Anda di halaman 1dari 15

Nama : Delfi Riyani

BP : 18420008

Matkul : Manajemen Operasi

MATERIAL HANDLING

Penanganan Material

PENGERTIAN

Membagi material handling menjadi dua bagian :

 Internal Transportation Yaitu, pengangkutan yang terjadi didalam pabrik. Misalnya: trafic
(perjalanan), receiving(penerimaan), shipping (pengiriman).
 External Transportation Yaitu, pengangkutan yang terjadi di luar pabrik.

H.T. Amrine, mengartikan material handling

Sebagai movement of goods (pemindahan bahan) yang terbagi ke dalam :

 Transfer Yaitu, pemindahan bahan/barang yang terjadi dalam satu mesin.


 Transport Yaitu, pemindahan bahan/barang yang terjadi dari bagian yang satu ke bagian
yang lain.

Material Handling

Kegiatan mengangkat, mengangkut, meletakkan bahan-bahan/barang-barang dimulai sejak


bahanbahan tersebut diterima, disimpan, kemudian mengalami perpindahan selama proses produksi,
sampai pada saat barang jadi dinaikkan ke kendaraan untuk dikirim ke konsumen.

Tujuan

 Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan


perlindungan terhdap material
 Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja
 Meningkatkan produktivitas
 Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas
 Mengurangi bobot mati
 Sebagai pengawasan persediaan Beberapa contoh Material Hand

Beberapa contoh Material Handling

 Pengemasan dan pengepakan di pabrik pemasok/supplier


 Loading dari gudang ke alat pengangkut
 Transportasi ke customer
 Unloading (pembongkaran) di pabrik customer
 Proses penerimaan barang di customer
 Pengangkutan bahan ke gudang
 Pengiriman barang untuk proses produksi (transfer barang)
 Work in process
 Transportasi dalam proses produksi
 Perpindahan dalam/antar departemen
 Packaging
 Pengangkutan ke gudang barang jadi
 Delivery ke Pemakai berikutnya

Prinsip Material Handling

 Right Material
yang disediakan sesuai dengan yang dipesan oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika
menggunakan peralatan otomatis.
 Right Mount
Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling sesuai jumlah kebutuhan.
 Right Condition
Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak rusak, kondisi barang dipak atau tidak dipak,
diurut penyusunannya, dlan lain-lain).
 Right Place
Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap untuk digunakan, tidak di tengah-tengah
perjalanan (misal di gang).
 Right Sequence
Urutan penanganan material yang efisien misalnya dengan penyederhanaan kerja, efisiensi
manufakturing.
 Right Cost
Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi efisien ‘Not the lowest cost’.
 Right time
On time delivery, jika proses material handling di dalam pabrik dilakukan dengan peralatan
otomatis syarat ini akan lebih mudah dicapai.

Prinsip Desain Material Handling

 Planning principle
perencanaan dibuat dengan menjawab pertanyaan what (materialnya), where dan when
(pergerakanya), how dan who (metodanya).
 Standardization principle
adanya standard metoda kerja dan alat yang digunakan
 Work principle
yaitu meminimalkan kerja. Ukuran kerja (work) adalah aliran material (volume, jarak,
jumlah) dikali jarak perpindahan.
 Ergonomic principle
Pekerjaan dan kondisi kerja sesuai dengan operator.
 Unit Load principle
Unit load adalah satuan atau kemasan pemindahan barang untuk sekali pemindahan misalnya
pallet, tote pans, kontainer, dan lain-lain.
 Space Utilisation
Pemanfaatan ruang semaksimal mungkin.
 System principle
Interaksi antara entity yang membentuk pekerjaan secara keseluruhan.
 Mechanization
Jika memungkinkan, metode mekanik akan lebih efisien
 Automation principle
Penggunaan sistem otomatisasi yang dikontrol melalui komputer.
 Layout Evaluasi
setiap alternatif layout dan pilih yang paling efisien dan efektif
 Cost Evaluasi
setiap alternatif penyelesaian dan pilih berdasarkan biaya per unit pengangkutan.
 Environmental principle
Usahakan menggunakan peralatan dan metode yang tidak merusak lingkungan.
 Life cycle cost principle
Prinsip berfikir bagaimana cash flow akan terjadi terhadap suatu sistem material handling
yang akan diterapkan mulai dari investasi peralatan maupun lokasi yang dipakai sampai
dilakukan penggantian dengan metode yang baru.
BIAYA MATERIAL HANDLING

