BP : 18420008
MATERIAL HANDLING
Penanganan Material
PENGERTIAN
Internal Transportation Yaitu, pengangkutan yang terjadi didalam pabrik. Misalnya: trafic
(perjalanan), receiving(penerimaan), shipping (pengiriman).
External Transportation Yaitu, pengangkutan yang terjadi di luar pabrik.
Material Handling
Tujuan
Right Material
yang disediakan sesuai dengan yang dipesan oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika
menggunakan peralatan otomatis.
Right Mount
Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling sesuai jumlah kebutuhan.
Right Condition
Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak rusak, kondisi barang dipak atau tidak dipak,
diurut penyusunannya, dlan lain-lain).
Right Place
Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap untuk digunakan, tidak di tengah-tengah
perjalanan (misal di gang).
Right Sequence
Urutan penanganan material yang efisien misalnya dengan penyederhanaan kerja, efisiensi
manufakturing.
Right Cost
Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi efisien ‘Not the lowest cost’.
Right time
On time delivery, jika proses material handling di dalam pabrik dilakukan dengan peralatan
otomatis syarat ini akan lebih mudah dicapai.
Planning principle
perencanaan dibuat dengan menjawab pertanyaan what (materialnya), where dan when
(pergerakanya), how dan who (metodanya).
Standardization principle
adanya standard metoda kerja dan alat yang digunakan
Work principle
yaitu meminimalkan kerja. Ukuran kerja (work) adalah aliran material (volume, jarak,
jumlah) dikali jarak perpindahan.
Ergonomic principle
Pekerjaan dan kondisi kerja sesuai dengan operator.
Unit Load principle
Unit load adalah satuan atau kemasan pemindahan barang untuk sekali pemindahan misalnya
pallet, tote pans, kontainer, dan lain-lain.
Space Utilisation
Pemanfaatan ruang semaksimal mungkin.
System principle
Interaksi antara entity yang membentuk pekerjaan secara keseluruhan.
Mechanization
Jika memungkinkan, metode mekanik akan lebih efisien
Automation principle
Penggunaan sistem otomatisasi yang dikontrol melalui komputer.
Layout Evaluasi
setiap alternatif layout dan pilih yang paling efisien dan efektif
Cost Evaluasi
setiap alternatif penyelesaian dan pilih berdasarkan biaya per unit pengangkutan.
Environmental principle
Usahakan menggunakan peralatan dan metode yang tidak merusak lingkungan.
Life cycle cost principle
Prinsip berfikir bagaimana cash flow akan terjadi terhadap suatu sistem material handling
yang akan diterapkan mulai dari investasi peralatan maupun lokasi yang dipakai sampai
dilakukan penggantian dengan metode yang baru.
BIAYA MATERIAL HANDLING
Komposisinya sangat besar dalam suatu perusahaan, kadang bisa melebihi 50% dari seluruh
biaya produksi
Sangat sukar ditentukan dalam suatu perusahaan
Diminimalkan dengan mengatur agar cara dan waktu pemindahan bahan-bahan tidak terlalu
lama
Terdiri dari upah untuk orang yang memindahkan bahan, waktu yang terbuang, serta biaya
investasi peralatan
a. Product Design
b. Plant Lay Out
c. Production Planning
d. Packaging (Pengepakan)
Peralatan material handling yang sudah tetap digunakan dalam suatu proses produksi dan tidak dapat
digunakan untuk maksud-maksud lain
Sifat-sifatnya:
Sifat-sifatnya:
Karakteristik pertama conveyors adalah bahwa peralatan ini memberikan route perpindahan yang tetap.
Karakteristik kedua adalah bahwa conveyors memanfaatkan ruangan secara terus menerus.
Kendaraan-kendaraan ini digerakan dengan tenaga tangan, minyak, atau listrik dan mempunyai
kemampuan mengankut barang-barang dengan arah horizontal.
