Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA

PSIKIS/ KEJIWAAN PADA KORBAN BENCANA


Nurul Hidayah., S.Kep., Ns., M.Kep
Pendahuluan
Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian yang
hebat, mengejutkan, atau bahkan mengerikan.
Kejadian-kejadian tersebut seringkali akan menggang-gu kondisi
kejiwaan. Salah satu peristiwa mengerikan
yg mungkin dialami oleh seseorang adalah bencana
alam. Dampak dari bencana selain merusak bangunan fisik juga
dapat menimbulkan dampak psikologis.
Bencana alam yang terjadi seringkali dapat
menyebabkan trauma bagi para korban
Bencana alam yang berkepanjangan di dunia termasuk di Indone-
sia sepanjang tahun 2010, disebabkan oleh faktor alam yang ber-
beda. Dampak bencana alam tidak hanya mengakibatkan hilang-
nya harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di wilayah benca-
na. Berdasarkan data dari 644 kejadian bencana di Indonesia to-
tal kerugian material diperkirakan mencapai lebih 15 trilyun rp.
Kerugian tersebut meliputi kehilangan harta benda, kerusakan
rumah-rumah masyarakat, sarana & prasarana umum, lahan per-
tanian, perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Selain itu juga
menimbulkan kehilangan orang yang dicintai, trauma, dan timbul-
nya gangguan kesehatan (Nugroho, 2010).
Peristiwa traumatik dpt tjd pd siapa saja. Seseorang bisa secara ti
ba-tiba mengalami bencana, baik krn bencana alam/tindak kejaha
tan tertentu sehingga menyebabkan trauma. Peristiwa tersebut da
tang tanpa dapat diprediksi sebelumnya, sehingga kondisi psikolo
gis menjadi terganggu. Reaksi terhadap suatu peristiwa dapat ber
beda-beda pada setiap orang. Pada sebagian orang suatu benca
na tidak menyebabkan trauma, tapi pada orang lain dapat menye
babkan trauma yang mendalam. Terkadang trauma menyebabkan
seseorang tidak mampu menjalankan kesehariannya seperti yang
biasanya dilakukan, bayangan akan peristiwa tersebut senantiasa
kembali dalam ingatannya dan mengusiknya, ia juga merasa tak
mampu untuk mengatasinya (Koentara, 2016).
Jika berbicara tentang tindak kekerasan atau trauma,
ada suatu istilah yang dikenal sebagai Post Traumatic
Stress Disorderatau PTSD (gg stres pasca trauma) yaitu
gangguan stres yang timbul berkaitan dengan peristiwa
traumatis luar biasa.
Misal: melihat orang dibunuh, disiksa secara sadis, kor-
ban kecelakaan, bencana alam, dan lain-lain. PTSD me-
rupakan gangguan kejiwaan yang sangat berat, karena
biasanya penderita mengalami gangguan jiwa yg meng-
ganggu kehidupannya (Koentara, 2016).
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi,
dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan di-
rumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dlm kon-
disi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan
siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga pe
rawat harus mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi
kondisi seperti ini (Anggi, 2010).
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga
bencana dapat dilakukan oleh profesi keperawatan. Berbekal pe-
ngetahuan dan kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa
melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.
(Anggi, 2010).
• Tujuan umum
Mengetahui askep pada trauma psikis/kejiwaan
pada korban bencana
• Tujuan khusus
- Mengetahui masalah psikososial dan spiritual pada pengungsi.
- Mengetahui intervensi pada fase kedaruratan akut (intervensi
sosial, psikososial, spiritual).
- Mengetahui intervensi pada fase konsolidasi (intervensi sosial,
psikologis, spiritual).
DEFINISI
TRAUMA
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat
buruk seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam.

JENIS-JENIS TRAUMA
Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini dan Penanganan awal,
2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma yang dilihat
dari sifat dan sebab terjadinya trauma yaitu sebagai berikut :
Trauma Psikologis
Trauma Neurosis
Trauma Psikosis
Trauma Diseases
Trauma Psikologis
adalah akibat dari suatu peristiwa atau pe
ngalaman yang luar biasa, yang terjadi seca
ra spontan (mendadak) pada diri individu
tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya
(loss control and loss helpness) dan meru
sak fungsi ketahanan mental individu seca
ra umum.
Akibat dari jenis trauma ini dapat menye
rang individu secara menyeluruh (fisik dan
psikis).
Trauma Neurosis
adalah suatu gangguan yang terjadi
pd saraf pusat (otak) individu, akibat
benturan-benturan benda keras atau
pemukulan di kepala. Implikasinya,
kondisi otak individu mengalami pen-
darahan, iritasi, dan sebagainya. Pen-
derita trauma ini biasanya saat terjadi
tidak sadarkan diri, hilang kesadaran,
yang sifatnya sementara.
Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu ganggu
an yang bersumber dari kondisi atau prob-
lema fisik individu, seperti cacat tubuh, am-
putasi salah satu anggota tubuh, yang me-
nimbulkan shock dan gangguan emosi.
Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwa-
an ini biasanya terjadi akibat bayang-ba-
yang pikiran terhadap pengalaman/peristi-
wa yang pernah dialaminya, yang memicu
timbulnya histeris atau fobia.
Trauma Diseases

Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan me-
dis dianggap sebagai suatu penyakit yg bersumber dari sti-
mulus-stimulus luar yang dialami individu secara spontan
atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan,
teror, ancaman.
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)

Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan kecemas


an yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman y
ang menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dima
na terdapat penganiayaan fisik atau perasaan terancam (America
n Psychological Association, 2004).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan y
ang dapat terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam ke
selamatan anda atau membuat anda merasa tidak berdaya (Smith
& Segal, 2008).
Fase-fase PTSD Fase-fase keadaan mental pasca bencana:

a. Fase Kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut
(dini/cepat) yg mana tjd selama kira2 kurang dari sebula
n stlh menghadap bencana.
Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala
depresi seperti keinginan bunuh diri, pera
saan sedih mendalam, susah tidur, & dpt juga menimbul
kan berbagai gejala psikotik.
b. Fase setelah kritis

Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yg


dialami dan penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi stlh
1 bln hingga tahunan setelah bencana, pd fase ini telah
tertanam suatu mindset yg mjd suatu phobia/trauma
akan suatu bencana tersebut (PTSD) shg bila bencana
tsbt terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dgn
cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya.
c. Fase stressor

Fase dimana terjadi perubahan kepri-


badian yng berkepanjangan (dapat ber-
langsung seumur hidup) akibat dari su-
atu bencana dimana terdapat dogma
“semua telah berubah”.
Peristiwa traumatik yang dapat mengarah
kepada munculnya PTSD termasuk
1. Perang (War)
2. Pemerkosaan (Rape)
3. Bencana alam (Natural disasters)
4. Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash)
5. Penculikan (Kidnapping)
6. Penyerangan fisik (Violent assault)
7. Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse)
8. Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical proce-
dures - especially in kids).
Tiga kategori utama gejala yang terjadi pada PTSD

Pertama, mengalami kembali kejadian traumatic (re-eks


perience). Seseorang kerap teringat akan kejadian terse
but dan mengalami mimpi buruk tentang hal itu. Gejala
flashback (merasa seolah-olah peristiwa tersebut teru-
lang kembali), nightmares (mimpi buruk tentang kejadian
-kejadian yang membuatnya sedih), reaksi emosional
dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan
akan peristiwa yang menyedihkan.
Kedua, penghindaran (avoidance)
Penghindaran (avoidance) stimulus yang diasosiasikan dengan kejadian terkait
atau mati rasa dalam responsivitas. Orang yang bersangkutan berusaha meng
hindari untuk berpikir tentang trauma atau menghadapi stimulus yang akan me
ngingatkan akan kejadian tersebut, dapat terjadi amnesia terhadap kejadian ter
sebut.
Mati rasa adalah menurunnya ketertarikan pada orang lain, suatu rasa keterpi
sahan dan ketidak mampuan untuk merasakan berbagai emosi positif.
Gejala ini menunjukkan adanya penghindaran aktivitas, tempat, berpikir, mera-
sakan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma.
Selain itu, juga kehilangan minat terhadap semua hal, perasaan terasing
dari orang lain, dan emosi yang dangkal.
Ketiga, gejala ketegangan (hyperarousal).

Ketiga, gejala ketegangan (hyperarousal).