 Komposisinya sangat besar dalam suatu perusahaan, kadang bisa melebihi 50% dari seluruh
biaya produksi
 Sangat sukar ditentukan dalam suatu perusahaan
 Diminimalkan dengan mengatur agar cara dan waktu pemindahan bahan-bahan tidak terlalu
lama
 Terdiri dari upah untuk orang yang memindahkan bahan, waktu yang terbuang, serta biaya
investasi peralatan

KOORDINASI DALAM KEGIATAN MATERIAL HANDLING

a. Product Design
b. Plant Lay Out
c. Production Planning
d. Packaging (Pengepakan)

KEUNTUNGAN DARI MATERIAL HANDLING YANG BAIK DAN EFISIEN

a. Biaya handling menjadi lebih murah atau mudah


b. Hasil yang dapat ditampung oleh pabrik lebih banyak
c. Berkurangnya waktu yang tidak produktif
d. Mempertinggi keselamatan para pekerja dan mencegah kerusakan dari barang-barang yang
dihasilkan
e. Menaikkan semangat kerja para pekerja
f. Memperbaiki hubungan kerja
g. Mengurangi biaya per unit produk

FIXED PATH EQUIPMENT

Peralatan material handling yang sudah tetap digunakan dalam suatu proses produksi dan tidak dapat
digunakan untuk maksud-maksud lain

Sifat-sifatnya:

a. Biasanya tergantung oleh proses produksi


b. Sifatnya sudah tetap dan tidak fleksibel
c. Peralatan ini biasanya menggunakan kekuatan tenaga listrik Contoh: ban berjalan, derek, lift,
kereta api.

VARIED PATH EQUIPMENT


Peralatan material handling yang sifatnya fleksibel, dapat dipergunakan untuk bermacam-macam
tujuan dan tidak khusus untuk mengangkut atau memindahkan bahan-bahan tertentu

Sifat-sifatnya:

a. Biasanya tidak tergantung dari proses produksi


b. Dapat dipergunakan pada berbagai operasi
c. Peralatan ini biasanya menggunakan kekuatan tenaga manusia atau tenaga mesin Contoh:
truk, forktruck atau forklift, kereta dorong.

FAKTOR-FAKTOR MATERIAL HANDLING YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN


DALAM PLANT LAY OUT

a. Disediakannya ruang gerak yang cukup lebar


b. Menyediakan tempat atau ruangan yang cukup untuk berjalannya pekerjaan
c. Menyimpan barang agar tetap dalam keadaan baik
d. Jangan sekali-kali meletakkan bahan-bahan di atas lantai
e. Meniadakan kamar-kamar penyimpanan yang terpencil dan dipagari
f. Mengadakan suatu sistem pemindahan bahanbahan sisa dan bekas yang dibuang
g. Merencanakan pos-pos pengawasan sebagai suatu bagian dari arus pekerjaan
h. Menghindarkan semua gerakan yang menyilang yang melalui arus yang berlaku umum
i. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan pengepakan pada akhir aliran atau arus pekerjaan
j. Dalam merencanakan tempat-tempat penerimaan dan pengiriman barang, kekuatan lantai
harus diperhitungkan
k. Jika bahan tidak membutuhkan perlindungan terhadap udara, sebaiknya menggunakan tempat
penyimpanan lapangan.
Jenis Peralatan Material Handling
 Conveyors
Conveyors adalah suatu peralatan yang memindahkan bahan-bahan baik dengan arah horizontal maupun
vertical antara dua tempat tetap. Tipe-tipe peralatan lain yang dapat ditempatkan dalam kategori ini adalah
escalator, pipa, elevator, belt, dll.

Karakteristik pertama conveyors adalah bahwa peralatan ini memberikan route perpindahan yang tetap.
Karakteristik kedua adalah bahwa conveyors memanfaatkan ruangan secara terus menerus.

 Truk dan Peralatan Mobil

Kendaraan-kendaraan ini digerakan dengan tenaga tangan, minyak, atau listrik dan mempunyai
kemampuan mengankut barang-barang dengan arah horizontal.

Berlawanan dengan conveyors, truk dan kendaraan sejenisnya merupakan variable-path equipment,


karena dapat bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain sepanjang permukaan jalan yang tersedia memungkinkan
dan tidak dirintangi.

Peralatan-peralatan ini juga tidak seperti conyeyors, dalam hal ini pemanfaatan ruang secara tertentu
secara “intermittent”. Sebagai konsekuensinya, walaupun ruangan digunakan untuk kendaraan pada lokasi
tertentu, ruangan tersebut bebas untuk penggunaan lainnya. Dari situasi tertentu, perusahaan menggunakan
tipe peralatan penanganan bahan ini Karena karakteristik-karakteristiknya yang tidak memerlukan route tetap
dan tidak memanfaatkan ruangan secara terus menerus.

