Anda di halaman 1dari 2

A.

Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam dirinya
melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.
Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari
tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Pada realitas kehidupan manusia, ada keluarga miskin yang dikarunia anak
banyak sehingga tidak mampu memberikan nafkah yang layak serta pendidikan yang
memadai kepada anak-anaknya, anak-anak yang lahir di luar kehendak orangtua dan
anak-anak yang ditinggal wafat oleh kedua orangtuanya. Dengan demikian, lembaga
pengangkatan anak atau adopsi anak merupakan sarana yang baik sebagai titik temu
bagi kedua permasalahan tersebut.
Perlindungan terhadap anak merupakan hak konstitusional sebagaimana
tercantum dalam Pasal 28B (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap anak
berhak atas perlindungan. Demikian juga, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM 1999) dalam Pasal 52 (1) menyatakan bahwa
setiap anak berhak atas perlindungan oleh orangtua, keluarga, masyarakat dan negara.
Begitu juga dengan, Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Pengangkatan Anak, memberikan kesempatan kepada Warga Negara
Asing untuk melakukan pengangkatan anak Warga Negara Indonesia.
Dalam pelaksanaan pengangkatan anak, tidak menutup kemungkinan akan
adanya penyimpangan seperti pengangkatan anak yang dilakukan tanpa melalui
prosedur yang benar, pemalsuan data, perdagangan anak, bahkan jual beli organ
tubuh anak, harus dihindari dengan cara melaksanakan peraturan perundang-
undangan tentang pengangkatan anak yang masih berlaku dengan baik.
Penulis berpendapat, penting untuk dilakukan kodifikasi dan unifikasi
peraturan perundang-undangan tentang pengangkatan anak dalam suatu undang-
undang yang secara komprehensif mengatur segala aspek hukum pengangkatan anak.
Sehingga penegakkan dan kepastian hukum tentang adopsi di Indonesia lebih
terjamin.
Orangtua angkat yang menjalankan kewajiban sebagai orangtua yang
sesungguhnya akan memperlakukan anak angkat selayaknya anak kandung, dengan
memberikan hak yang sama dengan hak yang diterima oleh anak kandung, termasuk
hak waris Hal ini menimbulkan sengketa waris antara anak angkat dengan ahli waris
lainnya. Adanya rasa ketidakadilan bagi ahli waris yang sah lainnya jika anak angkat
mendapatkan bagian warisan yang sama atau bahkan seluruhnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis akan menganalisa dan mengulas
mengenai implementasi hak mewaris anak angkat ditinjau dari tiga sistem hukum
waris dengan melakukan studi kasus terhadap Putusan Pengadilan Reg. No. 207
K/Ag/2012, Reg. No. 666 PK/Pdt/2011 dan Reg No. 1429 K/Pdt/2012.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas maka dapat


dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah: “Bagaimanakah implementasi hak
mewaris anak angkat sebagaimana diatur dalam Hukm Waris Islam, Hukum Waris
Perdata Barat / Stb. 1917 No. 129 dan Hukum Waris Adat Jawa oleh hakim dalam
penyelesaian kasus sengketa waris anak angkat Reg. No. 207 K/Ag/2012, Reg. No.
666 PK/Pdt/2011 dan Reg. No. 1429 K/Pdt/2012?”

B. Pembahasan

Pengangkatan anak sering disebut dengan istilah adopsi, yang berasal dari kata
adoption dalam bahasa Inggris, sedangkan dalam hukum adat, terdapat berbagai istilah,
misalnya anak kukut atau anak pulung (di Singaraja), anak pupon (di Cilacap), anak akon
(di Lombok Tengah), napuluku atau wengga (di Kabupaten Piniai Jaya Pura).

Pengertian pengangkatan anak dapat kita lihat dalam Pasal 1 angka 2 PP


Pelaksanaan Pengangkatan Anak 2007 bahwa pengangkatan anak adalah suatu perbuatan
hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orangtua, wali yang
sah, atau orang lain yang bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan dan
membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orangtua angkat.

Kamus Bahasa Indonesia istilah adopsi diartikan sebagai kata benda yang berarti
pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri melalui catatan sipil. Sedangkan
Black’s Law Dictionary mendefinisikan kata adopsi dalam kontek pengangkatan anak
adalah the act of one who takes an other’s child into his own family, treating him as his
own, and giving him all the rights and duties of his own child.

Anda mungkin juga menyukai