilaku untuk
mencapai kesembuhan yang baik karena ada harapandalam dirinya (internal) dan
harapandari luar (eksternal). Harapandalam diri seperti timbulnya rasa percaya diri
melakukan suatu kegiatan dikarenakan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan
harapandari luar dapat muncul akibat dari adanya pengaruh aspek pengetahuan seperti
penderita yang selalu empati, terbuka dan lainya, atau dapat juga motivasi timbul karena
kombinasi dua hal tersebut. Oleh karena itu tiga indikator (harapan, inisiatif dan faktor
kebutuhan) yang terdapat pada motivasi merupakan ukuran untuk pencapaian
kesembuhan penderita yang lebih baik.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A. (2013). Sikap Manusia. Pustaka sinar harapan, Bandung
Nugroho, Ferry Adreas. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Pencegahan dengan Penularan Tuberkulosis Paru pada Keluarga. Vol 3. No 1
(2010). Jurnal Penelitian STIKes RS Babti Kediri
Riset Kesehata Dasar RI. (2017). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Manual Pemberantasan Penyakit Menular