 Derek dan Kerekan (cranes and hoists)

Peralatan-peralatan ini dalam kondisi tertentu, mampu memindahkan bahan-bahan secara verikal dan
lateral dalam ruangan dengan kepanjangan, kelebran, ketinggian terbatas. Tentu saja berbagai jenis perlatan
ini dapat dipindah-pindahkan daru satu lokasi ke lokasi lain bila dinaikan ke atas traktor truk, atau kendaraan
lainnya.

Cranes and hoists bisa digunakan pada pekerjaan-pekerjaan konstruksi, pengangkutan barang-barang berat
dari tempat kerja satu ke departemen lainnya serta pembokaran cargo di dok-dok pelabuhan.
Pemilihan Peralatan Penanganan Bahan (Material Handling)
1. Jalur pengangkutan 
yang akan diikuti oleh bahan atau orang yang akan meninggalkan lokasi tertentu. Bila jalur adalah
tetap, perusahaan akan mempertimbangkan menggunakan conveyer, atau fixed path
equipment lainnya. Sebaliknya bila jalur harus dilalui bersifat variable, sebagai karakteristik
produksi terputus-putus (intermittent), perusahaan sebaiknya menggunakan truk dan derek,
atau variable path equipment lainnya.
2. Sifat objek yang diangkut
Bila mengangkut orang-orang peralatan seperti elevator, escalator, dan bus adalah alternatif
peralatan yang dapat dipilih. Bila mengangkut bahan- bahan perlu pertimbangan tentang bentuk,
ukuran, ketajaman, berat, dan daya tahannya.
3. Karakteristik-karakteristik bangunan
Kapasitas beban lantai akan mempengaruhi berat peralatan material handling yang dapat
digunakan. Ketinggian atap, dan kekuatan tiang-tiang penyangga, penempatan lorong-lorong dan
ukuran pintu sering membatasi jenis dan ukuran peralatan yang dapat digunakan. Dismaping itu,
bentuk bangunan yang bertingkat memerlukan peralata khusus seperti elevator, dan juga sistem
ventilasi mempengaruhi penggunaan truk-truk bertenaga bahan bakar.
4. Keadaan ruang yang tersedia
Bila luas lantai terbatas, tetapi ruangan di atap tersedia, derek dan kerekan aka lebih cocok
dibandingkan truk dan conveyor. Dalam kejadian dimana jenis ruangan tersebut terbatas, truk-truk
kecil, conveyor dan derek akan sesuai.
5. Kapasitas peralatan penanganan yang diperlukan. Faktor ini akan menentukan jumlah peralatan
tipe tertentu dibutuhkan, dimana ini juga tergantung pada jumlah ahan yang diangkut per periode.
6.   Biaya setiap metode alternative. Faktor biaya menyangkut dana yang  tersedia bagi pengadaan
peralatan-peralatan penanganan bahan.  

Ongkos Material Handling

Menurut Bateman (2008), Tujuan Ongkos Material Handling adalah Menjaga atau


mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhdap
material. Adapun biaya/ongkos material handling meliputi:

 Biaya investasi : harga pembelian peralatan, harga komponen alat bantu dan biaya
instalasi
 Biaya operasi : biaya perawatan, biaya bahan bakar dan biaya tenaga kerja
 Biaya pembelian muatan : biaya pembelian pallet dan container
 Biaya pengepakan dan kerusakan material
Manfaat yang diperoleh dari material handling diantaranya yaitu untuk penghematan biaya produksi,
penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien, serta meningkatkan produktifitas
perusahaan.Tata letak dan pemindahan bahan berpengaruh paling besar pada produktivitas dan
keuntungan dari suatu perusahaan bila dibandingkan dengan faktor faktor lainnya. Dalam
pelaksanaannya, tata letak dan material handling memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
JUST IN TIME

Pengertian Sistem Produksi Just In Time (JIT) 

Just In Time atau  sering disingkat dengan JIT adalah suatu sistem produksi yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang
dikehendakinya.Tujuan sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari terjadinya
kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang berlebihan (excess
Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting). Dengan adanya sistem JIT, kita
telah dapat mengatasi 3 pemborosan (overproduction, excess inventory dan waiting) diantara 7
pemborosan (7 Waste) yang harus dihindari dalam sistem produksi Toyota.