Peralatan-peralatan ini juga tidak seperti conyeyors, dalam hal ini pemanfaatan ruang secara tertentu
secara “intermittent”. Sebagai konsekuensinya, walaupun ruangan digunakan untuk kendaraan pada lokasi
tertentu, ruangan tersebut bebas untuk penggunaan lainnya. Dari situasi tertentu, perusahaan menggunakan
tipe peralatan penanganan bahan ini Karena karakteristik-karakteristiknya yang tidak memerlukan route tetap
dan tidak memanfaatkan ruangan secara terus menerus.
Peralatan-peralatan ini dalam kondisi tertentu, mampu memindahkan bahan-bahan secara verikal dan
lateral dalam ruangan dengan kepanjangan, kelebran, ketinggian terbatas. Tentu saja berbagai jenis perlatan
ini dapat dipindah-pindahkan daru satu lokasi ke lokasi lain bila dinaikan ke atas traktor truk, atau kendaraan
lainnya.
Cranes and hoists bisa digunakan pada pekerjaan-pekerjaan konstruksi, pengangkutan barang-barang berat
dari tempat kerja satu ke departemen lainnya serta pembokaran cargo di dok-dok pelabuhan.
Pemilihan Peralatan Penanganan Bahan (Material Handling)
1. Jalur pengangkutan
yang akan diikuti oleh bahan atau orang yang akan meninggalkan lokasi tertentu. Bila jalur adalah
tetap, perusahaan akan mempertimbangkan menggunakan conveyer, atau fixed path
equipment lainnya. Sebaliknya bila jalur harus dilalui bersifat variable, sebagai karakteristik
produksi terputus-putus (intermittent), perusahaan sebaiknya menggunakan truk dan derek,
atau variable path equipment lainnya.
2. Sifat objek yang diangkut
Bila mengangkut orang-orang peralatan seperti elevator, escalator, dan bus adalah alternatif
peralatan yang dapat dipilih. Bila mengangkut bahan- bahan perlu pertimbangan tentang bentuk,
ukuran, ketajaman, berat, dan daya tahannya.
3. Karakteristik-karakteristik bangunan
Kapasitas beban lantai akan mempengaruhi berat peralatan material handling yang dapat
digunakan. Ketinggian atap, dan kekuatan tiang-tiang penyangga, penempatan lorong-lorong dan
ukuran pintu sering membatasi jenis dan ukuran peralatan yang dapat digunakan. Dismaping itu,
bentuk bangunan yang bertingkat memerlukan peralata khusus seperti elevator, dan juga sistem
ventilasi mempengaruhi penggunaan truk-truk bertenaga bahan bakar.
4. Keadaan ruang yang tersedia
Bila luas lantai terbatas, tetapi ruangan di atap tersedia, derek dan kerekan aka lebih cocok
dibandingkan truk dan conveyor. Dalam kejadian dimana jenis ruangan tersebut terbatas, truk-truk
kecil, conveyor dan derek akan sesuai.
5. Kapasitas peralatan penanganan yang diperlukan. Faktor ini akan menentukan jumlah peralatan
tipe tertentu dibutuhkan, dimana ini juga tergantung pada jumlah ahan yang diangkut per periode.
6. Biaya setiap metode alternative. Faktor biaya menyangkut dana yang tersedia bagi pengadaan
peralatan-peralatan penanganan bahan.
Ongkos Material Handling
Biaya investasi : harga pembelian peralatan, harga komponen alat bantu dan biaya
instalasi
Biaya operasi : biaya perawatan, biaya bahan bakar dan biaya tenaga kerja
Biaya pembelian muatan : biaya pembelian pallet dan container
Biaya pengepakan dan kerusakan material
Manfaat yang diperoleh dari material handling diantaranya yaitu untuk penghematan biaya produksi,
penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien, serta meningkatkan produktifitas
perusahaan.Tata letak dan pemindahan bahan berpengaruh paling besar pada produktivitas dan
keuntungan dari suatu perusahaan bila dibandingkan dengan faktor faktor lainnya. Dalam
pelaksanaannya, tata letak dan material handling memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
JUST IN TIME
Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu sistem produksi yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang
dikehendakinya.Tujuan sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari terjadinya
kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang berlebihan (excess
Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting). Dengan adanya sistem JIT, kita
telah dapat mengatasi 3 pemborosan (overproduction, excess inventory dan waiting) diantara 7
pemborosan (7 Waste) yang harus dihindari dalam sistem produksi Toyota.
Istilah “Just In Time” Jika diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia adalah Tepat Waktu,
Jadi Sistem Produksi Just In Time atau JIT ini dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Sistem
Produksi Tepat Waktu. Tepat Waktu disini berarti semua persedian bahan baku yang akan diolah
menjadi barang jadi harus tiba tepat waktunya dengan jumlah yang tepat juga. Semua barang jadi juga
harus siap diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh pelanggan pada waktu yang tepat
pula. Dengan demikian Stock Level atau tingkat persedian bahan baku, bahan pendukung, komponen,
bahan semi jadi (WIP atau Work In Progress) dan juga barang jadi akan dijaga pada tingkat atau
jumlah yang paling minimum. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan Cash Flow
dan menghindari biaya-biaya yang akan terjadi akibat kelebihan bahan baku dan barang jadi.
Dalam menjalankan sistem produksi Just In Time atau sistem produksi JIT ini, diperlukan ketelitian
dalam merencanakan jadwal-jadwal produksi mulai jadwal pembelian bahan produksi, jadwal
penerimaan bahan produksi, jadwal jalannya produksi, jadwal kesiapan produk hingga ke jadwal
pengiriman barang jadi. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan manufakturing modern saat ini
menggunakan berbagai perangkat lunak (Software) yang canggih dalam merencanakan jadwal
produksi yang didalamnya juga termasuk mengeluarkan pesanan pembelian (purchase order) dan
pengendalian jumlah persedian (Inventory). Software Produksi tersebut juga dapat melakukan
penukaran informasi mulai dari Pemasok (vendor) hingga ke Pelanggan (Customer) melalui
Electronic Data Interchange (EDI) untuk memastikan kebenaran sampai ke data-data yang paling rinci
(detail).
Kebenaran dan ketepatan waktu pengiriman bahan-bahan produksi sangat diperlukan dalam Sistem
Produksi Just In Time ini. Contoh pada sebuah perusahaan manufaktur Handphone, perusahaan
tersebut harus dapat menerima model LCD display yang benar dan dalam jumlah yang dibutuhkan
untuk satu hari produksi, pemasok LCD Display tersebut diharapkan untuk dapat mengirimkannya
dan tiba di gudang produksi dalam batas waktu yang sangat singkat. Sistem permintaan bahan-bahan
Produksi demikian biasanya disebut dengan “Pull System” atau “Sistem Tarik”.
Pengertian Just In Time Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In
Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk
bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah
untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.
1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat penyimpanan
dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
2. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya memerlukan
modal kerja yang rendah.
3. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat produk
yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi semakin
rendah.
4. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak dalam
permintaan.
5. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh Supplier
(Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
Kelemahan sistem produksi Just In Time (JIT)
1. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero
Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan perbaikan/pengerjaan
ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini
dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi yang sangat minimum.
2. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun ketepatan
pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing yang
bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan mengakibatkan
terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
3. Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
4. Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan yang
mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.
Banyak Perusahaan Manufakturing yang menerapkan sistem produksi Just In Time ini menikmati
keuntungan yang signifikan seperti Toyota dan beberapa perusahaan manufaktur Jepang yang telah
menerapkannya sejak tahun 1950an . Namun keberhasilan Sistem Produksi Just In Time sangat
tergantung pada komitmen seluruh karyawan perusahaan mulai dari lebel yang terendah hingga pada
level yang tertinggi.
Sistem tarik
Menjadikan proses paling akhir sebagai titik awal produksi dan rencana produksi diberikan
kepada proses paling akhir Sehingga proses sesudah akan meminta atau menarik material dari
proses sebelumya sebanyak yang dibutuhkan proses sesudah
Sistem pemrosesan yang sangat terkoordinasi, dimana barang bergerak melalui sistem dan
diselesaikan/dipasok tepat pada saat dibutuhkan
Sistem JIT mengakibatkan barang lebih sedikit, biaya lebih rendah dan kualitas lebih baik.
Just In Time menuntut :
1. Eliminasi Pemborosan
2. Kanban System
3. Pekerja Multifuction
JIT Sistem menghasilkan jumlah produksi dalam skala kecil pada setiap stasiun kerja sehingga
mereduksi jumlah
2. KANBAN SYSTEM
Kanban adalah kata-kata bahasa jepang untuk sinyal/catatan JIT menggunakan sistem penarikan suku
cadang sederhana (Kanban Sistem) guna menarik suku cadang dari satu pusat kerja ke pusat kerja
berikutnya.
2. Dalam sistem Kanban persediaan hanya diadakan apabila diperlukan dalam jumlah
terbatas, sehingga tidak banyak memakan tempat.
Kanban
Kartu kanban
Ketika seorang pekerja membutuhkan material atau pekerjaan dari stasiun sebelumnya, maka
dia akan menggunakan kartu kanban
Dalam sistim kanban, tidak ada bagian atau lot yang dapat dipindahkan atau dikerjakan tanpa
kartu ini
Jenis kanban
1. Kanban produksi
2. Kanban Pengantaran
KANBAN SYSTEM
Dalam sistem kanban, Suku cadang disimpan dalam sejumlah konteiner kecil. Bila semua kontainer
telah terisi maka mesin-mesin dihentikan dan tidak ada lagi suku cadang yang diproduksi sampai
pusat kerja berikutnya memberikan kontainer lain yang kosong.
Menghilangkan semua aktifitas atau sumber daya yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan
Komitmen terhadap kualitas prima. Menekankan pada kualitas produk yang dihasilkan
Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi. Staff maintenance
akan terus melakukan perbaikan dalam proses produksi sehingga dapat diaplikasikan oleh
staff operator atas sistem produksi yang terbaik
Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas
yang memberikan nilai tambah.
Salah satu contoh nyata dari penerapan sistem persediaan JIT adalah produsen mobil yang beroperasi
dengan tingkat persediaan yang rendah tetapi sangat bergantung pada rantai pasokan untuk
memberikan bagian yang dibutuhkan untuk merakit mobil, pada saat yang dibutuhkan. Akibatnya,
produsen memberikan perintah kepada bagian perakitan mobil, hanya setelah pesanan diterima.
Agar metode JIT berhasil, perusahaan harus memiliki produksi yang stabil, pengerjaan berkualitas
tinggi, mesin pabrik bebas gangguan, dan pemasok yang andal.
Sistem dan metode JIT bisa memotong biaya inventarisasi karena pabrikan tidak perlu membayar
biaya penyimpanan barang. Produsen juga tidak ditinggalkan dengan persediaan barang yang tidak
diinginkan jika pesanan tiba - tiba dibatalkan atau tidak terpenuhi.
Sistem inventarisasi JIT memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan model konvensional yang
ada. Produksi berjalan pendek, yang berarti bahwa produsen dapat dengan cepat bergerak dari satu
produk ke produk yang lain. Selain itu, metode ini mampu mengurangi biaya dengan meminimalkan
kebutuhan gudang untuk menyimpan barang. Perusahaan juga menghabiskan sedikit biaya untuk
membeli bahan baku karena mereka membeli hanya cukup sumber daya untuk membuat produk yang
dipesan dan tidak lebih dari itu.