Gejala ini meliputi sulit tidur atau memper-
tahankannya, sulit berkonsentrasi, waspa-
da berlebihan, respon terkejut yg berlebihan
, termasuk meningkatnya reaktivitas
fisiologis.
Dampak PTSD
Gg stress pascatraumatik ternyata dpt mengakibatkan sejumlah
gg fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
Gejala gangguan fisik:
1. pusing,
2. gangguan pencernaan,
3. sesak napas,
4. tidak bisa tidur,
5. kehilangan selera makan,
6. impotensi, dan sejenisnya.
Gangguan kognitif:
gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung,
melamun berkepanjangan,
lupa,
terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
tidak fokus dan tidak konsentrasi.
tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yg
sederhana,
tidak mampu mengambil keputusan.
Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, ber
bahaya, dan memerlukan perawatan aktif yang dini),
mimpi buruk,
marah,
merasa bersalah,
malu,
kesedihan yang berlarut-larut,
kecemasan dan ketakutan.
Gangguan perilaku :
menurunnya aktivitas fisik, seper
ti gerakan tubuh yang minimal.
Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku
repetitif (berulang-ulang).
Gangguan sosial:
memisahkan diri dari lingkungan,
menyepi,
agresif,
prasangka,
konflik dengan lingkungan,
merasa ditolak /sebaliknya sangat do
minan.
Dampak Spiritual pada Korban Bencana
Manusia sebagai makhluk yang utuh atau holistik memiliki kebutuhan yang kompleks
yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
Spiritual digambarkan sebagai pengalaman/keyakinan seseorang, dan merupakan bag dari kekuat
an yang ada pada diri seseorang dalam memaknai kehidupannya. Spiritual juga digambarkan seba
gai pencarian individu untuk mencari makna.
Forman (1997) menyatakan bahwa spiritual menggabungkan perasaan dari hubungan
dengan dirinya sendiri, dengan ornag lain dan dengan kekuatan yang lebih tinggi.
Kejadian bencana dapat merubah pola spiritualitas seseorang. Ada yg bertambah
meningkat aspek spiritualitasnya ada pula yang sebaliknya.
Yg meningkatkan aspek spiritualitasnya berarti mereka meyakini bahwa apa yg
tjd merupakan kehendak kuasa pencipta yg tidak mampu ditandingi siapapun.
Mereka mendekat dengan cara mendekatkan spiritualitasnya supaya mendapatkan
kekuatan dan pertolongan dalam menghadapi bencana/musibah yang dialaminya.
Sedangkan yang menjauh umumnya karena dasar keimanan atau keyakinan terhadap
sang pencipta rendah atau karena putus asa
Dampak Spiritual pada Korban Bencana
Manusia sebagai makhluk yang utuh atau holistik memiliki kebutuhan yang kompleks
yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
Spiritual digambarkan sebagai pengalaman/keyakinan seseorang, dan merupakan bag dari kekuat
an yang ada pada diri seseorang dalam memaknai kehidupannya. Spiritual juga digambarkan seba
gai pencarian individu untuk mencari makna.
Forman (1997) menyatakan bahwa spiritual menggabungkan perasaan dari hubungan
dengan dirinya sendiri, dengan ornag lain dan dengan kekuatan yang lebih tinggi.
Kejadian bencana dapat merubah pola spiritualitas seseorang. Ada yg bertambah
meningkat aspek spiritualitasnya ada pula yang sebaliknya.
Yg meningkatkan aspek spiritualitasnya berarti mereka meyakini bahwa apa yg
tjd merupakan kehendak kuasa pencipta yg tidak mampu ditandingi siapapun.
Mereka mendekat dengan cara mendekatkan spiritualitasnya supaya mendapatkan
kekuatan dan pertolongan dalam menghadapi bencana/musibah yang dialaminya.
Sedangkan yang menjauh umumnya karena dasar keimanan atau keyakinan terhadap
sang pencipta rendah atau karena putus asa
Dampak Spiritual pada Korban Bencana
Manusia sebagai makhluk yang utuh atau holistik memiliki kebutuhan yang kompleks
yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
Spiritual digambarkan sebagai pengalaman/keyakinan seseorang, dan merupakan bag dari kekuat
an yang ada pada diri seseorang dalam memaknai kehidupannya. Spiritual juga digambarkan seba
gai pencarian individu untuk mencari makna.
Forman (1997) menyatakan bahwa spiritual menggabungkan perasaan dari hubungan
dengan dirinya sendiri, dengan ornag lain dan dengan kekuatan yang lebih tinggi.
Kejadian bencana dapat merubah pola spiritualitas seseorang. Ada yg bertambah
meningkat aspek spiritualitasnya ada pula yang sebaliknya.
Yg meningkatkan aspek spiritualitasnya berarti mereka meyakini bahwa apa yg
tjd merupakan kehendak kuasa pencipta yg tidak mampu ditandingi siapapun.
Mereka mendekat dengan cara mendekatkan spiritualitasnya supaya mendapatkan
kekuatan dan pertolongan dalam menghadapi bencana/musibah yang dialaminya.
Sedangkan yang menjauh umumnya karena dasar keimanan atau keyakinan terhadap
sang pencipta rendah atau karena putus asa
Dampak Psikososial pada Korban Bencana