Istilah “Just In Time” Jika diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia adalah Tepat Waktu,
Jadi Sistem Produksi Just In Time atau JIT ini dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Sistem
Produksi Tepat Waktu. Tepat Waktu disini berarti semua persedian bahan baku yang akan diolah
menjadi barang jadi harus tiba tepat waktunya dengan jumlah yang tepat juga. Semua barang jadi juga
harus siap diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh pelanggan pada waktu yang tepat
pula.  Dengan demikian Stock Level atau tingkat persedian bahan baku, bahan pendukung, komponen,
bahan semi jadi (WIP atau Work In Progress) dan juga barang jadi akan dijaga pada tingkat atau
jumlah yang paling minimum. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan Cash Flow
dan menghindari biaya-biaya yang akan terjadi akibat kelebihan bahan baku dan barang jadi.

Dalam menjalankan sistem produksi Just In Time atau sistem produksi JIT ini, diperlukan ketelitian
dalam merencanakan jadwal-jadwal produksi mulai jadwal pembelian bahan produksi, jadwal
penerimaan bahan produksi, jadwal jalannya produksi, jadwal kesiapan produk hingga ke jadwal
pengiriman barang jadi. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan manufakturing modern saat ini
menggunakan berbagai perangkat lunak (Software) yang canggih dalam merencanakan jadwal
produksi yang didalamnya juga termasuk mengeluarkan pesanan pembelian (purchase order) dan
pengendalian jumlah persedian (Inventory). Software Produksi tersebut juga dapat melakukan
penukaran informasi mulai dari Pemasok (vendor) hingga ke Pelanggan (Customer) melalui
Electronic Data Interchange (EDI) untuk memastikan kebenaran sampai ke data-data yang paling rinci
(detail).

Kebenaran dan ketepatan waktu pengiriman bahan-bahan produksi sangat diperlukan dalam Sistem
Produksi Just In Time ini. Contoh pada sebuah perusahaan manufaktur Handphone, perusahaan
tersebut harus dapat menerima model LCD display yang benar dan dalam jumlah yang dibutuhkan
untuk satu hari produksi, pemasok LCD Display tersebut diharapkan untuk dapat mengirimkannya
dan tiba di gudang produksi dalam batas waktu yang sangat singkat. Sistem permintaan bahan-bahan
Produksi demikian biasanya disebut dengan “Pull System” atau “Sistem Tarik”.

Pengertian Just In Time Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In
Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk
bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah
untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.

Kelebihan Sistem Produksi Just In Time (JIT)

1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat penyimpanan
dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
2. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya memerlukan
modal kerja yang rendah.
3. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat produk
yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi semakin
rendah.
4. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak dalam
permintaan.
5. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh Supplier
(Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
Kelemahan sistem produksi Just In Time (JIT)

1. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero
Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan perbaikan/pengerjaan
ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini
dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi yang sangat minimum.
2. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun ketepatan
pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing yang
bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan mengakibatkan
terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
3. Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
4. Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan yang
mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.

Banyak Perusahaan Manufakturing yang menerapkan sistem produksi Just In Time ini menikmati
keuntungan yang signifikan seperti Toyota dan beberapa perusahaan manufaktur Jepang yang telah
menerapkannya sejak tahun 1950an . Namun keberhasilan Sistem Produksi Just In Time sangat
tergantung pada komitmen seluruh karyawan perusahaan mulai dari lebel yang terendah hingga pada
level yang tertinggi.

Sistem tarik

 Sistem Tarik (Pull System)

Menjadikan proses paling akhir sebagai titik awal produksi dan rencana produksi diberikan
kepada proses paling akhir Sehingga proses sesudah akan meminta atau menarik material dari
proses sebelumya sebanyak yang dibutuhkan proses sesudah

 Just In Time System :

Sistem pemrosesan yang sangat terkoordinasi, dimana barang bergerak melalui sistem dan
diselesaikan/dipasok tepat pada saat dibutuhkan

Barang-barang hanya diproduksi bila barang tersebut dibutuhkan.

Sistem JIT mengakibatkan barang lebih sedikit, biaya lebih rendah dan kualitas lebih baik.
 Just In Time menuntut :

1. Eliminasi Pemborosan

2. Kualitas kerja yang tinggi & beban kerja seimbang

3. Tidak terjadi delay prod

ELEMEN-ELEMEN DARI JIT

1. Jumlah persediaan sedikit

2. Kanban System

3. Pekerja Multifuction

4. Layout yang efisien

5. Hubungan yang dekat dengan Supplier

6. Pengiriman barang yang teratur

Elemen-elemen dari JIT

1. Jumlah persediaan sedikit

JIT Sistem menghasilkan jumlah produksi dalam skala kecil pada setiap stasiun kerja sehingga
mereduksi jumlah

2. KANBAN SYSTEM

Kanban adalah kata-kata bahasa jepang untuk sinyal/catatan JIT menggunakan sistem penarikan suku
cadang sederhana (Kanban Sistem) guna menarik suku cadang dari satu pusat kerja ke pusat kerja
berikutnya.

1. Sistem Kanban (Tanda) : mengendalikan sistem produksi dengan menggunakan kartu

2. Dalam sistem Kanban persediaan hanya diadakan apabila diperlukan dalam jumlah
terbatas, sehingga tidak banyak memakan tempat.
Kanban

Kartu kanban

 Ketika seorang pekerja membutuhkan material atau pekerjaan dari stasiun sebelumnya, maka
dia akan menggunakan kartu kanban

 Dalam sistim kanban, tidak ada bagian atau lot yang dapat dipindahkan atau dikerjakan tanpa
kartu ini

Jenis kanban

1. Kanban produksi

memberi sinyal kebutuhan untuk memproduksi bagian

2. Kanban Pengantaran

Memberi sinyal untuk mengantarkan bagian ke pusat kerja berikutnya

persediaan dengan panduan master schedule yang stabil

ELEMEN-ELEMEN DARI JIT

KANBAN SYSTEM

Dalam sistem kanban, Suku cadang disimpan dalam sejumlah konteiner kecil. Bila semua kontainer
telah terisi maka mesin-mesin dihentikan dan tidak ada lagi suku cadang yang diproduksi sampai
pusat kerja berikutnya memberikan kontainer lain yang kosong.

Sistem JIT mengurangi set up time bahkan sampai nol.

Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time yaitu:

 Menghilangkan semua aktifitas atau sumber daya yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan
 Komitmen terhadap kualitas prima. Menekankan pada kualitas produk yang dihasilkan
 Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. Staff maintenance
akan terus melakukan perbaikan dalam proses produksi sehingga dapat diaplikasikan oleh
staff operator atas sistem produksi yang terbaik
 Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas
yang memberikan nilai tambah.

Cara Kerja Metode Just-in-time (JIT)

Salah satu contoh nyata dari penerapan sistem persediaan JIT adalah produsen mobil yang beroperasi
dengan tingkat persediaan yang rendah tetapi sangat bergantung pada rantai pasokan untuk
memberikan bagian yang dibutuhkan untuk merakit mobil, pada saat yang dibutuhkan. Akibatnya,
produsen memberikan perintah kepada bagian perakitan mobil, hanya setelah pesanan diterima.

Agar metode JIT berhasil, perusahaan harus memiliki produksi yang stabil, pengerjaan berkualitas
tinggi, mesin pabrik bebas gangguan, dan pemasok yang andal.

Sistem dan metode JIT bisa memotong biaya inventarisasi karena pabrikan tidak perlu membayar
biaya penyimpanan barang. Produsen juga tidak ditinggalkan dengan persediaan barang yang tidak
diinginkan jika pesanan tiba - tiba dibatalkan atau tidak terpenuhi.

KEUNGGULAN SISTEM JIT

Sistem inventarisasi JIT memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan model konvensional yang
ada. Produksi berjalan pendek, yang berarti bahwa produsen dapat dengan cepat bergerak dari satu
produk ke produk yang lain. Selain itu, metode ini mampu mengurangi biaya dengan meminimalkan
kebutuhan gudang untuk menyimpan barang. Perusahaan juga menghabiskan sedikit biaya untuk
membeli bahan baku karena mereka membeli hanya cukup sumber daya untuk membuat produk yang
dipesan dan tidak lebih dari itu.

Perbandingan MRP dan JIT


1. Dalam kasus pelancaran produksi sangat sulit dan proses produksi sangat pendek.
Penggunaan MRP lebih tepat
2. MRP adalah sangat baik untuk tingkat volume produksi menengah dan lead time
komponen yang lebih panjang
3. Volume produksi tinggi diperlukan sistem produksi yang tepat untuk mendukung
pencapaian volume produksi yang besar. Sistem produksi tersebut adalah just-in-time
atau sistem produksi tepat waktu
4. Sistem JIT paling cocok bagi manufacturing yang berulang.
5. MRP cocok dengan pekerjaan pesanan atau produksi tumpuk
6. Sistem bauran MRP-JIT paling baik bagi manufacturing semi berulang.
7. MRP dapat dinyatakan sebagai teknik perencanaan dan penjadwalan, sedangkan JIT
dapat dinyatakan sebagai cara menggerakkan bahan baku secara cepat

Anda mungkin juga menyukai