Berdasarkan hasil penelitian empiris, dampak psikologis dari bencana dapat dik
etahui berdasarkan tiga faktor yaitu faktor pra bencana, faktor bencana dan
faktor pra bencana (Tomoko, 2009) :
1). Faktor pra bencana : dampak psikologi pada faktor pra bencana ini dapat
ditinjau dari beberapa hal dibawah ini ;
a. Jenis kelamin : perempuan mempunyai resiko lebih tinggi terkena dampak
psikologis dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1.
b. Usia dan pengalaman hidup : kecenderungan kelompok usia rentan stres
masing-masing negara berbeda karena perbedaan kondisi sosial politik
ekonomi dan latar belakang sejarah negara yang bersangkutan.
Dampak Psikososial pada Korban Bencana

c. Faktor budaya, ras, karakter khas etnis :


Dampak yang ditimbulkan bencana ini lebih besar di negara berkembang diban
dingkan dengan negara maju. Pada kelompok usia muda tidak ada gejala khas
untuk etnis tertentu baik pada etnis
mayoritas maupun etnis minoritas, sedangkan pada kelompok
usia dewasa, etnis minoritas cenderung mengalami dampak psikologis
dibanding mayoritas.
d. Sosial Ekonomi :
Dampak bencana pada individu berbeda menurut latar belakang pendidikan, pr
oses pembentukan kepribadian, penghasilan dan profesi. Individu dengan kedu
dukan sosio ekonomi yang rendah akan mengalami stress pasca trauma lebih
berat.
Dampak Psikososial pada Korban Bencana

e. Keluarga : Pengalaman bencana akan mempengaruhi stabilitas


keluarga seperti tingkat stress dalam perkawinan, posisi sebagai
orang tua terutama orang tua perempuan.
f. Tingkat kekuatan Mental dan kepribadian : Hampir semua hasil
penelitian menyimpulkan bahwa kondisi kesehatan mental pra
bencana dapat dijadikan dasar untuk memprediksi dampak
patologis pasca bencana. Individu dengan maslah kesehatan jiwa
akan mengalami stress yang lebih berat dibandingkan dengan indi
vidu dengan kondisi psikologis yang stabil.
Dampak Psikososial pada Korban Bencana

2). Faktorbencana : pada faktor ini, dampak psikologis dapat ditinj


au dari beberapa hal dibawah ini ;
a. Tingkat keterpaparan : Keterpaparan seseorang akan masalah
yang dihadapi merupakan variabel penting untuk memprediksi
dampak psikologis korban bencana.
b. Ditinggal mati oleh sanak keluarga atau sahabat.
c. Diri sendiri atau keluarga terluka.
d. Merasakan ancaman keselamatan jiwa atau mengalami kekua-
tan yang luar biasa.
e. Mengalami situasi panik pada saat bencana
Dampak Psikososial pada Korban Bencana
2). Faktorbencana : pada faktor ini, dampak psikologis dapat ditinjau dari beber
apa hal dibawah ini
f. Pengalaman berpisah dengan keluarga terutama pada korban usia muda
g. Kehilangan harta benda dalam jumlah besar
h. Pindah tempat tinggal akibat bencana
i. Bencana yang menimpa seluruh komunitas. Hal ini mengakibatkan rasa kehi-
langan pada individu dan memperkuat perasaan negatif dan memperlemah
perasaan positif.
j. Semakin banyak fakltor yang diatas, maka akan semakin berat gangguan
jiwa yang dialami korban bencana.
Apalagi pada saat-saat seperti ini mereka cenderung menolak intervensi
tenaga spesialis, shg menghambat perbaikan kualitas hidup pasca bencana.
Dampak Psikososial pada Korban Bencana
2 ). Faktor pasca bencana :
Dampak psikologis pasca bencana dpt diakibatkan oleh kegiatan
ttt dlm siklus kehidupan stress kronik pasca bencana yg terkait dg kondisi psy-
kiatrik korban bencana.
Hal ini perlu pemantuan dlm jangka panjang oleh tenaga spesialis
Gejala dan dampak psikologis pasca bencana juga dapat dilihat dari daftar
gejala Hopkins untuk mengetahui adanya depresi dan kecemasan.
Gejala-gejala Hopkins tersebut meliputi perasaan depresi, minat / rasa senang
yang kurang.
Gejala perasaan depresi meliputi menangis, merasa tidak ada harapan untuk
masa depan, merasa galau dan merasa kesepian.
Askep
.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai